ELSA TRIYANI
201801008
ELSA TRIYANI
201801008
iii
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) infeksi saluran pernapasan yang meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan dan saluran pernapasan bagian bawah,
penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian dari saluran
napas mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan didalam paru-paru
(saluran bagian bawah). Penyebab dari ISPA terdiri dari bakteri, virus, dan jamur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan Asuhan
keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan terapi batuk efektif pada
anak ISPA. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan rancangan studi kasus. Peneliti melakukan asuhan
keperawatan pada 2 orang pasien dan membandingkan respon hasil dari setiap
tindakan yang diberikan kepada kedua responden kemudian melakukan analisa
berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat penurunan penumpukan dahak setelah dilakukan terapi batuk
efektif pada pasien ISPA.
iv
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
ABSTRACT
xii Start page + Main page
Elsa Triyani, Indaryani
Acute Respiratory Infection (ARI) respiratory tract infection which includes the
upper respiratory tract and lower respiratory tract, acute infectious disease that
attacks one or more parts of the respiratory tract starting from the nose (upper
tract) to the tissues within the lungs (bottom channel). The causes of ARI consist
of bacteria, viruses, and fungi. The purpose of this study was to describe the
application of nursing care for ineffective airway clearance with effective cough
therapy in children with ARI. The research methodology used is descriptive
research using a case study design. Researchers conducted nursing care for 2
patients and compared the response results of each action given to the two
respondents and then analyzed based on theory and previous research. The results
showed that there was a decrease in the accumulation of phlegm after effective
cough therapy was carried out in ARI patients.
v
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (LTA)
ini. Penulisan LTA ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti. Laporan Tugas Akhir ini terwujud
atas bimbingan dan pengarahan dari bunda Ns. Indaryani, M.Kep selaku
pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bunda Hj. Djusmalinar, SKM, M. Kes selaku ketua STIKes Sapta Bakti
2. Bunda Ns. Novi Lasmadasari, M.Kep Selaku Wakil ketua I STIKes Sapta
Bakti sekaligus sebagai ketua panitia penguji
3. Bunda Ns. Siska Iskandar, M.A.N sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan STIKes Sapta Bakti sekaligus anggota penguji
4. Bapak/Ibu selaku Direktur Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu sebagai
lahan penelitian
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa Berkenan membalas
segala dukungan dan kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga
Tugas Akhir Ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
vi
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis................................................................................. 8
1. Definisi ..................................................................................... 8
2. Anatomi Fisiologi ISPA ........................................................... 8
3. Etiologi ISPA ........................................................................... 11
4. Klasifikasi ISPA ....................................................................... 11
5. Patofisiologi ISPA .................................................................... 12
6. Manifestasi Klinis ISPA ........................................................... 13
7. WOC ISPA ............................................................................... 15
8. Komplikasi ISPA ..................................................................... 16
9. Pencegahan ISPA ..................................................................... 16
10. Pemeriksaan Penunjang ISPA .................................................. 16
11. Penatalaksanaan ISPA .............................................................. 17
B. Konsep Komplementer Keperawatan ............................................ 19
1. Pengertian................................................................................. 19
2. Etiologi ..................................................................................... 19
3. Tanda dan Gejala...................................................................... 20
4. Faktor yang Mempengaruhi ..................................................... 20
5. Penatalaksanaan ....................................................................... 21
C. Konsep Terapi Komplementer: Batuk Efektif ............................... 22
1. Definisi ..................................................................................... 22
2. Tujuan ...................................................................................... 22
3. Indikasi dan kontradiksi ........................................................... 22
4. Manfaat .................................................................................... 23
5. Standar Operasional Prosedur .................................................. 23
6. State Of Art .............................................................................. 25
D. Konsep Masalah Keperawatan ....................................................... 28
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif ......................................... 28
2. Hipertermi ................................................................................ 29
3. Defisit Nutrisi ........................................................................... 30
E. Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................ 31
1. Pengkajian ................................................................................ 31
2. Diagnose keperawatan ............................................................. 35
3. Intervensi keperawatan............................................................. 37
vii
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
DAFTAR TABEL
ix
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
DAFTAR BAGAN
x
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
DAFTAR GAMBAR
xi
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
DAFTAR SINGKATAN
DO ( Data Objektif )
DS ( Data Subjektif )
RR ( Pernapasan )
xii
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah yang
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dari infeksi ringan sampai
berat. Penyakit ini dapat menyerang saluran pernapasan mulai dari hidung
sampai alveoli termasuk andeksanya seperti sinus, rongga telinga, pleura.
ISPA termasuk Air Bone Disease yang penularan penyakitnya melalui udara
(Kemenkes RI, 2017). ISPA dapat menyerang semua golongan umur, tetapi
balita paling rentan terinfeksi penyakit ini karena balita memiliki sistem imun
yang belum matur dan mereka cenderung kontak dengan orang lain yang
mungkin sedang sakit maupun fasilitas dan peralatan yang belum tentu
terjamin kebersihannya sehingga balita cenderung berisiko lebih tinggi
terinfeksi suatu penyakit (Wilson Wang and Meads, 2006). Salah satu
penyakit yang mudah menyerang balita terutama apabila terdapat sumber
infeksi baik di dalam maupun di luar rumah adalah ISPA (IDAI, 2016).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi saluran
pernapasan yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu
atau lebih bagian dari saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas)
hingga jaringan didalam paru-paru (saluran bagian bawah). Penyebab dari
ISPA terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Bakteri meliputi
diplococcus pneumonia, pneuomococcus, streptococcus, stapilococcus aureus,
hemophilus inlfluenza.Virus: influenza, adenovirus, silomegavirus. Jamur:
aspergilus sp, kandida albicans, histoplasma. Dan aspirasi: makanan, asap
kendaraan bermotor, bbm (bahan bakar minyak), minyak tanah, cairan amnion
pada saat lahir, benda asing biji-bijian (Irianto, 2014).
Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan angka
kematian pada balita di dunia pada tahun 2013 sebesar 45,6 per 1.000 2
kelahiran hidup dan 15% diantaranya disebabkan oleh ISPA. Menurut data
yang diperoleh dari WHO pada tahun 2012, ISPA atau pneumonia merupakan
1
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
penyakit yang paling sering diderita oleh balita yaitu sebanyak 78% balita
datang berkunjung ke pelayanan kesehatan dengan kejadian ISPA. Setiap
tahun, jumlah balita yang dirawat di rumah sakit dengan kejadian ISPA
sebesar 12 juta (Tazinya et al, 2018). Insiden ISPA pada balita di negara
berkembang diperkirakan 0,29 anak setiap tahun dan di negara maju sebanyak
0,05 anak setiap tahun. Penyebab kematian akibat ISPA di negara berkembang
lebih tinggi dibandingkan negara maju yaitu sebesar 10-50 kali (Ramani et al,
2016).
Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati
urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan
balita.Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2016 di Indonesia telah mencapai
25% dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5 % -41,4 % dengan 16 provinsi
diantaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu ISPA
juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei
mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2016 menempatkan ISPA
sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase
32,10% dari seluruh kematian balita. (Susanti, 2017). Berdasarkan data yang
dirilis oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (Ditejn P2PL) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di
tahun 2015, di dunia Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan
penyebab 15% dari kematian balita yang diperkirakan berjumlah 922.000.
Sementara di Indonesia pada tahun 2015 terjadi peningkatan sebanyak 63,45%
dari jumlah kematian balita 0,16% lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang
hanya 0.08%. (Kemenkes RI, 2016).
Di Provinsi Bengkulu tahun 2017 angka kejadian ISPA paling banyak
pada umur 1-4 tahun dengan jumlah penderita 3.473 kasus, pada tahun 2018
angka kejadian ISPA pada anak mengalami peningkatan dengan jumlah
penderita 3.657 kasus, pada tahun 2019 angka kejadian ISPA pada anak
dengan jumlah penderita 3.074 dan tertinggi di Puskesmas Jalan Gedang Kota
Bengkulu. (Profil Kesehatan Kota Bengkulu 2018).
Anak yang mengalami gangguan saluran pernafasan sering terjadi
peningkatan produksi lendir yang berlebihan pada paru-parunya, lendir/dahak
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
kepadatan rumah, umur, berat badan lahir, imunisasi, dan faktor perilaku.
Penyakit ISPA dapat terjadi di berbagai tempat di saluran pernafasan mulai
dari hidung sampai ke telinga tengah dan yang berat sampai keparu.
Kebanyakan ISPA muncul dari gejala yang ringan seperti pilek dan batuk
ringan tetapi jika imunitas anak rendah gejala yang ringan tersebut bisa
menjadi berat. Anak yang terkena infeksi saluran pernapasan bawah akan
berisiko tinggi kematian.
Proses Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) mengakibatkan demam,
batuk dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi,atau
kesulitan bernapas.sampai menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga
muncul masalah dan salah satu masalah tersebut adalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan keadaan
dimana individu tidak mampu mengeluarkan sekret dari saluran nafas untuk
mempertahankan kepatenan jalan nafas. Karakteristik dari ketidakefektifan
bersihan jalan nafas adalah batuk, sesak, suara nafas abnormal (Ronchi),
penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung.
Masalah keperawatan yang muncul pada anak dengan ISPA meliputi:
ketidakefektifan bersihan jalan napas, pola napas tidak efektif dan hipertermi.
Obstruksi jalan napas atas (hidung, faring, laring) merupakan suatu kondisi
individu mengalami ancaman pada kondisi pernapasannya terkait dengan
ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan oleh benda asing
seperti makanan, akumulasi sekret. Dampak dari penumpukan sekret dapat
mengganggu pertukaran gas. Yang merupakan suatu individu mengalami
mengalami penurunan gas baik oksigen maupun karbon dioksida. Tanda
klinisnya antara lain dispnea pada usaha napas, napas dengan biaibir pada fase
ekspirasi yang panjang, agitasi, lelah, letargi, meningkatnya tahanan 4
vascular paru, menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya PaCO2 dan
sianosis (Wong, 2015).
Perawat memiliki peran penting dalam memberikan asuhan keperawatan
dalam mengatasi bersihan jalan napas tidak efektif pada penderita ISPA. Pada
masalah bersihan jalan napas tidak efektif salah satu intervensi yang dapat
dilakukan adalah latihan batuk efektif. Dalam memberikan asuhan
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Gambaran Penerapan Asuhan keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif dengan terapi batuk efektif pada anak ISPA di Puskesmas
Jalan Gedang Kota Bengkulu.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Diketahuinya Gambaran Asuhan keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif dengan terapi batuk efektif pada anak ISPA
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya Gambaran pengkajian keperawatan pada pasien dengan
ISPA
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti lain
Memperoleh pengalaman dan menambah pengetahuan dalam
melakukan pemberian terapi batuk efektif pada pasien Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA)
2. Bagi tempat penelitian
Menambah wawasan, inovasi dan dapat memberikan masukan bagi
para tenaga kesehatan khususnya perawat dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan Asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
dengan terapi batuk efektif pada anak ISPA.
3. Perkembangan ilmu keperawatan
Memeberikan informasi baru kepada peneliti selanjutnya dan dapat
menambah wawasan pengetahuan sehingga akan bermanfaat untuk
pengembangan pendidikan selanjutnya serta dapat dijadikan referensi
penelitian berikut dalam bidang yang sama.
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep ISPA
1. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan
bagian bawah. Inveksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA
akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun.
Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima
tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.
(Karundeng Y.M, et al. 2016).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, biasanya menular yang dapat menimbulkan
berbagai spectrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau
infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung
pada patogen, penyebabnya faktor lingkungan, dan faktor pejamu. namun
demikian, sering juga ISPA didefinisikan sebagai penyakit sakuran
pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari
manusia ke manusia (Masriadi, 2017).
Berdasarkan definisi dari para ahli maka penulis menyimpulkan infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) adalah suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi virus dan bakteri yang terjadi di setiap bagian saluran pernapasan
yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari, sangatlah penting
memperhatikan ISPA pada anak karena anak terlalu rentan terkena ISPA,
penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak
terutama pada bayi.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan
epiglotis, yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan
udara yang dihirup. (Nursing Students, 2015).
8
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
1) Hidung
Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang
hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar
yang bermuara ke rongga hidung. Bagian hidung lain adalah
rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung
pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dari sini. Pada saat
udara masuk melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu-bulu
yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian
dihangatkan serta dilembabkan.
2) Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar
tengkorak sampai dengan esofagus yang terletak di belakang naso
faring (di belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di
belakang laring (laringo faring).
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
10
3) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri
atas bagian tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan
membran, yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis
tengah.
4) Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu
menutup laring ketika orang sedang menelan 19 Saluran
Pernapasan Bagian Bawah Saluran pernapasan bagian bawah
terdiri atas trakhea, tandan bronkhus, segmen bronkhus, dan
bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi
surfaktan.
5) Trakhea
Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki
panjang kurang lebih 9 cm dimulai dari laring sampai kira-kira
setinggi vertebra thorakalis kelima. Trakhea tersebut tersusun atas
enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap yang berupa
cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas
epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
6) Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas
dua percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih
pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus
atas, tengah, dan bawah; sedangkan bronkhus kiri lebih panjang
dari bagian kanan yang berjalan dalam lobus atas dan bawah.
Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian percabangan
yang disebut sebagai bronkhiolus.
7) Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu
sendiri di dalam rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai
dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi
oleh pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis, kemudian
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
11
3. Etiologi
ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada bagian saluran pernapasan,
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan polusi udara:
a. Bakteri
bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus
pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Staphylococcus aureus, dan
bakteri yang paling sering menyebabkan ISPA adalah Streptococcus
pneumonia
b. Virus
virus dapat disebabkan oleh virus sinsisial pernapasan, hantavirus,
virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, virus
herves simpleks, sitomegalovirus, rubeola, varisella
c. Jamur
jamur dapat disebabkan oleh candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis,
coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocisytis carinii
4. Klasifikasi
Menurut Depkes RI tahun 2012, klasifikasi ISPA dapat dibedakan
berdasarkan berat ringannya gejala yang ditimbulkan, yaitu tanda dan
gelaja ringan (bukan pneumonia), sedang (pneumonia sedang/pneumonia),
dan berat (pneumonia berat). Penyakit batuk-batuk seperti rhinitis,
faringitis, tonsillitis, dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya
digolongkan sebagai bukan pneumonia.
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
12
a. Ringan
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), batuk
tanpa pernapasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung
tersumbat atau berair, tenggorokan merah, dan telinga berair. Tanda
Emergency untuk golongan umur 2 bulan - 5 tahun yaitu : tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk.
b. Sedang
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK), batuk
dan napas cepat tanpa stridor gendang telinga merah, dari telinga
keluar cairan dari 2 minggu. Faringitis parulen dengan pembesaran
kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis servikal).
c. Berat
Terdapat TDDK pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta), batuk
dengan napas berat, cepat dan stridor, merman keabuan ditaring,
kejang, apnea, dehidrasi berat/ tidur terus, sianosis dan adanya
penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
5. Patofisiologi
Sebagian ISPA disebabkan oleh bakteri dan virus yang membuat infeksi
pada saluran pernapasan atas maupun bawah, penyebab penyebab tersebut
membuat perjalanan penyakit dengan cara kontak antar virus atau bakteri
sehingga organ pada pernapasan akan terserang sehingga akan
menimbulkan respon inflamasi atau membuat infeksi pada organ tersebut.
Saat infeksi akan terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapile,
hal tersebut akan membuat manifestasi klinis pada penderita.
Perjalanan penyakit ISPA berawal dari saluran pernafasan yang dilapisi
oleh mukosa bersila. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh
rambut pada hidung, partikel kecil akan menempel pada mukosa pada
udara yang kotor, partikel udara akan tertahan pada mukosa sehingga
pergerakan sillia akan menjadi lambat yang akan berakibat pada iritasi
saluran pernapasan. Hal tersebut membuat peningkatan produksi lendir
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
13
6. Manifestasi Klinis
a. Batuk
Merupakan gambaran umum pada penyakit pernapasan. Dapat menjadi
bukti hanya selama fase akut.
b. Sesak
Merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan untuk
bernapas karena adanya penumpukan secret sehingga tidak
mendapatkan pasokan oksigen yang cukup ke paru-paru
c. Bunyi pernapasan
Seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi, krekels.
d. Sakit tenggorokan
Merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar.
Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.
e. Demam
Sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5ºc -
40,5ºc bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka
rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa
anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
f. Anoreksia
Merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap
sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam
dari penyakit, sering memanjang ke tahap pemulihan.
g. Muntah
Anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung
singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
14
h. Nyeri abdomen
Merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dengan nyeri
apendiksitis.
i. Diare
Biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernapasan. Khususnya karena virus.
j. Meningismus
yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meningen. Terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kerning dan
brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
15
7. Way Of Couse
infeksi
Akumulasi secret dispnea
Peningkatan suhu
tubuh
Suplai O2 menurun
Kurang nafsu makan
MK: HIPERTERMI
BB menurun
16
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma. Komplikasi
lain yang dapat timbul yaitu:
a. Otitis media atau radang telinga tengah yaitu infeksi ruang berisi udara
di belakang gendang telinga (telinga tengah)
b. Croup adalah infeksi saluran napas atas yang menghalangi pernapasan
dan memiliki suara batuk parau
c. Gagal nafas adalah kondisi gangguan pada system pernapasan,
sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen
d. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu
(Wuandari.D & Purnamasari. L, 2016)
9. Pencegahan
a. Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukaknnya ketika
merawat anak yang terinfeksi pernapasan
b. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya
untuk menutup hidung dan mulutnya ketika batuk atau bersin.
c. Anak yang terinfeksi pernapasan sebaiknya tidak berbagi peralatan
pribadi apapun
d. Untuk mencegah kontaminasi virus lakukan cuci tangan dan jangan
menyentuh mata dan hidung
e. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota kelurga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi
isolasi dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan
anggota keluraga lain yang sedang sakit ISPA
f. Upayakan ventilasi ruangan atau ruangan cukup
g. Hindarkan anak dari paparan asap rokok
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
17
11. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi ISPA ringan dapat dilakukan dengan
pemberian pelega tenggorokan dan pereda batuk seperti
disphenhydramine dan pseudoephedrine untuk mengatasi pilek dan
hidung tersumbat, untuk mengatasi ISPA sedang dapat dilakukan
pemberian obar-obatan sama seperti ISPA ringan kemudian dapat
ditambahkan ibupropen untuk mengatasi demamnya. Sedangkan untuk
ISPA Berat dapat dilakukan dengan pemberian obat sama seperti ispa
ringan dan sedang serta harus dilakukan rujukan untuk pemeriksaan
lanjutan karena memerlukan perawatan dengan peralatan khusus.
(Ardhenti, 2018).
b. Non Farmakologi
1) Fisioterapi dada
Fisioterapi dada adalah tindakan keperawatan dengan perkusi
untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru dengan
menggunakan pengaruh gravitasi (Lubis 2005), postural drainase
atau fisiotrapi dada dapat membantu perbaikan frekuensi napas
pada anak yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, area yang dipilih untuk fisioterapi dada berdasarkan
pada pengetahuan atau kondisi klien dan proses penyakitnya
pemeriksa rontgen dada (Maidartati, 2014).
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
18
2) Batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan aktifitas perawat untuk
membersihkan sekresi pada jalan napas. Tujuan batuk efektif
adalah meningkatkan mobilisasi sekresi, pemberian latihan batuk
efektif dilaksanakan terutama pada pasien dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas dan masalah
resiko tinggi infeksi saluran pernapasan bagian atas yang
berhubungan dengan akumulasi secret pada jalan napas yang sering
disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun.
3) Kompres
Pemberian kompres dilakukan bila anak panas atau demam yaitu
dimana suhu tubuh anak diatas 38 derajat celcius, Upaya
penurunan suhu dapat dilakukan dengan cara kompres hangat,
kompres hangat merupakan tindakan penurun suhu tubuh yang
efektif bagi anak yang mengalami demam tinggi. Dengan cara
lakukan kompres hangat pada daerah wajah menggunakan lap
hangat selama 5-10 menit sebanyak 3-4 kali dalam sehari untuk
membuat pernapasan lebih nyaman, mengurangi kongesti, dan
membuat drainase lebih baik pada rhinosinusitis.
4) Inhalasi sederhana
Terapi inhalasi sederhana adalah cara pengobatan dengan memberi
obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru
sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi dapat digunakan
pada proses perawatan penyakit saluran pernapasan yang akut
maupun yang kronik.
5) Aroma terapi
Aroma terapi adalah pengobatan non farmakologi yang dapat
dilakukan dengan menggunakan daun mint yang dapat mengurangi
sesak napas pada anak. daun mint diberikan karena aroma terapi
daun mint memberikan kesan tenang dan rileks. Aroma menthol
yang terdapat pada daun mint memiliki anti inflamasi, sehingga
nantinya akan membuka saluran pernapasan.
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
19
2. Etiologi
a. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), penyebab dari bersihan
jalan napas tidak efektif antara lain.
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuscular
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hyperplasia dinding jalan napas
8) Proses infeksi dan respon alergi
b. Menurut Wahid & Suprapto (2013), penyebab terjadinya ISPA yaitu:
1) Bakteri: Streptococus pneumonia, Staphylococus aerus.
2) Virus: Influenza, parainfluenza, adenovirus, virus sinsisial
pernapasan, hantaravirus, rhinovirus, virus herpes simpleks,
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
20
21
5. Penatalaksanaan
a. Batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan aktifitas perawat untuk
membersihkan sekresi pada jalan napas. Tujuan batuk efektif adalah
meningkatkan mobilisasi sekresi, pemberian latihan batuk efektif
dilaksanakan terutama pada pasien dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas dan masalah resiko tinggi infeksi
saluran pernapasan bagian atas yang berhubungan dengan akumulasi
secret pada jalan napas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk
yang menurun.
b. Fisioterapi dada
Tindakan fisioterapi dada adalah untuk menghilangkan gangguan
pernapasan dan menjaga paru-paru agar tetap bersih sehingga suplai
oksigen yang dibutuhkan terpenuhi. Dimana fisioterapi dada untuk
membantu membersihkan secret dari bronkus dan mencegah
penumpukan secret pada balita (Maidartati, 2014). Fisioterapi dada
pada anak-anak bertujuan untuk membantu pembersihan sekresi
trakeobronkial, sehingga menurunkan resistensi jalan napas,
meningkatkan pertukaran gas dan membuat pernapasan lebih mudah,
fisioterapi dada juga dapat mengevakuasi eksudat inflamasi dan sekresi
trakeobronkial, menghilangkan penghalang jalan napas, mengurangi
resistensi saluran napas, meningkatkan pertykaran gas dan mengurangi
kerja pernapasan. (GSS et al, 2019).
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
22
2. Tujuan
Batuk efektif dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan jalan nafas,
mencegah komplikasi : infeksi saluran nafas, pneumonia dan mengurangi
kelelahan. Menurut Muttaqin, (2008) tujuan batuk efektif adalah
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi
sekresi (pneumonia, atelektasis, dan demam). Pemberian latihan batuk
efektif dilaksananakan terutama pada klien dengan masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif dan masalah risiko tinggi infeksi saluran
pernafasan bagian bawah yang berhubungan dengan akumulasi secret pada
jalan nafas yang 14 sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang
menurun. Menurut Somantri, (2012) Batuk yang efektif sangat penting
karena dapat meningkatkan mekanisme pembersihan jalan nafas (Normal
Cleansing Mechanism). Menurut Rosyidi & Wulansari, (2013)
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
23
4. Manfaat
Batuk efektif adalah suatu cara terapi yang sangat berguna bagi penderita
penyakit respirasi baik respirasi akut maupun kronis. Adapun teknik
fisioterapi yang digunakan berupa postural drainage, perkusi dan vibrasi.
Batuk efektif ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan
memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu.
Maka tujuan batuk efektif pada penyakit paru adalah untuk memelihara
dan mengembalikan fungsi pernapasan dan membantu mengeluarkan
sekret dari bronkus untuk mencegah penumpukan sekret dalam bronkus,
memperbaiki pergerakan dan aliran sekret sehingga dapat memperlancar
jalan napas (Ariasti dkk, 2014).
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
24
25
6. State Of Art
Tabel 2.1 Jurnal klien dengan Infeksi Saluran Pernapasan pada anak
26
27
28
29
2. Hipertermi
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016) sebagai berikut:
a. Definisi
Hipertermi adalah suhu tubuh di atas rentang normal tubuh.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun
mengurangi produksi panas. Suhu rektal > 38 drajat celcius karena
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas atau mengurangi
produksi panas.
b. Etiologi
Penyebab dari hipertermia antara lain: dehidrasi, terpapar lingkungan
udara panas, proses penyakit (mis. infeksi, kanker), ketidaksesuaian
pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme,
respon trauma, aktivitas berlebihan, penggunaan incubator.
c. Gejala
Gejala dan tanda pada masalah hipertermia ada dua yaitu tanda mayor
dan tanda minor:
1) Tanda mayor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif: Suhu tubuh diatas nilai normal
2) Tanda minor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif: kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat
d. Kondisi klinis terkait
Kondisi klinis terkait pada masalah hipertermia yaitu: proses infeksi,
hipertiroid, stroke, dehidrasi, trauma, prematuritas.
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
30
3. Defisit Nutrisi
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
(Tim Pokja SDKI PPNI 2016).
b. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016), penyebab dari deficit nutrisi
antara lain: ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan
mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorsi nutrien,
peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi (mis. Finansial
tidak mencukupi), faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk
makan)
c. Gejala
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016), gejala dan tanda pada masalah
deficit nutrisi ada dua yaitu tandaminor dan tanda mayor.
1) Tanda mayor
Data subjektif: -
Data objektif: berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang
ideal
2) Tanda minor
Data subjektif: cepat kenyang setelah makan, kram/ nyeri
abdomen, nafsu makan menurun.
Data objektif: bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum
albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare.
d. Kondisi klinis terkait
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016), kondisi klinis terkait pada
masalah deficit nutrisi yaitu: stroke, paarkinson, Mobius syndrome,
cerebral palsy, cleft lip, cleft palate, amyotropic lateral sclerosis,
kerusakan neuromuscular, luka bakar, kanker, infeksi, AIDS, penyakit
crohn’s.
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
31
32
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Biasanya badan lemah
2) Tanda vital :
N : > 130 x/menit, normal (70-120x/menit)
P : >23 x/menit normal (22-34x/menit)
S : >38 %C normal (36-37 derajat celcius)
Tabel Hasil Pemeriksaan fisik klien dengan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut dengan pemberian batuk efektif pada anak,
Pemeriksaan menggunakan prinsip Inspeksi, Auskultasi, Palpasi,
dan Perkusi.
Tabel 2.3 Pemeriksaan pada klien dengan ISPA
Kepala kepala bersih, tidak ada
lesi/benjolan, Kepala simetris,
rambut rontok berlebihan,
Mata kunjungtiva ananemis, Reflek
cahaya langsung.
Hidung Pola napas berubah, hidung
tampak kotor, Hidung keluar
ingus, Ada pernapasan cuping
hidung
Mulut Membrane mukosa pucat,
sariawan, sulit berbicara, sulit
berbicara.
Leher Biasanya tidak terdapat
pembesaran kelenjar teroid, otot
pengunyah lemah, otot menelan
lemah.
Dada Takikardi (detak jantung cepat),
takipnea (pernapasan cepat),
bunyi napas menurun, mengi,
wheezing dan atau ronkhi kering
Abdomen Nyeri abdomen, bising usus
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
33
34
c. Pemeriksaan diagnostic
Tabel 2.4 Pemeriksaan pada klien dengan ISPA
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan kultur/ biakan kuman Hasil yang didapatkan
biasanya biakan kuman pada
secret (+) sesuai dengan jenis
kuman.
Pemeriksaan darah lengkap Hasil yang didapatkan
biasanya laju endapan darah
meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa
juga disertai dengan adanya
thrombositopenia
Pemeriksaan thoraks Dapat ditemukan infiltrate
bilateral atau gambaran
bronkopneumonia
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
35
2. Diagnose keperawatan
a. Analisa data
Tabel 2.5 Analisa data
1. klien
Terhirup dan menempel
mengatakan
badannya
Faring,laring, hidung
panas,klien
merasa demam.
Menginvasi sel
Data objektif:
Pelepasan mediator
1. Klien tampak
inflamasi
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
36
menggigil, klien
tampak lemes, Mengeluarkan IL2 dan
kulit terasa IL6
hangat.
Memicu dikeluarkan
prostaglandin
Mk: hipertermi
37
3. Intervensi keperawatan
Table 2.6 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Intervensi keperawatan
1 Bersihan jalan napas tidak Intervensi utama Latihan batuk efektif
efektif berhubungan dengan Observasi
sekresi yang tertahan ditandai a. Identifikasi kemampuan batuk
dengan batuk tidak efektif. b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gelaja infeksi
saluran nafas
d. Monitor infut dan output cairan (mis.
Jumlah dan karakteristik)
Teraupetik
a. Atur posisi semi fowler atau fowler
b. Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
c. Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
b. Anjurkn tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke 3
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
38
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Teraupetik
a. Posisikan pasien sesuai dengan area
paru yang mengalami penumpukan
sputum
b. Gunakan bantal untuk membantu
pengaturan posisi
c. Lakukan perkusi dengan posisi
telapak tangan ditangkupkan selama
3-5 menit
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
39
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada
b. Anjurkan batuk segera setelah
prosedur selesai
c. Ajarkan inspirasi perlahan dan dalam
melalui hidung selama proses
fisioterapi
2 Hipertermia behubungan Intervensi utama
dengan dehidrasi ditandai Manjemen hipertermi
dengan suhu tubuh diatas Observasi
nilai normal a. Identifikasi penyebab hipertermia
(mis. dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan inkubator)
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolik
d. Monitor saluran urine
e. Monitor komplikasi akibat hipertermi
Teraupetik
a. Sediakan lingkungan yang dingin
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
40
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu.
41
Teraupetik
a. Pilih metode kompres yang nyaman
dan mudah didapat (mis. Kantong
plastic tahan air, kemasan gel beku
kain atau handuk)
b. Pilih lokasi kompres
c. Balut alat kompres dingin dengan
kain pelindung, jika perlu
d. Lakukan kompres dingin pada daerah
yang cedera
e. Hindari penggunaan kompres pada
jaringan yang terpapar terapi radiasi
Edukasi
a. Jelaskan prosedur penggunaan
kompres dingin
b. Anjurkan tidak menyesuaikan
pengaturan suhu secara mandiri
tanpa pemberitahuan sebelumnya
c. Ajarkan cara menghindari kerusakan
jaringan akibat dingin
3 Deficit nutrisi berhubungan Intervensi utama Manajemen nutrisi
dengan ketidakmampuan Observasi
menelan makanan ditandai a. Identifikasi status nutrisi
dengan berat badan menurun b. Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
e. Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastric
f. Monitor asupan makanan
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
42
Teraupetik
a. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
b. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
c. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
d. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
g. Henttikan pemberian makan melalui
selang nasogastric jika asupan oral
dapatditolerasni
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan, (mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
43
44
Terapeutik
a. Timbang berat badan
b. Ukur antrometrik komposisi tubuh
(mis. Indeks masa tubuh,pengukuran
pinggang dan ukuran lipatan kulit)
c. Hitung perubahan berat badan
d. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
e. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan hasil pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan kualitatif dan rancangan studi
kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien ispa,
pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang
meliputi: pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah 2 oarang
responden dengan kasus ISPA, dengan kriteria sebagai berikut:
Kriteria inklusi
1. Batuk tidak efektif
2. Anak Usia sekolah
3. Terdiagnosa ISPA
4. Terdapat penumpukan secret/sputum
Kriteria Eksklusi
1. Tidak Kooperatif
2. Pasien dengan keadaan memburuk
C. Definisi Operasional
1. Asuhan Keperawatan merupakan serangkaian tindakan keperawatan
sistematis yang dimulai dari pengkajian, diagnose, intervensi,
implementasi, evaluasi yang ditujukan kepada dua klien yang mengalami
ISPA dibuktikan dengan diagnose medis ISPA pada rekam medik klien
dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
2. Batuk efektif adalah tindakan keperawatan pada anak dengan penumpukan
secret dengan cara mengatur posisi semi fowler atau fowler dan tarik nafas
dalam melalui hidung dan keluarkan dari mulut, dilakukan 3 kali sehari.
45
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
46
47
E. Tahapan Penelitian
Tidak bersedian
menjadi responden Pemamparan Manfaat Terapi Batuk
efektif untuk penurunan mengurangi
sekret pada anak
Bersedian menjadi
responden
Intervensi : Implementasi :
1. Intervensi Sesuai dengan SIKI 1. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
2. Intervensi Keperawatan pemberian terapi 2. Tindakan pemberian Terapi batuk efektif
batuk efektif
Kriteria inklus
Anak Usia sekolah dengan Diagnosa ISPA
1. Batuk pada anak yang tidak produktif
Subjek penelitian
Responden 1 Responden 2
Memastikan bersihan jalan napas pada anak Memastikan bersihan jalan napas pada
ISPA dengan tindakan batuk efektif anak ISPA dengan tindakan batuk efektif
Analisa data
48
G. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selajutnya
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam
opini pembahasan. teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan
jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interprestasi
wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. teknik analisis digunakan dengan cara observasi ole peneliti dan
stud dokumentasi yang menggunakan data untuk selanjutnya
diinterprestasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang sudah ada sebagai
bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
H. Etika Penelitian
Menurut (Notoatmodjo, 2014) etika penelitian yaitu sebelum persetujuan dari
komite etik penelitian di institusi bahwa pnelitian yang dilakukan ini tidak
membahayakan responden pebelitian. Hal yang harus peneliti dalam etika
penelitian yaitu:
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
49
50
BAB IV
A. Hasil
1. Jalannya penelitian
a. Persiapan
Persiapan penelitian yang pertama adalah dimulai dengan mencari
sebuah masalah. Setelah mendapatkan masalah kemudian penulis
mulai melakukan penyusunan Proposal. Setelah selesai melakukan
penyusunan kemudian penulis mengajukan izin untuk melakukan
ujian proposal. Setelah melakukan ujian proposal kemudian penulis
melakukan revisi selama ±1 minggu, setelah dipastikan selesai revisi
dengan ditandatanganinya lembar pengesahan maka peneliti
melanjutkan untuk mengurus surat izin penelitian. Peneliti melakukan
pengurusan penelitian ke Puskesmas Jalan Gedang kota bengkulu
untuk melakukan “Asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif dengan terapi batuk efektif pada anak ISPA”.
b. Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 03 Agustus 2021 di wilayah
kerja puskesmas jalan gedang kota Bengkulu. Pelaksanaan penelitian
dimulai dari menentukan pasien yang dijadikan responden
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, memberikan penjelasan
untuk mengikuti penelitian dan inform concent. Maka peneliti
melakukan penelitian “ Asuhan keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif dengan terapi batuk efektif pada anak ISPA”
51
52
2) Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik pasien dengan gangguan
Bersihan Jalan Napas tidak Efektif
53
54
55
56
b. Diagnosa Keperawatan
1) Analisa Data
Tabel 4.7 Analisa Data Pasien dengan Gangguan Bersihan jalan
Napas Tidak Efektif
No Data Senjang Etiologi Masalah
Pasien I
1 Ds : spasme otot polos Bersihan
1. Ibu klien sekresi kelenjar jalan napas
mengatakan An. R tidak efektif
batuk berdahak sejak
2 hari yang lalu dan penyempitan/obstruksi
sulit mengeluarkan proksimal dari
dahak saat batuk bronkus pada tahap
Do : ekspirasi
1. Pasien tampak batuk
tidak efektif
2. Terdengar suara mucus berlebih, batuk,
wheezing wheezing, sesak napas
3. RR : 36x/menit
4. Hidung tampak
kotor bersihan jalan napas
tidak efektif
2 Ds : Agen Insfeksius Hipertermia
1. Ibu klien (Bakteri)
mengatakan An. R
demam sudah 2 hari Mediator Inflamasi
yang lalu dan anak
lemas Monosit/makrofag
Do :
1. Suhu 390C Sitokin pirogen
2. Akral teraba dingin
3. Kulit teraba panas Mempengaruhi
4. Bibir tampak pucat hipotalamus arterior
5. An. R tampak lemas
Demam
Pasien 2
1 Ds : spasme otot polos Bersihan
1. Ibu klien sekresi kelenjar jalan napas
mengatakan An. F tidak efektif
batuk berdahak dan
sakit tenggorokan, penyempitan/obstruksi
An. F sulit proksimal dari
mengeluarkan dahak bronkus pada tahap
saat batuk ekspirasi
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
57
Do :
1. Pasien tampak batuk
tidak efektif mucus berlebih, batuk,
2. Pasien tampak sulit wheezing, sesak napas
untuk mengeluarkan
secret
3. Terdengar suara bersihan jalan napas
wheezing tidak efektif
4. RR : 37x/menit
5. Hidung tampak
kotor
2 Ds : Agen Insfeksius Hipertermia
1. Ibu klien (Bakteri)
mengatakan An.F
demam sudah 3 hari Mediator Inflamasi
yang lalu
Do : Monosit/makrofag
1. Suhu 38,7°C
2. Akral teraba dingin Sitokin pirogen
3. Kulit teraba panas
4. Bibir nampak pucat Mempengaruhi
5. An. F tampak lesu hipotalamus arterior
Demam
2) Diagnosa Keperawatan
Pasien 1
a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret ditandai dengan klien batuk berdahak
b) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh 390C
Pasien 2
58
c. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.8 Intervensi Keperawatan
No Dx. Kep Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil Keperawatan
Pasien I
1 Bersihan jalan Ekspektasi: meningkat Intervensi Utama
Kretiria Hasil Latihan Batuk Efektif
napas tidak
1. Batuk efektif
efektif meningkat Observasi
2. Produksi 1. Identifikasi
sputum kemampuan batuk
menurun 2. Monitor adanya
3. Wheezing retansi sputum
menurun 3. Monitor tanda dan
4. Dyspnea gejala infeksi
membaik saluran napas
5. Ortopnea 4. Monitor input dan
membaik output cairan (mis,
6. Frekuensi jumlah dan
napas karakteristik)
membaik
7. Pola napas Terapeutik
membaik 1. Antor posisi semi-
fowler dan fowler
2. Pasangkan perlak
dan bengkok di
pangkuan pasien
3. Buang skret pada
tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk
efektif
2. Anjurkan tarik napas
dalam melalui
hidung selama 4
detik, ditahan
selama 2 detik
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir mencucu
(bulatkan) selama 8
detik
3. Anjurkan
mengulangi tarik
napas dalam hingga
3 kali
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
59
4. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
mukolitik dan
ekspektoran, jika
perlu
2 Hipertermia Ekspetasi : Membaik Intervensi utama :
Manajemen
Kriteria Hasil : Hipertermia
1. Menggigil
menurun Observasi
2. Pucat menurun 1. Identifikasi
3. Suhu tubuh penyebeb
menurun hipertermia (mis,
4. Suhu kulit dehidrasi, terpapar
menurun lingkungan panas,
5. Tekanan darah penggunaan
membaik inkubator)
6. Ventilasi 2. Monitor suhu tubuh
membaik 3. Monitor kadar Ven
elektrolit
4. Monitor haluaran
urine
5. Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan
lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengelami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
5. Lakukan
pendinginan
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
60
eksternal (kompres
dingin)
6. Hindari pemberian
antiperetik atau
aspirin
7. Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian cairan
elektrolit dan
elektrolit intravena,
jika perlu
Pasien 2
1 Bersihan jalan Ekspetasi : Meningkat Intervensi Utama
Kriteria Hasil : Latihan Batuk Efektif
napas tidak
1. Batuk efektif
efektif meningkat Observasi
2. Produksi 1. Identifikasi
sputum kemampuan batuk
menurun 2. Monitor adanya
3. Wheezing retansi sputum
menurun 3. Monitor tanda dan
4. Frekuensi gejala infeksi
napas saluran napas
membaik 4. Monitor input dan
5. Pola napas output cairan (mis,
membaik jumlah dan
karakteristik)
Terapeutik
1. Antor posisi semi-
fowler dan fowler
2. Pasangkan perlak
dan bengkok di
pangkuan pasien
3. Buang skret pada
tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
61
prosedur batuk
efektif
2. Anjurkan tarik
napas dalam melalui
hidung selama 4
detik, ditahan
selama 2 detik
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir mencucu
(bulatkan) selama 8
detik
3. Anjurkan
mengulangi tarik
napas dalam hingga
3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
mukolitik dan
ekspektoran, jika
perlu
2 Hipertermia Ekspetasi : Membaik Intervensi utama :
Manajemen
Kriteria Hasil : Hipertermia
1. Menggigil
menurun Observasi
2. Pucat menurun 1. Identifikasi
3. Suhu tubuh penyebeb
menurun hipertermia
4. Suhu kulit (mis, dehidrasi,
menurun terpapar
5. Tekanan darah lingkungan
membaik panas,
6. Ventilasi penggunaan
membaik inkubator)
2. Monitor suhu
tubuh
3. Monitor kadar
elektrolit
4. Monitor
haluaran urine
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
62
5. Monitor
komplikasi
akibat
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan
lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan
atau lepaskan
pakaian
3. Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
4. ganti linen
setiap hari atau
lebih sering jika
mengelami
hiperhidrosis
(keringat
berlebih)
5. Lakukan
pendinginan
eksternal
(kompres
dingin)
6. Hindari
pemberian
antiperetik atau
aspirin
7. Berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
cairan elektrolit
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
63
d. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.8 Implementasi keperawatan
Dx. Waktu Implementasi Respon Hasil Evaluasi Formatif
Kep Pelaksanaan
Pasien I
Dx. 1 Hari Pertama Observasi S:
Selasa, 03 1. Melakukan monitor pola 1. Pernapasan cuping 1. Ibu klien mengatakan An. R
Agustus 2021 napas hidung, terdengar suara batuk dan pilek
napas tambahan wheezing 2. Ibu mengatakan An.R sulit
mengeluarkan dahak saat
2. Melakukan monitor bunyi 2. Frekuensi pernapasan batuk
suara napas tambahan 36x/menit
O:
1. Pernapasan 33x/menit
2. Pernapasan cuping hidung
3. Batuk tidak efektif
Terapeutik
1. Memposisikan pasien 1. Posisi pasien semi fowler A : Masalah belum teratasi
semi fowler
P : Lanjutkan intervensi
2. Memberikan minum 2. Klien tampak minum air
hangat hangat I : Anjurkan untuk posisi semi
fowler saat istirahat dan tidur
Edukasi minum air hangat dan latihan
1. Menganjurkan asupan 1. Ibu klien mulai batuk efektif
cairan 2000 ml/hari menganjurkan untuk
minum air hangat E : An. R masih batuk masih susah
untuk mengeluarkan dahak
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
64
65
h. Anjurkan klien
batuk dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke 3
P : Intervensi dilanjutkan
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
66
O:
1. Batuk berkurang
2. Pernapasan 30x/menit
Teraupetik 3. Hidung tampak kotor
1. Menganjurkan klien 1. Ibu klien mulai
posisi semi fowler jika menganjurkan anak A : Masalah belum teratasi
batuk posisi semi fowler jika
anak batuk P : Lanjutkan intervensi
67
pagi dan sebelum tidur minum hangat setiap minum air hangat dan latihan batuk
pagi efektif
68
kemudian keluarkan
dari mulut
o. Anjurkan klien
mengulangi tarik
napas dalam hingga
3 kali
p. Anjurkan klien
batuk dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke 3
P : intervensi dilanjutkan
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
69
A : Masalah teratasi
70
71
O:
Edukasi 1. Nadi : 98x/menit
1. Menganjurkan untuk 1. Ibu klien memahani 2. Pernapasan : 28x/menit
banyak istirahat edukasi untuk 3. Suhu : 37,50C
penanganan anak saat
demam A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
72
73
h. Anjurkan klien
batuk dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke 3
74
intervensi
Terapeutik O:
1. Memposisikan semi 4. Posisi klien semi fowler 1. Pernapasan 32x/menit
fowler 2. Batuk berkurang
2. Memberikan minum 5. Ibu klien memberikan air
hangat hangat setiap pagi sore A : Masalah belum teratasi
dan malam hari sebelum
tidur P : Lanjutkan intervensi
75
76
Teraupetik O:
1. Mempersiapkan 3. Lingkungan sudah 1. Suhu tubuh sebelum
lingkungan tenang dan klien sudah dilakukan tindakan 38,50C
2. Mengajarkan nyaman 2. Suhu tubuh setelah
Melakukan 4. Ibu Klien memahami dilakukan tindakan 38,10C
pendinginan eksternal cara kompres pada anak
(kompres dingin) A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Edukasi
1. Menganjurkan untuk Ibu klien memahami edukasi I : Lanjutkan terapi kompres pada
banyak istirahat untuk lebih banyak anak
memberikan istirahat pada An.
F E : demam pada An.F turun
77
Terapeutik
1. Menganjurkan posisi 1. Posisi klien semi fowler A : Masalah teratasi
semi fowler dan fowler
2. Menganjurkan minum 2. Ibu klien memberikan P : Intervensi dihentikan
air hangat air hangat setiap pagi
sore dan malam hari I : Edukasi cara penanganan batuk
Edukasi sebelum tidur pada anak
1. Menganjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari 3. Asupan cairan mulai E : Batuk dan pilek berkurang
2. Mengajarkan teknik ditingkatkan, ibu klien
batuk efektif mulai menganjurkan R : Tidak ada revisi selama
a. Mempersiapkan banyak minum air intervensi dilakukan
lingkungan
b. Jelaskan pada 4. Klien mampu diajak
pasien sebelum untuk latihan batuk
melakukan tindakan efektif
c. Atur posisi Semi
fowler
d. Letakkan handuk
kecil di dada pasien
e. Anjurkan pasien
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
78
79
80
e. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.9 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Hari Evaluasi Sumatif
Tanggal
Responden I
Bersihan Hari S:
jalan napas keempat 1. ibu klien mengatakan batuk dan
tidak efektif Jumat 06 pilek berkurang
Agustus
2021 O:
1. Pernapasan 28x/menit
2. Pasien mampu mempraktekkan
secara mandiri batukefektif
P : Intervensi dihentikan
Hipertermia Jumat 06 S : ibu klien mengatakan An. R sudah
Agustus tidak lagi demam
2021
O:
1. Nadi : 98x/menit
2. Pernapasan : 28x/menit
3. Suhu : 37,50C
P : Intervensi dihentikan
Responden II
Bersihan Hari ketiga S :
jalan napas jumat, 06 1. Ibu klien mengatakan batuk pada
tidak efektif Agustus An. F berkurang
2021
O:
1. Batuk sudah berkurang
2. Pernapasan 30x/menit
P : Intervensi diberhentikan
Hipertermia jumat, 06 S:
Agustus 1. Ibu klien mengatakan suhu tubuh
2021 An. F tutun
O:
1. Suhu tubuh 37,30C
2. Pernapasan 30x/menit
3. Akral teraba hangat
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
P : Intervensi diberhentikan
A. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien
(Tarwoto, 2013).
Keluhan utama responden 1 ibu klien mengatakan anaknya batuk,
pilek, dan demam sejak 2 hari yang lalu. Responden 2 ibu klien
mengatakan anaknya batuk, pilek dan serta badan terasa panas. Penyebab
terjadinya batuk berdahak pada responden 1 dan 2 disebabkan oleh
peningkatan produksi lendir yang yang berlebih di paru-paru, lendir sering
menumpuk dan menjadi kental sehingga sulit untuk dikeluarkan,
terganggunya transportasi pengeluaran dahak ini dapat menyebabkan
penderita semakin kesulitan untuk mengeluarkan dahaknya. Kenyataan ini
sesuai dengan teori menurut (Bararah 2013). Bahwa pasien dengan
penyakit ISPA keluhan utamanya adalah batuk,pilek,demam, sesak napas,
dan sering juga sakit tenggorokan yang dapat terjadi di berbagai tempat di
saluran pernapasan mulai dari hidung sampai ke telinga tengah dan yang
berat sampai ke paru. (Riskesdas 2013 )
Riwayat kesehatan sekarang responden 1, ibu klien mengatakan
An. R batuk berdahak sejak 2 hari yang lalu badan terasa panas, dan anak
lemas, An.F sulit mengeluarkan dahak saat batuk. Sedangkan responden 2
ibu klien mengatakan anaknya demam, sakit tenggorokan, dan batuk
berdahak sejak 3 hari yang lalu An. F sulit mengeluarkan dahak saat batuk.
ISPA disebabkan oleh virus atau bakteri, penyakit ini diawali dengan
panas disertai salah satu atau lebih gejala : tenggorokan sakit atau nyeri
telan, pilek batuk kering atau berdahak (Sofia, 2017).
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2017).
Diagnose keperawatan dirumuskan berdasarkan teori SDKI PPNI
(2017), pada teori terdapat 2 diagnosa yaitu (1). Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan denganpenumpukan secret ditandai dengan batuk
tidak efektif. (2). Hipertermia berhubungan proses penyakit ditandai
dengan suhu tubuh meningkat.
Pada kasus diagnose responden 1 dan 2 dapat 2 diagnosa.
Diagnose pertama yaitu bersihan jalan napas tidak efktif berhubungan
dengan penumpukan secret ditandai dengan batuk tidak efektif. Diagnose
ini muncul pada responden 1 karena hasil pengkajian ibu klien
mengatakan anaknya batuk berdahak dan pilek, klien tampak lesu, klien
tampak batuk. Diagnose ini juga muncul pada responden 2 karena ibu
klien mengatakan anaknya batuk,sakit tenggorokan dan sulit untuk
mengeluarkan dahak, klien tampak lemas.
Diagnose kedua yaitu hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit ditandai dengan suhu tubuh meningkat, diagnose ini muncul pada
responden 1 karena hasil pengkajian ibu klien mengatakan badan anaknya
teraba hangat sudah 2 hari yang lalu, klien tampak lemas. Diagnose ini
juga muncul pada diagnose 2 karena ibu klien mengatakan anaknya
demam sejak 3 hari yang lalu.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan merupakan pengembangan strategi
desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah
yang telah didentifikasi dalam diagnosa keperawatan dengan perencanaan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan yang berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru
(Nikmatur, 2012).
Pada tanggal 03 Agustus 2021 sampai dengan 06 Agustus 2021
dilakukan tindakan pada dua responden yang dilakukan sesuai dengan
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menetunkan seberapa baik rencana keperawatan bekerja
dengan menunjukkan respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
(Nanda, 2016)
Evaluasi keperawatan pada responden 1 dilakukan pada tanggal 06
agustus 2021 diperoleh hasil dimana masalah keperawatan Bersihan jalan
napas tidak efektif pada An. R teratasi. Sedangkan pada responden 2
dilakukan evaluasi keperawatan pada tanggal 06 agustus 2021 diperoleh
hasil dimana masalah keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif pada
An. F teratasi. Pada data subjektif ibu An. R dan An. F mengatakan batuk
dan pilek berkurang pernapasan klien sudah menurun hal ini di tegaskan
kembali dengan data objektif yang didapatkan dengan hasil pada An. R
Respirasi pernapasan pada hari ke 3 adalah 28x/menit. sedangakan An. F
didapatkan hasil Respirasi pernapasan adalah30x/menit. Dari hasil
penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa terdapat penurunan respirasi
pernapasan dengan menggunakan teknik batuk efektif.
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang ditemukan pada responden 1
umur 11 tahun, hasil pemeriksaan didapatkan batuk berdahak dan
flu, sulit untuk mengeluarkan dahak. Pernapasan 36x/menit, nadi
135x/menit,suhu 390C. Pada responden 2 umur 9 tahun didapatkan
data batuk berdahak, sakit tenggorokan dan sulit mengeluarkan
dahak. Hasil pemeriksaan Nadi 130x/menit, pernapasan,
37x/menit, suhu 28,70C.
2. Diagnosa keperawatan
Dari data pengkajian dan analisa data maka diperoleh
diagnosa menurut PPNI, 2016 yaitu :
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan secret
ditandai dengan batuk tidak efektif
b. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai
dengan suhu tubuh meningkat
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada diagnose bersihan jalan napas
tidak efektif pada responden 1 dan 2 yaitu pengakajian pernapasan,
monitor keberhasilan teknik yang diberikan (latihan batuk efektif).
Terapi nonfarmakologis yaitu dengan latihan batuk efektif yang
dilakukan 1x sehari selama 4 kali. Pada diagnose hipertermia terapi
nonfarmakologis yaitu dengan terapi yang diberikan (kompres
dingin) yang dilakukan 1x sehari selama 4 kali. Adapun manfaat
latihan batuk efektif yaitu mengurangi hambatan jalan napas dan
membantu mengerluarkan sputum.
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
4. Implementasi keperawatan
Respon hasil dari penatalaksanaan implementasi latihan
batuk efektif menunjukkan batuk dan sesak yang dialami
berkurang. Pada hari pertama belum ada perubahan terhadap batuk
pada klien, tetapi pada hari ke dua sampai dengan hari ke empat
mengalami perubahan walaupun sedikit-sedikit. Pada responden 1
pernapasan awalnya 36x/menit menjadi 28x/menit, dan responden
2 dari pernapasan 37x/menit menjadi 30x/menit setelah dilakukan
latihan batuk efektif. Latihan batuk efektiktif bermanfaat untuk
memperbaiki jalan napas dan membantu untuk mengeluarkan
secret pada klien
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan data subjektif responden 1 ibu klien
mengatakan batuk dan pilek An.R berkurang, dan data objektif
didapatkan hasil pernapasan 28s/menit, nadi 98x/menit, dan suhu
37,50C. Data subjhektif pada responden 2 yaitu ibu klien
mengatakan batuk dan pilek berkurang, dan data objektif
didapatkan hasil pernapasan 30x/menit, suhu 37,30C, dan nadi
98x/menit.
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan
penelitian dalam mengaplikasikan teknik batuk efektif untuk
penyakit infeksi pernapasan
DAFTAR PUSTAKA
Figuils RM, Garriga GM, Rugeles GC, Perrotta C, Vilaró J. 2016. Chest
physiotherapy for acute bronchiolitis in paediatric patients between 0 and 24
months old (review). Cochrane Database Syst Rev. 2: 1–48
IDAI. 2016. Pedoman pelayanan medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Jakarta: IDAI
Purnamasari, L., & Wulandari, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan pada anak
dengan ISPA. Indonesian Journal On Medical Science, 2(2).
Sofia, 2017. Faktor Risiko Lingkungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Journal
Action, Aceh nutrition journal. Mei 2017; 2(1): 43-50
Tahir R, amalia D, Muhsina S. 2019. Fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai
penatalaksanaan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien TB Paru
di RSUD Kota Kendari. Health Information: Jurnal Penelitian.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
L
A
M
P
I
R
A
N
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
Lampiran 1
Kriteria inklusi
Kriteria ekslusi
Subjek Penelitian
Mengukur pernapasan
Persiapan Bahan Uji : Sebelum melakukan
Intervensi
1. Persiapan lembar Inform
consent
Dilakukan Intervensi
Keperawatan
Analisa Data
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
Lampiran 2
Responden Dipilih
Sesuai dengan Kriteria
Inklusi dan ekslusi
Tidak bersedian
menjadi responden Pemamparan Manfaat Terapi
batuk efektif untuk mengurangi
Bersedian menjadi sekret pada anak
responden
Pengkajian
Intervensi : Implementasi :
3. Intervensi 3. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Sesuai dengan 4. Tindakan pemberian Terapi batuk efektif
SIKI
4. Intervensi
Keperawatan
pemberian Evaluasi
terapi batuk
efektif
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
Lampiran 3
1. Kami adalah peneliti berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta
Bakti Bengkulu Program Studi D III Keperawatan dengan ini meminta
anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul
“Asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan terapi
batuk efektif pada anak ISPA
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah Melakukan Asuhan
keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan terapi batuk efektif
pada anak ISPA yang dapat memberikan manfaat berupa untuk Penulis,
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur Batuk
efektif pada Asuhan Keperawatan pasien anak dengan ISPA. Untuk
Tempat Penelitian, Meningkatkan Pengetahuan, inovasi dan dapat
memberikan masukan bagi para Tenaga Kesehatan khususnya perawat
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Asuhan Keperawatan
Tentang pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien anak ISPA
menggunakan prosedur Batuk efektif. Dan untuk Penelitian Selanjutnya,
Menambah keluasan ilmu dan memberikan informasi baru kepada peneliti
selanjutnya serta untuk pengembangan teknologi terapan bidang
keperawatan dalam mengurangi sesak pada anak melalui tindakan batuk
efektif. Penelitian ini akan berlangsung selama 1 minggu.
3. Prosedur pengembilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin
dengan menggunakan pedoman wawancara yang berlangsung lebih kurang
15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidak nyamanan tetapi
anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan
pengembangan asuhan/pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikut sertaan anda pada penelitian
ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan
asuhan/tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
PENELITI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
Lampiran 4
Lampiran 5
DOKUMENTASI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
Lampiran 6
NIM : 201801008
Tujuan dari Penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk
mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif Dengan Terapi Batuk Efektif Pada Anak ISPA di Puskesmas Jalan
Gedang Kota Bengkulu. Bersama ini saya mohon kepada pasien bersedia
menjadi responden dan berpartisipasi dalam Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
dengan menandatangani lembar persetujuan serta menjawab pertanyaan dalam
pengkajian pada pasien ISPA. Hasil pengkajian dan jawaban yang berikan akan
saya jaga kerahasiaan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Demikianlah atas kesediaannya dan
kerjasama sebagai responden, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Elsa Triyani
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
Lampiran 7
Umur : 11 Tahun
NPM : 201801008
Bengkulu, 2021
Responden
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
Lampiran 8
Umur : 9 Tahun
NPM : 201801008
Bengkulu, 2021
Responden
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
Lampiran 9
Responden Responden
No Kriteria Inklusi
I II
1 Anak usia sekolah dengan diagnose ISPA
2 Batuk pada anak yang tidak produktif
3 Kooperatif dan bersedia menjadi responden
Responden Responden
No Kriteria Ekslusi
I II
1 Pasien pulang atas permintaan sendiri (APS)
2 Pasien dengan keadaan memburuk
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI