Anda di halaman 1dari 10

JURNAL NORMATIF

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR

PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BANK


SYARIAH DENGAN MEKANISME AGUNAN YANG DIAMBIL ALIH
(AYDA) (Studi Kasus: PT COFFINDO DAN BANK MUAMALAT
CABANG MEDAN SUDIRMAN)
Yosua Putrananda Tarigan*1, Hasballah Thaib2, Utary Maharani3 , Zamakhsyari4
*1,2,3.4
Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No.19,
Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara
Email : *1 yosuatarigan.sbi@gmail.com

Artikel Info Abstrak


Artikel Historis : Penelitian ini merupakan studi kasus antara PT.Coffindo melawan Bank
Terima 18 Mei 2023 Muamalat Cabang Medan Sudirman. PT. Coffindo mengagunkan
Terima dan di revisi 22 barang dagangannya berupa biji kopi dan Sertifikat Hak Milik (SHM)
Mei 2023 kepada Bank Muamalat. Bentuk akad pembiayaannya disebut “Akad
Disetujui 5 Juni 2023 Pembiayaan Murabahah”, yang dimulai pada bulan Januari 2013 s.d.
Kata Kunci : 2014. Fasilitas pembiayaan murabahah yang diterima PT. Coffindo
Penyelesaian, Pembiayaan adalah sebesar Rp. 30 miliar. Permasalahan pokok dalam penelitian ini
Bermasalah, Bank : 1) Pengaturan penyelesaian pembiayaan bermasalah pada bank syariah
Syariah, AYDA dengan mekanisme Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) menurut
prinsip pembiayaan syariah; dan 2) Penyelesaian pembiayaan
bermasalah pada Bank Muamalat dengan mekanisme Agunan Yang
Diambil Alih (AYDA) oleh debitur PT. Coffindo. Penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif, dengan sifat penelitian deskriptif analisis.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan
(statute approach). Putusan pengadilan sebagai data sekunder didapat
dari Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan dan Pengadilan Agama
Medan
Keywords: Settlement; Abstract
Troubled Financing; This research is a case study between PT.Coffindo against Bank
Islamic Bank; Foreclosed Muamalat Medan Sudirman Branch. PT. Coffindo pledged its
Collateral (AYDA). merchandise in the form of coffee beans and a Certificate of Ownership
(SHM) to Bank Muamalat. The state of the financing agreement is
called the “Murabaha Financing Agreement”, which began in January
2013 until. 2014. Murabaha financing facility received by PT. Coffindo
is Rp. 30 billion. The main problems in this study are 1) Arrangements
for settlement of non-performing financing in Islamic banks with the
Foreclosed Collateral (AYDA) mechanism according to Islamic
financing principles; and 2) Settlement of non-performing financing at
Bank Muamalat with the Foreclosed Collateral (AYDA) mechanism by
debtors of PT. Coffindo. This research is normative legal research, with
the nature of descriptive analysis research. The approach used is the
statutory approach. Court decisions as secondary data were obtained
from the Registrar's Office of the Medan District Court and the Medan
Religious Court
PENDAHULUAN syariah ini adalah lelang eksekusi hak
tanggungan, yang termasuk dalam jenis lelang
Menurut prinsip Islam diperbolehkan jual eksekusi. [1] Hal yang sama juga diatur dalam
beli barang yang halal dengan cara lelang. Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang
Lelang mengenai sitaan barang jaminan bank
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Vol 3 No. 1 245 | P a g e
ISSN : 2797-3670 (media cetak)
ISSN : 2797-3689 (media online) DOI: 10.54123/jn.v3i1.273
JURNAL NORMATIF
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR

Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah dimulai pada bulan Januari 2013 hingga tahun
(selanjutnya disebut UU Hak Tanggungan) 2014 senilai Rp. 30.000.000.000. Ternyata
yang membahas mengenai jaminan bank atas seiring berjalannya waktu, PT. Coffindo cidera
kredit (bermasalah). [2] Dalam perubahan janji (wanprestasi) sebab tidak melakukan
substansial Peraturan Menteri Keuangan RI No. pembayaran angsuran kepada Bank Muamalat
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk yang jatuh tempo pada bulan Juni 2014. Dengan
Pelaksanaan Lelang disebutkan bahwa dalam dasar ketidaksanggupan PT. Coffindo, akhirnya
hal kreditor merupakan lembaga yang PT. Coffindo menyerahkan jaminan berupa
menerapkan prinsip syariah, jika permohonan tanah kepada Bank Muamalat dengan cara
lelang diajukan melalui mekanisme fiat Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) sebagai
eksekusi pengadilan (eksekusi berdasarkan pembayaran hutang PT. Coffindo kepada Bank
putusan pengadilan), maka yang berwenang Muamalat. Penyerahan agunan tersebut
adalah pengadilan agama.[3] Pelaksanaan ternyata menimbulkan permasalahan mengenai
lelang harus dilakukan sesuai dengan prosedur perselisihan perhitungan bagi hasil dan
yang telah ditetapkan oleh peraturan yang pembayaran pajak-pajak oleh PT. Coffindo
berlaku, termasuk mengenai nilai limit. Nilai terhadap Bank Muamalat. Adapun putusan
limit sendiri menurut Peraturan Menteri pengadilan terkait dengan kasus tersebut, yaitu:
Keuangan RI No. 213/PMK.06/2020 tentang Putusan Pengadilan Negeri Medan No.
Petunjuk Pelaksanaan Lelang adalah harga 524/Pdt.G/2015/PN.Mdn., tertanggal 28
minimal barang yang akan dilelang dan Januari 2016 berkaitan dengan Putusan
ditetapkan oleh penjual/pemilik barang. [4] Pengadilan Agama Medan No.
Adapun hubungan lelang, nilai limit dengan 1884/Pdt.G/2016/PA.Mdn., tertanggal 29
penyelesaian kredit penjaminan fidusia pada Desember 2016. Dalam menjawab
bank syariah terhadap barang dagangan dengan permasalahan tersebut digunakanlah teori
Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) adalah hukum perbankan Islam dan teori kepastian
terkait penyelesaian kredit bermasalah. Lelang hukum. Adapun teori hukum perbankan Islam
yang dilaksanakan tidak berhasil dilaksanakan, yang digunakan adalah menurut M. Cholil
menyebabkan PT. Coffindo menyerahkan Nafis. Berdasarkan kajian terhadap tema-tema
jaminan dengan cara AYDA kepada Bank fatwa fiqih muamalah Dewan Syariah Nasional
Muamalat sebagai bentuk penyelesaian kredit (DSN) MUI dengan memperhatikan kitab-kitab
kepada Bank Muamalat. Pemilik barang yang fiqih Islam, ilmu ushul al-fiqh dan peraturan
dimaksud disini adalah pihak bank, karena perundang-undangan, maka penelitian ini
barang jaminan tersebut statusnya sudah menemukan beberapa hal berikut ini: 1)
menjadi milik bank yang diakibatkan pihak Modifikasi Akad; 2) Re-Akad; 3) Metode
debitur mempunyai pembiayaan (kredit) Penggalian Hukum (istinbat); dan 4)
bermasalah atau melakukan wanprestasi Penyerapan hukum Islam dalam hukum
(pelanggaran) dengan tidak melunasi Nasional tidak harus terikat dengan kategori
pembiayaan tersebut. Nilai limit tersebut pembagian hukum fiqh seperti hukum wajib,
bersifat tidak rahasia. Hal itu terdapat pada sunnah, haram, makruh atau mubah”.[7]
Peraturan Menteri Keuangan yang juga Adapun teori kepastian hukum yang digunakan
membahas bahwa untuk lelang eksekusi, nilai adalah menurut Gustav Radbruch, dimana
limit harus dicantumkan dalam pengumuman kepastian hukum hanya berhubungan dengan
lelang tersebut.[5] Hal ini sesuai dengan keberadaan hukum perundang-undangan.
ketentuan Pasal 48 Peraturan Menteri Memang benar dalam suatu negara yang
Keuangan RI No. 213/PMK.06/2020 tentang menganut sistem tertulis (civil law system,
Petunjuk Pelaksanaan Lelang. [6]. Penelitian condification system), kepastian hukumnya
ini akan membahas mengenai studi kasus antara dijamin dengan dituangkannya secara tertulis
PT.Coffindo melawan Bank Muamalat Cabang aturan-aturan dan asas-asas hukum, namun
Medan Sudirman. PT. Coffindo mengagunkan tidak berarti bahwa dalam common law system
barang dagangannya berupa biji kopi dan yang didominasi oleh hukum tidak tertulis
Sertifikat Hak Milik (SHM) kepada Bank tersebut tidak memiliki alat untuk menjamin
Muamalat. Bentuk akad pembiayaannya kepastian hukumnya. [8]
disebut “Akad Pembiayaan Murabahah”, yang
Vol 3 No. 1 246 | P a g e
ISSN : 2797-3670 (media cetak)
ISSN : 2797-3689 (media online) DOI: 10.54123/jn.v3i1.273
JURNAL NORMATIF
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR

terhadap pembiayaan bermasalah dapat


METODE PENELITIAN dilakukan pelelangan terhadap objek hak
tanggungan di muka umum, atau menjual di
Jenis penelitian yang dilakukan dalam bawah tangan atas dasar kesepakatan. Jadi, UU
penelitian ini adalah penelitian yuridis- Hak Tanggungan sebagai hukum positif dalam
normatif. Sifat penelitian adalah deskriptif- menyelesaikan pembiayaan bermasalah. Tarik-
analisis. Pendekatan yang digunakan adalah menarik terjadi pada perhitungan “bagi hasil”,
pendekatan peraturan perundang-undangan “denda”, dan “biaya-biaya lain” yang timbul
(statute approach). Jenis data yang digunakan atas fasilitas pembiayaan yang diberikan
adalah data sekunder yang bersumber dari kreditur bank syariah kepada debiturnya.
bahan hukum primer, sekunder, dan tertier. Selain, menjual objek hak tanggungan di muka
Data sekunder dikumpulkan dengan teknik umum atau menjual di bawah tangan atas dasar
studi kepustakaan (library research) dan studi kesepakatan, bank syariah juga dapat
lapangan (field research) dengan alat melakukan Agunan Yang Diambil Alih
pengumpulan data berupa wawancara. Adapun (AYDA). Berdasarkan Pasal 40 UU Perbankan
informan dalam penelitian ini, yaitu: Kuasa Syariah, bahwasanya ketika debitur bank yang
Hukum PT. Bank Muamalat Cabang Medan pembiayaannya bermasalah tidak memenuhi
Sudirman. Selanjutnya, data-data tersebut kewajibannya, Bank Syariah dapat membeli
dianalisa dengan menggunakan metode analisa sebagian atau seluruh Agunan, baik melalui
kualitatif. Penarikan kesimpulan dengan maupun di luar pelelangan berdasarkan
menggunakan logika berfikir deduktif penyerahan secara sukarela oleh pemilik
Agunan atau berdasarkan pemberian kuasa
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk menjual dari pemilik Agunan. Dengan
ketentuan Agunan yang dibeli tersebut wajib
Pengaturan Penyelesaian Pembiayaan
dicairkan selambat-lambatnya dalam jangka
Bermasalah Pada Bank Syariah Dengan
waktu 1 (satu) tahun. Bank Syariah harus
Mekanisme Agunan Yang Diambil-Alih
memperhitungkan harga pembelian Agunan
(AYDA) Menurut Prinsip Pembiayaan Syariah
dengan kewajiban Nasabah kepada Bank
Pada dasarnya, penyelesaian pembiayaan
Syariah yang bersangkutan. Dalam hal harga
bermasalah pada bank syariah mempunyai
pembelian Agunan melebihi jumlah kewajiban
norma hukum bahwasanya kegiatan utang-
debitur kepada Bank Syariah, selisih kelebihan
piutang termasuk dalam kegiatan muamalah.
jumlah tersebut harus dikembalikan kepada
Dalam Hukum Islam, kegiatan utang-piutang
Nasabah setelah dikurangi dengan biaya lelang
secara kredit dipebolehkan, namun dalam
dan biaya lain yang langsung terkait dengan
utang-piutang tidak diperbolehkan adanya
proses pembelian Agunan.[13]Adapun kaitan
persyaratan keuntungan terhadap utang yang
UU Perseroan Terbatas dengan penyelesaian
diberikan. Sebab keuntungan terhadap utang
pembiayaan bermasalah adalah bahwasanya
tersebut merupakan kegiatan riba.[9] Riba
Bank Syariah berbadan hukum Perseroan
adalah sesuatu hal yang dilarang berdasarkan
Terbatas (PT) harus tunduk kepada regulasi
Al-Quran dan Hadits. Larangan riba terdapat
mengenai perseroan. Pengambilan keputusan
dalam QS. Al-Baqarah ayat 275-278, yang
oleh pengurus perseroan diatur berdasarkan
artinya: “Allah membenci riba, dan menyuruh
Pasal 92 bahwasanya direksi wajib secara
hamba-Nya untuk meninggalkan riba”. [10]
hukum untuk menentukan kebijakannya sesuai
Berdasarkan Bagian I Umum Penjelasan UU
maksud dan tujuan dari didirikannya perseroan
Perbankan Syariah [11], hukum positif
dan melaksanakan kebijakan tersebut dengan
mengenai perbankan syariah tidak bertentangan
itikad baik dan rasa penuh tanggung jawab.[14]
prinsip-prinsip syariah berdasarkan Al-Quran
Berdasarkan uraian-uraian yuridis tersebut,
dan Hadits. Artinya, prinsip syariah tentang
maka pengaturan penyelesaian pembiayaan
larangan riba telah diserap dalam hukum
bermasalah pada bank syariah dengan
nasional.[12] Dalam kaitannya dengan
mekanisme AYDA menurut prinsip
penyelesaian pembiayaan bermasalah tidak
pembiayaan syariah secara hukum positif diatur
dapat dilepaskan dari UU Hak Tanggungan itu
berdasarkan UU Perbankan Syariah, UU Hak
sendiri. Berdasarkan UU Hak Tanggungan,
Tanggungan, UU Perseroan Terbatas, dan
Vol 3 No. 1 247 | P a g e
ISSN : 2797-3670 (media cetak)
ISSN : 2797-3689 (media online) DOI: 10.54123/jn.v3i1.273
JURNAL NORMATIF
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR

Peraturan Menteri Keuangan RI No. atau bisa jadi dikarenakan ada masalah
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk keluarga dari nasabah debitur, dan bisa
Pelaksanaan Lelang. Pengaturan penyelesaian karena suatu keadaan yang di luar
pembiayaan bermasalah pada bank syariah kehendak manusia (bencana alam).
dengan mekanisme AYDA menurut prinsip- Penyebab resiko pembiayaan bisa juga
prinsip ekonomi syariah telah sesuai dengan Al- dikarenakan mudahnya bank memberikan
Quran dan Hadits. Sebab, larangan mengambil pinjaman atau melakukan investasi karena
keuntungan dalam utang-piutang yang dilarang terlalu dituntut untuk memanfaatkan
secara norma agama, telah diserap dalam kelebihan likuiditas, sehingga penilaian
hukum perbankan syariah nasional. Namun, pembiayaan kurang cermat dalam
dalam pelaksanaannya diperlukan itikad baik mengantisipasi berbagai kemungkinan
dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang resiko usaha yang dibiayai, hal ini tidak
melaksanakannya. Pihak-pihak tersebut, antara terjadi oleh semua bank, terutama Bank
lain: debitur dan kreditur bank syariah, ataupun Muamalat yang sangat memberlakukan
pihak ketiga sebagai pembeli objek hak prinsip kehati-hatian pada saat akan
tanggungan. Penyelesaian Pembiayaan memberikan pembiayaan pada calon
Bermasalah Pada Bank Muamalat Dengan nasabah debiturnya.
Mekanisme Agunan Yang Diambil-Alih b. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
(AYDA) oleh Debitur PT. Coffindo Pada Bank Muamalat Dengan Mekanisme
a. Bank Muamalat Sebagai Penyedia Jasa Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) oleh
Keuangan Debitur PT. Coffindo
Didirikannya Bank Muamalat Pada Bank Muamalat, ada lima kategori
dilatarbelakangi oleh keinginan umat kolektibilitas pembiayaan sebelum
Islam untuk menghindari riba dalam dikatagorikan menjadi pembiayaan macet,
kegiatan muamalahnya. Ada beberapa (biasa disingkat dengan istilah kol), yaitu: Kol
bentuk pembiayaan pada Bank Muamalat 1 pembiayaan lancar. Kol 2 pembiayaan kurang
yang bisa dipilih, yaitu: dalam hal nasabah lancar, dikatakan demikian apabila dalam
memilih pembiayaan yang berdasarkan pembayaran sudah mengalami kesulitan,
akad bagi hasil yaitu berupa pembiayaan penundaan pembayaran cicilan sudah terjadi 30
mudharabah dan pembiayaan musyarakah, (tiga puluh) hari. Pembiayaan dikatagorikan
maka nasabah dibebani kewajiban berupa Kol 3 perlu perhatian khusus, karena
membayar utang pokok disertai dengan penundaaan pembayaran cicilan terjadi sampai
imbalan bagi hasil sesuai dengan nisbah 90 (sembilan puluh hari). Kol 4 pembiayaan
yang ditentukan di awal akad terhadap tidak lancar, apabila penundaan pembayaran
keuntungan atau pendapatan yang cicilan sudah sampai 120 (seratus dua puluh),
diperoleh dalam kegitan usaha yang dan dalam 180 (seratus delapan puluh) hari
dijalankannya dimana bank adalah sebagai pembayaran cicilan tidak dilakukan maka
penyandang dananya.[15] Dalam pembiayaan tersebut dikatagorikan menjadi
memberikan pembiayaan berdasarkan Kol 5 pembiayaan macet.
prinsip syariah dan melakukan kegiatan Dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah
usaha lainnya, bank wajib menempuh pada bank syariah dikenal istilah First Way Out
cara-cara yang tidak merugikan nasabah. (FWO) dan Second Way Out (SWO).
Untuk itu bank menerapakan prinsip Penyelesaian dengan FWO dan SWO ini juga
dalam menilai calon nasabah debiturnya, diterapkan pada Bank Muamalat. Adapun yang
sebagai berikut: [16] dimaksud dengan First Way Out adalah
1. The C’s of Credit yaitu a) Character; b) penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan
Capacity; c) Capital; d) Collateral; dan e) menggunakan cara revitalisasi pembiayaan
Condition. yang, terdiri dari: Reschedulling, Restructuring,
2. Analisis Kelayakan Debitur Reconditioning; dan Konversi Akad. Second
Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah Way Out adalah penyelesaian pembiayaan yang
pada Bank Muamalat adalah karena dilakukan setelah First Way Out mengalami
kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah kegagalan, yakni dengan melakukan eksekusi
seperti omset usahanya yang menurun, terhadap jaminan yang ada. Pada Bank
Vol 3 No. 1 248 | P a g e
ISSN : 2797-3670 (media cetak)
ISSN : 2797-3689 (media online) DOI: 10.54123/jn.v3i1.273
JURNAL NORMATIF
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR

Muamalat, apabila nasabah debitur mengalami secara lelang. Penjualan agunan akan
kesulitan pembayaran, maka bank memberikan diumumkan pada dua surat kabar nasional.
keringananan-keringanan sebagaimana yang Sehubungan dengan kasus yang dianagkat,
telah disebutkan di atas, bank akan melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah
revitalisasi berupa restruktur pebiayaan. pada Bank Muamalat oleh Debitur PT.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Coffindo dengan mekanisme Agunan
narasumber, proses penjualan barang agunan Yang Diambil Alih (AYDA), sebagai
dilakukan dengan surat kuasa dari debitur. berikut:
Surat kuasa yang dibuat tersebut tidak boleh • PT. Coffindo mengajukan surat
dibuat pada awal perjanjian pembiayaan karena permohonan untuk mendapatkan fasilitas
surat kuasa menjual dan Persetujuan Perikatan pembiayaan kepada PT. Bank Muamalat
Jual Beli (PPJB) pada awal kredit/pembiayaan Indonesia, Tbk., Cabang Medan
dapat membatalkan perjanjian. Dalam proses Sudirman, sebagaimana dimaksud dalam
agunan yang diambil alih, selalu diikuti Balik Surat No. 709/CFND-KEU/SKT/IX/2012,
Nama sebagai bentuk pengalihan kepemilikan tanggal 11 September 2012.
di hadapan Notaris/PPAT (Pejabat Pembuat • Bank Muamalat Cabang Medan Sudirman
Akta Tanah). Hal ini guna melindungi menganalisa terlebih dahulu syarat-syarat
kepentingan hukum si penerima Agunan Yang dan kelengkapan yang diajukan PT.
Diambil Alih (AYDA) dari tuntutan/gugatan di Coffindo.
kemudian hari. Proses pengalihan terhadap • Akhirnya berdasarkan analisa pembiayaan
barang-barang agunan dapat dilakukan dengan dari Bank Muamalat, permohonan yang
dua cara, mekanisme lelang atau dengan diajukan oleh PT. Coffindo tersebut dapat
penjualan dibawah tangan dengan persetujuan disetujui oleh Bank Muamalat
pemilik agunan. Lelang dapat dilakukan bank sebagaimana dimaksud Surat Persetujuan
tanpa persetujuan debitur, pasalnya dalam hal Prinsip Pembiayaan (SPPP) No.
debitur cedera janji, pemilik agunan dapat 012/SPPP/03/BMI-MDN/I/2013,
mengeksekusi haknya. Mekanisme lelang bisa tertanggal 11 Januari 2013.
ditempuh dengan 3 (tiga) cara, yaitu: 1) Berdasarkan proses pemberian fasilitas
“Melalui penetapan Pengadilan Negeri, 2) pembiayaan kepada PT. Coffindo tersebut, jelas
Melalui Lembaga Kantor Pelayanan Kekayaan dan nyata bahwasanya yang berkeinginan untuk
Negara dan Lelang (KPNKL), melalui Balai mendapatkan fasilitas pembiayaan tersebut
Lelang Swasta, dan 3) Mekanisme pelepasan adalah PT. Coffindo sendiri untuk
kedua adalah melalui pengalihan di bawah mengembangkan bisnis usahanya dalam bidang
tangan atas persetujuan dari pemilik agunan. eksport-import kopi, dan pemberian fasilitas
Berdasarkan hasil wawancara dengan pembiayaan yang diterima oleh PT. Coffindo
narasumber, dalam praktiknya pemilik agunan tersebut bukanlah bentuk “bantuan dana”.
bisa memberikan persetujuan untuk menjual Berdasarkan Surat Persetujuan Prinsip
agunan dengan memberi surat kuasa. Surat Pembiayaan (SPPP) No. 012/SPPP/03/BMI-
kuasa untuk menjual agunan tidak boleh MDN/I/2013, tertanggal 11 Januari 2013 yang
berumur lebih dari 1 tahun, karena Badan dikeluarkan oleh Tergugat I, maka PT.
Pertanahan Nasional (BPN) menolak jual beli Coffindo mendapatkan fasilitas pembiayaan
didasarkan surat kuasa yang melebihi masa 1 dari Bank Muamalat sebesar Rp.
tahun. Dalam pelaksanaannya, pelepasan 30.000.000.000 berupa:
agunan dengan cara di bawah tangan harus 1. “Pembiayaan Line Facillity Al-Kafalah
dilakukan setelah lewat jangka waktu 1 bulan, Bil Ujroh / Letter of Credit dan SKBDN
sebelumnya rencana pelepasan agunan yang Revolving Sublimit,
dilakukan di bawah tangan tersebut harus 2. Fasilitas Pembiayaan Al Murabahah
terlebih dahulu di umumkan pada sekurang- Revolving, Dengan pengembalian
kurangnya dua surat kabar. Pada prakteknya di fasilitas pembiayaan tersebut selama 36
Bank Muamalat dalam menjual agunan (tiga puluh enam) bulan”.
dilakukan oleh pihak bank itu sendiri dimana Dengan menandatangani perjanjian tersebut
bank sudah mendapatkan ijin dan surat kuasa maka merupakan undang-undang bagi yang
dari nasabah debitur untuk menjual agunan membuatnya yaitu PT. Coffindo dan Bank
Vol 3 No. 1 249 | P a g e
ISSN : 2797-3670 (media cetak)
ISSN : 2797-3689 (media online) DOI: 10.54123/jn.v3i1.273
JURNAL NORMATIF
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR

Muamalat.[17] Setelah penandatanganan Akta 241/BMI/MDN-SUD/VIII/2014, tertanggal 25


Perjanjian Pemberian Line Facility Agustus 2014.
(Murabahah) No. 2 dan Akta Perjanjian Dengan adanya peringatan berdasarkan Surat
Pemberian Line Facility No. 3, masing-masing Peringatan No. 241/BMI/MDN-
tertanggal 01 Februari 2013, masing-masing SUD/VIII/2014, tertanggal 25 Agustus 2014
yang dibuat dihadapan Notaris “I.N.M”, maka yang disampaikan oleh Bank Muamalat
selanjutnya atas fasilitas pembiayaan yang tersebut, PT. Coffindo baru membayar pada
diberikan oleh Bank Muamalat telah diterima akhir bulan Agustus 2014. Akan tetapi untuk
oleh PT. Coffindo. Sehingga PT. Coffindo anguran bulan berikutnya yaitu masing-masing
mempunyai kewajiban kepada Bank Muamalat bulan Oktober dan Nopember 2014, PT.
untuk membayar angsuran setiap bulannya Coffindo lagi-lagi tidak melaksanakan
hingga fasilitas pembiayaan tersebut lunas kewajibannya untuk membayar angsuran atas
sebagaimana yang telah diperjanjikan, dan pada fasilitas pembiayaan yang telah diterimanya
awalnya kewajiban tersebut telah dilaksanakan dari Bank Muamalat, sehingga PT. Coffindo
oleh PT. Coffindo dengan baik. Dalam telah mempunyai tunggakan angsuran
menjamin seluruh kewajiban PT. Coffindo sebanyak 2 bulan.
hingga lunas, maka PT. Coffindo telah Meskipun Bank Muamalat telah berulangkali
menyerahkan kepada Bank Muamalat jaminan, memberikan peringatan kepada PT. Coffindo,
berupa: baik itu secara tulisan maupun lisan agar
1. Hak Tanggungan atas Sebidang tanah membayar kewajiban berupa angsuran yang
seluas lebih kurang 1.395 m2 dengan alas tertunggak kepada Bank Muamalat
hak berupa Sertifikat Hak Milik No. 4002 sebagaimana yang telah diperjanjikan, akan
atas nama Irfan Anwar tetapi peringatan-peringatan tersebut tidak
2. Jaminan berupa barang-barang bergerak pernah diindahkan PT. Coffindo. Akhirnya,
milik PT. Coffindo, termasuk fasilitas pembiayaan PT. Coffindo tersebut
piutang/tagihan atas nama dibebankan telah dikategorikan “macet” oleh Bank
dengan jaminan fidusia, berupa: stok kopi Muamalat.
senilai Rp. 18.109.951.931,80,00; tagihan Menurut PT. Coffindo dalam jawabannya,
piutang; dan personal guarantee. bahwasanya terjadinya ketidakharmonisan
Setelah berjalannya selama 18 \ bulan dari total antara PT. Coffindo dan Bank Muamalat, dalam
pengembalian pinjaman selama 36 bulan, mulai pelaksanaan fasilitas pembiayaan tersebut
terjadi cidera komitmen yang telah dilakukan dikarenakan adanya kenaikan Pricing
oleh PT. Coffindo untuk melakukan Pembiayaan (Bunga) secara sepihak yang
pembayaran angsuran kepada Bank Muamalat dilakukan Bank Muamalat sehingga PT.
yang jatuh tempo untuk bulan Juni 2014. Coffindo merasa melakukan kelebihan
Dengan tidak dilaksanakannya kewajiban PT. pembayaran Pricing Pembayaran (margin)
Coffindo kepada Bank Muamalat, maka Bank sebesar Rp.1.700.000.000. Namun, menurut
Muamalat menyampaikan Surat Bank Muamalat dalil PT. Coffindo tersebut
Peringatan/Panggilan kepada PT. Coffindo agar adalah dalil yang mengada-ada yang bertujuan
PT. Coffindo segera melaksanakan untuk menghindar dari melaksanakan
kewajibannya tersebut, sebagaimana tertuang kewajiban berupa tunggakan angsuran kepada
dalam Surat No. 214/BMI-MDN/VIII/2014, Bank Muamalat. Disinilah awal masalah
tanggal 11 Agustus 2014. Berdasarkan pembiayaan bermasalah Bank Muamalat
peringatan dan panggilan tersebut, PT. kepada PT. Coffindo.
Coffindo akhirnya melunasi sebagian angsuran Mengenai adanya kenaikan Pricing
pembiayaan yang tertunggak, akan tetapi untuk Pembiayaan (margin) dari 10,5% menjadi 14%
angsuran bulan berikutnya, yaitu: masing- tersebut juga telah diketahui dan disetujui oleh
masing untuk bulan Juli dan Agustus 2014, PT. PT. Coffindo sebagai nasabah bank. Dalam
Coffindo kembali tidak melaksanakan persetujuan tersebut, PT. Coffindo juga
kewajibannya, sehingga Bank Muamalat menyetujui apabila ada perputaran transaksi
kembali menyampaikan peringatan kepada PT. (turn over) sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima
Coffindo agar melaksanakan kewajibannya, milyar rupiah), maka margin yang diberikan
sebagaimana dimaksud Surat No. diperjanjikan sebesar 13,75%, sebagaimana
Vol 3 No. 1 250 | P a g e
ISSN : 2797-3670 (media cetak)
ISSN : 2797-3689 (media online) DOI: 10.54123/jn.v3i1.273
JURNAL NORMATIF
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR

tertuang dalam Surat PT. Coffindo No. diterima PT. Coffindo sangat tidak sebanding
1002/CFND-KEU/SKT/XI/2014, tanggal 15 dengan nilai kewajiban dari PT. Coffindo
Nopember 2014 yang ditujukan kepada Bank kepada Bank Muamalat. Adanya penyerahan
Muamalat. Pembayaran pricing pembiayaan asset yang dilakukan PT. Coffindo kepada
(margin) tersebut telah sesuai dengan ketentuan Bank Muamalat adalah dikarenakan adanya
yang berlaku, maka sangat tidak berdasar upaya hukum yang akan dilakukan Bank
hukum bagi PT. Coffindo untuk meminta Muamalat untuk melaksanakan eksekusi atas
kembali pembayaran tersebut (Rp. 1,7 miliar) hak tanggungan dan fidusia yang telah
kepada Bank Muamalat. Begitu juga dalam diletakkan atas jaminan kebendaan milik PT.
Surat PT. Coffindo No. 1002/CFND- Coffindo. Akan tetapi, sebelum proses hukum
KEU/SKT/XI/2014, tanggal 15 Nopember dilaksanakan oleh Bank Muamalat, ternyata
2014, PT. Coffindo berjanji akan membayar PT. Coffindo terlebih dahulu telah menyurati
kewajiban tunggakan angsurannya sebesar Rp. Bank Muamalat dengan menyampaikan
355.495.899,- kepada Bank Muamalat pada permohonan bahwasanya PT. Coffindo akan
hari Rabu, tanggal 05 Nopember 2014, akan menyelesaikan fasilitas pembiayaannya kepada
tetapi janji pembayaran tersebut tidak pernah Bank Muamalat dengan jalan menyerahkan
terlaksana, tanpa alasan yang jelas. jaminan kepada Bank Muamalat, sebagaimana
Dikarenakan PT. Coffindo tidak melaksanakan Surat PT. Coffindo No. 1019/CFND-
kewajibannya untuk membayar angsuran KEU/SKT/XII/2014 tertanggal 15 Desember
fasilitas pembiayaan yang telah diterimanya 2014. Dengan adanya Surat PT. Coffindo No.
dari Bank Muamalat, maka Bank Muamalat 1019/CFND-KEU/SKT/XII/2014 tertanggal 15
selaku kreditur telah berupaya memberikan Desember 2014, maka dalam rangka
peringatan dan meminta agar PT. Coffindo menindaklanjutinya Bank Muamalat dan
melaksanakan kewajibannya tersebut baik Notaris “I.N.M”, telah melakukan kajian
secara lisan, maupun tulisan. Berangkat dari sehingga akhirnya Bank Muamlaat menyetujui
fasilitas pembiayaan PT. Coffindo yang telah apa yang dimohonkan PT. Coffindo tersebut.
dinyatakan “macet”, maka Bank Muamalat Persetujuan ini didasarkan kepada fasilitas
selaku Kreditur Bank Syariah, pembiayaan tersebut telah dikategorikan macet,
menindaklanjutinya dengan melakukan upaya dan berdasarkan pemantauan dari Bank
hukum dalam menyelesaikan permasalahan Muamalat, PT. Coffindo tidak memungkinkan
fasilitas pembiayaan bermasalah PT. Coffindo lagi untuk dapat memenuhi kewajiban
tersebut dengan jalan akan mengajukan upaya pembayarannya, sehingga Bank Muamalat
eksekusi, baik eksekusi terhadap objek jaminan memberikan persetujuan prinsip penyelesaian
yang telah diletakkan hak tanggungan, maupun pembiayaan bermasalah dengan mekanisme
terhadap jaminan yang telah diletakkan hak penyerahan agunan/aset (Offsetting).
fidusia ke pengadilan sesuai dengan ketentuan Mekanisme penyerahan agunan ini disebut
hukum yang berlaku. Menurut PT. Coffindo Agunan Yang Diambil Alih (AYDA). Adapun
menyebutkan bahwasanya adanya Surat ketentuan dan syarat-syarat dalam
Peringatan I, II dan III dari Bank Muamalat melaksanakan penyelesaian pembiayaan
merupakan bentuk intimidasi, paksaan yang bermasalah Bank Muamalat kepada PT.
harus dijalankan oleh PT. Coffindo dengan Coffindo dengan mekanisme AYDA adalah
rentetan waktu yang sangat pendek dan sebagaimana tertuang dalam Surat Bank
mendesak, sehingga PT. Coffindo Muamalat No. 065/BMI-MDN
berkesimpulan bahwasanya Bank Muamalat SUD/SPPP/XII/2014, tanggal 24 Desember
melakukan perbuatan pendzoliman terhadap 2014, perihal: Persetujuan Prinsip Penyelesaian
PT. Coffindo. Padahal, Surat Peringatan I, II Pembiayaan Atas Nama PT. Coffindo Dengan
dan III yang diterbitkan oleh Bank Muamalat Mekanisme Penyerahan Agunan/Aset
kepada PT. Coffindo adalah disebabkan PT. (Offsetting), sebagai berikut : [18]
Coffindo tidak lagi melaksanakan 1. Nilai AYDA : Rp. 32.882.293.633,-
kewajibannya kepada Bank Muamalat. 2. Aset Yang Diserahkan berupa Sebidang
Menurut PT. Coffindo tentang perhitungan dari tanah seluas lebih kurang 1.395 m2 dengan
asset yang diserahkan kepada Bank Muamalat alas hak berupa Sertifikat Hak Milik No.
dibandingkan dengan besaran pinjaman yang
Vol 3 No. 1 251 | P a g e
ISSN : 2797-3670 (media cetak)
ISSN : 2797-3689 (media online) DOI: 10.54123/jn.v3i1.273
JURNAL NORMATIF
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR

4002 atas nama Irfan Anwar SHM No. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Dengan
4002 An. Irfan Anwar; Penyerahan Jaminan Secara Suka Rela No. 20,
3. Persyaratan sebagai berikut: a) Offsetting tertanggal 24 Desember 2014. Setelah adanya
dilakukan secara notariil dengan Akta Perjanjian Penyelesaian Pembiayaan
menandatangani Akta Perjanjian Jual beli; Bermasalah Dengan Penyerahan Jaminan
Kuasa Jual; dan Penyerahan; b) Pemilik Secara Suka Rela No. 20, tertanggal 24
agunan/aset akan menyerahkan Desember 2014, yang dibuat dihadapan
agunan/aset tanpa diwakilkan; c) Pemilik “I.N.M”, Notaris di Medan, maka untuk
agunan/aset akan dihadirkan dihadapan pelaksanaan dari perikatan tersebut telah
Notaris Rekanan BMI; d) Segala biaya- diadakan perikatan lanjutannya yaitu, berupa:
biaya yang timbul menjadi beban nasabah; Akta Perikatan Untuk Melakukan Jual Beli No.
e) Akta Perjanjian Jual Beli mengikat 31, Akta Kuasa Untuk Menjual No. 32, dan
Nasabah untuk menjual aset tersebut Akta Perjanjian Pengosongan No. 33. Setelah
kepada perwakilan Bank dengan harga jual terlaksananya Akta Perjanjian Penyelesaian
sebesar Nilai AYDA; f) Bank berhak Pembiayaan Bermasalah Dengan Penyerahan
menjual aset tersebut berdasarkan pada Jaminan Secara Suka Rela No. 20, tertanggal 24
akta-akta offset; g) Setelahnya maka Desember 2014, maka Bank Muamalat telah
kewajiban Nasabah kepada Bank menjadi menerbitkan Surat Keterangan Lunas atas
lunas. fasilitas pembiayaan bermasalah PT. Coffindo
Dalam Surat Bank Muamalat No. 065/BMI- sebagaimana tertuang dalam Surat Bank
MDN SUD/SPPP/XII/2014, tanggal 24 Muamalat No. 391/BMI-MDN SUD/XII/2014,
Desember 2014, juga disampaikan bahwasanya tertanggal 29 Desember 2014 dan surat tersebut
apabila nantinya disetujui oleh PT. Coffindo, telah diterima dan dipergunakan PT. Coffindo.
maka surat tersebut juga merupakan satu Proses penyelesaian pembiayaan bermasalah
kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari atas nama PT. Coffindo dengan mekanisme
perjanjian/akta dari akta offsetting yang akan penyerahan agunan/aset (Offsetting) (AYDA)
ditandatangani dikemudian hari. Persetujuan yang telah diadakan oleh dan antara PT.
beserta penawaran bersyarat yang disampaikan Coffindo dan Bank Muamalat adalah telah
oleh Bank Muamalat tersebut berlaku 14 sesuai dengan ketentuan hukum positif yang
(empat belas) hari kalender. Persyaratan berlaku. Perjanjian-perjanjian penyelesaina
tersebut ditentukan dan diberikan Bank pembiayaan bermasalah tersebut telah pula
Muamalat agar dikemudian hari PT. Coffindo memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH.Perdata,
tidak merasa dipaksa ataupun diintimidasi oleh sehingga perikatan tersebut berlaku dan
Bank Muamalat sebagai kreditur bank syariah. mengikat kepada para pihak yang membuatnya,
Berdasarkan atas adanya Surat No. 065/BMI- baik kepada PT. Coffindo maupun kepada Bank
MDN SUD/SPPP/XII/2014, tanggal 24 Muamalat. [19] Dalam proses pembuatan
Desember 2014, ternyata secara sadar dan perikatan-perikatan tersebut dibuat dan
sukarela PT. Coffindo telah menyetujui seluruh diadakan dihadapan pejabat yang berwenang,
ketentuan dan persyaratan yang ditentukan dan yaitu Notaris, sehingga semua proses mulai dari
disampaikan Bank Muamalat. Bentuk adanya permohonan dari PT. Coffindo,
persetujuan tersebut adalah dengan persetujuan prinsip dari Bank Muamalat,
membubuhkan tandatangannya diatas surat kemudian persetujuan prinsip disetujui lagi
tersebut sebagai tanda persetujuannya. Oleh oleh PT. Coffindo hingga pelaksanaannya.
sebab itu, tidak ada paksaan ataupun intimidasi Pelaksanaan penyelesaian pembiayaan
dalam pelaksanaannya. Dengan disetujuinya bermasalah tersebut dimulai dari adanya Akta
ketentuan dan persyaratan yang disampaikan Perjanjian Penyelesaian Pembiayaan
oleh Bank Muamalat, maka sebagai tindak Bermasalah Dengan Penyerahan Jaminan
lanjutnya telah diadakan suatu perikatan antara Secara Suka Rela, Akta Perikatan Untuk
PT. Coffindo dengan Bank Muamalat yaitu Melakukan Jual Beli, Akta Kuasa Untuk
berupa kesepakatan tentang penyelesaian Menjual dan Akta Perjanjian Pengosongan
pembiayaan yang bermasalah dengan tidaklah dapat dikategorikan sebagai perbuatan
penyerahan jaminan secara suka rela, melawan hukum perdata.
sebagaimana tertuang dalam Akta Perjanjian
Vol 3 No. 1 252 | P a g e
ISSN : 2797-3670 (media cetak)
ISSN : 2797-3689 (media online) DOI: 10.54123/jn.v3i1.273
JURNAL NORMATIF
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR

KESIMPULAN Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan


Dengan Tanah.
Pengaturan penyelesaian pembiayaan
bermasalah pada bank syariah dengan [3]. Peraturan Menteri Keuangan RI No.
mekanisme AYDA tunduk kepada Pasal 40 UU 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk
Perbankan Syariah sebagai hukum positif, Pelaksanaan Lelang.
ketika debitur bank yang pembiayaannya [4]. Pasal 1 angka 25 Peraturan Menteri
bermasalah tidak memenuhi kewajibannya, Keuangan RI No. 213/PMK.06/2020
Bank Syariah dapat membeli sebagian atau tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
seluruh Agunan, baik melalui maupun di luar
pelelangan berdasarkan penyerahan secara [5]. Pasal 47 Peraturan Menteri Keuangan RI
sukarela oleh pemilik Agunan atau berdasarkan No. 213/PMK.06/2020 Petunjuk
pemberian kuasa untuk menjual dari pemilik Pelaksanaan Lelang.
Agunan. Dengan ketentuan Agunan yang dibeli [6]. Pasal 48 Peraturan Menteri Keuangan RI
tersebut wajib dicairkan selambat-lambatnya No. 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Bank Pelaksanaan Lelang.
Syariah harus memperhitungkan harga
pembelian Agunan dengan kewajiban Nasabah [7]. M. Cholil Nafis, Teori Hukum Ekonomi
kepada Bank Syariah yang bersangkutan. Syariah: Kajian Komprehensif Tentang
Disarankan Pemerintah perlu membuat Teori Hukum Ekonomi Islam,
peraturan perundang-undangan yang lebih Penerapannya Dalam Fatwa Dewan
mengakomodasi dan menjamin kelancaran Syariah Nasional dan Penyerapannya ke
proses penyelesaian pembiayaan bermasalah Dalam Peraturan Perundang-Undangan,
dengan mekanisme AYDA. Pelaksanaan (Jakarta: UI-Press, 2011), hlm. 261-262.
penyelesaian pembiayaan bermasalah PT. [8]. Gustav Radbruch dalam Achmad Ali,
Coffindo pada Bank Muamalat seyogyanya Menguak Teori Hukum dan Teori
telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan UU Peradilan, (Jakarta: Kencana Prenada
Perbankan Syariah dan UU Hak Tanggungan. Media, 2009), hlm. 292-293.
Namun, terdapat perselisihan kepentingan para
pihak yang tidak dapat diselesaikan dengan [9]. Chrisanty Amalia, dkk., “Analisis Yuridis
musyawarah mufakat. Apabila tidak berhasil Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
dimusyawarahkan, maka bank dan nasabah atas Pada Bank Syaiah (Studi Pada PT. Bank
kesepakatan bersama dapat menunjuk dan Muamalat Indonesia, Tbk., di Kota
menetapkan, serta memberi kuasa kepada Medan)”, USU Law Journal Vol. 1, (1),
Basyarnas untuk memberikan putusannya. (2013), hlm. 1-17.
Namun penyelesaian pembiayaan bermasalah [10]. QS. Al-Baqarah ayat 275-278.
Basyarnas belum sampai terjadi, karena
nasabah debitur umumnya lebih memilih untuk [11]. Alinea ke-3 Bagian I Umum Penjelasan
menjual agunannya melalui mekanisme Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
AYDA. Disarankan perlu dilaksanakan dengan tentang Perbankan Syariah.
menjunjung tinggi prinsip itikad baik dari [12]. M. Cholil Nafis, Op.cit., hlm. 233-249.
kedua belah pihak dengan menerapkan prinsip
keterbukaan dan memastikan mekanisme [13]. Pasal 40 ayat Undang-Undang No. 21
AYDA dilaksanakan dengan menggunakan Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
harga pasar yang wajar. [14]. Bismar Nasution, “Prinsip Business
Judgment Rule Dalam Pengelolaan
DAFTAR PUSTAKA Perseroan”, Makalah, disampaikan pada
Seminar Sehari “Good Corporate
[1]. Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan RI No. Governance (GCG) PT. Perusahaan Listrik
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Negara (Persero) dan Anak
Pelaksanaan Lelang. Perusahaannya”, pada 29 Agustus 2019 di
[2]. Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Batam.
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Vol 3 No. 1 253 | P a g e
ISSN : 2797-3670 (media cetak)
ISSN : 2797-3689 (media online) DOI: 10.54123/jn.v3i1.273
JURNAL NORMATIF
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR

[15]. Abdul Ghofur Anshori dalam


Chrisanty Amalia, dkk., Op.cit., hlm. 7.
[16]. Edi Wibowo dan Untung Hendri
Widodo, Op.cit., hlm. 79.
[17]. Pasal 1338 KUH.Perdata.
[18]. Surat Bank Muamalat No. 065/BMI-
MDN SUD/SPPP/XII/2014, tanggal 24
Desember 2014, perihal: Persetujuan
Prinsip Penyelesaian Pembiayaan Atas
Nama PT. Coffindo Dengan Mekanisme
Penyerahan Agunan/Aset (Offsetting).
[19]. Pasal 1320 jo. Pasal 1338
KUH.Perdata.

Vol 3 No. 1 254 | P a g e


ISSN : 2797-3670 (media cetak)
ISSN : 2797-3689 (media online) DOI: 10.54123/jn.v3i1.273

Anda mungkin juga menyukai