Makalah Novanda Meilani Skenario 1 SGD 5
Makalah Novanda Meilani Skenario 1 SGD 5
SEMESTER 3 MODUL 8
( HATI DAN SALURAN EMPEDU)
SKENARIO 1
DOK, BAYI SAYA KENAPA KUNING?
DISUSUN OLEH :
NAMA : NOVANDA MEILANI
NPM : 71220811006
KELOMPOK SGD : 5
TUTOR : dr. Rizky Luly Ya Fatwa Pulungan, M. Ked.
(Clin Path), Sp. PK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
Lembar Penilaian Makalah
1 Ada Makalah
2 Kesesuaiandengan LO 0 - 10
4 PembahasanMateri 0 - 10
TOT AL
Dinilai Oleh:
Tutor
Assalamualaikum.Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah modul 8 ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari kegiatan Small
Grup Discussion yang dipandu langsung oleh dr. Rizky Luly Ya Fatwa Pulungan, M. Ked. (Clin
Path), Sp. PK skenario 1. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Hati dan Saluran Empedu.
Makalah ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin dan juga mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Atas dukungan moral dan
materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Saya menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan baik
dari segi susunan kalimat, tata bahasanya maupun pembahasannya. Dan hanya kepada Tuhanlah
kita harus memohon petunjuk karena Dialah yang mencukupi akal dan pikiran serta daya dan
upaya untuk membentuk sebuah makalah ini. Akhirnya penulis hanya berharap banyak agar
makalah ini bisa bermanfaat untuk seluruh Pembaca atau kalangan Umum lainnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
NOVANDA MEILANI
Daftar Isi
1.1 Skenario
1.2 Latar Belakang Masalah
Ikterus adalah gambaran klinis yang berupa warna kuning yang tampak pada kulit dan
mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. Jaringan
permukaan yang kaya elastin, seperti sklera dan permukaan bawah lidah, biasanya adalah
bagian yang pertama kali mengalami kuning. Pada bayi baru lahir, baru tampak apabila serum
bilirubin sudah >5 mg/dl.
Pada keadaan normal, kadar bilirubin indirect pada neonatus adalah 1-3 mg/dl dan naik
dengan cepat <5 mg/dl selama 24 jam, dengan demikian ikterus fisiologis dapat dilihat pada hari
ke 2-3, berpuncak pada hari ke 2-4 dengan kadar bilirubin indirect berkisar 5-6 mg/dl dan
menurun sampai di bawah 2 mg/dl di antara hari ke 5-7.
Biliverdin IX alfa kemudian direduksi oleh biliverdin reduktase menjadi bilirubin tidak
terkonjugasi. Bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke plasma, kemudian berikatan secara
reversibel dengan albumin. Bilirubin tidak terkonjugasi kemudian dibawa ke hepar.
Dalam hepatosit, bilirubin berikatan dengan glutation–S–transferase dan dibawa ke retikulum
endoplasma, untuk dikonjugasi. Bilirubin tidak terkonjugasi mengalami glukuronidasi
sebanyak dua kali oleh enzim uridin 5–difosfo– glukoronil–transferase 1A1 (UGT1A1)
menjadi bilirubin diglukoronida (bilirubin terkonjugasi).
Bilirubin terkonjugasi lebih larut dalam air dan bersifat kurang sitotoksik. Bilirubin
kemudian melewati sistem bilier dan masuk ke usus duodenum. Sebagian kecil bilirubin
mengalami reabsorbsi dan masuk ke sirkulasienterohepatik.
Berikut adalah skema ataupun gambaran proses pembentukkan bilirubin dari awal
hingga akhirnya dikeluarkan atau di eksresikan melalui urin dan feses.
Ikterus Patologis
Ikterus adalah kondisi kulit bayi berwarna kuning dan pada sklera mata bayi baru lahir serta
mengakitatkan kadar bilirubin dalam darah (hyperbilirubinemia) pada bayi dan dapat
menyebabkan peningkatan bilirubin dalam cairan luar sel (exracellular fluid).
Faktor yang menyebabkan adanya kejadian ikterus adalah berat lahir bayi, usia gestasi,
asfaksia, infeksi, lama persalinan, frekuensi dan jenis kelamin sedangkan faktor yang tidak
menyebabkan adanya kejadian ikterus adalah ibu berstatus primipara dan jenis persalinan dan
untuk penanganan ikterus memberikan pengetahuan pada ibu dan pemberian ASI.
Pemeriksaan bilirubin dibagi menjadi 3 yaitu bilirubin total, bilirubin direct dan indirect yang
dapat diketahui dari selisish antara bilirubin total dan bilirubin direct (Seswoyo, 2016).
Tes Darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kadar enzim dan protein yang dihasilkan
oleh hati. Dengan melakukan tes ini akan mengetahui adanya infeksi (seperti malaria atau
hepatitis C) atau penyakit autoimun.
Tes Urine Pemeriksaan urine dilakukan agar bisa mengukur kadar zat bilirubin yang telah
diolah (urobilinogen). Melalui pemeriksaan ini akan terbantu untuk mengetahui penyebab
penyakit kuning, apakah pre-hepatic, intra-hepatic, atau post-hepatic.
Tes Pemindaian Pemeriksaan ini dilakukan agar dokter mengetahui kondisi organ hati
dan saluran empedu. Jenis pemeriksaan yang akan dilakukan meliputi USG, CT scan,
MRI, atau ECRP.
Biopsi Hati Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter gastroenterologi dengan mengambil
sampel jaringan organ hati untuk diperiksa di bawah mikroskop.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Icterus neonatorum adalah keadaan menguningnya kulit dan mukosa pada bayi baru lahir
keadaan ini dikatakan fisiologis apabila tidak lebih dari 1 minggu pertama kehidupan bayi.
Apabila dibiarkan bayi dapat mengalami kernicterik yang berakibat fatal. Di mana bilirubin
sampai ke kepala bayi dan menetap , bilirubin ini akan mengganggu fungsi dari saraf
diotak. Dari hiperbilirubin ini dibagi menjadi tiga fase sehingga memudahkan untuk
mengetahui masalahnya berasa di fase mana yaitu prehepatik, intrahepatik, dan
pascahepatik. Penanganannya dengan memberikan ASI yang eksklusif , menjemur bayi
karena dapat mengubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi bilirubin konjugasi dan foto
terapi.
3.2 Saran
Saya menyadari pembuatan makalah ini belum sempurna, sehingga pemberian keritik dan
saran akan saya terima dengan lapang dada, referensi pada makalah ini dapat dipertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Tortora, Gerard J.Dasar anatomi & fisiologi pemeliharaan dan kontinuitas tubuh
manusia/penulis, Gerard 1. Tortora, Bryan Derrickson; alih bahasa, Braton U.
Pendit; editor edisi bahasa Indonesia, Miranti Iskandar, Lydia I. Mandera. -Ed. 13.
Jakarta: EGC, 2016.
Huang MJ, Kua KE, Teng HC, Tang KS, Weng HW, Huang CS. Risk factors for severe
hyperbilirubinemia in neonates. Pediatr Res. 2004 Nov. 56(5):682-9. [Medline].
Woodgate P, Jardine LA. Neonatal jaundice: phototherapy. BMJ Clin Evid. 2015 May 22.
2015:[Medline].
Alwi, Idrus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: InternalPublishing, 2009
Hasan, Rusepno et. al. Buku Ilmu Kesehatan Anak 3: Jakarta: Universitas Indonesia 1985