Anda di halaman 1dari 3

MUHASABAH

JANGAN MARAH, BAGIMU SURGA

Saudaraku,

Salah satu senjata syaitan untuk membinasakan manusia adalah mengumbar marah. Dengan cara
ini, syaitan bisa dengan sangat mudah mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa dengan
mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat takdir, berbicara sembarangan, hingga mencaci-
maki, tidak mampu mengendalikan emosinya...

Tentu saja, permasalahannya tidak selesai sampai di sini. Masih ada yang namanya balas dendam
dari pihak yang dimarahi atau disakiti. Kita bisa bayangkan, betapa banyak kerusakan yang
ditimbulkan karena marah. Menyadari hal ini, Islam sangat menekankan kepada umat manusia
untuk berhati-hati ketika emosi. Banyak motivasi yang diberikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam agar manusia tidak mudah terpancing emosi. Di antaranya, beliau menjanjikan sabdanya yang
sangat ringkas,

‫ال تغضب ولك الجنة‬

“Jangan marah, bagimu surga.”

(HR. Thabrani dan dinyatakan shahih dalam kitab shahih At-Targhib no. 2749)

Allahu akbar, jaminan yang luar biasa. Surga... dihiasi dengan berbagai kenikmatan, bagi mereka
yang mampu menahan amarah. Semoga ini bisa memotivasi kita untuk tidak mudah terpancing
emosi...

Saudaraku,

Kita harus mampu mengendalikan diri ketika sedang emosi agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa
yang lebih besar. Dari sahabat Sulaiman bin Surd radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan, suatu hari
saya duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki.
Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ ذهب َع ْنُه ما َيجُد‬، ‫ أعوُذ باهلل ِم َن الَّش ْيطاِن الَّرجيِم‬: ‫ َلْو قاَل‬،‫ِإني ألعلُم َك ِلَم ًة َلْو قاَلَها لذهَب عنُه ما يجُد‬
"Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika
dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Berusahalah untuk diam dan jagalah lisan. Bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan.
Sehingga bisa jadi dia bicara sesuatu yang mengundang murka Allah Azza wa Jalla. Karena itulah,
diam merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar. Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَذ ا َغ ِضَب َأَح ُد ُك ْم َفْلَيْس ُكْت‬

“Jika kalian marah, diamlah.”

(HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih)

Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dan seterusnya, bisa saja dicatat oleh Allah
Azza wa Jalla sebagai tabungan dosa bagi orang yang marah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan,

‫ َيِز ُّل ِبَها ِفي الَّناِر َأْبَعَد ِمَّم ا َبْيَن الَم ْش ِرِق‬،‫ َم ا َيَتَبَّيُن ِفيَها‬،‫ِإَّن الَع ْبَد َلَيَتَك َّلُم ِبالَك ِلَم ِة‬

"Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat yang dia tidak terlalu memikirkan
dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Saudaraku,

Di saat kesadaran kita berkurang, di saat nurani kita tertutup nafsu, jaga lisan baik-baik, jangan
sampai lidah tak bertulang ini menjerumuskan kita ke dasar neraka...

Ambilah posisi lebih rendah. Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi. Semakin
dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya
sepuasnya. Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan saran sebaliknya. Agar
marah ini diredam dengan mengambil posisi yang lebih rendah. Dari Abu Dzar …

Anda mungkin juga menyukai