Emosi & Kendali
Emosi & Kendali
َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص لَّى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَّن اْلَغ َضَب ِم َن الَّش ْيَطاِن َو ِإَّن الَّش ْيَطاَن ُخ ِلَق ِم ن الَّناِر َو ِإَّنَم ا
ُتْطَفُأ الَّناُر ِباْلَم اِء َفِإَذ ا َغ ِض َب َأَح ُد ُك ْم َفْلَيَتَو َّض ْأ
Artinya, “Marah itu berasal dari setan. Setan diciptakan dari api. Api dapat dipadamkan oleh air.
Bila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia berwudhu,” (HR Abu Dawud).
Al-Ghazali juga mengutip riwayat sahabat Ibnu Abbas ra yang menyebut pesan Rasulullah saw,
“Bila kaumarah, diamlah.” (HR Baihaki).
Diam pada hadits tersebut tentu tidak dipahami secara sempit seperti mendiamkan orang yang
menurut kita mengecewakan, tetapi diam dalam arti tidak melakukan perbuatan buruk atau
mengucapkan perkataan yang tidak baik. Diam di sini tidak lain adalah menelan kemarahan itu
sendiri.
َم ا َتَج َّر َع َع ْبٌد ُجْر َع ًة َأْفَض َل ِع ْنَد ِهللا ِم ْن ُجْر َع ِة َغْيٍظ َيْك ُظُمَها ِاْبِتَغاَء َو ْج ِه ِهللا
Artinya, “Rasulullah bersabda, ‘Tidak ada tegukan seorang hamba yang lebih utama di sisi Allah
melebihi tegukan seseorang menahan marah karena mengharapkan ganjaran Allah,’” (HR
Bukhari dalam Kitab Al-Adabul Mufrad).
Diam merupakan jalan paling selamat karena keburukan ucapan dan perbuatan dapat melahirkan
penyesalan di kemudian hari. Wallahu a’lam.