Anda di halaman 1dari 11

TUGAS GAGASAN ILMIAH

JUDUL

INTIMIDASI ” BANDIT POLITIK ” DALAM PELAKSANAAN

DEMOKRASI PANCASILA DI INDONESIA ”

BIDANG KEGIATAN: GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh :

NAMA : DILLA NATASYA


NIM : 1222411027
KELAS : B-PGSD 2022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
NOVEMBER 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................2

RINGKASAN...................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................5

BAB 2 GAGASAN...........................................................................................................6

BAB 3 KESIMPULAN....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11

2
Ringkasan
Premanisme politik dalam konteks electoral demokrasi bukanlah suatu anomali.
Tindakan memobilisir massa bahkan dengan tindakan intimidasi adalah fenomena
umum dalam arena kontestasi politik. Masih banyak terdapat daerah-daerah yang dalam
pelaksanaan demokrasi dipengaruhi dengan” bandit” politik. Adapun tujuan dari adanya
gagasan ilmiah ini untuk kembali menganalisi hal-hal yang menyebabkan tidak
terlaksananya prinsip-prinsip dalam demokrasi pancasila yang disebabkan adanya
keberadaan ” bandit” politik dalam proses pelaksaan demokrasi di Indonesia.Adapun
metode yang digunakan dalam penulisan gagasan ilmiah ini ialah penelitian
kepustakaan yang bersumberkan dari beberapa jurnal dan literatur lainnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa realitas peran bandit (jagoan) dalam kehidupan politik
pada dasarnya susah kita abaikan keberadaannya. Bandit bukanlah sebuah anomali
sosial. Ia dianggap referensi, entitas, atau sistem nilai utama dalam politik. Peran
mereka tidak hanya pada bidang penguasaan modal yang bersifat ekonomis
sebagaimana melainkan sudah merambah pada sector penguasaan struktural melalui
proses politik dan demokrasi. Bertemunya realitas sosio-kultural masyarakat dengan
struktur kekuasaan negara inilah yang menjadikan unsur-unsur premanisme semakin
akomodatif dan memiliki elastisitas atau kelenturan sehingga dapat hadir di berbagai
posisi kultural dan structural masyarakat.

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di sadari atau tidak, pada skala politik yang lebih luas lagi semisal negara, peran
“para pengaman” juga merupakan aspek penting guna menjaga stabilitas politik
nasional dari berbagai ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Untuk itu keberadaan
“militer” atau “Jagoan ” Dalam kajian ilmu sosial patron merupakan konsep interaksi
kelas-kelas sosial (sosial strata) dan penguasaan sumber ekonomi. Konsepsi patron
senantiasa mengikuti konsep klien karena kedua konsepsi sosial tersebut membentuk
hubungan yang khusus (clientelism), yaitu satu bentuk hubungan organisasi sosial
dimana patron sebagai pihak yang berkuasa dan kaya memberikan pekerjaan,
perlindungan, insfrastruktur dan berbagai manfaat lainnya kepada klien yang tidak
berdaya dan miskin. Imbalannya klien memberikan berbagai bentuk kesetian, pelayaan
dan bahkan dukungan politik kepada patron.
Menurut konsep diatas hubungan patron-klien merupakan bentuk hubungan
pertukaran khusus. Persekutuan tersebut dilakukan oleh dua pihak yang masing-masing
memang merasa perlu untuk memiliki sekutu yang mempunyai status, kekayaan dan
kekuatan lebih tinggi (superior) atau lebih rendah (inferior) daripada dirinya.
Berangkat dari permasalahan tersebut perlu ditemukan suatu alternatif baru
untuk mengatasi adanya ” Bandit” politik atau patron-klien agar prinsip-prinsip dalam
demokrasi pancasila dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dari uraian ini, maka
penulisan gagasan ilmiah ini diberi judul “Intimidasi Bandit Politik Dalam
Pelaksanaan Demokrasi Pancasila Di Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam tulisan ini
adalah
1. Apa yang dimaksud dengan istilah ”Bandit” politik dalam pelaksanaan
demokrasi di Indonesia
2. Apa solusi dalam permasalahan ” Bandit” politik

4
3. Apakah terdapat lembaga yang bisa membantu keberadaan ” Bandit “ politik
yang sering menjadi hambatan dalam terlaksananya demokrasi pancasila di
Indonesia

1.3 Tujuan
Tuliskan tujuan kegiatan ini dilakukan adalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan istilah ”Bandit ” politik dalam
pelaksanaan demokrasi di Indonesia
2. Untuk mengetahui solusi permasalahan ” Bandit ” politik
3. Untuk mengetahui alasan kehadiran ”Bandit” politik masih dinantikan oleh
masyarakat

5
BAB II
GAGASAN
Demokrasi pancasila merupakan suatu kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada
nilai -nilai pancila pada bidang politik, ekonomi, dan sosial. Secara sempit demokrasi
pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan. Dalam prinsipnya demokrasi pancasila yakni
kedaulatan rakyat (people’s sovereignity) dijelaskan bahwasanya pada demokrasi
pancasila kecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan , dan terjaminnya
kepentingan rakyat dalam tugas-tugas pemerintahan. Namun yang terjadi saat ini
keberadaan ” Bandit ” politik justru menyebabkan tidak terlaksananya prinsip dari
demokrasi pancasila tersebut.
Beberapa oknum pegawai pemerintah melakukan intimidasi terhadap warga agar
mencoblos salah satu calon. Ini jelas-jelas melanggar peraturan pemilihan umum.
Sementara pengusikan hak pilih (challenge to right to vote) dapat didefinisikan sebagai
upaya penyalahgunaan wewenang untuk mempertanyakan eligibilitas seseorang untuk
terdaftar sebagai pemilih atau memberikan suara. Intimidasi dan pengusikan hak pilih
bertaut erat dengan adanya relasi pengaruh dan kuasa. Pihak yang punya pengaruh dan
kuasa lebih kuat melakukan intimidasi terhadap kelompok rentan yang punya pengaruh
dan kuasa lebih lemah atau tidak punya kuasa sama sekali.
Melihat adanya permasalahan tersebut adapun gagasan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni :
1. Cepat Tanggap
Jangan pernah meremehkan atau meremehkan ketakutan atau potensi
ancaman siapa pun, meskipun tidak ada contoh intimidasi yang terang-
terangan atau terbukti. Pihak yang melakukan intimidasi mencoba
menyebarkan ketakutan karena itulah salah satu alasan utama orang tidak
bergabung dengan kelompok warga atau mengambil tindakan untuk
membantu pihak yang terintimidasi. Kita perlu mengidentifikasi alasan
ketakutan orang-orang dan membantu mereka mengatasinya. Tanyakan, “hal
terburuk apa yang bisa terjadi?” Kemudian cari tahu bagaimana kita dapat
merespons skenario terburuk ini. Ketakutan kita biasanya mereda ketika kita
mendiskusikannya

6
2. Perkuat Rasa Solidaritas
Pertahanan terbaik melawan taktik intimidasi adalah dengan tetap bersatu
dan mendukung satu sama lain. Hasil terbaik dari upaya lawan untuk
mengintimidasi kita adalah menjadi lebih kuat, lebih tegas, dan teruji dalam
krisis. Organisasi yang kuat, dijalankan secara demokratis, dan aktif adalah
organisasi yang paling tidak rentan terhadap taktik intimidasi.
3. Respon Dengan Berani , Dengan Tindakan
Dengan keberadaan “ Bandit “ politik seharusnya kita memiliki rasa berani
yang besar untuk menghadapi bentuk-bentuk intimidasi yang diberikan .
Sebagai warga Indonesia seharusnya kita cukup resah bukan malah
menunggu kehadiran mereka untuk memberikan kita janji,harapan ataupun
ancaman yang merugikan diri kita sendiri. Jika kita sudah bertemu salah satu
dari mereka sudah selayaknya kita memberikan atau menunjukkan bentuk
penolakan terhadap apa yang mereka lakukan. Bisa dimulai dengan
mengatakn ” maaf, kami sudah menentukan pilihan kami ” , ” maaf, kami
ingin menggunakan suara kami untuk orang yang seharusnya ”. Bersikap
tegas merupakan cara yang dapat digunakan untuk merespon Tindakan
intimidasi dengan berani.

Dari pemaparan diatas, solusi tersebut tidak akan terlaksana jika tidak dibantu
dengan partispasi Bawaslu selaku Lembaga yang mengawasi proses demokrasi di
Indonesia. Bahkan dalam pasal 531 Undang-Undang 7 Tahun 2017, setiap orang yang
dengan sengaja menggunakan kekerasan mengahalangi seseorang untuk memilih,
membuat kegaduhan, atau mencoba menggagalkan pemungutan suara dipidana paling
lama 4 Tahun dan denda paling banyak 48 juta. Hal ini menunjukkan bahwasanya
memang benar tindakan intimidasi ini sangat krusial. Ada empat cara untuk melaporkan
penemuan pelanggaran pada pemilu.
a. mendatangi dan melaporkan pelanggaran yang diketahui kepada pengawas
pemilu terdekat.
b. Mendatangi langsung ke tempat bawaslu tiap masing-masing daerah.
c. Melalui WhatsApp Bawaslu

7
d. Melalui aplikasi Bawaslu., Gowaslu adalah aplikasi laporan pelanggaran
Pilkada berbasis Android untuk memudahkan pemantauan dan masyarakat
pemilih dalam mengirimkan laporan dugaan pelanggaran yang ditemukan
dalam prose pelaksanaan Pilkada. Gowaslu menfasilitasi adanya data,
temuan dan informasi mengenai pelaksanaan pilkada yang dilakukan oleh
individu, kelompok masyarakat, atau organisasi pemantau. Gowaslu dibuat
bukan hanya untuk Pilkada saja melainkan juga untuk Pemilu.
Setiap laporan yang diterima oleh Bawaslu akan diteliti dahulu sesuai Peraturan
Badan Pengawas Pemillihan Umum (Perbawaslu) Nomor 7 Tahun 2018 Tentang
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum, Tujuannya untuk
melihat apakah syarat formil dan materil laporan sudah terpenuhi atau belum.
Dengan adanya keterlibatan Bawaslu secara langsung , menunjukkan
bahwasanya ada lembaga yang secara resmi turut mendukung pemberantasan kejahatan
dalam demokrasi yang ada di Indonesia. Sehingga, tidak perlu merasa takut untuk
melaporkan atau bertindak terhadap bentuk-bentuk intimidasi yang dilakukukan oleh
para ” Bandit ” politik.

8
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan dari gagasan ilmiah ini adalah
dinamika demokratisasi di Indonesia membawa tantangan tersendiri bagi segenap
elemen baik pemerintah maupun warga masyarakat Indonesia bahwa demokrasi
Indonesia bukan demokrasi yang diadopsi dari barat. Demokrasi Indonesia adalah
demokrasi Pancasila, demokrasi Pancasila merupakan cita-cita demokrasi kerakyatan
yang berketuhanan, berkemanusiaan, yang menjunjung tinggi persatuan demi
tercapainya demokrasi yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perlu
pemahaman yang komprehensif dalam memaknai demokrasi, tidak hanya teori dan
konsep belaka, tetapi aspek filosofis, normative, dan praksisnya sudah seyogianya
dipahami. Agar praksis Demokrasi Pancasila yang sesungguhnya" dapat dicapai.
Namun, yang terjadi saat ini dalam praktiknya, keberadaan “Bandit “ politik sendiri
justru malah menjadi penghambat terlaksananya demokrasi pancasila. Mereka
melakukan taktik dengan cara mengintimidasi pihak-pihak yang membutuhkan
bantuan , dan menjanjikan suatu hal yang dinantikan oleh sebagian pihak.
Dinamika kontestasi dan premanisme dalam tubuh demokrasi menjadi fenomena
yang umum pada wilayah dimana pertumbuhan demokrasi masih belum matang dimana
prinsip persamaan dan pengakuan hak-hak sipil dan politik masih belum membudaya.
Meski tindakan premanisme politik dipandang sebagai upaya pemaksaan hak dan
intimidasi terhadap keberlangsungan kebebasan politik masyarakat. Namun, dalam
praktek politik praktis fenomena ini menjadi pemandangan umum.Bertemunya realitas
sosiokultural masyarakat dengan struktur kekuasaan negara inilah yang saling
mengakomodasi unsur-unsur premanisme yang kemudian mampu membuat entitas
jagoan memiliki elastisitas atau kelenturan sehingga dapat hadir diberbagai posisi
kultural dan structural masyarakat. Hingga kini perkembangan kelompok elit jagoan
tidak hanya merupakan fenomena penguasaan modal yang bersifat ekonomis
sebagaimana dijelaskan diatas melainkan sudah merambah pada sector penguasaan
struktural melalui proses politik dan demokrasi.

9
Namun, terlepas dari apapun bentuk intimidasi yang diberikan kita sebagai
warga negara memilki kebebasan dalam menentukan pilihan kita sendiri oleh karena itu
kita harus berani menindaklanjuti adanya keberadaan “ Bandit” pilitik tersebut bukan
malah menantikan kehadiran mereka.

10
DAFTAR PUSTAKA

(Gandamana, 2012)
Gandamana, A. (2012). MEMAKNAI DEMOKRASI PANCASILA. Jurnal Unimed, 1-
7.

(Bandit et al., 2019)Bandit, P., Di, P., & Sumenep, K. (2019). Anarkisme Politik;
Bandit ; Pilkades; 06(02), 123–152.

Haifarashin, R., & Anggraeni Dewi, D. (2022). Pengimplementasian Sistem Demokrasi


Pancasila dalam Organisasi Kepemudaan Karang Taruna. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 6(1), 3974–3980.

11

Anda mungkin juga menyukai