Anda di halaman 1dari 51

MOUNTAINEERING

1. Pendahuluan
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, berbahaya, penuh petualangan,
membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi.Bahaya dan
tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya
untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit
berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya
sendiri.

Mountaineer = Orang yang berkegiatan di gunung


Mountaineering = Segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung atau dalam arti yang luas berarti
suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pendakian ke
puncak-puncak gunung yang sulit

2. Sejarah Mountaineering
a. Sejarah Dunia
 1942 : Anthoine de Ville memanjat tebing Mont Aiguille (2907 m) di pegunungan alpen
untuk berburu chamois (Kambing gunung)
 1624 : Pastor pastor Jesuit, melintasi pegunungan himalaya dari gharwal di Iindia ke
Tibet menjalankan tugas misionarisnya
 1760 : Professoe de Saussure menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat
menaklukkan puncak mont blanc guna kepentingan ilmiahnya.
 1786 : Puncak tertinggi di pegunungan alpen Mont Blanc (4807 m) akhirnya dicapai oleh
Dr. Michel Paccaro dan Jacquet Balmat.
 1852 : Batu pertama jaman keemasan dunia keemasan di Alpen diletakkan olehAlfred
Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3.708 m), cikal bakal pendakian
gunung sebagai olah raga.
 1852 : Sir George Everest, akhirnya menentukan ketinggian puncak tertinggi dunia, dan
di abadikan dengan namanya (8.848 m), orang Nepal menyebut puncak ini dengan nama
sagarmatha, orang tibet menyebutnya chomolungma.
 1878 : Clinton Dent (bukan pepsoden) memnjat tebing Aigullie de dru di perancis yang
memicu trend pemanjatan tebing yang tidak terlalu tinggi tetapi cukup curam dan sulit,
banyak orang menganggap peristiwa ini adalah kelahiran panjat tebing
 1895 : AF Mummery orang yang disebut sebagai bapak pendakian gunung modern hilang
di Nanga Parbat (8.125 m), pendakian ini adalah pendakian pertama puncak di atas
ketinggian 8.000 m
 1924 : Mallory dan Irvina mencoba lagi mendaki Everest, keduanya hilang di ketinggian
sekitar 8.400 m
 1953 : Pada tanggal 29 mei Sir Edmund Hillary dan Sherpa Tenzing Norgay akhirnya
mencapai atap dunia puncak everest.

b. Sejarah Indonesia
 1623 : Yan Carstenz adalah orang pertama melihat adanya pegunungan sangat tinggi, dan
tertutup salju di pedalaman irian
 1899 : Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran
laporanYan Carstensz hampir 3 abad sebelumnya tentang “ … pegunungan yang sangat
tinggi, di beberapa tempat tertutup salju!” di perdalaman Irian. Maka namanya
diabadikan sebagai nama puncak yang kemudian ternyata merupakan puncak gunung
tertinggi di Indonesia.
 1962 : Puncak Carstenz akhirnya berhasil dicapai oleh tim pimpinan Heinrich Harrer.
 1964 : Beberapa pendaki Jepang dan 3 orang Indonesia, yaitu Fred
Athaboe,Sudarto dan Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil
mencapai Puncak Jaya di Irian. Puncak yang berhasil didaki itu sempat dianggap
Puncak Carstensz, sebelum kemudian dibuktikan salah.
 Puncak Eidenburg, juga di Irian, berhasil di daki oleh ekspedisi yang dipimpinPhilip
Temple.
 Dua perkumpulan pendaki gunung tertua di Indonesia lahir : Wanadridi Bandung
dan Mapala UI di Jakarta, lalu di susul oleh perkumpulan perhimpunan pencinta alam
lainnya mulai dari, MPA,SISPALA, KPA, ERNIPALA, MODIPALA dan sebagainya
 1972 : Mapala UI, diantaranya adalah Herman O. Lantang dan Rudy Badil, berhasil
mencapai Puncak cartenz. Mereka merupakan orang-orang sipil pertama dari Indonesia
yang mencapai puncak ini.

3. Slogan Pencinta Alam


Ingatlah hai engkau penjelah alam :
1. Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
2. Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
3. Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]
dan senantiasa ;
1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
2. Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan penggiat danperalatan serta
perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kitasendiri juga dapat dipercaya
oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara danmelindunginya]
3. Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan
segalasesuatunya dengan baik.Sejarah Pencinta Alam Serta Perkembangannya
4. Persiapan Dalam Sebuah Perjalanan
1. Dapat berpikir secara logis.
Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana
cara berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor safety atau
keselamatannya.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan.
Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian ,
pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya.
3. Dapat mengkoordinir tubuh kita.
 koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.
 Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di
 Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh.
 Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.
 Ketenangan dalam melakukan tindakan .
 koordinasi antar anggota tubuh.
Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat gerakan-gerakan
atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam
4. kondisi fisik yang memadai.
Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat
.Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan
fisik.Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah
berlatih.
5. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat
yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan
teguh.Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain
itu kita juga harus menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung
yang selama ini kita lakukan.
6. Berdoa

5. Jenis Perjalanan Berdasarkan Tingkat Kesulitan Medan.


Perjalanan baik pendakian atau pemanjatan berdasarkan pada tingkat kesulitan medan
yang dihadapi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Walking : Berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki yang serius.
2. Hiking (hill walking) : Medan sedikit bertambah sulit sehingga dibutuhkan perlengkapan
kaki yang memadai.
3. Climbing
a. Rock Climbing : Pemanjatan pada medan batu .
 Scrambling : Medan semakin curam sehingga dibutuhkan bantuan tangan untuk menjaga
keseimbangan tubuh. Praktis tidak memerlukan tali ataupun perlengkapan lainnya yang
khusus.
 Technical Climbing : Pemanjatan pada permukaan tebing yang sulit. Dibutuhkan teknik
khusus dan bantuan peralatan. Jenis ini di bagi dua, yaitu :
 Free Climbing: Rute yang dilalui sulit sehingga dibutuhkan tali, alat-alat dan teknik yang
khusus untuk melindungi bila terjatuh . Patut diperhatikan bahwa alat –alat disini hanya
berfungsi sebagai alat- alat pengaman saja dan bukan sebagai penambah ketinggian.
 Artificial Climbing: Tebing hanya memberikan celah yang sangat tipis atau bahkan tidak
ada sehingga penggunaan tangan dan kaki saja adalah mustahil. Untuk itu pendakian
jenis ini sepenuhnya tergantung kepada perealatan yang juga dipergunakan secara
langsung untuk menambah ketinggian . Dapat dikatakan ketinggian kita dapat terus
bertambah hanya semata-mata karena bantuan alat-alat seperti tangga tali dfan
sebagainya.
b. Snow/Ice Climbing : Pemanjatan pada medan es dan salju
4. Expedition : Kegiatan pendakian yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan
membutuhkan waktu yang lama serta memerlukan pengorganisasian tertentu dengan
berbagai variasi medan yang harus dilalui

6.Perlengkapan Mountaineering
peralatan / perlengkapan yang dibawa ketika mendaki gunung tropis 2000 m - 3800 m
 utama
 Tas carrier / day pack (tergantung kebutuhan)
 cover bag
 Dry bag
 tenda
 matras
 slepping bag (SB)
 alat - alat penunjang
 survival kit ( alat multifungsi: pisau lipat, peluit, tali, SPOT)
 navigation (GPS, kompas, Altimeter, termometer, barometer)
 komunikasi ( HP (klo da sinyal", Telpon sattelite, HT, WT,dsb)
 cooking stuff n Logistic
 makanan yang cukup untuk kita bawa (roti, susu dsb.).
 obat- obatan pribadi (encok, nyeri, antiseptik, anti -nyamuk, anti lintah dan pacet) dan
multivitamin (A-Z)
 energy bar (coklat, keju, gula merah, /yang mengandung kadar energi tinggi)
 kompor portable mini beserta gas/ parafin/ spirtus
 botol minum beserta air
 Untuk pribadi
 Jacket (waterproof dan windproof)
 rain coat
 Sarung tangan
 kaos kaki min 2
 celana dalam
 jam tangan
 Sepatu /sandal
 topi / topi hangat dan sal leher
 kacamata
 hand body, sun block, pelembab bibir
 senter (headlamp, handlamp): LED/ Bolam kuning boros energi
 ikat pinggang, dompet, tas pinggang, gantungan kunci ( carrabiner mini)
 Perlengkapan Teknik
1. Tali (Rope)
Tali yang dipergunakan dalam pendakian / pemanjatan tebing (climbing rope) bersifat fleksible,
elastis dan tahan terhadap beban yang berat.Diameter tali berkisar antara 11, 10 dan 9 mm.
Kemampuan menahan beban berkisar antara 1.360 s/d 2.720 kg. Yang biasa digunakan ada dua
jenis yaitu : Hawser laid dan Kernmantel.
2. Helmet / Crash Hat
Berfungsi sebagai pelindung kepala terhadap benturan benda keras.
3. Harness
Tali tubuh yang berfungsi sebagai sabuk pengaman.
4. Carabineer
Carabineer adalah cincin kait yang berbentuk oval atau D dan mempunyai gate / pintu, terbuat
dari allumunium alloy dan mempunyai kekuatan antara 1.500 – 3.500 kg. Carabineer ini ada dua
jenis, yaitu : screw gate (berkunci) dan snape gate (tidak berkunci).
5. Sling
Sling terbuat dari webbing tubular. Panjang sekitar 1,5 m dengan lebar 2,5 cm dibentuk menjadi
sebuah loop (lingkaran) yang dihubungkan dengan simpul pita.

7. Perencanaan Perlengkapan Perjalanan


Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan
perbekalan yang tepat. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah :
1. Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (hutan, rawa, tebing, dll)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan, latihan, penelitian, SAR,
3. Mengetahui lamanya perjalanan (misalnya 3 hari, seminggu, sebulan,
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban
5. Memperhatikan hal-hal khusus (misalnya : obat-obatan tertentu)
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat menyiapkan perlengkapan dan
perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi beratnya tidak melebihi sepertiga berat
badan (sekitar 15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai
30 kg.

Dari kegiatan penjelajahan, ada beberapa jenis perjalanan yang disesuaikan dengan
medannya, yaitu :
1. Perjalanan pendakian gunung
2. Perjalanan menempuh rimba
3. Perjalanan penyusuran sungai, pantai dan rawa
4. Perjalanan penelusuran gua
5. Perjalanan pelayaran

Untuk perjalanan ilmiah dan kemanusiaan, bisa pula dikelompokkan berdasarkan jenis medan
yang dihadapi. Dari setiap kegiatan tersebut, kita dapat mengelompokkan perlengkapannya
sebagai berikut :
1. Perlengkapan dasar, meliputi :
o Perlengkapan dalam perjalanan / pergerakkan
o Perlengkapan untuk istirahat
o Perlengkapan makan dan minum
o Perlengkapan mandi
o Perlengkapan pribadi
2. Perlengkapan khusus, disesuaikan dengan perjalananan, misalnya
o Perlengkapan penelitian (kamera, buku, dll)
o Perlengkapan penyusuran sungai (perahu, dayung, pelampung, dll)
o Perlengkapan pendakian tebing batu (carabineer, tali, chock, dll)
o Perlengkapan penelusuran gua (helm, headlamp/senter, harness, sepatu karet, dll)
3. Perlengkapan tambahan
Perlengkapan ini dapat dibawa atau tergantung evaluasi yang dilakukan (misalnya : semir,
kelambu, gaiter, dll).

Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu perjalanan, maka sebelum


memulai kegiatan, sebaiknya dibuatkan check-list terlebih dahulu.Perlengkapan dikelompokkan
menurut jenisnya, lalu periksa lagi mana yang perlu dibawa dan tidak.
Apabila perjalanan kita lakukan dengan berkelompok, maka check-list nya untuk
perlengkapan regu dan pribadi.Dalam perjalanan besar dan memerlukan waktu yang lama, kita
perlu menentukan perlengkapan dan perbekalan mana saja yang dibawa dari rumah atau titik
keberangktan, dan perlengkapan atau perbekalan mana saja yang bisa dibeli di lokasi terdekat
dengan tujuan perjalanan kita.
8. Sistem Pendakian
1. Himalayan System, adalah sistem pendakian yang digunakan untuk perjalanan pendakian
panjang, memakan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang pada pendakian ke
puncak-puncak di pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam sistem ini terbagi
dalam beberapa tempat peristirahatan (misalnya : base camp, flying camp, dll). Walaupun
hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak, sedangkan anggota tim lainnya
hanya sampai di tengah perjalanan, pendakian ini bisa dikatakan berhasil.
2. Alpine System, adalah sistem pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen.
Tujuannya agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat,
karena pendaki tidak perlu kembali ke base camp, perjalanan dilakukan secara bersama-
sama dengan cara terus naik dan membuka flying camp sampai ke puncak.

9. Kelompok-kelompok Bahaya di Hutan dan Gunung


1. Bahaya Objectif
a. Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain); Apakah Terrain berpemukaan: datar, curam,
patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari beberapa bentuk. Masing-massing
memiliki bahaya sendiri-sendiri.Apakah kondisi permukaan itu terbentuk oleh tanah padat,
gembur, berair, becek, rawa, sungai, pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan
padat dan serterusnya.Masing- masing juga memeiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya
memeiliki potensi-potensi bahaya.
b. Bentuk-bentuk Kehidupan (living Form);
 Kehidupan Binatang: Mulai kehidupan Micro organisme yang sederhana hingga
binatang-binatang besar dapat menjadi potensi bahaya. Secara umum potensi itu adalah :
 Dapat menimbulkan penyakit.
 Dapat menularkan penyakit.
 Beracun bila menyengat, bersentuhan atau menggigit.
 Beracun bila dimakan.
 Karena ukurannya besar dapat berbahaya bila menyerang.
 Binatang besar pemangsa.
 Minimbulkan/mengeluarkan zat-zat kimia yang membuat sangat tidak nyaman.
• Tumbuh-tumbuhan
Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan adalah : ‘
 Kerapatan tumbuhan dapat menghambat dan mencederai kita dalam pergerakan.
 Kerapatan tumbuhan dapat menghambat jarak dan keleluasaan pandangan (visibility)
sehingga menyulitkan orientasi.
 Mempunyai duri-duri atau getah beracun yang dapat mencederai kita.
 Mengandung racun bila dimakan.
Tetapi harus dicatat, dalam situasi survival ada tidaknya binatang dan tumbuhan yang
dapat kita manfaatkan juga merupakan problem bagi kita untuk sumber makakan, shelter, bahan
bakar, perlengkapan pengganti dll.

c. Iklim dan Cuaca


Iklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah tertentu
dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah doiperkirakan. Tetapi cuaca yang
berkaitan dengan: temperatur, kelembaban dan pergeerakan udara akan lebih sulit diperkirakan.
Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan
untuk dapat berfungsi normal. Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca
adalah :
 Temperatur tinggi, yang berkaitan dengan terik matahari dapat menyebabkan Heatstroke
dan Sunstroke.
 Temperatur rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan Hypotermia.
 Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water
immersion foot (seperti kena kutu air). Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi menjadi
lebih besar.
 Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang sangat besar
dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita, curah hujan yang
tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah hujan yang sangat
extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga kekeringan yang extreme
d. Ketinggian
Tinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan besarnya
tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan permukaan laut tekanan udara
besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500 Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan
udaranya hanya kurang lebih 50%nya. Besarnya tekanan disebabkan massa udara yang lebih
besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih banyak. Makin kecil tekanannya,
makin sedikit materi yang membentuknya.Oksigen yang kita butuhkan ada kurang lebih 20%
dari materi yang membentuk udara.Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan
laut makin sedikit jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita.Tubuh kita
membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu aklimatisasi
dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa yang disebut Mountain
Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat berkembang menjadi Pulmonaryedema
dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh
kita tidak mampu beraklimatisasi secara permanaen.Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh
kita dapat bertahan.Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut “Death Zone” dimana tidak
ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent disana. (Can u follow it…?)
e. Besaran Jarak dan Waktu
Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat kesulitan
medan (berkaitan dengankondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian) ikut
berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besar jarak dan waktu makin rumit
rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah- masalah yang harus kita pertimbangkan
seperti misalnya : masalah perbekalan, navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan-
tekanan/stress (fisik dan psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang
harus kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang
terjadi.Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya menjadi potensi
bahaya.

f. Kondisi Akibat/Pengaruh
Yang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang pada
umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh tertentu
menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya :
 Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan atau
digunung yang kita gunakan sebagai sumber air.
 Adanya ganggang beracun pada genangan air tetrentu yang kita anggap sebagai sumber air
yang baik.
 Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah tersebut aman.
Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas diluar normalnya.
 Jenis-jenis ikan tertentu yang biasanya tidak beracun menjadi ikan beracun bila dikonsumsi
akibat adanya kandungan mineral tertentu atau micro organisme tertentu diperairan
habitatnya.
 Dan contoh lainnya.

g. Kondisi Sosial Budaya


“Lain padang lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya”, demikian kata peribahasa.
Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri.Kesalahan kita dalam menghargai adat
istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak suka, penolakan terhadap
kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan atau rasa tidak aman pada diri kita. Hal
ini bila berlanjut dapat menjadi potensi bahaya yang tidak jarang pula menjadi bahaya. Tidak
jarang pula masyarakat pedalaman yang akan merasa tidak aman bila wilayahnya dimasuki orang
asing. Bagi kita sikap mereka sering kita anggap agresif, yang sesungguhnya itu adalah
manifestasi dari rasa tidak aman itu.Pendekatan yang cermat perlu kita lakukan agar situasi itu
tidak menjadi potensi bahaya.
2. Bahaya Subjektif
a. Kondisi Kebugaran (fitness)
Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut kebugaran tubuh
pelakunya. Tidak saja sitem peredaran darahnya (cardios culary), metabolisme tubuh, kekuatan
otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca
(berkaitan dengan temperatur, kebasahan angin).Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan
mengharuskan kita melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur.Atau setidaknya
tidak sebagaimana pada kehidupan kita sehari-hari.Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi
bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang dituntut
kegiatan itu.

b. Kondisi Kemampuan Tekhnis (Technical Skills)


Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan tekhnis tentu saja dituntut dalam
berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan efisien serta
efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta beristirahat secara efektif tapi
efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan pengetahuah apa saja, peralatan pembantu yang
dibutuhkan secara tepat, serta penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau
beristirahat. Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana
mengatasi bila tergangu juga dituntut. Tidak mendukungnya kemampuan tekhnis pelaku, akan
menjadi sebentuk potensi bahaya.

c. Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills)


Sebentuk kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam
bebas.Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang stabil itu yang
dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri jarang kita dengar.Pengertian mental itu
sendiri adalah bagaimana “sikap berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita”.
Dengan kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi: Menilai, Menganalisa,
Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta Melaksanakan keputusan itu.
Hal-hal diatas terntu saja menuntut sebentuk perilaku positif manusia.Seperti : Leadership,
Judgement, Determination, Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat
melaksanakannya dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila
menghadapi situasi dan kondisi tertentu.Dapat dianggap sebagai suatu kewajaran, tetapi tidak
jarang sesungguhnya tidak bersifat rasional. Rasa Takut, Kesal, Kesepian, Patah Semangat,
Frustasi, adalah contoh-contoh yang dapat berkembang menjadi potensi bahaya.

d. Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental Skills)


Pamahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan hutan dituntut
bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter lingkungan yang dapat menjadi
potensi bahaya harus bisa dinilainya; tetapi sifat dan karakter yanhg dapat dimanfaatkan harus
pula dapat dipahaminya. Sifat dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi
bagaimana ia harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimilinya.
Ketidakmampuan memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan
dapat menimbulkan potensi bahaya.

3. Nasib Buruk dan Baik


Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang
terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak dapat dihindari.
Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita bukan dengan reaksi emosi yang negatif
seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst. Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana
kita dapat mengatasinya dengan bijak dan tepat.Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya
benar-benar sebuah keberuntungan.Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk tindakan-tindakan
atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima adanya nasib buruk dan tidak
menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan menjadi suatu potensi bahaya bagi kita.

Dari berbagai sumber


TALI TEMALI

Jenis-jenis simpul :

a. OVERHAND
Overhand merupakan simpul yang paling sederhana dan mudah dibuat.

Langkah-langkah :

1. Buat lingkaran loop pada ujung tali,


2. Masukkan bagian tali paling ujung ke dalam lingkaran loop. L
3. Tarik pangkalnya.

Simpul ini lebih byk digunakan saat di tebing untuk mengunci simpul-simpul lain, misalnya
digunakan pada ujung tali rappeling atau digunakan sebagai pengunci simpul bowline.

Simpul overhand sebaiknya tidak digunakan untuk menggantung beban secara langsung.
Apabila simpul langsung dibebani, maka setelah digunakan overhand akan mengikat sangat kuat
sehingga sulit dilepas dan ikatan simpulnya akan mengalami stress yg besar, sehingga
mengurangi kekuatan tali. Untuk membuat overhand yang lebih kuat, lingkaran loop pada
overhand dapat digandakan. Simpul ini dinamakan double overhand.

b. FIGURE OF EIGHT(F8)
Figure of eight adalah simpul berbentuk seperti angka delapan. Cara membuatnya lebih
rumit dari overhand. Dari sekian simpul yang ada, figure of eight paling sering digunakan oleh
caver dan pemanjat. Simpulnya pun mudah dibuat dan dilepas.

Langkah-langkah :

1. Ikat ujung fixed roop pada anchor.


2. Lekuk ujungnya
3. Lilit membentuk angka delapan
Di arena memanjat , simpul ini lebih sering digunakan untuk mengikat harness. Cara
membuatnya lebih rumit dibandingkan untuk mengikat ujung fixed rope. Kalau figure of eight
sudah dibuat, jangan lupa lupa untuk menguncinya dgn simpul overhand supaya lebih aman.

Dalam membuat simpul ini bagian luar dari tali jangan sampai terbalik karena kan sangat
berbahaya

Figure of eight bisa juga untuk menyambung dua tali seperti di bawah ini:

figure of eight biasa membutuhkan panjang tali kira-kira hanya 50 cm,


sedangkan doble figure of eight membutuhkan panjang sekitar 3,5 m.

DF8 ini cocok untuk pengaman tambahan diluar pengaman utama.


Directional figure of eight: digunakan untuk pengaman tambahan

c. BOWLINE

Meskipun simpul figure of eight lebih baik dari simpul bowline, simpul bowline masih sering
digunakan dalam arena-arena memanjat. Bowline lebih sering digunakan untuk mengikat harness
pada latihan-latihan di jalur free climbing
yang lintasannya pendek. Ketika pada
jalur-jalur pendek, pemanjatan dilakukan
secara repetisi, berulang-ulang untuk
menuntaskan sebuah jalur. Cara memanjat
menyebabkan pemanjat harus sering-
sering mengikat dan melepas simpul pada
harness, sehingga membutuhkan simpul
yang praktis serta dapat mudah diikat dan
dilepas seperti bowline.

Keutamaan itulah yang membuat


bowline digemari pada latihan-latihan di
jalur pendek, yaitu mudah diikat dan
dilepas. Namun, setelah dipicu oleh
beberapa kecelakaan karena
penggunaannya, saat ini simpul bowline
tidak disarankan untuk pengikat harness.
Namun kalau pemanjat memaksa membuat bowline, biasakan pada ujung simpul
ditambahkan simpul overhand. Guna overhand pada simpul bowline adalah untuk mengunci
agar bowline tidak mudah lepas. Dengan kata lain, simpul bowline tidak lengkap tanpa overhand.
Pada pemanjatan big wall sebaiknya kita tidak menggunakan simpul bowline untuk mengikat
harness

d. FISHERMAN’S

Simpul ini umumnya dipakai untuk menyambung 2 buah tali. Penyambungan tali dilakukan
karena misalnya tali yang digunakan kurang panjang. Selain untuk menyambung tali,
fisherman’s pun biasa digunakan untuk membuat loop tali
prusik

Langkah-langkah :

1. Kedua ujung tali saling diikat satu sama lain.


2. Ujung tali yang satu diikat ujung tali yang lain,
demikian sebaliknya. Ikatan menggunakan simpul
overhand.
3. Kedua simpul overhand ditarik ujung-ujung talinya dan
akan saling mengikat.

Simpul fisherman’s sulit dilepas setelah dibebani. Ketika simpul dibebani, kedua ujungnya
akan saling mengikat kuat. Untuk mendapatkan ikatan simpul yang lebih kuat kita bisa
menggunakan double fisherman’s, kita hanya tinggal menggandakan overhandnya.
e. CLOVE HITCH

Fungsi dari simpul ini untuk mengikat harness ke anchor pitch untuk cow’s tail atau
mengikatkan tali pada pohon. Selain cepat dan mudah dibuat, dapat pula diatur panjang
pendeknya tali yang disimpul. Semakin besar beban yang ditanggung Clove
Hitch, semakin kuat simpul akan mengikat. Setelah dibebani, simpul ini
mudah dilepas. Jangan lupa menambahkan simpul overhand pada Clove
Hitch supaya lebih aman.

f. SIMPUL PITA( Tape Knot)

Simpul ini sering disebut pula tape knot atau water knot. Berbeda dengan
yang lain simpul ini digunakan untuk mengikat webbing. Simpul berguna
untuk menyambung 2 buah ujung tali webbing, baik untuk membuat loop
maupun menambah panjang webbing. Dasar simpul pita adalah simpul
overhand. Kedua ujung webbing yang disambung saling mengikat dengan
simpul overhand.

Simpul ini dulu populer ketika sling yang sudah dijahit belum diproduksi.
Simpul pita biasanya digunakan untuk membuat sling. Dalam pembuatan
simpul pita, kira-kira sisakan 5cm pada ujung webbingnya untuk mencegah lepasnya simpul.
g. SIMPUL KUPU-KUPU(BUTTERFLY KNOT)

Simpul ini digunakan di tengah tali dan biasanya digunakan untuk membuat traverse line,etriers
(tangga tali),dan belay anchor. Bisa juga untuk membentuk gantungan bentuk Y sebagai
pengaman. Gunakan simpul ini secara hati-hati untuk menghindari kesalahan yg fatal

h. TENSIONLESS HITCH (TIMBER OF HITCH)

Kegunaan simpul ini untuk membuat anchor sebagai pengaman utama atau pengaman
tambahan. Cara membuatnya mudah dengan melingkarkan tali pada
sebuah pohon atau yg lain beberapa kali sehingga membentuk
gesekan yang cukup. Digunakan sebagai belay untuk sesuatu yang
sangat berat dan mudah di lepas dengan cara mengontrol gesekan
yang terjadi.Dalam pembuatan simpul ini jangan sampai terjadi
overlap antar tali/webbing
i. SIMPUL PRUSIK

Simpul prusik adalah simpul klasik dan sering digunakan pada awal-awal
berkembangnya panjat tebing dulu untuk ascending, yaitu meniti fixed rope. Lebih lanjut, lilitan
tali prusik pada fixed rope menghasilkan friksi yang dapat menahan beban pemanjat.

Dengan diproduksinya peralatan ascending modern seperti jumar, simpul prusik untuk
ascending kini jarang digunakan. Simpul hanya digunakan sebagai alternatif apabila tidak
tersedia jumar. Selain untuk ascending, simpul prusik berguna pula untuk berbagai fungsi,
misalnya sebagai pengaman tambahan untuk rappeling.

Sebagai variasi simpul prusik untuk ascending, kita dapat pula menggunakan simpul
kleimheist dan french prusik. Kedua simpul mempunyai prinsip kerja yang sama dengan simpul
prusik, yaitu mengandalkan friksinya untuk menahan beban. Namun, meskipun ketiga simpul
mudah dibuat dan tidak sulit dilepas, sebaiknya kita hanya menggunakan ketiganya sebagai
alternatif kalau tidak tersedia jumar. Hal ini demi efektivitas dan keamanan memanjat.

1. French prusik :

Berguna sebagai pengaman sementara sperti saat membenarkan rigging, ketika melepas simpul
yang ada pada tengah tali
2. Klemheist knot:

Merupakan variasi dari French prusik yg memeliki sifat khusus,dan kelebihannya bisa
menggunakn webbing, dan ketika di bebani akan sulit terlepas

j. ITALIAN HITCH
Seperti simpul prusik, italian hitch merupakan simpul yang
klasik. Simpul ini dulu biasa digunakan untuk rappeling atau
belay. Dengan diproduksinya berbagai alat rappeling dan belay
yang lebih modern, italian hitch kini jarang digunakan. Simpul ini
memanfaatkan gesekan untuk mengontrol laju tali, karabiner yang
cocok untuk adalah krabinar HMS yg bentunya seperti pada
gambar. Meski simpul jarang digunakan, namun bukan berarti
tidak berguna kalau dipelajari. Dalam kasus-kasus tertentu, italian
hitch dapat digunakan sebagai alternatif. Misalnya, kalau
pemanjat tidak membawa alat rappeling ketika turun tebing, maka
Italian hitch bisa menjadi solusi. Namun, menggunakan alat-alat
yang terkini tentu lebih baik. Sekali lagi, itu kalau kita berhitung
soal efektivitas dan kemanan memanjat.
k. GARDA self-locking hitch
Simpul ini menggunakan dua buah karabiner yang parallel,dengan ini membuat suatu system
tali yang hanya dilewati satu arah saja. Garda dikembangkan oleh tim rescue Alpine dan simpul
ini sangat berfungsi untuk keadaan yang darurat,berguna untuk Self Rescue maupun hauling. Di
sarankan beban yang bekerja bila menggunakan sytem garda ini tidak melebihi 100 kg. Untuk
menjamin keamanan, selalu gunakan karabiner yang berbentuk D.

Ground Anchor
LINGKUNGAN HIDUP

Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat
mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari
Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai
segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal
balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen
lainnya. Sedangkan pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut No 23 tahun
2007 adalah kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di
dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya. Ruang lingkup
lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.
Pada suatu lingkungan terdapat dua komponen penting pembentukannya sehingga
menciptakan suatu ekosistem yakni komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik
pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni hewan, manusia,
tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya. sedangkan komponen abiotik adalah benda-benda
mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni
mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebagainya.
Kerusakan pada lingkungan hidup terjadi karena dua faktor baik fator alami ataupun
karena tangan-tangan jahil manusia. Pentingnya lingkungan hidup yang terawat terkadang
dilupakan oleh manusia, dan hal ini bisa menjadikan ekosistem serta kehidupan yang tidak
maksimal pada lingkungan tersebut.
Berikut beberapa faktor secara mendalam yang menjadikan kerusakan lingkungan
hidup.
a. Faktor Alami
Banyaknya bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab terjadinya
kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam tersebut bisa berupa banjir, tanah longsor, tsunami,
angin puting beliung, angin topan, gunung meletus, ataupun gempa bumi. Selain berbahaya
bagi keselamatan manusia maupun mahkluk lainnya, bencana ini akan membuat rusaknya
lingkungan.
b. Faktor Buatan
Manusia sebagai makhluk berakal dan memiliki kemampuan tinggi dibandingkan
dengan makhluk lain akan terus berkembang dari pola hidup sederhana menuju ke kehidupan
yang modern. Dengan adanya perkembangan kehidupan, tentunya kebutuhannya juga akan
sangat berkembang termasuk kebutuhan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Kerusakan lingkungan karena faktor manusia bisa berupa adanya penenbangan secara
liar yang menyebabkan banjir ataupun tanah longsor, dan pembuangan sampah di sembarang
tempat terlebih aliran sungai dan laut akan membuat pencemaran.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian
lingkungan hidup antara lain:

a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)


Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam
pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah
perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau
sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

b. Pelestarian udara
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:
1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan
ozon di atmosfer

c. Pelestarian hutan
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai
pengelolaan hutan.

d. Pelestarian laut dan pantai


Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar
pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena
karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
KEPECINTAALAMAN

A. PENGERTIAN PECINTA ALAM

Pecinta alam berasal dari kata “cinta” dan “alam”. Motivasipun beraneka ragam, ada
yang sekedar rileks, ada yang sengaja ingin menambah wawasan agar lebih mempertebal rasa
yakin dan percaya kepada Tuhan, ada yang untuk penelitian dan banyak lagi.

Mencintai alam bukan hanya sekedar mengagumi. Mencintai alam mengandung arti
merasa kagum, hormat, mengambil manfaat dari apa yang ada di alam dengan memperhatikan
untung ruginya baik bagi alam maupun lingkungan sekitarnya, perasaan dan niat untuk
memelihara, niat untuk memperbaiki juga mempertimbangkan keharmonisan hubungan
hubungan manusia dengan alam.

Ada beberapa prinsip atau kriteria dalam mencintai alam:

1. Mengagumi, menyayangi, dan menyayangi alam,


2. Menjaga, memelihara, mempertahankan, serta memperbaiki alam,
3. Memanfaatkan, mengambil makanan dan hasil yang dibutuhkan dari alam dengan tidak
meninggalkan jejak negatif,
4. Menyadari, menghayati, dan mengamalkan sepenuhnya kerja antar sesama komponen
alam yang saling bergantung.
Klasifikasi pecinta alam berdasarkan tujuan :

1. Kelompok yang interest atau yang lebih berorientasi kepada kegiatan adventures,
2. Kelompok yang hanya ingin mencari teman atau tempat untuk nongkrong,
3. Kelompok yang interest pada keorganisasian,
4. Kelompok yang interest pada lingkungan hidup

B. ORGANISASI PECINTA ALAM

Organisasi pecinta alam adalah organisasi yang menghimpun para pencinta alam sebagai
anggotanya. Secara umum organisasi adalah sejumlah orang yang bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan. Sejumlah orang berarti lebih dari satu orang atau individu. Sedangkan untuk
bekerja sama sejumlah orang tersebut harus ada aturan mainnya agar tujuan dapat tercapai
dengan baik. Aturan main tersebut ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis.

Persyaratan yang paling harus dipenuhi oleh suatu organisasi :

1. Berdasarkan Pancasila,
2. Menjadikan Kode Etik Pecinta Alam sebagai landasan hubungan,
3. Tujuan tidak bertentangan dengan Perundangan-undangan yang ada,
4. Ada alamat jelas, dan mudah dihubungi,
5. Jumlah anggota idealnya adalah 20 orang,
6. Ada AD/ARTnya (AD: anggaran dasar/ART:anggaran rumah tangga)
7. Ada nama jelas dan tidak mengundang masalah dari pihak lain,
8. Ada lambang organisasi(bendera, stampel, badge dan perlengkapan lain)
9. Tidak merupakan anak atau menjadi bawahan salah satu organisasi politik
10. Ada pengakuan dari pihak lain/luar (Akta atau ijin)

Tujuan dari berorganisasi di pecinta alam mencakup tiga hal:

 Memupuk patriotisme yang sehat dikalangan anggotanya. Hal ini dapat dicapai dengan
dapat beradaptasi dengan alam masyarakat atau rakyat kebanyakan. Memang tekad
yang mendasari pendirian organisasinya ini adalah suatu keyakinan bahwa patriotisme
yang sehat tidak mungkin timbul dari slogan-slogan, indoktrinasi atau poster-poster.
Patriotisme yang sehat hanyalah mungkin dibina atas partisipasi yang aktif dari
seseorang melalui hidup di tengah-tengah alam dan masyarakat Indonesia pada
umumnya.
 Mendidik para anggotanya baik mental maupun fisik. Di sini juga ditekankan aspek
edukasi tanah air secara aktif dekat.
 Mencapai semangat gotong-royong dan kesadaran sosial.

C. KODE ETIK PECINTA ALAM

Pecinta Alam Indonesia sadar sepenuhnya bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Pecinta Alam Indonesia juga sadar bahwa dirinya merupakan bagian
dari masyarakat Indonesia yang mempunyai tanggung jawab terhadap Tuhan, Bangsa, dan
Tanah air. Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa segenap Pecinta Alam adalah saudara, sebagai
makhluk yang mencintai alam, sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Sesuai dengan hakikat di atas, kami dengan kesadaran menyatakan sebagai berikut :

1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa,


2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sesuai dengan batas kebutuhan,
3. Mengabdi kepada bangsa dan tanah air,
4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar,
5. Berusaha mempererat tali persaudraan antar Pecinta Alam sesuai dengan asas Pecinta
Alam.
6. Berusaha saling mencintai, serta saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian
Tuhan, bangsa, dan Negara.
7. Selesai.
Disahkan Dalam

Forum Gladian Nasional ke IV Ujung Pandang

Tanggal 29 Januari 1974 Pukul 01.00 WITA


NAVIGASI DARAT

Navigasi darat adalah bagian dari ilmu untuk menentukan posisi suatu objek dan arah
perjalanan, baik pada medan sebenarnya maupun pada peta. Kemampuan membaca dan
memahami peta, menggunakan alat-alat navigasi untuk menentukan posisi, serta menganalisis
dan memberikan asumsi awal terhadap medan yang dilalui merupakan salah satu dari keahlian
dasar yang perlu dimiliki oleh pecinta alam. Hal tersebut merupakan beka lawal dalam
merencanakan dan melakukan kegiatan dialam terbuka maupun dalam usaha pencarian atau
penyelamatan korban kecelakaan.

1. Peta
Peta adalah gambaran unsur-unsur alam atau buatan manusia yang berada di atas
ataubawah permukaan bumi dan digambarkan pada bidang datar dengan proyeksi tertentu dalam
ukuran yang diperkecil yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara visual
maupunmatematis. Jenis peta berdasar penggunaan, antara lain : peta dasar, petatematik,
petatopografi, petahidrogafi, petageologi. Peta tofografi pada umumnya disertakan pula, yang
akan membantu untuk mengetahui secara detail daerah-daerah permukaan bumi yang terpetakan
tersebut.

►Keterangan-keterangan tersebut antara lain :

a. Judul peta
b. Keterangan pembuatan peta
Contoh : peta yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi, Dinas Tofografi
Belanda, US Army Map Service, Bakosurtanal, dan sebagainya.

c. Nomor peta
Yaitu menjelaskan nomor registrasi peta.

d. Lembar derajat
Yaitu penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang
digunakan untuk memudahkan kita jika ingin mendapatkan gambaran yang lebih luas
mengenai suatu daerah dengan menggabung-gabungkan bagian-bagian lain peta tersebut.

e. Koordinat peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta, atau kedudukan titik pada
suatu bidang atau terhadap dua garis bilangan sistem koordinat pada peta. Sistem
koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem garis sumbu yaitu garis-garis yang
saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam
yaitu :

1. Koordinat geografis (geografical coordinate)

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang
tegak lurus terhadap garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam derajat,
menit dan detik.

2. Koordinat Grid (grid coordinate atau UTM)

Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak
terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan wilayah nol ini ada
disebelah barat Jakarta (600 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari barat
ketimur. Sistem koodinat mengenal penomoran dengan 4 angka atau 6 angka. Untuk
daerah yang luas dipakai penomoran 4 angka, sedangkan untuk daerah yang lebih sempit
menggunakan penomoran 6 angka.

f. Garis Kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik berketinggian sama
dari muka laut, berbelok-belok mengikuti ketinggian yang sama dan tertutup. Garis
kontur dimaksudkan untuk :

1. mengetahui tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut.


2. mengetahui bentuk dilapangan yang sebenarnya. Oleh karena itu garis kontur ini
dinamakan juga garis sama tinggi.
g. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal
sebenarnya dilapangan.

Skala peta : Jarak di peta

Jarak dilapangan

h. Legenda Peta
Yaitu informasi tambahan untuk mempermudah interpretasi peta baik dari unsur-
unsur yang dibuat manusia maupun alam. Pada umumnya legenda peta disajikan dalam
bentuk gambar beserta keterangan tertulis, termasuk perbedaan warna-warna (untuk peta
berwarna). Bagian legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai petaseperti : titik
triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, Desa, dan pemukiman, dan sebagainya.

i. Tahun Peta
j. Arah Peta
Yang perlu diperhatikan adalah arah utara peta. Cara yang paling mudah ialah
dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan tegak yang ada di peta. Pada bagian
bawah biasanyajuga penunjuk arah Utara peta, Utara sebenarnya, dan Utara magnetik.

- Utara peta/utara grid adalaharahutara yang ditunjukkan garis koordinat tegak peta
kearah atas
- Utara sebenarnya adalah arah yang menunjukkan Kutub Utara bumi.
- Utara magnetik adalah arah utara yang menunjukkan Kutub Utara magnetik bumi.
Kutub Utara magnetik bumi letaknya tidak bertepatan dengan Kutub Utara bumi,
kira-kira berada di sebelah Utara Kanada, di Jazirah Boothia, karena pengaruh rotasi
bumi letak kutub utara magnetik bumi bergeser dari tahun ketahun. Utara magnetik
ini adalah arah utara yang ditunjukkan oleh jarum magnetik kompas. Untuk
keperluan praktis, utara peta, utara sebenarnya dan utara magnetik dapat dianggap
sama.Untuk kepeluan-keperluan yang lebih menuntut ketelitian perlu
mempertimbangkan adanya ikhtilap peta, ikhtilap magnetik, ikhtilap peta magnetik
dan variasi magnetik.
1. Ikhtilap peta, adalah beda sudut antara utara sebenrnya dengan utara tetap. Beda
sudut ini terjadi karena kerataan jarak pararel garis bujur peta bumi menjadi garis
koordinat vertikal pada peta.
2. Ikhtilap magnetik, adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara magnetik.
3. Ikhtilap petamagnetik, adalah beda sudut antara utara peta dengan utara magnetik
bumi.
4. Variasi magnetik bumi, adalah perubahan atau pergeseran letak kutub magnetik bumi
pertahun.

2. Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan selalu
menunjuk kearah utara-selatan. Arah yang ditunjuk jarum kompas tersebut merupakan arah utara
magnetis bumi, bukan utara bumi sebenarnya. Secara fisik kompas terdiri atas :badan, jarum, dan
skala penunjuk.Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet
bumi. Dalam penggunaannya, hindarkan dari benda yang mengandung logam karena akan
mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatan berkurang.
Jika kita melakukan perjalanan menurut arah kompas (menggunakan kompas prisma atau
lensa) disiang hari, maka tindakan yang akan kita lakukan secara berturut-turut:

- Buka kompas dan dirikan tutup kompas tegak lurus.


- Angkat tutup prisma atau lensa ke atas lensa kompas.
- Masukan ruas pertama ibu jari tangan kanan atau kiri ke dalam cincin ibu jari dan
letakkan jari telunjuk menekan badan kompas atau memegangi badan kompas.
- Bawa prisma atau lensa itu kemuka mata dan lihatlah ke dalam celah bidik.
- Putar badan atau bidik sampai mendapat arah yang ditentukan.
- Arah bidik dinyatakan oleh angka-angka yang ditunjukkan oleh garis-garis prisma
atau lensa dan garis rambut.
- Sambil melihat melalui garis carilah suatu titik dan tanda-tanda di medan yang searah
- Pergilah ke titik yang dipilih, bila telah sampai dititik tanda yang pertama, carilah
titik tanda kedua pada arah selanjutnya.
- Setelah sampai pada tiap-tiap titik tanda, adakan pemeriksaan pada titik-titik tanda
yang telah dilalui, supaya jangan tersesat, dengan mengukur back azimuthnya. (sudut
kompas semula + atau – 180 derajat) dengan kata lain back azimuth (BA) = sudut
kompas ±180 derajat.

3. Orientasi peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya
(menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Dalam melakukan orientasi peta, perlu
mengenal dan mengetahui tanda-tanda medan yang ada di lokasi,misalnya gunung, sungai,
bukit,atau tanda lainnya. Dapat juga dengan mengamati bentang alam yang terlihat dan
mencocokkan dengan kontur pada peta. Secara praktis, utara kompas dapat dianggap satu titik
dengan utara sebenarnya tanpa memperhitungkan adanya deklinasi.

Langkah-langkahorientasipeta:

1. Caritempatterbuka agar terlihat tanda-tanda medan yang mencolok


2. Letakkan peta pada bidang datar
3. Samakan utara peta dengan utara kompas
4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol di sekeliling dan temukan tanda-tanda
tersebut dalam peta
5. Ingat-ingat tanda medan itu, bentuk maupun tempatnya yang ada di peta maupun
medan sebenarnya

4. Azimuth dan back azimuth


Azimuth atau bearing adalah sudut kontak antara satu titik dan arah utara dari seorang
pengamat. Perlu diingat, pengamat di manapun berada adalah titik pusat dari suatu lingkaran
imajiner. Azimuth disebut juga sudut kompas. Bila kita berjalan dari suatu titik ke titik lain
dengan sudut kompas tetap (istilah populernya potong kompas) maka harus diusahakan agar
lintasannya berupa satu garis lurus. Untuk itu, digunakan teknik back azimuth. Prinsipnya
membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikkan kompas kemuka dan
kebelakang pada jarak tertentu. Langkah-langkahnya sbb:

- Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut
yang menjadi arah perjalanan (sudutkompas). Hitung juga sudut dari titik akhir ketitik
awal, kebalikan arah perjalanan. Sudut yang terakhir ini adalah sudut back azimuth.
- Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan (pohonbesar,
pohon tumbang, longsoran tebing)
- Bidikkan kompas sesuai dengan arah perjalanan kita. Perhatikan tanda medan lain di
ujung lintasan yang akan dilalui pada arah itu.
- Setelah sampai padatan dimedan itu, bidikkan kompas kembali kebelakang (sudut
back azimuth) untuk mengecek apakah anda berada pada lintasan yang diinginkan.
Bergeserlah kekiri atau kekanan untuk mendapatkan back azimuth yang benar.
- Sering kali tidak ada tanda medan yang dapat dijadikan sasaran. Dalam hal ini, anda
dan seorang rekan menjadi tanda tersebut.
Rumus mencari sudut Back Azimuth:

-
Jika X0 < 1800 = X0 + 1800
- Jika X0 > 1800 = X0 - 1800

5. Reseksi
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau
lebih tanda medan yang diketahui. Tehnik resection membutuhkan alam yang terbuka untuk
dapat membidik tanda medan. Tidak selalu seluruh tanda medan harus dibidik. Jika kita sedang
berada di tepi sungai, jalur sepanjang jalan atau sepanjang suatu punggungan maka hanya perlu
satu tanda medan lainnya yang dibidik.

►Langkah-langkah resection :

- Lakukanlah orientasi peta atau orientasi medan.


- Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, sedikitnya dua buah.
Tanda medan yang mudah dikenali : jalan, sungai, tebing atau patahan, puncak
gunung, dan lain-lain.
- Tandai kedudukkan dua titik atau lebih yang sudah kita kenal berdasarkan keadaan
medan atau peta.
- Bidiklah tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dan catatlah sudut kompasnya.
- Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, berilah titik pada tempat sudut hasil
bidikan tersebut di atas peta.
- Tariklah garis lurus antara titik hasil bidikan kompas di peta dengan titik yang kita
bidik di peta.
- Buatlah dua buah garis lurus atau lebih hasil bidikan dari kompas dari dua titik atau
lebih yang diusahakan saling berpotongan.
- Perpotongan garis tersebut adalah posisi kita di peta.

6. Interseksi
Prinsip intersection : menentukan posisi suatu titik di peta dengan menggunakan dua titik
atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui
posisi suatu benda atau posisi seseorang yang terlihat di lapangan, tetapi sukar untuk dicapai.
Pada intersection kita sudah harus yakin posisi kita di peta.

►Langkah-langkah intersection :

1. Lakukan orientasi peta atau orientasi medan, dan pastikan kedudukan kita di peta.
2. Bidiklah obyek yang sedang kita amati, dari posisi kita, yang telah kita ketahui di peta.
3. Pindahkan sudut pertama yang kita dapati dari hasil bidikan pertama itu ke atas peta
berupa satu titik.
4. Tariklah garis lurus yang menghubungkan titik posisi kita di peta dengan titik hasil
bidikan pertama itu.
5. Bergeraklah ke posisi lain dan lakukanlah kembali resection untuk memastikan
kedudukkan kita di peta. Jarak antara posisi pertama bidikan dengan posisi kita yang
kedua diharapkan cukup sebanding dengan sudut yang akan diambil/dibidik.
6. Bidiklah obyek yang sedang kita amati, dari posisi kita yang kedua.
7. Pindahkan sudut kedua yang kita dapati dari hasil bidikan kedua itu ke atas peta
berupa satu titik.
8. Tariklah garis lurus yang menghubungkan kedua titik kedua posisi kita yang kedua
dengan posisi titik hasil bidikan yang kedua.
9. Perpotongan antara kedua garis lurus tersebut merupakan posisi obyek yang sedang
kita amati di atas peta.
Biasanya posisi pertama maupun posisi kedua untuk melakukan bidikan adalah posisi
yang tinggi, sehingga dapat mengamati obyek yang berada di bawahnya.

7. Interpretasi dan analisis peta topografi


Melakukan analisa bentuk kontur yang tergambar pada peta untuk mendapatkan gambaran
medan sebenarnya. Mengenali tanda medandapatdilakukanberdasarsifat-sifat garis kontur

1. Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi, kecuali bila disebut secara khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.
2. Garis kontur tidak akan pernah berpotongan
3. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap, walaupun kerapatan dua garis
kontur tersebut berubah-ubah.
4. Daerah datar mpunyai kontur yang jarang-jarang, sedangkan daerah terjal atau curam
mempunyai garis kontur yang rapat.
5. Garis kontur tidak akan pernah bercabang.
6. Punggung gunung atau bukit terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang
berbentuk huruf “U” yang ujung melengkungnya menjauhi puncak.
7. Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” yang
ujungnya tajam dan menjorok ke arah puncak.
8. Garis kontur berbentuk kurva tertutup.
9. Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara (tengah-tengah) antara dua
garis yang berurutan.
P3K

Pertolongan pertama dapat menyelamatkan dan menolong korban dalam perjalanan


sebelum mendapatkan perawatan lebih lanjut.Pengetahuan dan ketrampilan untuk menangani
keadaan darurat menjadi dasar penting.Salah satu yang diperlukan untuk melakukan tindakan
pertama itu adalah perlengkapan dasar P3K yang lengkap.Perlengkapan sepele yang sering
dilupakan adalah sebuah peniti yang bersih, kecil tetapi sangat berguna, misalnya untuk menutup
baju anda atau perban darurat. Beberapa perlengkapan di bawah ini wajib untuk dibawa dalam
perjalanan petualangan anda:

1. Perban
Anda dapat menggunakan perban untuk mengikat luka, dan membalut bagian tubuh
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Fungsi lain dapat dipakai sebagai alat pengikat
jika tak ada yang lain.
2. Plester
Gunakan plester untuk menahan penutup luka/kasa untuk menghindari infeksi luka
karena kotoran.
3. Pil pereda rasa sakit/analgetik
Simpanlah pil pereda rasa sakit anda untuk keadaan darurat. Misalnya: ponstan.
4. Gunting kecil
Belilah gunting dengan kualitas terbaik dan tahan karat.
5. Peniti
Digunakan untuk mengikat perban dan jahitan sementara.
6. Pembalut segitiga/Mitela
kain ini untuk sangat fungsional untuk berbagai keperluan. Patah tangan dapat diatasi
dengan membuat ambin dari perban yang besar.
7. Kapas
Kapas berguna untuk membersihkan luka dan dapat menyerap darah dari luka. Tetapi
jangan digunakan secara langsung sebagai penutup luka, karena bila luka mengering
kapas akan melekat dan sulit dilepas.
8. Antiseptik
Gunakan pengoles antiseptik untuk membersihkan luka. Krim antiseptik tersebut akan
mempercepat penyembuhan.

Sehari-hari dimana saja dan kapan saja, tidak jarang kita jumpai berbagai macam
kecelakan, dengan akibat luka ringan maupun berat.Menilik dari hal tersebut, diharapkan kita
sebagai anggota masyarakat pada umumnya dan sebagai pecinta alam yang sering mengadakan
kegiatan di alam bebas pada khususnya dapat menguasai dan menerapkan pengetahuan tentang
pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan/Gangguan Yang Diakibatkan Oleh Aktifitas di
Alam Bebas

1. Shock
 Tanda-tanda :
 Nafas dangkal tidak teratur.
 Kulit pucat, dingin dan lembab.
 Kesadaran menurun, denyut nadi cepat, lemah dan kemudian menghilang.
 Mata hampa, suram.
 Penderita merasa pusing, mual.
 Penyebab :
 Tekanan emosi hebat
 Kehilangan darah atau cairan
 Keracunan
 Pertolongan :
 Baringkan penderita dengan kepala lebih rendah, kecuali pasien menderita gegar
otak dan patah tulang.
 Kendorkan pakaian, beri selimut.
 Jangan beri minum.
2. Pingsan
 Tanda-tanda :
 Penderita tidak sadar, terbaring tidak bergerak, terkadang sangat gelisah.
 Pernafasan ada nadi berdenyut.
 Penyebab :
 Kurang memeproleh zat asam.
 Terlalu kepanasan/kedinginan, kesakitan.
 Keracunan
 Penyakit kronis, ginjal, jantung, diabetes, dsb.
 Pertolongan :
 Baringkan penderita ditempat teduh dan udara segar.
 Bila wajah pucat, kepala direndahkan (sebaliknya).
 Buka/longgarkan pakaian.
 Bila penderita muntah, letakkan kepala dalam posisi miring, untuk mencegah
muntahan terselak masuk ke paru-paru.
 Beri penyegar (decologne) atau amoniak agar segera sadar.
3. Mati suri
 Tanda-tanda :
 Kesadaran diantara pingsan dan mati.
 Pernafasan tidak nampak.
 Nadi tidak teraba.
 Wajah pucat kebiru-biruan.
 Penyebab :
 Tidak dapat bernafas
 Menghirup gas beracun.
 Pertolongan :
 Lakukan seperti penderita pingsan.
 Bersihkan jalan nafas.
 Segera bawa ke dokter.
4. Kejang otot (Kram)
 Penyebab :
 Terlalu letih
 Karena dingin/panas
 Kekurangan garam, rendahnya kadar mineral.
 Bernafas terlalu cepat ketika tidak diperlukan, sehingga menghalangi pemakaian
kalsium oleh tubuh.
 Tanda-tanda :
 Rasa sakit yang terus menerus, berlangung selama beberapa detik sampai beberapa
jam.
 Pertolongan :
 Dengan merenggangkan otot tersebut, bila kejang dibetis, berdiri dengan bertumpu
pada jari kaki atau mendorong bagian depan kaki ke atas dan memijit otot yang
kejang kearah jantung.
 Bila yang menderita kejang adalah otot lengan atas depan, pijitlah otot tersebut
dengan satu tangan dan mintalah bantuan teman anda untuk meluruskan siku
tersebut.
5. Terkilir (Reptura Tendo)
Yaitu terlepasnya tendo dari tulang/otot (Tendo adalah penghubung antara tulang/sendi).

 Tanda-tanda :
 Seseorang yang menderita reptura tendo atau terkilir biasanya terdengar suaranya.
 Rasa sakit yang hebat sehingga orang tersebut menggeliat kesakitan dan memegang
otot tersebut dalam posisi konstraksi.
 Ia tidak akan membiarkan otot tersebut digerakkan, bahkan biasanya tidak akan mau
diperiksa, kecuali bila telah menerima obat penghilang rasa sakit.
 Membengkak sakit selama beberapa hari dan timbul tanda biru/hitam.
 Penyebab :
 Konstraksi otot yang kuat yang terjadi dengan tiba-tiba.
 Otot yang tegang dan tidak fleksibel mudah menderita reptura tendo.
 Pertolongan :
 Rest : istirahat
 Ice : pendinginan
 Compression : penekanan
 Elevation : pendinginan bagian tubuh yang cidera
 Segera hubungi dokter
6. Dislokasi (sendi meleset)
Yaitu terlepasnya sendi dari tempat yang seharusnya.

a. Dislokasi sendi rahang


 Penyebab :
 Menguap atau tertawa terlalu lebar
 Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka.
 Pertolongan :
Mempergunakan ibu jari yang ditekankan ke rahang, ibu jari sebelumnya dibalut
terlebih dahulu. Caranya, rahang tersebut ditekankan kebawah dengan kedua ibu jari
tersebut diletakkan digeraham yang paling belakang, tekanan harus mantap tetapi pelan-
pelan, bersamaan dengan penekanan tersebut, jari-jari yang lain mengangkat dagu
penderita keatas.

b. Dislokasi sendi bahu


 Pertolongan :
 Perhatikan apakah ada patah tulang.
 Apabila tidak ada, cedera ditekan dengan telapak tangan/kaki. Sementara itu lengan
penderita ditarik sesuai dengan arah kedudukan ketika itu, tarikan harus dilakukan
dengan pelan dan semakin lama dan semakin kuat, kemudian dengan hati-hati
lengan atas diputar (arah jauhi tubuh) hal ini sebaiknya dilakukan dengan siku
berlipat. Dengan cara ini diharapkan ujung lengan atas akan menggeser kembli
ketempat semula.
c. Dislokasi sendi paha (pinggul)
 Penyebab :
 Lutut membentur, paha terdorong kebelakang dan terlepas dari sendinya.
 Tanda-tanda :
 Lutut terputar kedalam, paha terkunci mendekati garis tengah tubuh, bila digerakkan
terasa nyeri.
 Usahakan jangan digerakkan, bawa segera ke rumah sakit.
7. Patah Tulang tulang stress
 Tanda-tanda :
 Tidak tampak
 Sakit bila ditekan dari atas dan dari bawah.
 Sakit ringan dan semakin sakit bila terus digunakan.
 Penyebab :
 Kaki yang mempunyai lengkungan yang tinggi, sehingga sebagian besar gaya
langkah terpusatkan pada tulang dan kaki.
 Pertolongan :
 Istirahatkan bagian tubuh yang sakit.
8. Patah tulang komplet
 Tanda-tanda :
 Rasa sakit yang hebat disertai dengan pembengkakan.
 Bila memutuskan pembuluh darah darah dapat mengakibatkan pendarahan.
 Penyebab
 Kekerasan dari luar, terpukul benda-benda keras, tertembak terjatuh dan sebagainya.
 Pertolongan
 Mencegah pendarahan
 Mencegah gugat
 Mencegah rasa nyeri
 Mencegah infeksi
 Pembalutan/pembidaian.
9. Perdarahan Pembuluh Nadi
 Tanda-tanda :
 Darah keluar menyembur sesuai dengan denyut jantung, darah yang keluar berwarna
merah segar.
 Pertolongan :
 Menekan ditempat perdarahan dengan kain, setelah luka dibersihkan.
 Usahakan bagian yang mengalami perdarahan lebih tinggi dari letak.
 Jika belum berhasil, hentikan perdarahan dengan memijit pembuluh nadi (arteri)
antara luka dengan jantung (diatas posisi luka)
 Dengan memasang touniquet (dikendorkan tiap 15 menit)
10. Keracunan
Racun bisa masuk ketubuh melalui :

a. Pernafasan
 Tanda-tanda :
 Banyak keluar air liur dan air mata
 Batuk-batuk
 Warna muka merah
 Pertolongan :
 Bawa secepatnya ketampat yang bebas gari gas beracun tersebut.
 Tidurkan terlentang dan beri selimut.
 Bila perlu beri penafasan buatan jangan dari mulut ke mulut.
 Segera bawa ke rumah sakit
b. Melalui kulit
 Pertolongan :
 Pakaian yang terkena racun dilepas
 Bagian tubuh yang terkena racun disiram dengan air dingin terus menerus.
c. Melalui makanan
11. Keracunan Botulinum(banyak dijumpai pada makanan dalam kaleng)
 Gejala :
 Muncul secara mendadak 18-36 jam sesudah memakan makanan tersebut
 Lemah badan, disusul penglihatan kabur dan ganda.
 Penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.
 pertolongan :
 Hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan menyuntikkan serum antitoksin
khusus untuk Botulinum.
 Pencegahan :
 Sebelum dihidangkan, makanan dalam kaleng dibuka kemudian direbus bersama
kalengnya didalam air sampai mendidih.
12. Keracunan jamur
 gejala :
 Muncul dalam jarak beberapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur beracun
tersebut.
 Sakit perut yang hebat, mencret.
 Banyak berkeringat
 Mental kacau
 Pingsan
 Pertolongan :
 Usahakan agar muntah
 Bilas lambung
 Bila perlu berikan pernafasan buatan
13. Hipotermia [Penyakit Dingin]
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelah panas
dipermukaan tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan dalam dan organ tubuh.
Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah dapat mengerut
dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki.Dalam kondisi yang parah mungkin
korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.

 Penyebab:
 Kedinginan terlalu lama
 Pakaian yang basah, kaos kaki yang basah semakin menambah dinginnya badan.
 tidak memperhatikan makanan sehingga tubuh tidak memperoleh ernergi untuk
memanaskan badan
 Dinginnya udara seringkali membuat perut kembung sehingga enggan untuk
makan, kecuali memang kehabisan makanan.

 Gejala -gejala kedinginan:


 biasanya Pendaki akan menggigil kedinginan
 gigi gemeretakan
 merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa
 pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi lamban.
 Gejala kedinginan yang lebih parah:
 membuat gerakan tubuh menjadi tidak terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan
tersandung-sandung
 Pikiran menjadi kacau, bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau
 Kulit tubuh terasa sangat dingin bila disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban.
 Denyut nadi pun menjadi lamban, seringkali menjadi kram bahkan akhirnya
pingsan.
 Pertolongan:
 Jika korban pingsan, baringkan dia dalam posisi miring
 Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah pernafasan
buatan dari mulut dan menekan dada.
 Pindahkan ke tempat kering yang teduh
 Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang hangat, selimuti untuk
mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti
alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut.
 suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban
karena panas tubuh dari orang lain perlu diberikan.
 Jika penderita sadar, berikan minuman hangat jangan memberikan minuman
alkohol. Segeralah cari bantuan medis.
 jangan cepat-cepat menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas atau
membaringkan di dekat api atau pemanas
 Jangan menggosok-gosok tubuh penderita.
 Pencegahan:
 bawalah beberapa lapis pakaian kering
 Siapkan mantel hujan, jaket tebal, dan kantung tidur
 Masukkan pakaian kedalam kantong plastik sebelum dimasukkan ke dalam tas.
 Gunakan cover pelindung air untuk membungkus tas
 Bawalah bekal makanan yang cukup, ada baiknya membawa bekal lebih guna
menghapi tertundanya perjalanan karena cuaca atau harus beristirahat karena sakit
 Pelajari jalur yang akan ditempuh sebelum melakukan pendakian sehingga dapat
merencanakan tempat yang akan digunakanan untuk beristirahat, berlindung,
memasak, dan mendirikan tenda.
 Pilihlah pendakian pada musim kemarau, karena pada musim penghujan curah
hujannya tinggi sering ada badai dan tanah longsor, di musim kemaraupun di
gunung sering turun hujan namun tidak sebanyak dan sesering di musim hujan.
 Beristirahatlah sebentar saja,bila terlalu lama badan justru akan semakin dingin
dan semakin mengantuk, dengan berjalan badan biasanya menjadi hangat bahkan
berkeringat.
 Menggunakan kaos tangan, kerudung kepala, kaos kaki, jaket tebal bisa
membantu mengatasi rasa dingin
 Bila memungkinkan dan tidak membahayakan lingkungan bisa membuat api
unggun untuk menghangatkan badan dan beristirahat.
SAR

1. Pendahuluan
Istilah SAR mulaipopuler di Indonesia, tetapi tidak banyak yang mengetahui apa arti
tugas dan bagaimana organisasi SAR di Indonesia. SAR kepanjangan dari search and Rescue,
yaitu: suatu usaha atau kegiatan untuk melakukan pencarian dan petolongan / penyelematan
terhadap orang atau material yang hilang atau dikawatirkan hilang dalam suatu musibah.

2. Sejarah
SAR di Indonesia mulai dikenal mulai tahun 50-an (1950) dengan terdaftarnya Negara
kita sebagai anggota ICAO (International Civil Aviation Organisation) Yang menangani musibah
penerbangan, kemudian pada tahun 60-an terdaftar menjadi anggota IMCO (Inter Government
Maritime Consultatine Organisation) atau sekarang lebih dikenal sebagai IMO, maka mulai
berkembang pula SAR untuk pelayaran. Sampai kemudian berdasarkan keputusan Presiden No.
11/1972 tanggal 28 Februari lahirlah BASARI (Badan Sar Indonesia)

3. Organisasi SAR di Indonesia


Aktifitas SAR di Indonesia terorganisasi dalam Badan-badan, berbagai kantor koordinasi
serta unsur-unsur operasi yang dibentuk Pemerintah Pusat maupun Daerah, sebagai berikut :
 BASARI Adalah badan yang menyelenggarakan tugas-tugas pencarian dan pertolongan
yang berkedudukan langsung dipusat pemerintahan serta bertanggung jawab kepada
Presiden. Fungsi dan tugas mengkoordinasikan tugas pencarian dan pertolongan sesuai
dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional yang berlaku. BASARI dalam struktur
organisasi terdiri dari pimpinan 6 (enam) Menteri, BASARNAS, KKR serta SKR
diwilayah / daerah.
 BASARNAS sebagai badan pelaksana operasi SAR dikepalai oleh seorang pejabat dari
Departemen perhubungan dan berada langsung dibawah Menteri Perhubungan.
Kantor Kordinasi Rescue (KKR) Bertugas menyelenggarakan aparat koordinasi rescue guna
mengkoordinir semua unsur SAR dan fasilitas SAR untuk kegiatan diwilayah tanggung
jawabnya. Jumlah KKR di Indonesia dibagi menjadi 4 wilayah operasional, yaitu KKR I di
Jakarta, KKR II di Surabaya, KKR III di Ujungpandangdan KKR IV di Biak.

4. Unsur-UnsurOrganisasiOperasi
Dalam penyelenggaraan SAR dibentuk organisasi khusus untuk satu jangka waktu
(selama operasi berlangsung) agar dapat dilakukan koordinasi dan pengendalian dari unsur-unsur
SAR yang digunakan sehingga mendapat hasil yang optimal. Untuk itu dikenal istilah-istilah SC,
SMC, OSC, SRU.
 SC (SAR Coordinator). Adalah pejabat yang mampu memberikan dukungan kepada KKR
/ SKR untuk menggerakkan unsur-unsur karena kewenangannya atau jabatan yang
dimilikinya.
 SMC (SAR Mission Coordinator). Adalah pejabat yang ditunjuk oleh BASARNAS /
KKR / SKR karena memiliki kemampuan / kualifikasi yang ditentukan atau telah
mengikuti pendidikan. Pajabat ini akan mengkoordinasikan dan mengendalikan operasi
SAR dari awal sampai selesai.
 OSC (On Scene Commander). Adalah pejabat yang ditunjuk oleh SMC untuk
mengkoordinasikan serta mengendalikan unsur SAR dilapangan.
 SRU (Search and Rescue Unit). Adalah unsure sar yang digerakkan oleh unsur SAR
dapat berupa unsur SAR berbagai instansi (darat, laut dan udara) yang diperbantukan
atau ditugaskan oleh instansi induknya atau merupakan kelompok masyarakat, kelompok
pecinta alam yang merupakan partisipasi dalam operasi SAR.

5. Prinsip Penyelenggaraan Operasi SAR


a. Umum
Diaktifkan setelah tanda darurat dari laporan alternative pos utama atau pos siaga
bantu dan masyarakat. SAR dihentikan bila korban behasil ditemukan dan diselamatkan
setelah evakuasi.
b. Siaga
Operasi harus cepat, tepat dan efektif sehingga dapat memantau dan mendeteksi
sedini mungkin. Pelaksanaan siaga SAR 24 jam penuh.
c. Darurat :
 INCERFA : Ditunjukkan dengan adanya keraguan mengenai keselamatan
disuatu medan yang sulit untuk mengetahuinya.
 ALERFA : Merupakan kelanjutan dari INCERFA yang keadaannya
mengkhawatirkan.
 DISTRESSFA : Keadaan dimana suatu kecelakaan diketahui atau diduga kuat.

6. Tahap kegiatan
a. Awareness Stage (Tahap Kekhawatiran)
Adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan muncul (saat disadarinya
terjadi keadaan darurat / musibah)
b. Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan / Preliminary Mode)
Adalah tahap seleksi informasi yang diterima, untuk segera dianalisa dan ditetapkan
bahwa berdasarkan informasi tersebut
c. Planning Stage (Tahap Perencanaan / Confinement Mode)
Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respons) terhadap keadaan
sebelumnya, antara lain :
 Search Planning Event (tahap perencanaan pencarian).
 Search Planning Sequence (urutan perencanaan pencarian).
 Degree of Search Planning (tingkatan perencanaan pencarian).
 Search Planning Computating (perhitungan perencanaan pencarian).
d. Operation Stage (Pertolongan)
Detection Mode / Tracking Mode And Evacuation Mode, yaitu seperti dilakukan operasi
pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik. Tahap operasi
meliputi :
 Fasilitas SAR bergerak kelokasi kejadian.
 Fasilitas SAR bergerak kelokasi kejadian.
 Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui yang
diperkirakan ditinggalkan survivor (Detection Mode).
 Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor (Tracking Mode).
 Menolong/ menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode), dalam
halini memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkannya dan
membawa korban yang cedera kepada perawatan yang memuaskan (evakuasi).
 Mengadakan briefing kepada SRU.
 Mengirim / memberangkatkan fasilitas SAR.
 Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.
 Melakukan penggantian / penjadualan SRU dilokasi Kejadian.
e. Mission Conclusion Stage (Tahap Akhir Misi / Evaluasi)
Merupakan tahap akhir operasi SAR, meliputi penarikan kembali SRU dari lapangan
keposko, penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang
sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan, mengadakan pemberitaan (Press
Release) dan menyerahkan jenasah korban, survivor kepada yang berhak serta
mengembalikan SRU pada instansi induk masing-masing dan pada kelompok
masyarakat.

7. Operasi Pencarian
o Briefing pencarian
o Pemberangkatan unsur SAR
o Perjalanan ke area pencarian
o Pelaksanaan pencarian
o Bila perlu penggantian unsur SAR
o Mencari sampai menemukan korban
o Penarikan unsure keposko
o Debriefing unsur SAR

8. Perkiraan Kondisi Korban Berdasarkan Waktu Musibah


o 1 - 2 x 24 jam korban masih dinyatakan hidup
o 3 – 4 x 24 jam korban dinyatakan dalam keadaan kritis.
o 5 – 6 x 24 jam korban dinyatakan telah meninggal.
9. Pemberangkatan Tim SAR
Hal yang perlu diperhatikan :
· Jarak, waktu pemberangkatan, peralatan yang lengkap, alat untuk member tanda,
peralatan pendukung untuk korban.
· Dalam perjalanan :
o Pengamatan medan
o Melaporkan setiap posisi
o Mengatur waktu
o Selalu dikendalikan dari Posko

10. Metode-metode digunakan dalam operasi pencarian


a. Preliminary Mode
Pengumpulan informasi awal, saat dari mulai tim-tim pencari diminta bantuan
tenaga sampai kedatangan di lokasi, formasi dari perencanaan pencarian awal,
perhitungan-perhitungan, dan sebagainya.
b. Confinement Mode
Menetapkan garis batas untuk mengurung orang yang hilang agar berada di dalam
area pencarian ( Search Area ).
c. Detection Mode
Pemeriksaan tempat-tempat yang dicurigai bila dirasa perlu dan pencarian dengan
cara penyapuan ( sweep researchs ) diperhitungkan untuk menemukan orang yang hilang
atau barang yang tercecer.
d. Tracking Mode
Mengikuti jejak barang-barang yang tercecer yang ditinggalkan oleh orang yang
hilang.
e. Memberikan perawatan kepada korban dan memindahkan ketempat perawatan yang
lebih memuaskan.
Dari kelima model, umumnya anggota SAR akan banyak terlibat pada Confinement Mode,
karena hasilnya lebih memuaskan.

11. Confinement Mode


Pemikiran yang melatarbelakangi Confinement Mode adalah sederhana, yaitu menjebak
orang yang hilang pada suatu area yang kita tahu batas-batasnya sampai dengan :
a. Area tersebut dapat disapu (dilakukan penyapuan )
b. Orang yang hilang akan bergerak keluar dari area dan ( dalam proses ) dapat
tertangkap oleh tim pencari.
Ada beberapa cara yang dapatdigunakan yaitu :
a. Trail Block : Tim kecil dikirim untuk memblokir jalan setapak yang keluar masuk
search area.
b. Road Block :Dasarnya sama dengan trail block, kadang tenaga sukarela yang sudah
tua atau penggemar jeep dapat diminta disini, sebagaimana tim pencari di jalan yang
buruk. Apabila search area diputuskan tertutup bagi bukan tim pencari seseorang
(sebaliknya petugas hukum ) umumnya ditempatkan dalam road block.
c. Look Outs : Menempatkan tim kecil pada posisi-posisi yang strategis / tempat-tempat
yang memeberikan pandangan luas kedalam lembah-lembah, untuk mendeteksi
gerakan orang yang hilang. Variasinya seorang ditempatkan sebagai pengamat,
sementara tim kecil bergerak memeriksa pada lokasi yang dicurigai, yang berada
dalam jangkauan pengamat. Beberapa peralatan dapat digunakan untuk menarik
perhatian orang yang hilang antara lain asap, bunyi-bunyian, bendera, dan lain-lain.
d. Camp In : Camp In dapat berupa pos pengamat, sebagai radio relay dapat
ditempatkan pada tempat-tempat strategis, atau situasi lain dimana tim kecil
menempati lokasi-lokasi tertentu.
e. String Lines : Pada daerah yang bervegetasi lebat, string lines ( bentangan tali
bertanda ) untuk kepentingan yang sama, yaitu memagari daerah pencarian.

12. Detection Mode


Metode Detection dapat dikelompokkan dalam 3 kategori :
a. Tipe I Search :Pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukan yang dianggap paling
mungkin.
b. Tipe II Search :Kriterianya adalah efisiensi yaitu pencarian yang cepat dan sistematis
atas area yang luas dengan metode penyapuan, yang mana akan menghasilkan hasil
akhir tertinggi dari setiap pencari per jam kerjanya (dinamakan juga Open Grids).
c. Tipe III Search :Adalah mencari dengan sistematika yang ketat atas area yang lebih
kecil mengunakan metode penyapuan yang cermat (dinamakan juga Close Grids).
SURVIVAL

Survival berasal dari kata survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah berusaha
mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapat pertolongan.
Survival terjadi karena adanya kondisi darurat yang disebabkan alam,kecelakaan,gangguan
satwa, atau kondisi lainnya.

Kata SURVIVAL sendiri dapat dijabarkan per hurufnya sebagai :

S : Size up the situation / Pandai-pandailah melihat situasi

U : Under haste makes waste / Jangan tergesa-gesa

R : Remember where you are / Ingat di mana kamu berada

V : Vanguish fear and panic / Kuasai diri dari rasa takut dan panic

I : Improve / Kuasai diri dari kesulitan

V : Value living /Hargai hidupmu

A : Act like the nature / Hiduplah sesuai alam sekitar

L : Learn basic skill / Pelajari dasar-dasar keahlian

Dan yang perlu ditekankan bila kita tersesat yaitu:

S : Stop / berhenti

T : Thinking / berpikir

O : Observe / amati keadaan sekitar

P : Planning / buat rencana yang mesti dilakukan

Secara umum aspek-aspek dalam kondisi survival dibagi tiga yang saling mempengaruhi
dan berkaitan yaitu aspek psikologis (panik, takut, cemas, sepi, bingung, tertekan), aspek
fisiologis (sakit, lapar, haus, luka, lelah), dan aspek lingkungan (panas, dingin, hujan).
Komponen pokok survival

1. Sikap mental
- Semangat bertahan hidup
- Kepercayaan diri dan optimis
- Akal sehat dan jernih
- Disiplin dan rencana matang
2. Pengetahuan dan keterampilan
- Membuat bivak
- Memperoleh makanan dan air
- Membuat api
- Mengatasi gangguan binatang
3. Pengalaman dan latihan
- Latihan identifikasi tanaman
- Latihan membuat jebakan binatang
4. Kondisi fisik yang fit
5. Perlengkapan berupa survival kit

Langkah-langkah yang ditempuh bila tersesat

1. Lakukan STOP
2. Koordinasi anggota
3. Pembagian tugas
4. Orientasi medan
5. Hemat makanan
6. Berusaha mencari pertolongan dengan menarik perhatian

Kebutuhan dasar survival

1. Makanan
Saat sumber makanan yang dibawa sebagai bekal telah semakin menipis atau bahkan
habis, kita bias memanfaatkan yang berasal dari alam berupa flora dan fauna.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengkonsumsi tumbuhan:
- Hindari tanaman dan buah yang berwarna mencolok
- Hindari makanan yang mengeluarkan getah putih, kecuali yang sudah dikenal aman
dimakan
- Oleskan tanaman yang akan dimakan kekulit, bibir, lidah. Bila terasa gatal atau panas
sebaiknya jangan dimakan
- Variasikan makanan yang dimakan untuk menghindari akumulasi zat yang mungkin
semakin buruk bagi kesehatan
- Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam
- Makanan yang dimakan kera juga bias dimakan manusia

Tumbuhan yang dapat dimakan

Dari batangnya:

Batang pohon pisang (putihnya), bamboo yang masih muda (rebung), pakis dalamnya
berwarna putih, sagu dalamnya berwarna putih

Dari daunnya:

Selada air, rasamala (yang masih muda), daun melinjo, singkong

Yang dapat dimakan seluruhnya:

Jamur merang, jamur kayu

Ciri-ciri jamur beracun:

- Mempunyai warna mencolok


- Baunya tidak sedap
- Bila dimasukkan kedalam nasi, nasi berwarna kuning
- Sendok menjadi hitam bila dimasukkan kedalam masakan
- Bila diraba mudah hancur
- Punya cawan / bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
- Tumbuh dari kotoran hewan
- Mengeluarkan getah putih

Sedangkan dalam mengkonsumsi hewan, hamper semua unggas dan ikan bias
dimakan. Begitu juga dengan beberapa jenis serangga, reptile, dan mamalia.

Binatang yang bias dimakan:

Belalang, jangkrik, cacing, jenis burung, laron, lebah, larva, madu, siput, katak
hijau, kadal (bagian belakang dan ekor), ular (1/3 bagian tubuh tengahnya)

Binatang yang tidak bias dimakan:

Mengandung bisa (lipan dan kalajengking), mengandung racun (penyulaut), mengandung


bau yang khas (sigung)
Kendala utama dalam mengkonsumsi hewan-hewan tersebut adalah cara
menangkapnya. Untuk itu survivor perlu dibekali keterampilan dan pengetahuan
mengenai cara membuat jebakan untuk binatang.

Membuat perangkap

Macam-macam trap:

- Perangkap model menggantung


- Perangkap tali sederhana
- Perangkap lubang jerat
- Perangkap menimpa
- Apace foot share
Bahan:

- Tali / kawat
- Umpan
- Batang kayu
- Cabang pohon

2. Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari
tanpa makan, tapi orang tersebut hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.
Syarat-syarat air yang layak diminum:
- Tidak berwarna
- Tidak berasa
- Tidak berbau
Sumber air antara lain:

Mata air, sungai, hujan, embun, tumbuhan (rotan, pisang, lumut, kantung semar),
hasil kondensasi tumbuhan, dan galian tanah.

3. Shelter
Shelter adalah tempat perlindungan sementara yang dapat memberikan
kenyamanan dan melindungi dari keadaan panas, dingin, hujan, dan angin. Shelter dapat
menggunakan alam seperti gua, lubang pohon, dan celah di batu besar. Selain itu dapat
dibuat dari tenda, plastik, dan ponco.
Syarat bivak:
- Hindari daerah aliran air dan jalur hewan
- Bukan sarang nyamuk / serangga
- Di atas shelter tidak ada pohon tua / rapuh
- Shelter buatan dari bahan yang kuat missal ponco
- Terlindung langsung dari angin
- Jangan terlalu merusak alam

4. Api
Api berguna untuk penerangan, meningkatkan semangat psikologis, memasak
makanan dan minuman, menghangatkan tubuh, mengusir hewan buas, dan dapat
membuat anda / kode untuk mencari pertolongan.
Cara membuat api:
- Dari korek api
- Dengan lensa / kaca pembesar. Fokuskan sinar pada satu titik di mana diletakkan
bahan yang mudah terbakar
- Gesekkan kayu dengan kayu sehingga panas dan dekatkan dengan penyala
- Busur dan gurdi. Buatlah busur yang kuat dengan menggunakan tali sepatu atau
parasut. Gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan
bahan penyala sehingga dapat terbakar.

Anda mungkin juga menyukai