Anda di halaman 1dari 3

Sintesis Webinar Nasional “Pengelolaan Sampah Berkelanjutan untuk Mendukung Ekonomi Perkotaan

yang Tangguh”

Nama: Muhammad Syahrul Ramadhan

2106632213

Limbah Padat 02

Webinar Nasional “Pengelolaan Sampah Berkelanjutan untuk Mendukung Ekonomi Perkotaan yang
Tangguh” diadakan oleh Kementerian PUPR RI yang bekerja sama dengan Ikatan Ahli Teknik
Penyehatan Indonesia atau IATPI. Acara ini diselenggarakan dalam rangka perayaan Hari Habitat Dunia
dan Hari Kota Dunia (HHD-HKD) 2023. Webinar dibuka oleh keynote speech dari Direktur Jenderal
Cipta Karya Kementerian PUPR, Ir. Diana Kusumastuti, MT. Menurut Ibu Diana, perayaan HHD-HKD
merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam mewujudkan permukiman dan perkotaan yang layak
huni.

Ibu Diana menyampaikan bahwa Tahun 2023 ini merupakan sebuah tantangan yang cukup besar bagi
Indonesia karena perekonomian global yang sedang menurun pasca wabah COVID-19 sebelumnya.
Beliau juga memaparkan pentingnya infrastruktur dalam menyokong keberlangsungan perkotaan yang
berkelanjutan. Salah satu bentuknya adalah TPA sebagai penampungan akhir, yang apabila tidak
dijalankan dengan baik, maka akan menghambat proses sebuah kota menjadi berkelanjutan. Terakhir,
Ibu Diana juga berpesan kepada seluruh peserta webinar agar ikut berperan dalam pengelolaan sampah
di Indonesia.

Webinar dilanjutkan dengan sesi 1 yang dipandu oleh Sahil Mulachela sebagai moderator. Narasumber
pada sesi ini adalah Ari Suganstri SH, sebagai Kasubdit Pemantauan dan Evaluasi, Direktorat
Penanganan Sampah KLHK; Ir. Tanozisochi Lase, MS.c, sebagai Direktur Sanitasi Ditjen Cipta Karya,
Kementerian PUPR; dan Dr. Ir. Wahyu Purwanta, sebagai Peneliti Madya Pusat Riset Lingkungan dan
Teknologi Bersih BRIN.

Ada beberapa poin yang dapat saya tangkap dari sesi 1 ini. Dimulai dari Bapak Ari Suganstri, yang
mengungkapkan bahwa BRIan tentang pengelolaan sampah sangat menarik. Dirjen (Direktur Jenderal)
juga mengungkapkan permasalahan terkait fasilitas pengolahan sampah di Indonesia yang tidak sebesar
di luar negeri. Ada beberapa daerah yang aktif dalam hal ini, seperti Banyumas, tetapi tidak semua
daerah melakukannya. Kemudian, Bapak Ari mengingatkan bahwa perlu ada yang menampung dan
mengolah sampah, yang merupakan pertanyaan penting dalam diskusi. Mereka menekankan tren positif
dalam pengelolaan sampah yang terjadi di dalam negeri dan mengajak untuk belajar dari daerah-daerah
yang telah berhasil dalam pengolahan sampah, seperti Banyumas dan Jepara.
Selanjutnya ada Bapak Wahyu Purwanta dari BRIN. Bapak Wahyu Purwanta menjelaskan bahwa saat
ini, TPA (Tempat Pembuangan Akhir) adalah masalah yang perlu dihadapi, dan perlu diingat bahwa
tidak semua sampah dapat diolah dengan cara yang sama. TPA tetap menjadi bagian dari sistem
pengelolaan sampah, terutama untuk sampah yang tidak dapat diolah melalui metode lain. Mereka
mengamati tren di luar negeri di mana TPA tetap menjadi solusi yang valid, terutama di negara-negara
yang memiliki lahan yang luas.

Bapak Wahyu menekankan bahwa TPA harus dikelola dengan baik, termasuk pengolahan limbah dan
emisi. Mereka menyatakan bahwa teknologi dalam pengelolaan sampah harus meningkatkan daya saing
perkotaan, mendukung lingkungan, dan meningkatkan kualitas serta kuantitas pengelolaan sampah.
BRIN, meskipun memiliki keterbatasan, mencoba untuk melakukan penelitian dan inovasi di bidang
ini, mengoptimalkan teknologi yang telah ada, dan mencari cara untuk meningkatkan penggunaan
teknologi dalam pengelolaan sampah. Bapak Wahyu menyebut bahwa mereka juga berfokus pada
teknologi tepat guna, dan mencoba untuk meningkatkan penggunaan teknologi dalam pengomposan
dan pengolahan sampah. Mereka ingin mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan
komponen dalam negeri dalam pengelolaan sampah. Selain itu, Bapak Wahyu menyadari bahwa mereka
berada dalam masa transisi dari lembaga lama ke lembaga baru, BRIN, dan sedang menjalani berbagai
proses bisnis dalam upaya meningkatkan pengelolaan sampah di Indonesia.

Selanjutnya ada Bapak Tanozi yang membahas bahwa teknologi bukan satu-satunya faktor yang
memengaruhi pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Selain teknologi, ada aspek-aspek lain seperti
pembiayaan dan kelembagaan yang juga perlu diperhatikan. Bapak Tanozi menyebut bahwa sampah
memiliki aliran yang besar dan tidak dapat dihentikan dengan tiba-tiba. Mereka memberikan contoh
kasus di mana TPA terbakar di Sarimukti, Bandung, dan sampah akhirnya menumpuk di daerah tersebut
karena penduduk tidak ingin mengurusnya lagi.

Bapak Tanozi menyadari bahwa berbagai teknologi memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagai
contoh, beberapa teknologi memerlukan lahan yang lebih luas, sementara yang lain mungkin
memerlukan waktu yang lebih lama untuk menguraikan sampah. Mereka mengemukakan bahwa
pemilihan teknologi harus mempertimbangkan karakteristik, konsekuensi, dan tujuan yang ingin
dicapai, seperti pengurangan emisi gas rumah kaca atau maksimalisasi sirkular ekonomi.

Bapak Tanozi menyoroti bahwa faktor kepemimpinan di daerah sangat penting dalam kesuksesan
sistem pengelolaan sampah. Mereka mengatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
kepemimpinan memiliki pengaruh yang sangat besar. Jadi, faktor kepemimpinan dalam setiap tingkatan,
dari daerah hingga tingkat RW, berperan penting dalam membawa perubahan dan memprioritaskan
pengelolaan sampah.

Bapak Tanozi menyimpulkan bahwa faktor kepemimpinan adalah kunci utama dalam menangani
masalah pengelolaan sampah, dan mereka menyarankan agar orang-orang yang peduli dengan masalah
sampah turut terlibat dalam politik dan pemilihan kepala daerah untuk memengaruhi kebijakan dan
tindakan di tingkat lokal.

Anda mungkin juga menyukai