NIM : 215120407111040
A. Ringkasan eksekutif
Pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan Timur adalah proyek besar yang
membawa implikasi penting dalam hubungan antara Indonesia dan Malaysia.
Kedekatan geografis antara ibu kota baru dan perbatasan Malaysia menciptakan
sejumlah permasalahan potensial yang perlu diperhatikan. Dalam tulisan ini, saya
menawarkan kebijakan manejemen perbatasan dan kerjasama keamanan dengan
Malaysia yang terdiri dari: 1) Pembuatan Jalur Mobilitas,2) Kerjasama antara Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan Tentara Diraja Malaysia (TDM), 3) Penerapan strategi
ganda yakni mencakup peningkatan kapasitas militer untuk membangun pertahanan
yang kuat, dan 4) Penerapan sistem Smart Security.
B. Latar Belakang
Perbatasan darat Indonesia - Malaysia berjarak sekitar 2.000 km dari barat laut
Kalimantan, ke Teluk Sebatik dan Laut Sulawesi di sebelah timur Kalimantan. Salah
satu masalah utama bagi ibu kota baru ini adalah kedekatannya dengan perbatasan
darat dengan wilayah Malaysia di pulau yang terletak di sebelah utara IKN.
Konflik perbatasan antara Indonesia dan Malaysia telah menjadi isu yang
relevan dan kompleks selama beberapa dekade. Konflik ini melibatkan sengketa
wilayah, keamanan perbatasan, dan masalah lain yang memengaruhi hubungan kedua
negara. Perbatasan antara Indonesia dan Malaysia memiliki beberapa wilayah yang
disengketakan. Salah satu sengketa perbatasan paling terkenal adalah Pulau Sipadan
dan Ligitan di lepas pantai Sabah, yang telah menjadi pusat perhatian internasional.
Tidak hanya itu konflik perbatasan Indonesia dan Malausia juga terkait dengan
masalah penyelundupan, terutama perdagangan manusia, narkoba, dan barang ilegal
lainnya. Keamanan perbatasan menjadi isu yang perlu didiskusikan lebih lanjut antara
pemerintah Indonesia dengan Malaysia. Berangkat dari sejarah sengketa perbatasan
yang terjadi penuli tertarik untuk memberikan beberapa rekomendasi kebijakan terkait
manejemen perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.
C. Rekomendasi kebijakan
Dalam pengelolaan pertahanan perbatasan antara Indonesia-Malaysia, kita
dihadapkan dengan dua jenis perbatasan utama, yaitu Soft Border dan Hard Border,
Soft Border seperti yang dapat ditemukan dalam Uni Eropa, di mana anggota UE
dapat bepergian dan berdagang dengan relatif bebas tanpa pemeriksaan perbatasan
yang ketat.
Sedangkan Hard border yang melibatkan terkait dengan kebijakan ketat dalam
hal keamanan nasional, kontrol imigrasi, pungutan bea cukai, dan pembatasan
perdagangan. Perbatasan ini sering digunakan untuk mengontrol pergerakan orang,
mencegah penyelundupan barang ilegal, dan melindungi kedaulatan wilayah.
Contoh perbatasan yang "hard" adalah perbatasan antara Israel dan Wilayah
Palestina yang dilengkapi dengan tembok dan pengawasan ketat, serta perbatasan
antara Amerika Serikat dan Meksiko yang memiliki pagar dan pos pemeriksaan ketat.
Pendekatan sekuritisasi bertujuan untuk memastikan keamanan melalui berbagai
tindakan, seperti patroli di sepanjang perbatasan. Menurut saya pemerintah perlu
mengembangkan dua kerangka kerja utama untuk memperkuat pertahanan IKN.
Pertama adalah pembuatan jalur mobilitas, yaitu berfokus pada kemampuan
pemerintah untuk bertahan ketika situasi darurat terjadi, seperti perencanaan jalur
evakuasi cepat VVIP pemerintah, sehingga memungkinkan mereka untuk
menjalankan pemerintahan dari lokasi lain seandainya IKN berada dalam ancaman
serius.