Anda di halaman 1dari 9

Gizi balita, cara ukur, dan klasifikasi

Gizi balita adalah kondisi tubuh balita yang dipengaruhi oleh asupan makanan, penyakit, dan
faktor lingkungan. Status gizi balita dapat diukur dengan menggunakan indikator antropometri,
yaitu tinggi badan dan berat badan. Indikator antropometri yang digunakan di antaranya:

Panjang atau tinggi badan menurut umur: menunjukkan pertumbuhan panjang atau tinggi
badan balita.

Berat badan menurut umur (BB/U): menunjukkan pertumbuhan berat badan balita.

Berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau TB):

Berdasarkan indikator antropometri, status gizi balita dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori, yaitu:

Normal: di atas -2 SD
Kurang: di bawah -2 SD
Sangat kurang: di bawah -3 SD

Balita dengan status gizi kurang dan sangat kurang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
berbagai masalah kesehatan, seperti stunting, wasting, anemia, infeksi, dan keterlambatan
perkembangan.
Penyebab dan dampak gizi kurang pada balita
Status gizi balita kurang dan sangat kurang adalah kondisi tubuh balita yang memiliki berat
badan dan/atau tinggi badan menurut umur di bawah -2 SD dari standar.

Penyebab status gizi balita kurang dan sangat kurang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di
antaranya:
1. Asupan gizi yang tidak mencukupi, baik dari ASI maupun MPASI
2. Penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), tuberculosis, diare, dan
malaria.
3. Faktor lingkungan, seperti sanitasi yang buruk dan paparan polusi.

Balita dengan status gizi kurang dan sangat kurang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
berbagai masalah kesehatan, seperti:
1. Stunting: perawakan pendek dan perkembangan otak tidak optimal
2. Wasting: kurus akibat kekurangan gizi
3. Anemia: kekurangan sel darah merah atau hemoglobin.
4. Infeksi: mudah terserang penyakit
5. Keterlambatan perkembangan: gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik,
mental, dan sosial.
Cara mencegah dan meningkatkan status gizi balita
Untuk mencegah dan meningkatkan status gizi balita, diperlukan upaya bersama dari berbagai
pihak, termasuk dari keluarga inti, antara lain:

Melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, pemberian MPASI yang
bergizi, dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan tanpa
pemberian makanan atau minuman lain, termasuk air, bubur, dan pisang. ASI eksklusif
merupakan asupan makanan terbaik bagi bayi.

MPASI adalah makanan pendamping ASI yang diberikan kepada bayi mulai usia 6 bulan. MPASI
harus mengandung berbagai macam zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi, seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Kemudian jangan lupa untuk rutin memantau pertumbuhan dan perkembangan balita setiap
bulan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa balita tumbuh dan berkembang secara optimal.

Terakhir, ciptakan juga lingkungan yang sehat, bersih, dan bebas dari pencemaran. Lingkungan
yang sehat dapat mendukung tumbuh kembang balita secara optimal.
Pola makan balita: porsi dan jenis makanan yang dibutuhkan
Balita gizi kurang adalah balita yang memiliki berat badan menurut umur (BB/U) di bawah -2 SD
dari standar WHO. Balita gizi kurang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai
masalah kesehatan, seperti stunting, wasting, anemia, infeksi, dan keterlambatan
perkembangan.

Untuk menaikkan berat badan balita gizi kurang, diperlukan pola makan yang tepat. Pola makan
yang tepat untuk balita gizi kurang adalah pola makan yang:
1. Cukup kalori: Balita gizi kurang membutuhkan kalori yang lebih banyak daripada balita
dengan status gizi normal. Jumlah kalori yang dibutuhkan balita gizi kurang bervariasi,
tergantung pada usia, berat badan, dan aktivitas fisiknya. Secara umum, balita gizi
kurang membutuhkan kalori sekitar 1.200-1.500 kalori per hari.
2. Bervariasi: Pola makan harus mengandung berbagai macam zat gizi, seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi
tubuh. Protein berfungsi untuk membangun dan memperbaiki sel-sel tubuh. Lemak
berfungsi untuk menyimpan energi, menghangatkan tubuh, dan melindungi organ-organ
tubuh. Vitamin dan mineral berfungsi untuk berbagai macam fungsi tubuh, seperti
pertumbuhan dan perkembangan, sistem kekebalan tubuh, dan metabolisme.
3. Beberapa jenis makanan yang baik untuk balita gizi kurang adalah:
a. Makanan sumber karbohidrat: nasi, roti, kentang, jagung, dan ubi
b. Makanan sumber protein: daging, ikan, telur, susu, dan kacang-kacangan
c. Makanan sumber lemak: minyak goreng, santan, dan kacang-kacangan
d. Makanan sumber vitamin dan mineral: sayur-sayuran dan buah-buahan
4. Sehat: Makanan yang diberikan harus bersih dan bebas dari kontaminasi. Makanan juga
harus diolah dengan cara yang sehat, seperti direbus, dikukus, atau dipanggang.

Demikian penjelasan singkat tentang pola makan balita, khususnya untuk balita gizi kurang.
Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di video selanjutnya.
Tahapan pemberian makan anak sesuai usia
Pemberian makan yang tepat sesuai usia sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pemberian makan yang tepat akan membantu anak untuk mendapatkan
zat gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Berikut adalah tahapan pemberian makan anak sesuai usia:

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan merupakan hal yang sangat penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung berbagai macam zat gizi yang
dibutuhkan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Selanjutnya, memasuki bulan ke 6-9, selain diberikan ASI, bayi mulai dikenalkan makanan
pendamping ASI (MPAS) dengan tekstur saring lumat kental sebanyak 125 ml, 2-3 makan
utamadan 1-2x selingan. Memasuki bulan 6-9, ASI dan MPASI tetap diberikan, dengan
peningkatan volume dan tekstur MPASI menjadi cincang kasar sebanyak 125-250 ml, 3-4x
makan utama dan 1-2x selingan.

Memasuki usia 12-24 bulan, ASI dan MPASI tetap diberikan. Bayi mulai diberikan makanan
keluarga sebanyak 200-250 ml, 3-4x makan utama dan 1-2x makan selingan.
MPASI usia 6-24 bulan: MPASI 4 Bintang Plus dan contoh menu
Pada usia 6-24 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI).
MPASI merupakan makanan yang diberikan kepada bayi untuk melengkapi ASI. MPASI harus
mengandung berbagai macam zat gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral.

MPASI yang baik untuk bayi usia 6-24 bulan adalah MPASI 4 Bintang Plus. MPASI 4 Bintang Plus
adalah MPASI yang mengandung:

Bintang 1: Sumber karbohidrat: nasi, roti, kentang, jagung, dan ubi


Bintang 2: Sumber protein: daging, ikan, telur, susu, dan kacang-kacangan
Bintang 3: Sumber lemak: minyak goreng, santan, dan kacang-kacangan
Bintang 4: Sumber vitamin dan mineral: sayur-sayuran dan buah-buahan

Berikut adalah contoh menu MPASI 4 Bintang Plus untuk bayi usia 6-24 bulan:

Sarapan:
Nasi tim dengan ayam rebus dan wortel
Bubur susu dengan kacang hijau dan pisang

Makan siang:
Nasi goreng dengan telur orak-arik dan sayuran
Sup ikan dengan bayam

Makan malam:
Kentang tumbuk dengan daging sapi cincang
Oatmeal dengan buah-buahan

Selain mengandung 4 bintang, MPASI yang baik untuk bayi usia 6-24 bulan juga harus:
Dibuat dari bahan-bahan segar dan berkualitas
Diolah dengan cara yang bersih dan higienis
Diberikan dalam suhu yang hangat
Diberikan dalam porsi yang sesuai dengan usia dan kebutuhan bayi
Pola diet yang tepat dan tidak tepat untuk balita
Pola diet yang tepat untuk balita adalah pola diet yang mengandung berbagai macam zat gizi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pola diet yang tidak tepat dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti stunting, wasting, anemia, infeksi, dan
keterlambatan perkembangan.

Beberapa contoh pola diet yang tepat untuk balita di antaranya:


Pola diet yang beragam: Balita harus dibiasakan untuk diberikan berbagai macam makanan
yang bervariasi, baik dari sumber nabati maupun hewani.
Pola diet yang seimbang: Balita harus mendapatkan asupan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral yang cukup. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh.
Protein berfungsi untuk membangun dan memperbaiki sel-sel tubuh. Lemak berfungsi untuk
menyimpan energi, menghangatkan tubuh, dan melindungi organ-organ tubuh. Vitamin dan
mineral berfungsi untuk berbagai macam fungsi tubuh, seperti pertumbuhan dan
perkembangan, sistem kekebalan tubuh, dan metabolisme.
Pola diet yang sehat: Balita harus makan makanan yang bersih dan higienis, serta diolah dengan
cara yang sehat. Makanan yang bersih dan higienis bebas dari kontaminasi, sedangkan
makanan yang diolah dengan cara yang sehat tidak mengandung bahan-bahan berbahaya,
seperti pengawet, pewarna, dan perasa buatan.

Beberapa contoh pola diet yang tidak tepat untuk balita di antaranya:
Pola diet yang monoton: Balita hanya makan beberapa jenis makanan saja.
Pola diet yang tidak seimbang: Balita hanya mendapatkan asupan karbohidrat atau protein saja,
atau asupan vitamin dan mineralnya kurang.
Pola diet yang tidak sehat: Balita makan makanan yang tidak bersih dan higienis, atau diolah
dengan cara yang tidak sehat
Memberikan anak makanan atau minuman yang tinggi garam, tinggi gula, dan processed meat

Pola diet yang tepat dapat membantu balita untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Oleh karena itu, penting untuk memberikan pola diet yang tepat kepada balita. Sampai jumpa
di video selanjutnya.
Tips mengatasi anak susah makan
Anak susah makan adalah masalah yang umum dialami oleh orangtua. Anak susah makan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
1. Faktor fisiologis: Anak mungkin tidak lapar, atau merasa mual dan muntah.
2. Faktor psikologis: Anak mungkin merasa stres, cemas, atau takut.
3. Faktor lingkungan: Anak mungkin tidak menyukai makanan yang disajikan, atau tidak
nyaman dengan suasana makan.

Ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak susah makan, antara lain:
1. Kenalkan anak pada beragam jenis makanan. Anak membutuhkan 10-20x pengenalan
sampai akhirnya mau mencoba
2. Pastikan kegiatan makan anak tidak terganggu atau tidak dibarengi dengan kegiatan lain
seperti bermain gadget
3. Pastikan anak mendapatkan cukup waktu untuk makan. Anak membutuhkan waktu
sekitar 20-30 menit untuk makan. Jangan memaksa anak untuk makan jika belum lapar.
4. Berikan contoh yang baik. Orangtua harus menjadi contoh yang baik bagi anak dalam
hal pola makan. Jika orangtua tidak makan sayur-sayuran, maka anak juga akan sulit
untuk menyukai sayur-sayuran.
5. Berikan makanan yang menarik dan disukai anak. Balita lebih cenderung untuk makan
makanan yang menarik dan disukainya. Orangtua dapat membuat makanan menjadi
lebih menarik dengan menambahkan warna-warni, bentuk yang menarik, atau hiasan
yang lucu.
6. Berikan makanan dalam porsi kecil dan sering. Balita memiliki lambung yang lebih kecil
daripada orang dewasa, sehingga lebih baik untuk memberikan makanan dalam porsi
kecil dan sering. Hal ini juga dapat membantu untuk mencegah anak merasa kenyang
dan tidak mau makan lagi.
7. Ajak anak untuk makan bersama keluarga. Makan bersama keluarga dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan dan membuat anak lebih tertarik untuk makan.
8. Jangan memaksa anak untuk makan makanan yang dia tidak sukai. Hal ini dapat
membuat anak semakin tidak suka dengan makanan tersebut. Daripada memaksa, lebih
baik kenalkan makanan kepada anak secara perlahan.
9. Hindari memberikan anak camilan di antara waktu makan. Camilan dapat membuat
anak merasa kenyang dan tidak mau makan makanan utama.
Mitos fakta
Anak yang kurus itu sehat.
Fakta: Anak yang kurus belum tentu sehat. Anak dengan status gizi kurang dan sangat kurang
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti stunting,
wasting, anemia, infeksi, dan keterlambatan perkembangan.

ASI saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.


Fakta: ASI eksklusif hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi hingga usia 6 bulan. Setelah
usia 6 bulan, bayi membutuhkan ASI dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk memenuhi
kebutuhan gizinya.

MPASI harus diberikan secara teratur, 3 kali sehari, dengan porsi yang banyak.
Fakta: MPASI sebaiknya diberikan secara bertahap, mulai dari 1 kali sehari, lalu 2 kali sehari,
dan seterusnya. Porsi MPASI juga sebaiknya disesuaikan dengan usia dan kebutuhan bayi.

Anak yang tidak mau makan adalah anak yang rewel.


Fakta: Ada berbagai penyebab anak tidak mau makan, seperti sakit, alergi, atau tidak suka
dengan makanan yang disajikan. Jika anak Anda tidak mau makan, sebaiknya konsultasikan
dengan tenaga kesehatan.

Anak yang gizi kurang dan sangat kurang akan sembuh dengan sendirinya.
Fakta: Anak dengan status gizi kurang dan sangat kurang membutuhkan penanganan yang tepat
dari tenaga kesehatan. Penanganan yang tepat dapat membantu anak untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai