TUGAS
Oleh
Muhamad Rizki Ramdani
NIM : 15320068
(Program Studi Sarjana Teknik Lingkungan)
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, ditentukanlah
rumusan permasalahan yang menjadi bahasan pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana timbulan limbah padat di Pasar Induk Gedebage?
2. Bagaimana komposisi limbah padat di Pasar Induk Gedebage?
3. Bagaimana karakteristik limbah padat di Pasar Induk Gedebage?
4. Bagaimana evaluasi kondisi eksisting pengolahan limbah padat di Pasar
Induk Gedebage?
5. Bagaimana contoh best practices pengolahan limbah padat di kawasan
pasar?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan timbulan limbah padat di Pasar Induk Gedebage
2. Menentukan komposisi limbah padat di Pasar Induk Gedebage
3. Menentukan karakteristik limbah padat di Pasar Induk Gedebage
4. Menentukan evaluasi kondisi eksisting pengolahan limbah padat di Pasar
Induk Gedebage
5. Menentukan best practices pengolahan limbah padat di kawasan pasar
I.4 Metodologi
Dalam melakukan penyusunan laporan ini, dilakukan pengumpulan data melalui
kegiatan studi literatur dan observasi lapangan terkait informasi yang berkaitan
dengan timbulan limbah padat serta pengolahan limbah padat di Pasar Induk
Gedebage. Penulis mengumpulkan data dan informasi dari berbagai jurnal ilmiah
yang relevan, dan observasi langsung ke lokasi penelitian. Dilakukan pula
pendekatan melalui data sekunder dengan menggunakan data dan informasi dari
wilayah studi dengan karakteristik timbulan sampah yang serupa seperti pada Pasar
Ujungberung dan Pasar Induk Caringin.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3
Pasar Induk Gedebage yang menjadi daerah tinjauan studi pengolahan limbah padat
memiliki 246 kios dengan luas sebesar 4 Ha serta berada di Kecamatan Panyileukan
yang memiliki luas wilayah sebesar 5,527 km2. Lalu, Pasar Induk Gedebage berada
di Jalan Pasar Induk, Mekar Mulya, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung. Batas
wilayah studi, yaitu di bagian utara berbatasan dengan Jalan Pasar Induk, bagian
timur berbatasan dengan Jalan Mekar Raya, bagian selatan berbatas dengan
Soekarno-Hatta, dan bagian barat berbatasan dengan Jalan Rumah Sakit.
4
Tabel II.1 Luas Daerah Menurut Kelurahan di Kecamatan Panyileukan
Selanjutnya, secara spesifik Pasar Induk Gedebage terletak pada ketinggian 671,6
mdpl (Meter Diatas Permukaan Laut) dan berada pada titik koordinat 6°56'00.3"S
dan 107°41'52.8"E.
II.3 Demografi
Pasar Induk Gedebage yang menjadi daerah tinjauan studi berada Kecamatan
Panyileukan yang terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Kota Bandung memiliki
jumlah penduduk sebenyak 2.527.854 jiwa yang tediri dari 1.267.661 jiwa
penduduk laki-laki dan 1.260.193 jiwa penduduk perempuan. Berikut data jumlah
penduduk Kecamatan Panyileukan berdasarkan dokumen Kota Bandung dalam
Angka 2022.
5
II.4 Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu
lokasi. Perbedaan iklim begitu besar yang memberikan pengaruh yang luas terhadap
manusia untuk menduduki dan mengelola bumi. Iklim bergantung kepada
hubungan yang kompleks. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi iklim, yaitu
suhu, curah hujan, dan angin. Cuaca dan iklim akan selalu menyertai dan
mempengaruhi kehidupan manusia untuk melaksanakan pekerjaan dan keadaan
cuara yang baik akan sangat berpengaruh (Fiyka, 2016). Berikut merupakan
pengamatan unsur iklim menurut BMKG di Stasiun Bandung.
September 73 13 23,8
6
BAB III
KONDISI PENGOLAHAN PERSAMPAHAN WILAYAH STUDI
Berat Sampah
No Nama Pedagang
kg/hari kg/m2/hari
1 Pedagang Sayur 6,67 0,50
2 Pedagang Buah 5,87 0,47
3 Pedagang Ikan Basah 3,54 0,04
4 Pedagang Beras 2,98 0,07
5 Pedagang Daging 5,03 0,20
7
Berat Sampah
No Nama Pedagang
kg/hari kg/m2/hari
6 Pedagang Kelontong 2 Lantai 3,04 0,08
7 Pedagang Kelontong 3 Lantai 3,60 0,04
8 Pedagang Grosir 3,55 0,04
9 Pedagang Kosmetik 2,89 0,04
10 Pedagang Pakaian Jadi 3,60 0,04
11 Pedagang Elektronik 2,99 0,04
12 Pedagang Kue 2,71 0,10
13 Pedagang Plastik 2,94 0,04
Jumlah 49,41 1,64
Rata-rata 3,80 0,13
Sumber : (Djafar, Ainun, & Dirgawati, 2014)
Berdasarkan Tabel III.1, didapatkan dari sampling yang dilakukan terhadap 100
orang pedagang, selain itu diketahu pula bahwa pedagang yang menimbulkan
sampah dalam jumlah paling besar apabila ditinjau dari satuan kg/m2/hari adalah
pedagang sayur sebesar 0,50 kg/m2/hari. Sedangkan untuk timbulan sampah
terkecil adalah pedagang plastik sebesar 0,04 kg/m2/hari. Selain itu, diketahui pula
bahwa rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan adalah sebesar 0,13 kg/m2/hari.
8
3. Musim, yakni jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang
sedang berlangsung
4. Tingkat sosial ekonomi, yakni daerah ekonomi tinggi pada umumnya
menghasilkan sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya
5. Pendapatan per kapita, yakni masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan
menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen dibanding
tingkat ekonomi lebih tinggi.
6. Kemasan produk, yakni kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga
akan mempengaruhi. Negara maju cenderung tambah banyak yang
menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang
seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.
Berdasarkan Tabel III.2, didapatkan bahwa komposisi sampah organik yang cukup
tinggi, yakni sebesar 37%. Dengan jumlah tersebut dapat dilakukan pemanfaatan
sampah organik tersebut untuk menjadi kompos.
9
III.3 Karakteristik Limbah Padat
Selain timbulan serta komposisi limbah padat, indikator lain yang perlu
diperhatikan sebagai dasar penentuan teknologi pengolahan sampah adalah
karakteristik sampah. Karakteristik dapat terbagi atas karakteristik fisika dan
kimia. Karakteristik fisika, meliputi densitas, kadar air, kadar volatile, kadar abu,
nilai kalor, dan distribusi ukuran. Sedangkan, karakteristik kimia, khususnya yang
menggambarkan susunan kimia sampah tersebut, terdiri dari unsur C, N, O, P, H,
dan S. Kemudian, dalam menentukan karakteristik sampah yang dihasilkan,
dilakukan pendekatan menggunakan data sekunder berdasarkan data-data
penelitian yang ada dari lokasi studi yang memiliki kemiripan karakteristik kegiatan
seperti di Pasar Induk Gedebage. Selanjutnya, digunakanlah data karakteristik
sampah dari hasil penelitian yang berjudul “Kajian Komposisi, Karakteristik, dan
Potensi Daur Ulang Sampah di TPA Cipayung, Depok”, dan “Analisis Karakteristik
Sampah dan Limbah Cair Pasar Badung dalam Upaya Pemilihan Sistem
Pengelolaannya” didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel III.4 Karakteristik Limbah Padat berupa Kadar Air di Pasar Badung
10
Tabel III.5 Karakteristik Limbah Padat di Pasar Sederhana
11
b. Pengumpulan dan Pemindahan
Pelayanan pengumpulan limbah padat di Pasar Induk Gedebage dilakukan
untuk mengumpulkan dan memindahkan sampah yang menumpuk didepan
kios pedagang menuju TPS setempat yang berada tidak jauh dari kawasan
pasar. Pengumpulan dan pemindahan limbah padat di kawasan Pasar Induk
Gedebage dilakukan dengan menggunakan armada pengumpul motor roda
tiga. Kapasitas angkut motor roda tiga yang digunakan sekitar 1,5 m3. Akan
tetapi, armada pengumpul yang beroperasi pada hari observasi hanya
berjumlah satu unit.
c. Pengolahan
Sampah yang telah diangkut ke TPS Pasar Induk Gedebage, kemudian
dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Berdasarkan data sekunder yang
didapatkan dari jurnal yang berjudul “Studi Tingkat Partisipasi Pedagang
dalam Pengelolaan Sampah Berbasis 3R di Pasar Induk Gedebage”,
diketahui bahwa Pasar Induk Gedebage memiliki beberapa alternatif
pengolahan berupa pengomposan serta barang lapak.
12
Pengomposan dilakukan menggunakan sampah organik yang disortir
kemudian ditumpuk ditempat pengomposan. Setelah itu dilakukan
pembuatan tumpukan. Tumpukan yang telah dibuat tidak dipadatkan.
Tumpukan dibuat atas lebar 2 meter dan tinggi sekitar 1 meter. Sesuai
jadwal pembalikan kompos maka pembuatan tumpukan diselesaikan dalam
waktu 7 hari.
13
III.5 Proyeksi Kebutuhan Teknologi Pengolahan Limbah Padat
Dalam menunjang peningkatan timbulan limbah padat yang mungkin terjadi di
masa depan sebagai akibat dari semakin tingginya jumlah penduduk dan
meningkatnya intensitas kegiatan di pasar, maka diperlukan suatu proyeksi
terhadap kebutuhan teknologi pengolahan limbah padat. Hal tersebut berguna
dalam mengantisipasi lonjakan timbulan limbah padat di masa depan serta
meningkatkan persentase keterkelolaan limbah padat di kawasan Pasar Induk
Gedebage.
𝑃𝑛 = 𝑃0 (1 + 𝑟𝑡)
Keterangan:
Pn : Jumlah Penduduk Tahun Proyeksi
P0 : Jumlah Penduduk Awal Tahun Dasar
r : Rerata Pertumbuhan Penduduk
t : Selisih antar Tahun Proyeksi dengan Tahun Dasar
Selanjutnya, dengan asumsi laju pertumbuhan yang rendah sebesar 1%, serta
dengan menggunakan tahun dasar 2014, dan diproyeksikan untuk 30 tahun
kedepan. Maka, didapatkan proyeksi pedagang sebagai berikut.
14
Tabel III.6 Proyeksi Jumlah Pedagang
Tahun r t Pn
2014 0 2100
2015 1 2121
2016 2 2142
2017 3 2163
2018 4 2184
2019 5 2205
2020 6 2226
2021 7 2247
2022 8 2268
2023 9 2289
2024 10 2310
2025 11 2331
2026 12 2352
2027 13 2373
2028 14 2394
2029 0.01 15 2415
2030 16 2436
2031 17 2457
2032 18 2478
2033 19 2499
2034 20 2520
2035 21 2541
2036 22 2562
2037 23 2583
2038 24 2604
2039 25 2625
2040 26 2646
2041 27 2667
2042 28 2688
2043 29 2709
2044 30 2730
15
49,41 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 × 365 ℎ𝑎𝑟𝑖/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑔/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑇0 = = 180,346
100 𝑝𝑒𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑛 = 𝑃𝑛 × 𝑇0
Keterangan:
Tn : Jumlah Timbulan Tahun Proyeksi
Pn : Penduduk di Tahun Proyeksi
T0 : Jumlah Timbulan Tahun Awal
16
Jumlah Timbulan Tahun Awal Proyeksi Jumlah
Tahun
Pedagang (kg/pedagang/tahun) Timbulan (kg/tahun)
17
𝑘𝑔
21 ℎ𝑎𝑟𝑖 × (49,41 × 37%)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑎𝑛 = ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
(284,05 × 37%)
𝑚3
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑎𝑛 = 3,653 𝑚3
Pada pengolahan ini akan digunakan area melintang berbentuk setengah lingkaran,
dengan diameter 1 meter, dan panjang windrow 5 meter. Sehingga, didapatkan
perhitungan sebagai berikut.
1 1 1
𝑉𝑤𝑖𝑛𝑑𝑟𝑜𝑤 = ( × 𝜋𝑑 2 ) × 𝑝 = × 𝜋 × 12 × 5 = 0.625 𝑚3
2 4 8
3.653 𝑚3
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑤𝑖𝑛𝑑𝑟𝑜𝑤 = = 5,845 ≈ 6
0.625 𝑚3
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑑 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑤𝑖𝑛𝑑𝑟𝑜𝑤 × 𝑝 = 1 𝑚 × 6 × 5 𝑚 = 30 𝑚2
Diasumsikan luas lantai operasi 50% dari luas lantai total, maka kebutuhan luas
lahan adalah sebagai berikut.
18
III.5.3 Kebutuhan Produk bagi Wilayah Studi Sekitar
Dengan menggunakan teknologi windrow composting maka dapat dihasilkan
produk berupa kompos. Kompos ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kompos
organik dapat dijual dengan harga Rp 5.000-10.000 per kemasan 5 kg. Nilai ini
cukup menguntungkan jika dibandingkan dengan modal yang hanya memanfaatkan
sampah organik dengan target penjualan kompos diantaranya adalah masyarakat
umum atau pedagang yang berada di kawasan Pasar Induk Gedebage, dan petani.
19
BAB IV
BEST PRACTICES
20
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut.
1. Timbulan limbah padat di Pasar Induk Gedebage dapat didekati dengan
menggunakan data sekunder yang berasal dari penelitian di Pasar Induk
Caringin Bandung sebagai berikut.
Berat Sampah
No Nama Pedagang
kg/hari kg/m2/hari
1 Pedagang Sayur 6,67 0,50
2 Pedagang Buah 5,87 0,47
3 Pedagang Ikan Basah 3,54 0,04
4 Pedagang Beras 2,98 0,07
5 Pedagang Daging 5,03 0,20
6 Pedagang Kelontong 2 Lantai 3,04 0,08
7 Pedagang Kelontong 3 Lantai 3,60 0,04
8 Pedagang Grosir 3,55 0,04
9 Pedagang Kosmetik 2,89 0,04
10 Pedagang Pakaian Jadi 3,60 0,04
11 Pedagang Elektronik 2,99 0,04
12 Pedagang Kue 2,71 0,10
13 Pedagang Plastik 2,94 0,04
Jumlah 49,41 1,64
Rata-rata 3,80 0,13
21
2. Komposisi limbah padat di Pasar Induk Gedebage, dapat didekati dengan
menggunakan data sekunder yang berasal dari penelitian di Pasar
Ujungberung Bandung sebagai berikut.
22
pengolahan berupa pengomposan dan barang lapak. Meski telah memiliki
pengolahan sampah tersendiri, tetapi masih terdapat aktivitas pembakaran
sampah secara langsung di sekitar lahan TPS yang berpotensi menyebabkan
pencemaran udara.
23
DAFTAR PUSTAKA
Aini, S. F. (2015). Studi Komparasi Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk
Caringin Kota Bandung. Bandung: UPI.
Aliyah, I. (2017). Pemahaman Konseptual Pasar Tradisional di Perkotaan. Cakra
Wisata, 1-16.
BPS. (2022). Kecamatan Panyileukan dalam Angka 2021. Kota Bandung: BPS
Kota Bandung.
BPS. (2023). Kota Bandung dalam Angka 2022. Bandung: BPS Kota Bandung.
BSN. (2002). SNI 19-2454-2002: Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Chaerul, M., & Dewi, T. P. (2020). Analisis Timbulan Sampah Pasar Tradisional
(Studi Kasus: Pasar Ujungberung, Kota Bandung). Al-Ard: Jurnal Teknik
Lingkungan, 98-106.
Damanhuri, E., & Padmi, T. (2010). Diktat Pengelolaan Sampah. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Dina, L., Hilal, N., & Subagiyo, A. (2020). Analisis Faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Pedagang dalam Pengelolaan Sampah di Pasar Segamas
Kabupaten Purbalingga. Buletin Keslingmas, 102-110.
Djafar, J., Ainun, S., & Dirgawati, M. (2014). Identifikasi Timbulan Sampah di
Pasar Induk Caringin Bandung. Reka Lingkungan : Jurnal Institut
Teknologi Nasional, 1-9.
Fiyka. (2016). Analisis Taman Alat Cuaca Kota Bandung dan Sumedang
menggunakan Satelit Terra Berbasis Phyton. Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.
Jana, I. W., Mardani, & Suyasa, I. W. (2006). Analisis Karakteristik Sampah dan
Limbah Cair Pasar Badung dalam Upaya Pemilihan Sistem Pengelolaanya.
Ecotrophic, 1-10.
KLHK. (2022). Komposisi Sampah berdasarkan Sumber Sampah Kota Bandung.
Jakarta: SIPSN.
Nurfitriana, W., Hartati, E., & Ainun, S. (2016). Studi Tingkat Partisipasi Pedagang
dalam Pengelolaan Sampah Berbasis 3R di Pasar Induk Gedebage . Jurnal
Rekayasa Lingkungan, 1-9.
Rahmadani, R. W. (2020). Tinjauan Pengelolaan Sampah di Pasar Segamas
Purbalingga Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga Tahun 2020.
Purwokerto: Politeknik Kesehatan Semarang.
24
Wahyono, L, F., & Feddy, S. (2003). Mengolah Sampah Menjadi Kompos Sistem
Open Windrow Bergulir Skala Kawasan. Jakarta: Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.
Wicaksono, A., Pratama, Y., & Halomoan, N. (2017). Identifikasi Teknologi
Pengolahan Sampah Pasar Sederhana. Reka Lingkungan, 1-9.
Zahra, F., & Damanhuri, T. P. (2011). Kajian Komposisi, Karakteristik, dan Potensi
Daur Ulang Sampah di TPA Cipayung, Depok. Jurnal Teknik Lingkungan,
59-69.
25