Anda di halaman 1dari 29

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT

DI PASAR INDUK GEDEBAGE

TUGAS

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Pengolahan Limbah Padat (TL3206)

Oleh
Muhamad Rizki Ramdani
NIM : 15320068
(Program Studi Sarjana Teknik Lingkungan)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
I.3 Tujuan ............................................................................................. 2
I.4 Metodologi ...................................................................................... 2
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH .......................................................... 3
II.1 Letak Administratif ......................................................................... 3
II.2 Kondisi Geografis ........................................................................... 4
II.3 Demografi ....................................................................................... 5
II.4 Iklim ................................................................................................ 6
BAB III KONDISI PENGOLAHAN PERSAMPAHAN WILAYAH STUDI ...... 7
III.1 Timbulan Limbah Padat .................................................................. 7
III.2 Komposisi Limbah Padat ................................................................ 8
III.3 Karakteristik Limbah Padat........................................................... 10
III.4 Evaluasi Pengolahan Limbah Padat Eksisting .............................. 11
III.5 Proyeksi Kebutuhan Teknologi Pengolahan Limbah Padat .......... 14
III.5.1 Proyeksi Timbulan Limbah Padat ................................... 14
III.5.2 Kapasitas Teknologi Pengolahan .................................... 17
III.5.3 Kebutuhan Produk bagi Wilayah Studi Sekitar ............... 19
BAB IV BEST PRACTICES ................................................................................. 20
IV.1 Best Practices Pengolahan Sampah di Pasar Segamas ................. 20
BAB V PENUTUP................................................................................................ 21
V.1 Kesimpulan ................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Peta Administrasi Kota Bandung ..................................................... 3


Gambar II.2 Wilayah Pasar Induk Gedebage ........................................................ 4
Gambar III.1 Limbah Padat yang Menumpuk Tanpa Pewadahan ...................... 11
Gambar III.2 Motor Roda Tiga Pengumpul Limbah Padat ................................ 12
Gambar III.3 Aktivitas Pembakaran Sampah secara Langsung di sekitar TPS
Gedebage ............................................................................................................... 13
Gambar IV.1 Pasar Segamas di Purbalingga ...................................................... 20

ii
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Luas Daerah Menurut Kelurahan di Kecamatan Panyileukan .............. 5


Tabel II.2 Tabel Data Jumlah Penduduk Kecamatan Panyileukan ........................ 5
Tabel II.3 Iklim dari Pemantauan Stasiun Bandung .............................................. 6
Tabel III.1 Timbulan Sampah Pasar Induk Caringin Bandung ............................. 7
Tabel III.2 Komposisi Sampah Pasar Ujungberung, Bandung .............................. 9
Tabel III.3 Karakteristik Limbah Padat berupa Densitas .................................... 10
Tabel III.4 Karakteristik Limbah Padat berupa Kadar Air di Pasar Badung ....... 10
Tabel III.5 Karakteristik Limbah Padat di Pasar Sederhana ................................ 11
Tabel III.6 Proyeksi Jumlah Pedagang ................................................................ 15
Tabel III.7 Proyeksi Timbulan Limbah Padat ..................................................... 16
Tabel V.1 Timbulan Limbah Padat Pasar Induk Caringin Bandung .................... 21
Tabel V.2 Komposisi Limbah Padat Pasar Ujungberung, Bandung .................... 22
Tabel V.3 Karakteristik Limbah Padat Pasar Sederhana...................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kota Bandung sebagai salah satu kota terpadat di Indonesia dengan jumlah
penduduk yang mencapai 2.452.943 jiwa pada tahun 2021, memiliki beragam
permasalahan sistematis. Salah satu masalah tersebut adalah terkait pengelolaan
sampah dalam bentuk limbah padat. Limbah padat merupakan seluruh buangan
yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang berbentuk padat, yang dibuang karena
tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi, walaupun dianggap sudah tidak
berguna dan tidak dikehendaki namun, bahan tersebut kadang-kadang masih dapat
dimanfaatkan kembali dan dijadikan bahan baku. (Damanhuri & Padmi, 2010).
Selanjutnya, pengelolaan sampah secara luas diartikan sebagai serangkaian
aktivitas yang mencakup aspek teknis dan non teknis berupa penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan penimbunan akhir. Menurut
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2022 Kota Bandung
menghasilkan timbulan sampah sebesar 581.876,52 ton/tahun, yang bersumber dari
berbagai aktivitas, salah satunya berasal dari kegiatan pasar (KLHK, 2022).

Pasar merupakan pusat kegiatan sosial ekonomi kerakyaktan, dengan pola


hubungan ekonomi yang terjadi berupa terjalinnya interaksi sosial yang akrab
antara pedagang-pembeli, pedagang-pedagang, dan pedagang-pemasok yang
merupakan warisan sosial representasi kebutuhan bersosialisasi antar individu
(Aliyah, 2017). Pasar sebagai salah satu fasilitas umum yang selalu ramai
dikunjungi oleh masyarakat karena perannya sebagai penunjang kebutuhan sandang
dan pangan turut menghasilkan sebesar 10% berat sampah dari total timbulan
sampah yang dihasilkan di Kota Bandung. Salah satu pasar terbesar yang turut
menghasilkan sampah di Kota Bandung adalah Pasar Induk Gedebage, yang
memiliki 246 kios dengan luas sebesar 4 Ha. Apabila timbulan sampah dari Pasar
Induk Gedebage tidak dikelola dengan tepat, maka dapat menimbulkan beragam
permasalahan yang dapat mengganggu keberjalanan pasar itu sendiri. Maka dari
itu, diperlukan suatu sistem pengolahan sampah yang terintegrasi dengan baik di
pasar tersebut.

1
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, ditentukanlah
rumusan permasalahan yang menjadi bahasan pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana timbulan limbah padat di Pasar Induk Gedebage?
2. Bagaimana komposisi limbah padat di Pasar Induk Gedebage?
3. Bagaimana karakteristik limbah padat di Pasar Induk Gedebage?
4. Bagaimana evaluasi kondisi eksisting pengolahan limbah padat di Pasar
Induk Gedebage?
5. Bagaimana contoh best practices pengolahan limbah padat di kawasan
pasar?

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan timbulan limbah padat di Pasar Induk Gedebage
2. Menentukan komposisi limbah padat di Pasar Induk Gedebage
3. Menentukan karakteristik limbah padat di Pasar Induk Gedebage
4. Menentukan evaluasi kondisi eksisting pengolahan limbah padat di Pasar
Induk Gedebage
5. Menentukan best practices pengolahan limbah padat di kawasan pasar

I.4 Metodologi
Dalam melakukan penyusunan laporan ini, dilakukan pengumpulan data melalui
kegiatan studi literatur dan observasi lapangan terkait informasi yang berkaitan
dengan timbulan limbah padat serta pengolahan limbah padat di Pasar Induk
Gedebage. Penulis mengumpulkan data dan informasi dari berbagai jurnal ilmiah
yang relevan, dan observasi langsung ke lokasi penelitian. Dilakukan pula
pendekatan melalui data sekunder dengan menggunakan data dan informasi dari
wilayah studi dengan karakteristik timbulan sampah yang serupa seperti pada Pasar
Ujungberung dan Pasar Induk Caringin.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH

II.1 Letak Administratif


Secara administratif, Kota Bandung memiliki 30 kecamatan dengan 153 kelurahan.
Gedebage adalah kecamatan dengan luas wilayah terbesar, yaitu 99 Ha sedangkan
kecematan terkecil ditempati oleh Astana Anyar dengan luas wilayah berkisar 268
Ha. Adapun batas-batas administratif Kota Bandung adalah sebagai berikut.

a. Sebelah utara : Kecamatan Lembang dan Cisarua


b. Sebelah barat : Kota Cimahi dan Kecamatan Padalarang
c. Sebelah selatan : Kecamatan Dayeuhkolot dan Kecamatan
Bojongsoang
d. Sebelah timur : Kecamatan Cileunyi

Gambar II.1 Peta Administrasi Kota Bandung

(Sumber: Pemerintah Kota Bandung, 2012)

3
Pasar Induk Gedebage yang menjadi daerah tinjauan studi pengolahan limbah padat
memiliki 246 kios dengan luas sebesar 4 Ha serta berada di Kecamatan Panyileukan
yang memiliki luas wilayah sebesar 5,527 km2. Lalu, Pasar Induk Gedebage berada
di Jalan Pasar Induk, Mekar Mulya, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung. Batas
wilayah studi, yaitu di bagian utara berbatasan dengan Jalan Pasar Induk, bagian
timur berbatasan dengan Jalan Mekar Raya, bagian selatan berbatas dengan
Soekarno-Hatta, dan bagian barat berbatasan dengan Jalan Rumah Sakit.

Gambar II.2 Wilayah Pasar Induk Gedebage

(Sumber: Google Earth, 2023)

II.2 Kondisi Geografis


Kecamatan Panyileukan merupakan salah satu dari 30 (tiga puluh) kecamatan yang
terdapat di Kota Bandung, secara geografis letaknya berada di timur Kota Bandung.
Kecamatan Panyileukan ini berbatasan dengan Kecamatan Ujungberung di sebelah
utara, berbatasan dengan Kecamatan Cibiru dan Kecamatan Cileunyi di sebelah
timur, kemudian berbatasan dengan Kecamatan Gedebage di sebelah selatan, dan
terakhir berbatasan dengan Kecamatan Cinambo di sebelah barat. Selanjutnya, luas
wilayah Kecamatan Panyileukan adalah sebesar 5,527 km2 dan terdiri atas 4
kelurahan dengan rincian sebagai berikut.

4
Tabel II.1 Luas Daerah Menurut Kelurahan di Kecamatan Panyileukan

Luas Area Persentase Luas Kelurahan


Kelurahan
(km2) terhadap Luas Kecamatan (%)
Mekar Mulya 1,215 22
Cipadung Kidul 2,173 40
Cipadung Wetan 0,805 14
Cipadung Kulon 1,333 24
Total 5,527 100
Sumber: (BPS, Kecamatan Panyileukan dalam Angka 2021, 2022)

Selanjutnya, secara spesifik Pasar Induk Gedebage terletak pada ketinggian 671,6
mdpl (Meter Diatas Permukaan Laut) dan berada pada titik koordinat 6°56'00.3"S
dan 107°41'52.8"E.

II.3 Demografi
Pasar Induk Gedebage yang menjadi daerah tinjauan studi berada Kecamatan
Panyileukan yang terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Kota Bandung memiliki
jumlah penduduk sebenyak 2.527.854 jiwa yang tediri dari 1.267.661 jiwa
penduduk laki-laki dan 1.260.193 jiwa penduduk perempuan. Berikut data jumlah
penduduk Kecamatan Panyileukan berdasarkan dokumen Kota Bandung dalam
Angka 2022.

Tabel II.2 Tabel Data Jumlah Penduduk Kecamatan Panyileukan

Persentase Kepadatan Penduduk


Kelurahan Penduduk
Penduduk (per km2)
Mekar Mulya 7.041 17,6 12050
Cipadung Kidul 14.643 38,58 1721
Cipadung Wetan 3.740 8,91 15231
Cipadung Kulon 12.267 34,55 3260
Total 37.691 100 720
Sumber: (BPS, Kecamatan Panyileukan dalam Angka 2021, 2022)

5
II.4 Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu
lokasi. Perbedaan iklim begitu besar yang memberikan pengaruh yang luas terhadap
manusia untuk menduduki dan mengelola bumi. Iklim bergantung kepada
hubungan yang kompleks. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi iklim, yaitu
suhu, curah hujan, dan angin. Cuaca dan iklim akan selalu menyertai dan
mempengaruhi kehidupan manusia untuk melaksanakan pekerjaan dan keadaan
cuara yang baik akan sangat berpengaruh (Fiyka, 2016). Berikut merupakan
pengamatan unsur iklim menurut BMKG di Stasiun Bandung.

Tabel II.3 Iklim dari Pemantauan Stasiun Bandung

Jumlah Curah Jumlah Hari Suhu Rata-


Bulan
Hujan (mm) Hujan (hari) Rata (0C)

Januari 146.4 27 23,3

Febuari 153.9 20 23,4

Maret 292.5 24 23,6

April 177.3 18 23,8

Mei 239 16 24,1

Juni 92.4 21 23,5

Juli 33.2 8 23,1

Agustus 91.8 8 23,5

September 73 13 23,8

Oktober 218.4 21 23,8

November 454.3 26 23,4

Desember 198.5 28 29,3

(BPS, Kota Bandung dalam Angka 2022, 2023)

6
BAB III
KONDISI PENGOLAHAN PERSAMPAHAN WILAYAH STUDI

III.1 Timbulan Limbah Padat


Timbulan limbah padat merupakan banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat
dalam suatu volume maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau
perpanjang jalan (BSN, 2002). Rata-rata timbulan sampah dapat bervariasi dalam
satuan waktu tertentu, antara daerah tertentu, dan antar negara tertentu. Variasi ini
utamanya disebabkan oleh perbedaan sebagai berikut. (Damanhuri & Padmi, 2010)
1. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya,
2. Taraf hidup, yakni semakin tinggi tingkat hidup masyarakat semakin besar
timbulan yang dihasilkan
3. Musim, yakni di negara barat, timbulan sampah akan mencapai angka
minimum pada musim panas
4. Cara hidup dan mobilitas penduduk
5. Iklim
6. Cara penanganan makanannya
Kemudian, dalam menentukan timbulan sampah yang dihasilkan, dilakukan
pendekatan menggunakan data sekunder berdasarkan data-data penelitian yang ada
dari lokasi studi yang memiliki kemiripan karakteristik kegiatan seperti di Pasar
Induk Gedebage. Selanjutnya, digunakanlah data timbulan sampah dari hasil
penelitian yang berjudul “Identifikasi Timbulan Sampah di Pasar Induk Caringin
Bandung”, didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel III.1 Timbulan Sampah Pasar Induk Caringin Bandung

Berat Sampah
No Nama Pedagang
kg/hari kg/m2/hari
1 Pedagang Sayur 6,67 0,50
2 Pedagang Buah 5,87 0,47
3 Pedagang Ikan Basah 3,54 0,04
4 Pedagang Beras 2,98 0,07
5 Pedagang Daging 5,03 0,20

7
Berat Sampah
No Nama Pedagang
kg/hari kg/m2/hari
6 Pedagang Kelontong 2 Lantai 3,04 0,08
7 Pedagang Kelontong 3 Lantai 3,60 0,04
8 Pedagang Grosir 3,55 0,04
9 Pedagang Kosmetik 2,89 0,04
10 Pedagang Pakaian Jadi 3,60 0,04
11 Pedagang Elektronik 2,99 0,04
12 Pedagang Kue 2,71 0,10
13 Pedagang Plastik 2,94 0,04
Jumlah 49,41 1,64
Rata-rata 3,80 0,13
Sumber : (Djafar, Ainun, & Dirgawati, 2014)

Berdasarkan Tabel III.1, didapatkan dari sampling yang dilakukan terhadap 100
orang pedagang, selain itu diketahu pula bahwa pedagang yang menimbulkan
sampah dalam jumlah paling besar apabila ditinjau dari satuan kg/m2/hari adalah
pedagang sayur sebesar 0,50 kg/m2/hari. Sedangkan untuk timbulan sampah
terkecil adalah pedagang plastik sebesar 0,04 kg/m2/hari. Selain itu, diketahui pula
bahwa rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan adalah sebesar 0,13 kg/m2/hari.

III.2 Komposisi Limbah Padat


Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan,
kertas, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, plastik, logam besi, dan lain-lain, yang
berbeda-beda, tergantung dengan objek studi yang diteliti. Komposisi sampah dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut. (Damanhuri & Padmi, 2010)
1. Cuaca, yakni di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah
juga akan cukup tinggi
2. Frekuensi pengumpulan, yakni semakin sering sampah dikumpulkan maka
semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan
berkurang karena membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas
dan dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi

8
3. Musim, yakni jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang
sedang berlangsung
4. Tingkat sosial ekonomi, yakni daerah ekonomi tinggi pada umumnya
menghasilkan sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya
5. Pendapatan per kapita, yakni masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan
menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen dibanding
tingkat ekonomi lebih tinggi.
6. Kemasan produk, yakni kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga
akan mempengaruhi. Negara maju cenderung tambah banyak yang
menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang
seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.

Kemudian, dalam menentukan komposisi sampah yang dihasilkan, dilakukan


pendekatan menggunakan data sekunder berdasarkan data-data penelitian yang ada
dari lokasi studi yang memiliki kemiripan karakteristik kegiatan seperti di Pasar
Induk Gedebage. Selanjutnya, digunakanlah data komposisi sampah dari hasil
penelitian yang berjudul “Analisis Timbulan Sampah Pasar Tradisional (Studi
Kasus: Pasar Ujungberung, Kota Bandung”, didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel III.2 Komposisi Sampah Pasar Ujungberung, Bandung

No Jenis Sampah Persentase (%)


1 Plastik 44
2 Organik 37
3 Kertas 16
4 Kain 2
5 Lain-lain 1
Jumlah 100
Sumber : (Chaerul & Dewi, 2020)

Berdasarkan Tabel III.2, didapatkan bahwa komposisi sampah organik yang cukup
tinggi, yakni sebesar 37%. Dengan jumlah tersebut dapat dilakukan pemanfaatan
sampah organik tersebut untuk menjadi kompos.

9
III.3 Karakteristik Limbah Padat
Selain timbulan serta komposisi limbah padat, indikator lain yang perlu
diperhatikan sebagai dasar penentuan teknologi pengolahan sampah adalah
karakteristik sampah. Karakteristik dapat terbagi atas karakteristik fisika dan
kimia. Karakteristik fisika, meliputi densitas, kadar air, kadar volatile, kadar abu,
nilai kalor, dan distribusi ukuran. Sedangkan, karakteristik kimia, khususnya yang
menggambarkan susunan kimia sampah tersebut, terdiri dari unsur C, N, O, P, H,
dan S. Kemudian, dalam menentukan karakteristik sampah yang dihasilkan,
dilakukan pendekatan menggunakan data sekunder berdasarkan data-data
penelitian yang ada dari lokasi studi yang memiliki kemiripan karakteristik kegiatan
seperti di Pasar Induk Gedebage. Selanjutnya, digunakanlah data karakteristik
sampah dari hasil penelitian yang berjudul “Kajian Komposisi, Karakteristik, dan
Potensi Daur Ulang Sampah di TPA Cipayung, Depok”, dan “Analisis Karakteristik
Sampah dan Limbah Cair Pasar Badung dalam Upaya Pemilihan Sistem
Pengelolaannya” didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel III.3 Karakteristik Limbah Padat berupa Densitas

No Sumber Sampah Densitas Rata-Rata (kg/m3)


1 Pasar Kemiri 262,07
2 Pasar Cisalak 261,23
3 Pasar Musi 284,05
4 Pasar Dewi Sartika 207,11
Sumber : (Zahra & Damanhuri, 2011)

Tabel III.4 Karakteristik Limbah Padat berupa Kadar Air di Pasar Badung

Pengukuran Ke- Kadar Air (%)


1 27,33
2 24,00
3 25,67
Rerata 25,67
Sumber : (Jana, Mardani, & Suyasa, 2006)

10
Tabel III.5 Karakteristik Limbah Padat di Pasar Sederhana

No Parameter Metode Hasil Percobaan


1 Kadar Air Gravimetri 77%
2 Nitrogen Total Kjeldahl Kjedahl Analyzer 43,55%
3 C-Organik Walkey & Black 0,18%
4 C/N - 242
Sumber : (Wicaksono, Pratama, & Halomoan, 2017)

III.4 Evaluasi Pengolahan Limbah Padat Eksisting


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan secara langsung di Pasar Induk
Gedebage pada hari Jumat, 24 Februari 2023, didapatkan beberapa hasil temuan
terkait kondisi eksisting dari pengolahan limbah padat sebagai berikut.

a. Pewadahan dan Pemilahan


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, tidak ditemukan adanya
tempat sampah yang berada disekitar area kios-kios pedagang, sehingga
didapati seluruh sampah hasil produksi dan kegiatan jual beli, hanya
ditumpuk dan disatukan di depan kios masing-masing. Sehingga, sampah-
sampah tersebut menjadi tidak terpilah serta berdampak terhadap timbulnya
bau dan mengundang banyaknya lalat yang mengerubungi sampah-sampah
tersebut.

Gambar III.1 Limbah Padat yang Menumpuk Tanpa Pewadahan


Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2023)

11
b. Pengumpulan dan Pemindahan
Pelayanan pengumpulan limbah padat di Pasar Induk Gedebage dilakukan
untuk mengumpulkan dan memindahkan sampah yang menumpuk didepan
kios pedagang menuju TPS setempat yang berada tidak jauh dari kawasan
pasar. Pengumpulan dan pemindahan limbah padat di kawasan Pasar Induk
Gedebage dilakukan dengan menggunakan armada pengumpul motor roda
tiga. Kapasitas angkut motor roda tiga yang digunakan sekitar 1,5 m3. Akan
tetapi, armada pengumpul yang beroperasi pada hari observasi hanya
berjumlah satu unit.

Gambar III.2 Motor Roda Tiga Pengumpul Limbah Padat


Sumber : (Dokumentasi Pribadi, 2023)

c. Pengolahan
Sampah yang telah diangkut ke TPS Pasar Induk Gedebage, kemudian
dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Berdasarkan data sekunder yang
didapatkan dari jurnal yang berjudul “Studi Tingkat Partisipasi Pedagang
dalam Pengelolaan Sampah Berbasis 3R di Pasar Induk Gedebage”,
diketahui bahwa Pasar Induk Gedebage memiliki beberapa alternatif
pengolahan berupa pengomposan serta barang lapak.

12
Pengomposan dilakukan menggunakan sampah organik yang disortir
kemudian ditumpuk ditempat pengomposan. Setelah itu dilakukan
pembuatan tumpukan. Tumpukan yang telah dibuat tidak dipadatkan.
Tumpukan dibuat atas lebar 2 meter dan tinggi sekitar 1 meter. Sesuai
jadwal pembalikan kompos maka pembuatan tumpukan diselesaikan dalam
waktu 7 hari.

Sedangkan, barang lapak merupakan proses pemilahan sampah yang masih


mempunyai nilai ekonomis dilakukan proses penyortiran sebelum akhirnya
dijual kepada pengepul sampah. Sampah daur ulang Gedebage dibagi atas
empat jenis yaitu emberan (sampah plastik jenis PET, HDPE, PVC), duplex
(sampah kardus rusak, basah, dan tidak layak pakai, sampah jenis PS), box
(sampah kardus kondisi baik), dan kresek (plastik jenis LDPE). Sampah
barang lapak yang sudah terkumpul, diberi wadah dengan menggunakan
karung dan kresek berukuran 80 liter. Sampah yang sudah terkumpul
banyak lalu dijual kepada pengepul sampah. Akan tetapi, meski telah
memiliki pengolahan sampah tersendiri, ketika dilakukan observasi masih
terdapat beberapa aktivitas pembakaran sampah secara langsung di sekitar
lahan TPS, yang justru malah berpotensi besar menyumbangkan terjadinya
pencemaran udara disekitar kawasan Pasar Induk Gedebage.

Gambar III.3 Aktivitas Pembakaran Sampah secara Langsung


di sekitar TPS Gedebage
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2023)

13
III.5 Proyeksi Kebutuhan Teknologi Pengolahan Limbah Padat
Dalam menunjang peningkatan timbulan limbah padat yang mungkin terjadi di
masa depan sebagai akibat dari semakin tingginya jumlah penduduk dan
meningkatnya intensitas kegiatan di pasar, maka diperlukan suatu proyeksi
terhadap kebutuhan teknologi pengolahan limbah padat. Hal tersebut berguna
dalam mengantisipasi lonjakan timbulan limbah padat di masa depan serta
meningkatkan persentase keterkelolaan limbah padat di kawasan Pasar Induk
Gedebage.

III.5.1 Proyeksi Timbulan Limbah Padat


Data timbulan sampah dalam penelitian ini dibutuhkan untuk menentukan kapasitas
teknologi pengolahan limbah padat yang sesuai dengan kondisi pasar, serta untuk
menentukan potensi daur ulang, maka perlu diupayakan untuk pengukuran
langsung di sumbernya. Akan tetapi, karena keterbatasan data digunakanlah data
sekunder dari data pedagang di Pasar Induk Caringin yang berjumlah 2100 orang.
Kemudian, dilakukan perhitungan proyeksi pedagang dengan menggunakan
metode aritmatika, dengan persamaan sebagai berikut.

𝑃𝑛 = 𝑃0 (1 + 𝑟𝑡)

Keterangan:
Pn : Jumlah Penduduk Tahun Proyeksi
P0 : Jumlah Penduduk Awal Tahun Dasar
r : Rerata Pertumbuhan Penduduk
t : Selisih antar Tahun Proyeksi dengan Tahun Dasar

Selanjutnya, dengan asumsi laju pertumbuhan yang rendah sebesar 1%, serta
dengan menggunakan tahun dasar 2014, dan diproyeksikan untuk 30 tahun
kedepan. Maka, didapatkan proyeksi pedagang sebagai berikut.

14
Tabel III.6 Proyeksi Jumlah Pedagang

Tahun r t Pn
2014 0 2100
2015 1 2121
2016 2 2142
2017 3 2163
2018 4 2184
2019 5 2205
2020 6 2226
2021 7 2247
2022 8 2268
2023 9 2289
2024 10 2310
2025 11 2331
2026 12 2352
2027 13 2373
2028 14 2394
2029 0.01 15 2415
2030 16 2436
2031 17 2457
2032 18 2478
2033 19 2499
2034 20 2520
2035 21 2541
2036 22 2562
2037 23 2583
2038 24 2604
2039 25 2625
2040 26 2646
2041 27 2667
2042 28 2688
2043 29 2709
2044 30 2730

Kemudian, dengan menggunakan data sekunder berupa jumlah timbulan sampah di


Pasar Induk Caringin, yakni sebesar 49,41 kg/hari, untuk sampel sebanyak 100
pedagang, maka didapatkan timbulan sampah awal adalah sebagai berikut.

15
49,41 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 × 365 ℎ𝑎𝑟𝑖/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑔/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑇0 = = 180,346
100 𝑝𝑒𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔

Didapatkan asumsi awal timbulan adalah 180,346 kg/tahun/pedagang.


Diasumsikan timbulan rata-rata sampah per pedagang per tahun tersebut tidak
berubah sehingga dapat dihitung jumlah timbulan sampah untuk tahun-tahun
proyeksi berikutnya menggunakan rumus berikut.

𝑇𝑛 = 𝑃𝑛 × 𝑇0

Keterangan:
Tn : Jumlah Timbulan Tahun Proyeksi
Pn : Penduduk di Tahun Proyeksi
T0 : Jumlah Timbulan Tahun Awal

Selanjutnya, maka didapatkan proyeksi timbulan limbah padat di Pasar Induk


Gedebage adalah sebagai berikut.

Tabel III.7 Proyeksi Timbulan Limbah Padat

Jumlah Timbulan Tahun Awal Proyeksi Jumlah


Tahun
Pedagang (kg/pedagang/tahun) Timbulan (kg/tahun)

2014 2100 378727


2015 2121 382514
2016 2142 386301
2017 2163 390088
2018 2184 393876
2019 2205 397663
2020 2226 401450
180.346
2021 2247 405237
2022 2268 409025
2023 2289 412812
2024 2310 416599
2025 2331 420387
2026 2352 424174
2027 2373 427961

16
Jumlah Timbulan Tahun Awal Proyeksi Jumlah
Tahun
Pedagang (kg/pedagang/tahun) Timbulan (kg/tahun)

2028 2394 431748


2029 2415 435536
2030 2436 439323
2031 2457 443110
2032 2478 446897
2033 2499 450685
2034 2520 454472
2035 2541 458259
2036 2562 462046
2037 2583 465834
2038 2604 469621
2039 2625 473408
2040 2646 477196
2041 2667 480983
2042 2688 484770
2043 2709 488557

III.5.2 Kapasitas Teknologi Pengolahan


Setelah menentukan proyeksi timbulan sampah, misalnya dengan menggunakan
pengolahan sampah berupa windrow composting, dapat ditentukan kebutuhan lahan
untuk pengolahan limbah padat tersebut. Pengomposan sistem windrow merupakan
sistem pengomposan yang cocok dengan kondisi Indonesia karena fleksibilitasnya.
Keunggulan metode windrow yaitu secara teknis tidak memerlukan sarana
prasarana yang kompleks dan modern sehingga dapat diterapkan dengan mudah dan
tepat guna. Demikian pula jumlah modal, biaya operasional dan biaya pemeliharaan
tempat pengomposan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sistem lain,
sedangkan prosesnya sangat cocok dengan iklim tropis (Wahyono, L, & Feddy,
2003). Berikut merupakan perhitungan untuk menghitung kebutuhan lahan
windrow composting yang digunakan untuk pengomposan setengah matang.

𝑡𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠 × 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑎𝑛 =
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘

17
𝑘𝑔
21 ℎ𝑎𝑟𝑖 × (49,41 × 37%)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑎𝑛 = ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
(284,05 × 37%)
𝑚3
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑎𝑛 = 3,653 𝑚3

Pada pengolahan ini akan digunakan area melintang berbentuk setengah lingkaran,
dengan diameter 1 meter, dan panjang windrow 5 meter. Sehingga, didapatkan
perhitungan sebagai berikut.

1 1 1
𝑉𝑤𝑖𝑛𝑑𝑟𝑜𝑤 = ( × 𝜋𝑑 2 ) × 𝑝 = × 𝜋 × 12 × 5 = 0.625 𝑚3
2 4 8
3.653 𝑚3
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑤𝑖𝑛𝑑𝑟𝑜𝑤 = = 5,845 ≈ 6
0.625 𝑚3
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑑 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑤𝑖𝑛𝑑𝑟𝑜𝑤 × 𝑝 = 1 𝑚 × 6 × 5 𝑚 = 30 𝑚2

Kemudian, diasumsikan kompos setengah matang terjadi penyusutan volume


sebesar 50% dan pematangan membutuhkan ketinggian 30 cm. Maka luas lantai
pematangan dapat dihitung sebagai berikut.

𝑉𝑠𝑒𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 = 50% × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑎𝑛


𝑉𝑠𝑒𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 = 50% × 3,653 𝑚3 = 1,8265 𝑚3
𝑉𝑠𝑒𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 1,8265 𝑚3
𝐿𝑢𝑎𝑠𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = = 6,083 𝑚2
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑠𝑒𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 0.3 𝑚

Diasumsikan luas lantai operasi 50% dari luas lantai total, maka kebutuhan luas
lahan adalah sebagai berikut.

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 × 50%


𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 = (𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛𝑊𝑖𝑛𝑑𝑟𝑜𝑤 + 𝐿𝑢𝑎𝑠𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ) × 50%
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 = (30 𝑚2 + 6.083 × 6) × 50% = 33,249 𝑚2

18
III.5.3 Kebutuhan Produk bagi Wilayah Studi Sekitar
Dengan menggunakan teknologi windrow composting maka dapat dihasilkan
produk berupa kompos. Kompos ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kompos
organik dapat dijual dengan harga Rp 5.000-10.000 per kemasan 5 kg. Nilai ini
cukup menguntungkan jika dibandingkan dengan modal yang hanya memanfaatkan
sampah organik dengan target penjualan kompos diantaranya adalah masyarakat
umum atau pedagang yang berada di kawasan Pasar Induk Gedebage, dan petani.

19
BAB IV
BEST PRACTICES

IV.1 Best Practices Pengolahan Sampah di Pasar Segamas


Pasar Segamas (Segitiga Emas) merupakan salah satu pasar tradisional yang
terletak Karangpoh Kulon, Kalikabong, Kalimanah, Kabupaten Purbalingga. Area
pasar ini memiliki luas 4,5 Ha dan luas bangunan 1,6 Ha dengan jumlah kios dan
los sebanyak 383 dan 656, serta jumlah pedagang 2174 orang.

Gambar IV.1 Pasar Segamas di Purbalingga

Sumber : (Pikiran Rakyat, 2022)

Pengelolaan sampah di Pasar Segamas yang dikelola dengan baik memperhatikan


aspek lingkungan, terutama dalam penanganan sampah. Salah satu cara yang
dilakukan adalah dengan mengarahkan pedagang untuk bekerja sama dengan
pengelola pasar dalam pengelolaan sampah pasar. Tujuannya adalah untuk merubah
pandangan masyarakat terhadap kondisi pasar tradisional di Indonesia yang sering
kali dianggap kurang bersih. Selain itu, pengelola dan petugas kebersihan pasar juga
bekerja sama dalam pengelolaan sampah pasar dengan melakukan pemilahan dan
pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik, dan sisanya dibuang ke
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Selain itu, pengelolaan sampah di Pasar Segamas
juga menggunakan teknologi, seperti Biomethangreen, yakni sampah organik
dimasukkan kedalam biodigester yang dirombak oleh bakteri khusus penghasil
methan. Hasil akhir dari proses pengolahan ini adalah berupa pupuk cair dan biogas
yang sangat aman digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak ataupun sebagai
energi listrik.

20
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut.
1. Timbulan limbah padat di Pasar Induk Gedebage dapat didekati dengan
menggunakan data sekunder yang berasal dari penelitian di Pasar Induk
Caringin Bandung sebagai berikut.

Tabel V.1 Timbulan Limbah Padat Pasar Induk Caringin Bandung

Berat Sampah
No Nama Pedagang
kg/hari kg/m2/hari
1 Pedagang Sayur 6,67 0,50
2 Pedagang Buah 5,87 0,47
3 Pedagang Ikan Basah 3,54 0,04
4 Pedagang Beras 2,98 0,07
5 Pedagang Daging 5,03 0,20
6 Pedagang Kelontong 2 Lantai 3,04 0,08
7 Pedagang Kelontong 3 Lantai 3,60 0,04
8 Pedagang Grosir 3,55 0,04
9 Pedagang Kosmetik 2,89 0,04
10 Pedagang Pakaian Jadi 3,60 0,04
11 Pedagang Elektronik 2,99 0,04
12 Pedagang Kue 2,71 0,10
13 Pedagang Plastik 2,94 0,04
Jumlah 49,41 1,64
Rata-rata 3,80 0,13

21
2. Komposisi limbah padat di Pasar Induk Gedebage, dapat didekati dengan
menggunakan data sekunder yang berasal dari penelitian di Pasar
Ujungberung Bandung sebagai berikut.

Tabel V.2 Komposisi Limbah Padat Pasar Ujungberung, Bandung


No Jenis Sampah Persentase (%)
1 Plastik 44
2 Organik 37
3 Kertas 16
4 Kain 2
5 Lain-lain 1
Jumlah 100

3. Karakteristik limbah padat di Pasar Induk Gedebage dapat didekati dengan


menggunakan data sekunder yang berasal dari penelitian di Pasar Sederhana
sebagai berikut.

Tabel V.3 Karakteristik Limbah Padat Pasar Sederhana

No Parameter Metode Hasil Percobaan


1 Kadar Air Gravimetri 77%
2 Nitrogen Total Kjeldahl Kjedahl Analyzer 43,55%
3 C-Organik Walkey & Black 0,18%
4 C/N - 242

4. Evaluasi kondisi eksisting pengolahan limbah padat di Pasar Induk


Gedebage diantaranya adalah tidak adanya tempat sampah di sekitar kios-
kios pedagang, sehingga menyebabkan sampah-sampah tersebut ditumpuk
dan tidak terpilah dengan baik, sehingga menimbulkan bau serta menarik
banyak lalat. Pelayanan pengumpulan sampah dilakukan menggunakan
armada pengumpul motor roda tiga dengan kapasitas angkut sekitar 1,5 m3.
Sampah yang telah diangkut, kemudian diolah dengan menggunakan

22
pengolahan berupa pengomposan dan barang lapak. Meski telah memiliki
pengolahan sampah tersendiri, tetapi masih terdapat aktivitas pembakaran
sampah secara langsung di sekitar lahan TPS yang berpotensi menyebabkan
pencemaran udara.

5. Contoh best practices pengolahan limbah padat di kawasan pasar adalah


pengolahan limbah padat di Pasar Segamas yang memiliki pengelolaan
sampah yang baik dengan fokus pada aspek lingkungan. Pedagang dan
pengelola bekerja sama dalam mengelola sampah dengan melakukan
pemilahan dan pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik serta
membuang sisanya ke TPA. Pasar Segamas juga menggunakan teknologi
Biomethangreen yang memasukkan sampah organik ke dalam biodigester
untuk menghasilkan pupuk cair dan biogas yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar untuk memasak atau energi listrik.

23
DAFTAR PUSTAKA
Aini, S. F. (2015). Studi Komparasi Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk
Caringin Kota Bandung. Bandung: UPI.
Aliyah, I. (2017). Pemahaman Konseptual Pasar Tradisional di Perkotaan. Cakra
Wisata, 1-16.
BPS. (2022). Kecamatan Panyileukan dalam Angka 2021. Kota Bandung: BPS
Kota Bandung.
BPS. (2023). Kota Bandung dalam Angka 2022. Bandung: BPS Kota Bandung.
BSN. (2002). SNI 19-2454-2002: Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Chaerul, M., & Dewi, T. P. (2020). Analisis Timbulan Sampah Pasar Tradisional
(Studi Kasus: Pasar Ujungberung, Kota Bandung). Al-Ard: Jurnal Teknik
Lingkungan, 98-106.
Damanhuri, E., & Padmi, T. (2010). Diktat Pengelolaan Sampah. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Dina, L., Hilal, N., & Subagiyo, A. (2020). Analisis Faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Pedagang dalam Pengelolaan Sampah di Pasar Segamas
Kabupaten Purbalingga. Buletin Keslingmas, 102-110.
Djafar, J., Ainun, S., & Dirgawati, M. (2014). Identifikasi Timbulan Sampah di
Pasar Induk Caringin Bandung. Reka Lingkungan : Jurnal Institut
Teknologi Nasional, 1-9.
Fiyka. (2016). Analisis Taman Alat Cuaca Kota Bandung dan Sumedang
menggunakan Satelit Terra Berbasis Phyton. Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.
Jana, I. W., Mardani, & Suyasa, I. W. (2006). Analisis Karakteristik Sampah dan
Limbah Cair Pasar Badung dalam Upaya Pemilihan Sistem Pengelolaanya.
Ecotrophic, 1-10.
KLHK. (2022). Komposisi Sampah berdasarkan Sumber Sampah Kota Bandung.
Jakarta: SIPSN.
Nurfitriana, W., Hartati, E., & Ainun, S. (2016). Studi Tingkat Partisipasi Pedagang
dalam Pengelolaan Sampah Berbasis 3R di Pasar Induk Gedebage . Jurnal
Rekayasa Lingkungan, 1-9.
Rahmadani, R. W. (2020). Tinjauan Pengelolaan Sampah di Pasar Segamas
Purbalingga Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga Tahun 2020.
Purwokerto: Politeknik Kesehatan Semarang.

24
Wahyono, L, F., & Feddy, S. (2003). Mengolah Sampah Menjadi Kompos Sistem
Open Windrow Bergulir Skala Kawasan. Jakarta: Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.
Wicaksono, A., Pratama, Y., & Halomoan, N. (2017). Identifikasi Teknologi
Pengolahan Sampah Pasar Sederhana. Reka Lingkungan, 1-9.
Zahra, F., & Damanhuri, T. P. (2011). Kajian Komposisi, Karakteristik, dan Potensi
Daur Ulang Sampah di TPA Cipayung, Depok. Jurnal Teknik Lingkungan,
59-69.

25

Anda mungkin juga menyukai