Anda di halaman 1dari 84

1.

Seorang pria 47 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri menjalar
sampai ke kemaluan hilang timbul sejak kurang lebih 6 bulan. Pasien juga
mengeluh mual dan muntah, tidak demam. Terdapat riwayat buang air kecil keluar
batu. Tidak ada riwayat diabetes mellitus maupun hipertensi. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90 kali/menit, respirasi 20
kali/menit, suhu badan 37,10C, nyeri ketok CVA positif. Hasil laboratorium Hb
11,0 g/dL, leukosit 8900/mm3, trombosit 350000/mm3, hematokrit 30,2%, ureum
194 mg/dL, kreatinin 8,7 mg/dL, natrium 136 mmol/L, kalium 6.5 mmol/L, asam
urat 12,0 mg/dL. Produksi urin 50 cc/24 jam. USG abdomen didapatkan
hidronefrosis bilateral, BNO tak tampak batu radioopak. Penatalaksanaan pasien
ini selanjutnya adalah :
a. Konsul bedah untuk tindakan nephrostomi/URS (Ureteroscopic lithotripsy)/PCNL
(Percutaneous nephrolithotomy)
b. Terapi pengganti ginjal dengan hemodialisis
c. Hemodialisis dan konsul bedah untuk tindakan nephrostomi/URS/PCNL
d. Pemberian cairan
e. Alkalinisasi urin

2. Seorang perempuan berusia 52 tahun datang berobat ke poliklinik dengan


keluhan nyeri pinggang kanan yang dirasakan hilang timbul sejak 1 hari. Nyeri
menjalar ke kemaluan. Tidak ada demam. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri
ketok CVA kanan. Hasil urinalisis lengkap: leukosit 7-8/LPB; eritrosit 5-6 /LPB;
protein negatif, bakteri positif. Hasil USG ginjal: hidronefrosis grade 1 ginjal
kanan. Diagnosa yang paling mungkin pada kasus tersebut adalah :
a. Sinusitis
b. Pielonefritis
c. Nefrolitiasis dekstra
d. Glomerulonefritis
e. Ureterolitiasis dekstra

3. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri


pada kemaluan terutama saat berkemih sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluh kencing kadang berwarna merah. Tidak ada demam, mual dan muntah.
Hasil urinalisis lengkap: leukosit 5-6/LPB; eritrosit 10-12/LPB; silinder lekosit
negatif; silinder eritrosit negatif; protein negatif. Pemeriksaan laboratorium Hb
12,0 g/dL; lekosit 8900/mmk; trombosit 255000/mmk; elektrolit serum natrium 138
mEq/L; kalium 4,0 mEq/L; kalsium 9,0 mg/dL. BNO tidak ada gambaran batu
radioopak. Penyebab hematuria yang paling mungkin pada pasien tersebut
adalah:
a. Penurunan jumlah air kemih
b. Hiperurikosuria yang memicu pembentukan batu kalsium
c. Presipitasi kalsium oksalat akibat hiperoksaluria
d. Kerusakan jaringan lokal akibat hiperkalsiuria
e. Penurunan ekskresi inhibitor kristal akibat hipositraturia

4. Seorang lelaki berusia 46 tahun datang dengan keluhan demam tinggi 2 minggu,
batuk, dahak hijau kental. Pasien telah berobat ke dokter dan diberikan cefadroxil
selama 1 minggu. Keluhan mulai berkurang, namun beberapa hari kemudian
badan kembali demam, timbul bintik-bintik merah di kulit. Hasil laboratorium
sebagai berikut: Hb 14,3 g/dl, lekosit 10.500 u/L, trombosit 145.000 u/L, hitung
jenis : Eosinofilia, ureum 36, creatinin 1,8 mg/dl. Kondisi yang terjadi pada pasien
yang paling tepat adalah :
a. Mengganti antibiotik dengan golongan beta laktam
b. Pasien mengalami gagal ginjal kronik
c. Meneruskan antibiotik sampai 10 hari
d. Pasien dapat mengalami oliguria
e. Pada urinalisis dapat dijumpai piuria steril, hematuria dan proteinuria ringan

5. Seorang wanita 36 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mual, lemah dan
sering buang air kecil malam hari. Selama 2 tahun terakhir ini, pasien sering
minum jamu penghilang rasa sakit. Dari pemeriksaan didapatkan tekanan darah
130/90 mmHg,t 37,5’C. Hasil laboratorium didapatkan ureum 38 mg/dl, cr 1,7
mg/dl, Na 138 mEq/L, K serum 5,5 mEq/L. Proteinuria 0,5 gr/24 jam, piuria,
hematuria dan glukosuria. Terapi yang paling tepat untuk pasien ini adalah :
a. Antibiotik golongan fluoroquinolon dapat diberikan sambil menunggu kultur urin
b. Menghentikan minum jamu, terapi kelainan elektrolit dan memberi antihipertensi
golongan ACE inhibitor
C. Pasien mengalami kondisi gagal ginjal kronik yang memerlukan hemodialisa
D. Prednison 1 mg/kgBB selama 4-6 minggu, bila tidak ada perbaikan dikombinasi
dengan siklofosfamid 2 mg/kgBB.
E. Metil prednisolon 2 mg/kgBB dan siklosporin 50 mg/12 jam po

6. Seorang laki-laki 52 tahun yang telah didiagnosis menderita multiple mieloma


sejak 7 bulan lalu datang kontrol ke poliklinik dengan membawa hasil laboratorium
sebagai berikut : Hb 7,4 gr/dl, Ca : 3,5 mmol/L, ureum 41 mg/dL, kreatinin 3,1
mg/dL. Patofisiologi terjadinya kerusakan ginjal pada pasien ini adalah, kecuali :
a. Protein Tamm-Horsfall dan protein rantai ringan yang berlebihan menyebabkan
kerusakan tubulointerstisial
b. Infiltrasi sel MN dan sel plasma di daerah interstitium
c. Hiperurisemia dapat menyebabkan endapan kristal asam urat
d. Hiperkalsemia dapat menyebabkan penumpukan kalsium di ginjal
e. Trombosis arteri renalis menyebabkan atrofi pada nefron distal

7. Keseimbangan Natrium yang terjadi di dalam tubuh diatur oleh 2 mekanisme,


salah satunya yaitu :
a. Keseimbangan antara natrium yang masuk dan yang keluar.
b. Perubahan kadar natrium dalam cairan ekstra sel
c. Naik turunnya ekskresi natrium
d. Natrium yang difiltrasi di tubulus
e. Reabsorpsi natrium di lengkung henle ascending.

8. Keadaan hiponatremia terjadi apabila …


a. Tingginya osmolalitas plasma
b. Jumlah asupan air melebihi kemampuan ekskresi.
c. Kadar natrium intra vaskular berkurang
d. Kadar natrium plasma dinaikkan
e. Osmolalitas plasma berkurang.

9. Keadaan hipernatremia terjadi apabila …


a. Volume sirkulasi efektif turun
b. ADH yang meningkat pada SIADH
c. Tingginya osmolaritas plasma.
d. Adanya defisit cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi ekskresi natrium.
e. Penambahan kadar natrium ke dalam tubuh.

10. Semua pernyataan berikut mengenai penggunaan eritropoetin eksogen pada


pasien penyakit ginjal kronis adalah benar, kecuali:
a. eritropoietin eksogen harus diberikan dengan target konsentrasi hemoglobin 10-
12 g/L.
b. penggunaan eritropoietin eksogen dikaitkan dengan peningkatan hasil
kardiovaskular.
c. penggunaan eritropoietin eksogen dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke
pada pasien dengan diabetes militus tipe 2 secara bersamaan.
d. penggunaan eritropoietin eksogen dapat dikaitkan dengan perkembangan yang
lebih cepat untuk kebutuhan dialisis.
e. penggunaan eritropoietin eksogen dikaitkan dengan peningkatan insiden kejadian
tromboemboli.

11. Seorang pasien diikuti oleh nephrologist untuk penyakit ginjal kronis stadium
IV yang berhubungan dengan glomerulosklerosis segmental fokal. Manakah dari
berikut ini yang merupakan indikasi untuk memulai hemodialisis pemeliharaan?
a. asidosis terkontrol dengan pemberian bikarbonat setiap hari.
b. Diatesis perdarahan.
c. BUN lebih besar dari 110 mg/dl tanpa gejala.
d. Kreatinin lebih besar dari 5 mg/dL tanpa gejala.
e. Hiperkalemia dikendalikan dengan natrium polistiren.
12. Peningkatan kadar natrium dalam plasma secara akut melebihi 180 meq/L
dapat menyebabkan ?
a. Robekan Vena pada otak sehingga menimbulkan perdarahan subarachnoid.
b. Lemas badan dan mengantuk
c. Edema sel pada otak
d. Mual – mual dan muntah
e. Penurunan kesadaran.

13. Seorang pria 30 tahun datang ke dokter karena keluhan nyeri pinggang yang
menjalar ke arah selangkangan disertai dengan mual dan muntah. Rasa sakit
datang tiba-tiba dan digambarkan sebagai intermiten dan crampy. Pemeriksaan
fisik menunjukkan nyeri difus saat palpasi di perut sisi kiri. Hasil laboratorium
darah normal, kecuali urine yang menunjukkan mikroskopik hematuria.
Berdasarkan data diatas pasien diduga menderita batu ginjal. Pemeriksaan apa
yang selanjutnya yang dapat dilakukan?
a. Foto Polos Abdomen
b. Computed tomography (CT)
c. Urogram
d. Magnetic Resonance Imaging
e. Ultrasonografi

14. Seorang pria 40 tahun karena keluhan nyeri pinggangnya datang ke dokter
untuk berobat. Dari hasil pemeriksaan didiagnosis batu ginjal dengan ukuran 7
mm disertai dilatasi hebat pada pelvis. Bagaimana penanganan pasien tersebut?
a. Pasien disuruh banyak minum
b. Terapi simptomatik
c. Diberikan diuretik hidroklorotiazid 25-50 mg/hari
d. Dilakukan tindakan litotripsi ekstra korporeal
e. Dibiarkan saja
15. Seorang pria 55 tahun dengan riwayat menderita batu ginjal, datang ke dokter
dengan anak laki-lakinya nya yang berusia 17 tahun. Penderita takut anaknya
akan menderita penyakit yang sama dengan dirinya. Faktor resiko apa yang dapat
meningkatkan timbulnya batu saluran kemih?
a. Konsumsi kapsul minyak ikan
b. Vitamin C 1000 mg/hari
c. Minum soft drink lebih dari 1 liter/minggu
d. Diet tinggi Kalium
e. Minum Vitamin B6 lebih dari 40 mg/hari

16. Pada penyakit ginjal kronis stadium 5, laju filtrasi glomerulus di bawah?
a. 50 mL/menit per 1,73 m2
b. 25 mL/menit per 1,73 m2
c. 15 mL/menit per 1,73 m2
d. 5 mL/menit per 1,73 m2
e. 0 mL/menit per 1,73 m2

17. Apa penyebab utama kematian pada pasien dengan


penyakit ginjal kronis?
a. Penyakit kardiovaskular
b. Hiperkalemia
c. Infeksi
d. Keganasan
e. Uremia

18. Salah satu indikasi mutlak koreksi kalium pada hipokalemia adalah
a. Ensefalopati hepatikum
b. Insufisiensi coroner/iskemia otot jantung
c. Pasien dengan ketoasidosis diabetik
d. Pasien memakai obat yang dapat menyebabkan perpindahan kalium dari ekstra
ke intrasel
e. Hipokalemia pada dengan rentang 3-3,5meq/L
19. Seorang laki-laki berusia 75 tahun mengeluh nyeri dada sejak 1 jam yang
lalu. Keluhan nyeri dada dirasakan secara mendadak. Keluhan disertai dengan
adanya lemas dan rasa berdebar yang membuat pasien tidak nyaman. Pasien
mengatakan bahwa beberapa minggu ini pasien tidak berselera makan. Dari vital
sign TD 100/70, N 130x/mnt, T 36,8C, SpO 2 94%. EKG menunjukkan gambaran
AF. Laboratorium menunjukkan K 3 meq/L. Bagaimana mekanisme AF pada
kasus tersebut ?
a. Perlambatan repolarisasi ventrikel yang menimbulkan peningkatan arus re-entry
b. Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal
c. Keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel
d. Adanya gangguan toleransi glukosa dan gangguan metabolisme protein
e. Terjadi alkalosis metabolik sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi di
glomerulus yang akan mengikat tubulus distal.

20. Pada pasien hiperkalemia, kalium keluar dari sel dapat terjadi pada keadaan
apa ?
a. Alkalosis metabolik
b. Katabolisme jaringan meningkat
c. Gangguan fungsi hati
d. Adenoma kelenjar adrenal
e. Alkalosis respiratorik

21. Seorang laki – laki berusia 75 tahun mengeluh nyeri dada sejak 1 jam yang
lalu. Keluhan nyeri dada dirasakan secara mendadak. Keluhan disertai dengan
adanya lemas dan rasa berdebar yang membuat pasien tidak nyaman. Pasien
mengatakan bahwa beberapa minggu ini pasien tidak berselera makan. Dari vital
sign TD 100/70, N 130x/mnt, T 36,8C, SpO 2 94%. EKG menunjukkan gambaran
AF. Laboratorium menunjukkan K 3 meq/L. Bagaimana tata cara pemberian
kalium pada pasien ini ?
a. KCl dilarutkan sebanyak 20 meq dalam 100cc NaCl isotonik dengan kecepatan
40-100 meq/jam
b. KCl dilarutkan sebanyak 30 meq dalam 500cc NaCl isotonik dengan kecepatan
50-100 meq/jam
c. KCl dilarutkan sebanyak 60 meq dalam 1000cc NaCl isotonik dengan kecepatan
50-100 meq/jam
d. KCl dilarutkan sebanyak 60 meq dalam 500cc NaCl isotonik dengan kecepatan
50-100 meq/jam
e. KCl dilarutkan sebanyak 60 meq dalam 100cc NaCl isotonik dengan kecepatan
50-100 meq/jam

22. Seorang laki-laki 18 tahun datang periksa ke Poliklinik Penyakit Dalam


dengan keluhan sesak napas sejak 1 minggu, bengkak di kedua kelopak mata
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan perut membesar, kedua
tungkai membengkak, dan buang air kecil berbusa. Pasien adalah seorang montir
di sebuah bengkel sepeda motor. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah 120/80
mmHg, ditemukan oedem di kedua palpebra dan kedua tungkai, efusi pleura
minimal bilateral dan asites grade 2. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
kadar ureum 20 mg/dl, kreatinin 1,1 mg/dl, albumin darah 1,8 mg/dl, kolesterol
darah 290 mg/dl, proteinuria+3. USG ginjal tidak didapatkan kelainan. Setelah
diberikan terapi steroid selama 1 bulan keadaan pasien membaik. Kelainan ginjal
apakah yang diharapkan dari pasien tersebut ?
a. Amiloidosis ginjal
b. GN membranoproliferatif
c. GN lesi minimal
d. GN membranosa
e. GN fokal segmental

23. Seorang mahasiswi usia 25 tahun datang berobat ke Poliklinik Penyakit


Dalam dengan keluhan bengkak di kedua tungkai, dan kedua kelopak mata sejak
2 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan sulit buang air kecil. Pada
pemeriksaan fisik tekanan darah 150/100 mmHg, oedem palpebra dan kedua
tungkai. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil ureum 50 mg/dl.
Kreatinin 1,6 mg/dl, albumin 2,2 mg/dl, trigliserida 268 mg/dl, protein urin +2,
eritrosit urin 15 eritrosit / lpb, eritrosit urin dismorfik (+). Hasil patologi biopsi ginjal
adalah sklerosis glomerulus yang sesuai dengan Glomerulosklerosis fokal
segmental. Patofisiologi yang dapat menjelaskan terjadinya kelainan tersebut
adalah :
a. Adanya penumpukan advanced glycation end product di glomerulus
b. Kerusakan tubulus ginjal karena efek toksik obat
c. Menurunnya Circulating Immune Complex
d. Adanya deposit kompleks imun di glomerulus
e. Supersaturasi kristal di ginjal

24. Seorang mahasiswa usia 20 tahun datang ke UGD dengan keluhan utama
sulit buang air kecil. Dua hari sebelumnya air kencing berwarna gelap kecoklatan.
Penderita juga mengeluh mual, demam, muntah, anoreksia, lemah dan nyeri
pinggang sejak 1 minggu sebelumnya. Pasien didiagnosis di RS sebelumnya
dengan TB paru dan diberikan obat INH dan Rifampisin selama 7 hari. Pasien
tidak punya riwayat sakit ginjal dan tidak ada alergi obat sebelumnya, riwayat
batuk lama, terdapat penurunan BB dalam 3 bulan terakhir. Tensi 150/100 mmHg,
HR 84 x / menit, suhu tubuh 38 C, RR 24x/menit, BMI : 15,6 kg/m2. Pemeriksaan
Paru: ronki basah kasar di paru-paru kanan atas, setinggi SIC III ke atas.
Pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium : Hb
14 gr%, leukosit 7200 u/l, trombosit 50.000 u/l, ureum 147 mg/dl, kreatinin 8,75
mg/dl, natrium 128 mmol/l, kalium 4,5 mmol/l, hipoalbumin 3,2 gr/dl, asam urat
10,4 mg/dl; urinalisis : proteinuria 500 mg/dl, leukosit urin 20-25/ LPB, hematuria
100/ LPB, kultur urin tidak ada pertumbuhan bakteri. Pemeriksaan rontgen
thoraks terdapat efusi pleura sinistra, terdapat infiltrat pada paru-paru kanan atas.
Pemeriksaan PCR TB dari efusi pleura positif. Tes alergi terhadap Rifampisin
positif. Gambaran USG Ginjal : terdapat ekogenitas yang meningkat pada kedua
ginjal dengan hipoekogenitas yang menonjol pada pyramid gambaran
peradangan ginjal. Apakah kemungkinan diagnosis yang tepat pada pasien ini ?
a. Glomerulonefritis membranosa
b. Glomerulosklerosis fokal segmental
c. Pielonefritis ringan
d. Glomerulonefritis lesi minimal
e. Nefritis tubulointerstitial akut
25. Seorang pria berusia 68 tahun dirujuk ke UGD dari puskesmas untuk
menjalani esofagogastroduodenoskopi. Diagnosis kerja: Perdarahan saluran
cerna bagian atas ec NSAID gastropathy, DM tipe 2 dengan nefropati, post stroke
iskemik. Pasien tersebut telah diberikan insulin kerja cepat subkutan, transfusi
darah 1 unit PRC, sukralfat suspensi 1gram/6jam via NGT, antasida (aluminium
hidroksida + magnesium hidroksida + simetikon) 3 x 2 tablet via NGT, omeprazole
40mg/24 jam IV, aspirin sudah distop. Dua jam kemudian, pasien mengalami
somnolen. Pemeriksaan fisik mendapatkan hipotensi, bradikardia, refleks tendon
menghilang, AV blok derajat 2 tipe 1 pada EKG. Hasil laboratorium: Na 132
mmol/l, K 4,8 mmol/l, Cl 102 mmol/l. Hb 11,2 g/dL, normal MCV dan MCH, lekosit
9.200/mm3, trombosit 195.000/mm3, eGFR 20,4 ml/min/1,73m2, ureum 55 mg/dl,
procalcitonin 0,15 ng/mL (normal: 0,15-2 ng/ml), troponin I dan CKMB dalam
batas normal, albumin dalam batas normal, GDS 225 mg/dl, analisa gas darah:
pH 7,35, pCO2 30 mmhg, pO2 125 mmhg, Fio2 32%, HCO3 18,4mmol/l, saturasi
oksigen 99%, foto rontgen paru tidak menemukan infiltrat paru, (+) kardiomegali.
Rektal touche tidak ada melena, EKG: intraventricular conduction delay.
Patofisiologi yang paling mungkin mendasari perubahan kondisi pasien tersebut di
atas adalah …
a. Azotemia dan hiponatremia
b. hipokalsemia
c. hiperfosfatemia
d. aluminium toxicity
e. hipermagnesemia

26. Seorang pria 38 tahun untuk ketiga kalinya dirawat dengan keluhan hipertensi
dan episode lemah anggota gerak hingga tidak mampu berdiri sendiri. Ia
mendapatkan amlodipin 5mg/24 jam, tidak pernah mendapat terapi diuretik.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal kecuali untuk kekuatan motorik,
pemeriksaan penunjang: fungsi tiroid dalam batas normal, K 2,8 mmol/L,
pemeriksaan elektrolit lain dalam batas normal, demikian pula dengan fungsi
ginjal dalam batas normal. Pemeriksaan apakah yang dapat anda lakukan
sebelum mencari evaluasi dari ahli endokrin?
a. plasma aldosterone
b. trans tubuler potassium gradient
c. plasma renin
d. urin natrium dan kalium 24 jam
e. osmolalitas urin dan analisa gas darah

27. Seorang wanita 45 tahun dirujuk dari puskesmas karena infeksi kaki diabetik.
Kesadaran masih kompos mentis, tensi 90/60mmHg, N 110 x/m, RR 24 x/m,
suhu badan 38,2 0C. Pemeriksaan fisik mendapatkan luka terbuka di plantar pedis
dekstra, ukuran 2x4cm, dasar kotor dan jaringan granulasi pucat, (+) pus.
Pemeriksaan penunjang menunjukkan gula darah sewaktu 475mg/dL, Na 120
mEq/L, K 5,5 mEq/L, Cl 98 mEq/L, ureum 84 mg/dL, kreatinin 1,0 mg/dL, analisa
gas darah menunjukkan asidosis metabolik, urin rutin: aseton negatif, rontgen
pedis dekstra tak ada tanda osteomielitis. Pasien ini diberikan insulin kerja cepat,
koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, rehidrasi dengan Ringer laktat dan
antibiotik spektrum luas IV. 24 jam kemudian, pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu 185 mg/dL, asidosis metabolik sudah terkoreksi, Na 143 mEq/L, K 4,8
mEq/L, Cl 102 mEq/L, prokalsitonin 0,15 ng/ml. Namun kesadaran pasien malah
somnolen, konsul neurologi mendapatkan (+) tanda pseudobulbar palsy dan
disarankan untuk melakukan MRI kepala. Kelainan apakah yang paling
dikuatirkan untuk keadaan tersebut?
a. Stroke hemoragik
b. central pontine myelinolysis
c. MELAS syndrome
d. Communicans hidrosefalus
e. multiple sclerosis

28. Perempuan 23 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan disuria selama 3


hari. Ia saat ini hamil 24 minggu. Tidak ada keluhan demam, menggigil, mual atau
muntah. Sebelumnya ia pernah menderita infeksi saluran kemih, dan diberi terapi
antibiotika ciprofloxacin dan membaik. Dia bertanya apakah bisa minum
antibiotika yang sama dengan sebelumnya? Di bawah ini manakah antibiotik yang
tidak direkomendasikan diberikan pada pasien tersebut diatas?
a. Nitrofurantoin
b. Ciprofloxacin
c. Ampicillin
d. Ceftriaxone
e. Amoxicillin

29. Seorang laki-laki datang ke poliklinik dengan keluhan disuria. Ia mengatakan


tidak ada lendir, hanya nyeri dan perih seperti terbakar jika berkemih. Pada
pemeriksaan fisik, pasien afebrile, dan semua dalam batas normal. Hasil
pemeriksaan urin dipstick didapatkan lekosit 25-35/μL, eritrosit 0-5/μL, dan
bakteria 3+. Manakah pernyataan berikut ini yang salah mengenai infeksi saluran
kemih pada laki-laki?
a. Pemberian antibiotika 3-5 hari tepat sebagai terapi
b. Insiden pada laki-laki jarang, sehingga perlu dicari sumber infeksi yang lain
c. Infeksi saluran kemih uncomplicated dapat terjadi pada laki-laki yang melakukan
hubungan melalui anal tanpa mengunakan proteksi
d. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria dengan HIV yang memiliki CD4<200
sel/μL
e. Laki-laki lebih sulit terpapar infeksi saluran kemih dibandingkan dengan
perempuan

30. Seorang perempuan 32 tahun, kontrol ke poliklinik untuk follow-up kehamilan.


Saat ini usia kehamilan 18 minggu. Ada keluhan mual dan muntah saat umur
kehamilan ke-14 minggu, namun setelah itu tidak ada keluhan. Tidak ada riwayat
penyakit dahulu yang bermakna. Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Hasil laboratorium semua normal kecuali pemeriksaan urin yang menunjukkan
bakteria +3. Dari pernyataan manakah yang benar mengenai bakteriuria
asymptomatic pada ibu hamil?
a. Ibu hamil dengan bakteriuria asymptomatic tidak meningkatkan resiko pada
mortalitas dan morbiditas perinatal
b. Jika tidak diterapi, 25% ibu hamil dengan bacteriuria asymptomatic dapat
berkembang menjadi pielonefritis
c. Ibu hamil dengan bakteriuria asymptomatic mempunyai resiko infeksi saluran
kemih yang sama dengan perempuan yang tidak hamil
d. Bakteriuria asymptomatic harus dimonitor secara cermat tapi terapi hanya
diberikan jika muncul gejala
e. Sebelum diterapi, pemeriksaan urin harus diulang dua kali karena hasil
pemeriksaan urin seringkali positif palsu

31. Seorang pria 70 tahun datang ke UGD Rumah sakit dengan keluhan mual
dan muntah sejak 3 hari yang lalu, muntah memberat sejak hari ini, dikatakan
oleh keluarga, makan dan minum pasien sangat berkurang sejak 3 hari yang lalu.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang oleh dokter, ditemukan
adanya acute kidney injury pada pasien. dari semua petanda biologis acute
kidney injury dibawah ini benar, kecuali :
a. Interleukin 18
b. Enzim Tubular
c. N-acetyl-b-glucosamidase
d. Gelatinase-associated lipocalin
e. interleukin 15

32. Laki-laki 66 tahun datang ke UGD Rumah sakit diantar oleh keluarganya oleh
karena lemas sejak tadi pagi, keluarga pasien mengatakan selama 2 hari terakhir
pasien diare >10 kali sehari, cair dan berwarna kekuningan. Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien juga tidak mau makan dan minum selama 2 hari
terakhir. Ditemukan tekanan darah 80/60 mmhg, nadi 110x/menit , laju respirasi
22 x/menit,suhu 36,00C. pada pemeriksaan penunjang ditemukan kreatinin serum
meningkat 2 kali dari nilai normalnya. Dokter mencurigai penurunan tekanan
darah pasien disebabkan oleh hipovolemia. Pada kondisi tersebut ginjal memiliki
mekanisme proteksi berupa autoregulasi, yang manakah di bawah ini yang
berperan dalam vasodilatasi afferent di ginjal :
a. Prostaglandin, serotonin, Nitrit Oxide
b. Prostaglandin, nitric oxide, refleks miogenik
c. Nitric oxide, refleks miogenik, oxytocin, prostaglandin
d. Nitric oxide, serotonin, oxytocin, prostasiklin
e. Prostasiklin, serotonin, oxytocin, refleks miogenik
33. Pada kasus acute kidney injury yang disebabkan oleh sebab post renal,
dimana terjadi obstruksi akut pada salah satu saluran kemih, maka respon tubuh
untuk kasus tersebut dengan meningkatkan aliran darah ke ginjal dan
peningkatan tekanan pelvis renalis, yang manakah dibawah ini yang berperan
dalam proses tersebut :
a. Prostaglandin-E2
b. Tromboxane - A2
c. Nitric Oxide
d. Serotonin
e. Angiotensin II

34. Seorang Wanita 40 tahun diantar oleh warga sekitar ke UGD RS dalam
keadaan tidak sadarkan diri, dikarenakan digigit ular 2 jam sebelum diantar ke
rumah sakit, tekanan darah : 100/60 mm/hg, nadi : 110x/menit, respirasi rate : 24
x/menit, suhu: 370C. pada pemeriksaan lab ditemukan adanya peningkatan
kreatinin 2,5 dan Ureum 40, dari data tersebut dokter menyatakan adanya acute
kidney injury pada pasien, pada pasien tersebut apakah penyebab keadaan acute
kidney injury ?
a. Post Renal
b. Renal
c. Pre Renal
d. Ekstra Renal
e. Pasca Renal

35. Seorang pria 57 tahun dengan Riwayat diabetes mellitus dan penyakit ginjal
kronis, dengan kadar kreatinin 1,8 mg/dl, dan sedang menjalani kateterisasi
jantung oleh karena mengalami infark miokard akut. Kemudian pasien tersebut
didiagnosa mengalami acute kidney injury yang berkaitan dengan penggunaan
iodinated contrast. Semua pernyataan ini benar, kecuali :
A. Fraksi ekskresi natrium akan rendah
B. Peningkatan kadar kreatinin mencapai puncak dalam waktu 3-5 hari
C. Diabetes mellitus yang diderita merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
kontras nefropati
D. Obstruksi tubulus transien oleh endapan kontras yang tinggi berkontribusi pada
perkembangan acute kidney injury
E. Kemungkinan besar ditemukan white blood cell cast pada pemeriksaan
mikroskopis urin.

36. Dari pasien acute kidney injury berikut yang manakah paling memungkinkan
memiliki bukti hidronefrosis pada pemeriksaan ultrasonografi ginjal ?
A. Seorang Wanita 37 tahun yang menjalani kemoterapi dan radiasi untuk kanker
serviks stadium lanjut
B. Seorang pria 53 tahun dengan E.Coli 0157:H7 terkait thrombotic
thrombocytopenic purpura
C. Laki-laki 19 tahun dengan purpura fulminan dengan gonococcal sepsis
D. Seorang penghuni panti jompo berusia 85 tahun dengan pielonefritis dan sepsis
E. Tidak satupun diatas

37. Seorang pria 45 tahun, berat badan 60 kg datang dengan muntah-muntah


sebanyak lebih dari 10 kali/hari sejak kurang lebih 5 hari. Pasien sudah minum
lansoprazol, oralit, metoklopramid dan loperamid. Saat ini pasien mengatakan
muntah dan diare sudah berkurang, buang air kecil +/- 300 cc dalam 12 jam.
Didapatkan tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 100 kali/menit, respirasi 20
kali/menit, suhu 37,5 C, pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 15,0 g/dL,
hematokrit 46%, leukosit 11000/mm3, trombosit 300000/mm3, ureum 110 mg/dL,
kreatinin 2,5 mg/dL, natrium 150 mmol/L, kalium 3,2 mmol/l. Penatalaksanaan
selanjutnya pada pasien ini adalah :
a. Pemberian Furosemid injeksi
b. Pemberian cairan, dengan balans cairan positif
c. Hemodialisis cito
d. Peritoneal dialisis
e. Pemberian antibiotik adekuat
38. Seorang laki-laki 55 tahun dengan riwayat DM tipe 2 dan CAD dengan nyeri
dada yang memberat dan hipertensi. BB 60 Kg, TB 158 Cm, TD 180/100, Nadi
120X/menit. Pemeriksaan jantung didapatkan ictus bergeser ke kaudolateral
tanpa murmur atau perikardial rub. GDS 203 mg/dL, Ureum 45, Creatinine 1,4
mg/dL. Enzim jantung dalam batas normal. Ia kemudian diberikan Nitrogliserin IV
dan aspirin, untuk menurunkan tekanan darahnya diberikan ACE-i dan untuk
menurunkan HR diberikan Bisoprolol. Pasien kemudian menjalani Angiografi
koroner dengan hasil tidak ada penyumbatan yang signifikan. Esok harinya,
produksi urine pasien berkurang menjadi 200 ml/24 jam. Pada pemeriksaan HR
reguler pada 60X/menit, TD 110/65 mmHG, JVP 5+0, pemeriksaan paru tidak
didapatkan kelainan, pemeriksaan jantung tidak didapatkan perubahan yang
signifikan dibandingkan pemeriksaan sehari sebelumnya. Pemeriksaan abdomen
dalam batas normal. Pemeriksaan lab didapatkan GDS 289 mg/dL, Na 140
mEq/L, K 5.3 mEq/L, Cl 104 mEq, Ureum 70 mg/dL, dan Kreatinin 2.8 mg/dL.
Pasien didiagnosa dengan Gangguan Ginjal Akut. Apa faktor yang bukan menjadi
menyebabkan AKI pada pasien tersebut?
a. Penurunan TD yang terlalu cepat.
b. Penggunaan ACE-inhibitor.
c. Peningkatan Gula darah.
d. Penggunaan zat kontras pada angiografi.
e. Restriksi cairan

39. Seorang pria usia 25 tahun, pekerjaan satpam datang dengan keluhan utama
sesak hebat dan pandangan kabur sejak 3 jam SMRS setelah meminum
minuman beralkohol merk Vodka dicampur dengan Extrajoss dan Binter sebanyak
1,5 botol 2 hari yang lalu, Saat di IGD os tidak dapat diajak berkomunikasi, os
tidak sadar, sesak nafas. Sejak tahun 2008 os mulai suka minuman beralkohol
dengan frekuensi seminggu sekali lebih kurang 1-2 botol. Os terbiasa mencampur
beberapa minuman alkohol sekali minum. Pemeriksaan penunjang didapatkan
kreatinin 2,13 mg/dL, pemeriksaan AGD pH: 7,000, pCO2: 26,0 mmHg, HCO3:
6,5 mmol/l, perkiraan kadar metanol didalam darah 37,12 mg/dl. Penatalaksanaan
yang paling tepat untuk gangguan ginjal pada pasien ini adalah …
a. Hemodialisa
b. Hemofiltrasi
c. Koreksi bicarbonat
d. Rehidrasi
e. Antidotum dengan mehtylen ethanol

40. Seorang perempuan berusia 38 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak
napas sejak 8 jam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 160/100
mmHg; frekuensi nadi 100x/menit; frekuensi napas 30x/menit cepat dan dalam;
konjungtiva pucat; batas jantung kanan garis sternalis dekstra, batas jantung kiri 2
cm lateral garis midklavikula sinistra, auskultasi paru terdapat ronkhi basah di
seluruh lapangan paru. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 8 g/dL; ureum 200
mg/dL, kreatinin 7 mg/dL, AGD pH 7,2, pO2 85 mmHg; pCO2 46 mmHg; HCO3
10 mEq/L, base excess -5 mEq/L, saturasi O2 95%. Patogenesis gangguan
keseimbangan asam basa pada pasien ini adalah:
a. Pembentukan asam yang berlebihan dan pembentukan bikarbonat yang
berkurang
b. Pembentukan asam yang berlebihan dan pengeluaran CO2 oleh paru yang
berkurang
c. Pembentukan bikarbonat yang berkurang dan pengeluaran CO2 oleh paru yang
berlebihan
d. Pengeluaran asam oleh ginjal yang berkurang dan pengaluaran CO2 oleh paru
yang berkurang
e. Pengeluaran asam oleh ginjal yang berlebihan dan pengeluaran CO2 oleh paru
yang berlebihan.

41. Seorang Laki-laki tuna wisma paruh baya dibawa ke IGD dengan kondisi
lemas, apatis. Baju pasien sangat kotor karena banyak sekali muntahan. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan TD 80/50 mmHg, Nadi 120 x/mnt, reguler, tidak kuat
angkat, RR 30 x/mnt, cepat dan dalam. Pemeriksaan Neurologi tidak didapatkan
kelainan. Dari hasil laboratorium didapatkan Natrium 133 mmol/L, Kalium 2,5
mmol/L, klorida 118 mmol/L, ureum 52 mg/dL, kreatinin 3,4 mg/dL. Dari analisa
gas darah pH 7,25; pCO2 14 mmHg; HCO3 5 mmol/L. Apakah gangguan asam
basa yang dialami pasien tersebut?
a. Asidosis metabolik dengan anion gap
b. Asidosis metabolik tanpa anion gap
c. Asidosis respiratori dengan asidosis metabolik
d. Asidosis metabolik dengan anion gap dengan asidosis respiratorik
e. Asidosis metabolik dengan anion gap dengan alkalosis respiratorik

42. Wanita 42 tahun datang ke IGD dengan keluhan mual, muntah dan nyeri perut
sejak 4 hari yang lalu. Hasil laboratoium pasien ini: Na 145, K 5.0, Cl 105, HCO3
15, Ureum 79, Cr 1.6, GDS 680, UL: keton (+). Manakah diantara pernyataan
berikut yang paling tepat untuk tatalaksana gangguan asam basa pada pasien
ini?
a. Air bebas
b. Normal salin
c. Normal salin, biknat, dan insulin
d. Larutan setengah salin dan insulin
e. Normal salin dan insulin

Tn. D, 55 tahun, datang dengan keluhan pusing , deg-degan, tremor, serta mual.
Pusing ini sudah terjadi sejak 5 bulan lalu dan kadang terjadi beberapa kali dalam
sehari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 170/80 mmHg, HR 120 x per menit,
RR 22 x per menit, dan suhu 38,5 derajat. Pada pemeriksaan EKG ditemukan
sinus takikardia, 116x per menit. Pada pemeriksaan CT scan abdomen ditemukan
adanya masa pada adrenal dengan ukuran 1,5 cm.

43. Diagnosis yang paling mendekati adalah …


a. Phaeochromocytoma
b. Munchausen by proxy
c. Mieloma
d. Batu ginjal
e. Nefritis
44. Tatalaksana gawat darurat pada Phaeochromocytoma Crisis adalah …
a. Alpha blocker
b. Gama blocker
c. Tensilon intravena
d. SABA
e. High dose steroid

45. Manifestasi klinis yang terjadi pada phaeochromocytoma terjadi akibat


adanya sirkulasi dari hormone …
a. Testosteron
b. Esterogen
c. Katekolamin
d. Oksitosin
e. ADH

46. Pernyataan berikut benar mengenai Phaeochromocytoma, kecuali:


a. Prognosis 5 tahun cukup baik untuk phaeochromocytoma non-maligna
b. Kejadian phaeochromocytoma rekuren setelah operasi kurang dari 10% pada
non-phaeochromocytoma malignan
c. Sekitar 50% dari phaeochromocytoma merupakan jenis malignan
d. Setelah prosedur pembedahan, sekitar 75% pasien dapat terbebas dari obat
antihipertensi
e. Prognosis phaeochromocytoma malignan mencapai < 50%

47. Pasien laki-laki, 65 tahun dirawat hari ke-5 dengan kecurigaan azotemia
prerenal sekunder akibat dehidrasi dengan serum kreatinin awal di IGD 3,6 mg/dL
yang membaik menjadi 2,1 mg/dL pada hari ke-5. Pasien mengeluh nyeri
punggung bawah ringan. Dokter kemudian memberikan naproxen.
Naproxen dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal melalui mekanisme ?
a. Vasokonstriksi arteriol aferen
b. Vasodilatasi arteriol aferen
c. Vasokonstriksi arteriol eferen
d. Toksisitas tubulus proksimal
e. Obstruksi ureter
48. Pasien laki-laki 55 tahun, direncanakan untuk pemeriksaan angiografi
koroner. Pasien memiliki riwayat DM tipe 2 yang tidak terkontrol dan hasil eGFR
menunjukkan angka 33 mL/min per 1,73 m2. Pasien tidak mengkonsumsi obat
nefrotoksik, dan tidak terdiagnosis gagal ginjal akut. Prosedur angiografi koroner
akan dilakukan dalam 4 jam. Untuk menurunkan resiko nefropati akibat kontras,
agen apakah yang dapat menurunkan resiko nefropati kontras ?
a. Dopamin
b. Fenoldopam
c. Indometasin
d. N-acetylcysteine
e. Natrium bikarbonat

49. Perempuan berumur 40 tahun, hamil anak ke 3 usia kehamilan 24 minggu,


dengan riwayat diabetes 10 tahun dan sejak 3 tahun terakhir mempunyai penyakit
ginjal kronik stadium V dan infak miokard dinding inferior. Dua minggu terakhir
sering mengeluh cegukan dan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah : 80/60 mmHg. Frekuensi nadi : 120x/menit, konjungtiva pucat,
JVP 5 + 0 cmH2O dan ronkhi basah di basal kedua paru. Pemeriksaan penunjang
menunjukkan : Hb 9 g/dL. Ureum : 180 mg/dL, Cr : 7 mg/dL. Leukosit 18.000
Tindakan yang tidak tepat dilakukan pada pasien di atas, adalah …
a. Pemberian antibiotik adekuat
b. Dilakukan dialisis peritoneal
c. Prolonged Intermitten Renal Replacement Therapy (PIRRT)
d. Sustained low efficiency dialysis (SLED)
e. Continous Renal Replacement Therapy (CRRT)

50. Seorang laki-laki ± 20 tahun diantar oleh petugas kepolisian ke UGD setelah
ditemukan di jalan tidak sadarkan diri. Pada pemeriksaan fisik tampak KU : sakit
berat somnolen, Tekanan darah : 120/80, N : 120 x/m, RR : 32 x/m, S : 36,5°C,
lain-lain dalam batas normal. Hasil lab menunjukkan : Hb 19,2 Ht 57, WBC
14.400, PLT 460.000, SGOT 23, SGPT 21, ureum 67, kreatinin 1,1, GDS 48, Na
143: K 5,8: Ca 4,72: Mg 2,33: Chlorida 97: AGD pH 6,997: PCO 2 36,2: PO2 113:
HCO3 10,4: TCO2 12,3: BE – 29: SaO2 99: Anion Gap 42, urin rutin warna kuning
pekat BJ > 1,030: pH 6,7: nitrit -, protein -, glukosa -, keton +++, urobilinogen < 1,
bilirubin -, eritrosit -, lekosit 1, sel epitel 2, bakteri -, kristal -, silinder -, urin
benzodiazepine -, coccain -, amphetamine -, cannabionide -, CT Scan Kepala :
tidak ada kelainan.
Penyebab asidosis yang paling mungkin pada pasien ini adalah ?
a. Intoksikasi etanol
b. Intoksikasi metanol
c. Diabetik ketoasidosis
d. Intoksikasi sianida
e. AKI tahap III

51. Seorang laki-laki usia 49 tahun datang dengan keluhan bengkak seluruh
tubuh sejak 1 bulan, tidak ada sesak napas, BAK tidak berkurang. Pada
pemeriksaan fisik tampak KU : sakit sedang CM, TD : 120/80, N : 88 x/m, RR : 20
x/m, S : 36,5°C, puffy face (+), asites minimal (+), edema pitting tungkai (+) tarry’s
nail (+). Hasil laboratorium didapatkan Hb 11,5; Ht 35,3; RBC 3,78; WBC 6000;
PLT 236000; SGOT 30; SGPT 24; ureum 51; kreatinin 1,2; albumin 1,9; protein
total 5,2; kolesterol total 370; HDL 48; LDL 180; Trigliserida 260; urin rutin warna
kuning keruh, BJ 1,015, pH 6,7 nitrit -, protein+++, glukosa –, keton
– ,urobilinogen < 1, bilirubin -, eritrosit 1-2, leukosit 8-12, sel epitel 2, bakteri -,
kristal -, silinder granular cast +, esbach 5 gr/hari, PA : penebalan kapiler
glomerulus.
Pemeriksaan penunjang yang paling tepat pada pasien ini adalah ?
a. LFG
b. CT Scan thorax abdomen
c. Echocardiography
d. ANA test
e. PITC

52. Seorang perempuan lajang 43 tahun, datang dengan keluhan mata merah,
gatal dan terasa panas. Hasil laboratorium Hb 10,3; Ht 34; WBC 3900; PLT
145000; SGOT 76 ; SGPT 55 ; ureum 32; kreatinin 0,8; GDS 107; Na 143; K 2,3
dengan kalium urin 25 mmol/24 jam. Penderita dikonsulkan oleh sejawat dari
bagian ilmu penyakit mata dengan diagnosis keratokonjungtivitis sicca, anemia,
leukopenia, trombositopenia, hipokalemia.
Pemeriksaan penunjang yang paling tepat selanjutnya untuk menentukan diagnosis
hipokalemia adalah ?
a. Analisis gas darah
b. Periksa kadar aldosteron
c. Pemeriksaan klorida urin
d. Pemeriksaan kadar kalsium kreatinin rasio
e. Pemeriksaan Trans Tubular Kalium Gradien (TTKG)

53. Pasien laki-laki usia 18 tahun dengan keluhan kedua kaki dan tangan sulit
digerakkan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien menderita sakit
seperti ini sejak berumur 8 tahun dan berulang saat pasien berumur 11 tahun,
sejak itu keluhan berulang timbul satu kali dalam 6 minggu, riwayat hipertensi (-).
Laboratorium Ureum : 32 mg/dl, Creatinin : 1,0 mg/dl, Natrium : 142 meq/l,
Kalium: 2,2 meq/l, Chlorida: 109 meq/l. Urinalisa: Berat jenis : 1,005. AGD Kesan:
alkalosis metabolik. Kalium urin (24 jam) : 18 mmol/L, Magnesium urin (24 jam) :
2,7 mmol/L, rasio ca/ cr urin < 0,15. USG Ginjal dan Glandula Supra Renal kesan
normal.
Apa kemungkinan diagnosa pasien ini?
a. Bartter syndrome
b. Gittleman syndrome
c. Cushing syndrome
d. Liddle′s syndrome
e. Renal tubular asidosis

54. Seorang pria 50 tahun, berat badan 62 kg datang dengan muntah-muntah


lebih dari 10 kali/hari sejak kurang lebih 5 hari. Pasien sudah minum lansoprazole,
oralit, metoklopramid dan loperamide. Saat ini pasien mengatakan muntah dan
diare sudah berkurang, buang air kecil +/- 250 cc dalam 12 jam. Didapatkan
tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 100 kali/m, respirasi 20 kali/menit, suhu
37,50C, pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 14,0 g/dL, hematokrit 52%,
leukosit 11000/mm3, trombosit 300000/mm3, ureum 110 mg/dL, Cr 2,5 mg/dL,
natrium 150 mmol/L, kalium 3,2 mmol/l.
Penatalaksanaan selanjutnya pada pasien ini adalah ?
a. Hemodialisis cito
b. Peritoneal dialisis
c. Pemberian antibiotik adekuat
d. Pemberian Furosemid injeksi
e. Pemberian cairan, dengan balans cairan positif

55. Seorang wanita berusia 16 tahun berprofesi sebagai atlit senam datang ke
tempat anda dengan keluhan kelelahan, lemah, dan kram pada otot. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun sebelumnya dan tidak ada riwayat merokok,
minum alkohol, atau penggunaan obat-obat terlarang. Tidak ada riwayat penyakit
tertentu pada keluarga. Pada pemeriksaan fisik tampak perawakan pasien yang
kurus dengan TD didapatkan hasil normal, IMT 18 kg/m2. Pemeriksaan tonus otot
normal dan pemeriksaan neurologis normal. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan HCT 38,5%; kreatinin 0,6 mg/dL; bikarbonat serum 30 meq/L; dan
kalium 2,7 meq/L. Apakah evaluasi lanjutan yang diperlukan pada pasien ?
a. Urinalisis dan Kultur urin
b. Plasma renin dan kadar aldosterone
c. Skrining toksikologi urin untuk opiate
d. Skrining toksikologi urin untuk diuretik
e. Kadar magnesium serum

56. Manakah diantara kasus berikut mengenai penanganan nefritis interstisial


yang terbukti dengan biopsi ditambah dengan penggunaan kortikosteroid yang
paling mungkin berdampak pada pemulihan ginjal jangka panjang ?
a. Seorang wanita usia 37 tahun dengan sarkoidosis
b. Seorang laki – laki usia 48 tahun dengan nefritis interstitial yang berkembang
secara perlahan > 2 bulan dengan fibrosis yang ditemukan pada biopsi
c. Seorang laki – laki usia 54 tahun dengan diabetes mellitus dan baru – baru ini
menderita infeksi salmonella
d. Seorang laki – laki usia 63 tahun penderita nefritis interstitial yang mengalami
alergi setelah penggunaan antibiotik sefalosporin
e. Bukan salah satu diatas
57. Faktor hormonal yang mempengaruhi keseimbangan kalsium adalah vitamin
D dengan metabolit aktifnya adalah 1,25-dihidroksikolekalsiferol (1,25[OH]2D 3)
yang diistilahkan juga dengan kalsitriol. Sehubungan dengan penjelasan tersebut,
hormon yang berperan utama dalam mengatur kadar kalsium dalam darah adalah
?
a. Hormon aldosteron
b. Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
c. Hormon paratiroid
d. Kalsitonin
e. Kolesistokinin

58. Seorang laki – laki usia 38 tahun datang ke polikinik penyakit dalam dengan
keluhan jari-jari kaki dan tangan terasa kebas dan kram pada otot dirasakan
kurang lebih sejak 2 minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/80
mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit, suhu afebris; tonus otot normal,
pemeriksaan neurologis dalam batas normal, hanya didapatkan tanda
Trousseau’s. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yang bermakna
diantaranya kadar kalsium serum total 6 mg/dL dan penurunan daripada kadar
albumin serum. Diantara pernyataan berikut yang bukan merupakan penyebab
kondisi yang dialami pasien adalah ?
a. Defisiensi vitamin D
b. Pseudohipoparatiroidisme
c. Hiperfosfatemia
d. Sindrom milk – alkali
e. Hipomagnesemia

59. Seorang laki – laki usia 38 tahun datang ke polikinik penyakit dalam dengan
keluhan jari-jari kaki dan tangan terasa kebas dan kram pada otot dirasakan
kurang lebih sejak 2 minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/80
mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit, suhu afebris; tonus otot normal,
pemeriksaan neurologis dalam batas normal, hanya didapatkan tanda
Trousseau’s. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yang bermakna
diantaranya kadar kalsium serum total 6 mg/dL dan penurunan daripada kadar
albumin serum. Tatalaksana yang kurang tepat dilakukan pada pasien tersebut
adalah ?
a. Pengobatan penyakit dasar
b. Pemberian bifosfonat
c. Peningkatan asupan diet kalsium : 1000 – 1500 mg/hari pada orang dewasa
d. Pada hipokalsemia akut (simptomatik) dapat diberikan Kalsium Glukonat 10% 10
ml diencerkan dengan 50 ml Dekstrosa 5% secara intravena selama 5 menit
e. Pemberian antasida hidroksida lumunium

60. Tujuan pemberian larutan NaCl isotonis pada kondisi hiperkalsemia adalah ?
a. Mengurangi kadar fosfor
b. Menghindari terjadinya hiperkalsiuria
c. Membantu mineralisasi matriks tulang organik
d. Meningkatkan ekskresi kalsium melalui ginjal sehingga akan dapat meningkatkan
volume cairan ekstraseluler
e. Meningkatkan ekskresi natrium dan kalsium

61. Seorang laki-laki 45 tahun datang berobat dengan keluhan lemah badan,
cepat lelah, disertai kadang sesak nafas. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
conjungtiva anemis. Selama ini pasien rutin terapi pengganti ginjal 2x dalam
seminggu dan mendapatkan terapi ESA selama 7 minggu. Pada hasil
laboratorium didapatkan Hb 9.3 leukosit 8.260/mL, trombosit 145.000, ureum 193
mg/dL creatinin 8.4. Sekitar 7 hari kemudian pasien kontrol Hb 8.3 g/dL
sementara setiap hemodialisa pasien mendapatkan transfusi packed red cell.
Manakah dari berikut ini yang perlu anda lakukan?
a. Melanjutkan transfusi durante hemodialisa
b. Pemeriksaan apusan darah tepi
c. Menghentikan pemberian ESA
d. Pemeriksaan antibodi eritropoetin
e. Menambah frekuensi hemodialisa menjadi
62. Seorang laki-laki 48 tahun datang dengan penurunan kesadaran disertai
demam. Demam diketahui sejak 3 hari yang lalu. Batuk berlendir disertai sesak
nafas. Pada pemeriksaan fisik kesadaran somnolen, TD 110/70 Nadi 105x/menit,
Respirasi 28x/menit. Berat badan 60 kg, Tinggi badan 165 cm, jumlah urin yang
keluar dalam 3 jam 100 ml. Hb 13.2 leukosit 19.700, trombo 123.000, ureum 124,
creatinin 4.2. Tindakan selanjutnya yang dianjurkan untuk pasien ini adalah:
a. Pemeriksaan urinalisa lengkap
b. Memulai inisiasi dialisis
c. Pemberian cairan kristaloid 2 Liter dalam 24 jam
d. USG abdomen ginjal
e. Pemeriksan kultur darah dan sensitivitas

63. Perempuan berumur 40 tahun, hamil anak ke-3 usia kehamilan 24 minggu,
dengan riwayat diabetes 10 tahun dan sejak 3 tahun terakhir mempunyai penyakit
ginjal kronik stadium V dan infak miokard dinding inferior. Dua minggu terakhir
sering mengeluh cegukan dan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah : 80/60 mmHg. Frekuensi nadi : 120x/menit, konjungtiva pucat,
JVP 5 + 0 cmH2O dan ronkhi basah di basal kedua paru. Pemeriksaan penunjang
menunjukkan : Hb 9 g/dL. Ureum : 180 mg/dL, Cr : 7 mg/dL. Leukosit 18.000
Tindakan yang tidak tepat dilakukan pada pasien di atas, adalah …
a. Pemberian antibiotik adekuat
b. Dilakukan dialisis peritoneal
c. Prolonged Intermitten Renal Replacement Therapy (PIRRT)
d. Sustained low efficiency dialysis (SLED)
e. Continous Renal Replacement Therapy (CRRT)

64. Laki-laki usia 55 tahun masuk IRD dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari.
Ada riwayat hipertensi sejak 5 tahun lalu, namun pasien jarang kontrol. Pasien
sering minum jamu pegal linu. Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat,
tekanan darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 110 x/menit, pernapasan cepat dan
dalam, ada ronki basah di semua lapangan paru. Hasil lab: Hb 9 g/dl, ureum 200
mg/dl, kreatinin 6 mg/dl, AGD : pH 7,1 ; HCO 3 - 10 mEg/L ; pO2 80 mmHg;
pCO223 mmHg. Pasien disarankan dialisis, tapi keluarga belum setuju. Target
koreksi asidosis metabolik dengan larutan natrium bikarbonat pada pasien ini
adalah …
a. pH normal
b. pH naik 10% dari hasil AGD awal
c. pH naik 20% dari hasil AGD awal
d. Kadar HCO 3 - mencapai 14 mEq/L
e. Kadar HCO 3 - mencapai > 15 mEq/L, PH >7,2

65. Seorang perempuan berusia 25 tahun dirujuk ke poli penyakit dalam dengan
TD 150/100, Nadi 82 x/mnt, Respirasi 18 x/mnt, tidak demam. Dari anamnesa
pasien tidak didapatkan riwayat muntah sebelumnya, BAB cair atau minum obat-
obatan selain yang diresepkan oleh dokter. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan Na 150, K 2.3, Kalium urin 24 jam 36 meq/L. Kemungkinan hasil
pemeriksaan laboratorium lain yang akan ditemukan adalah :
a. Asidosis metabolik, aldosterone rendah, kortisol rendah
b. Alkalosis metabolik, aldosterone rendah, kortisol rendah
c. Asidosis metabolik, aldosterone meningkat, renin menurun
d. Alkalosis metabolik, aldosterone meningkat, renin menurun
e. Asidosis metabolik, aldosterone rendah, renin menurun

66. Seorang laki-laki, 30 tahun datang ke klinik saudara dengan keluhan sakit
kepala, jantung sering berdebar, sering berkeringat banyak, tidak ada demam.
Saat pemeriksaan didapatkan TD 150/100, Nadi 90 x/mnt, Respirasi 24 x/mnt,
suhu 36,5 C, GD sewaktu 245. Kemungkinan diagnosa dari pasien tersebut di
atas dan anjuran pemeriksaan adalah :
a. Hipertiroid, periksa kadar TSHs dan FT4
b. Hipotiroid, periksa kadar FT3
c. Feokromasitoma, periksa kadar katekolamin
d. Hipoglikemia, periksa HbA1C
e. Hiperaldosteron primer, periksa kadar aldoteron serum
67. Mana dibawah ini merupakan manifestasi ekstra renal dari autosomal
dominant polycystic kidney disease ?
a. Regurgitasi Aorta
b. Dilatasi Aortic Root
c. Colonic Diverticulae
d. Aneurisma Intrakranial
e. Semua benar

68. Mahasiswa laki-laki berusia 21 tahun, mengeluh kelelahan berat, yang


muncul beberapa tahun belakangan ini, tapi akhir-akhir ini menjadi lemas. Ia juga
mengeluhkan adanya spasme dan kram di kaki dan sesekali terjadi kontraksi otot
yang tidak terkontrol. Sebaliknya ia tampak sehat, tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Pada
pemeriksaan ditemukan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik dalam
batas normal. Dari laboratorium didapatkan Natrium 138 meq/L, Kalium 2,8
meq/L, Klorida 90 meq/L, dan Bikarbonat 30mmol/L. Magnesium dalam batas
normal. Urine screen untuk diuretik negatif, dan peningkatan pada klorida urin.
Manakah di bawah ini merupakan diagnosis yang tepat ?
a. Bulimia nervosa
b. Diuretic abuse
c. Gitelman’s syndrome
d. Liddle’s syndrome
e. Type 1 pseudohypoaldosteronism

69. Manakah di bawah ini pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosis


Glomerulonefritis ?
a. Profil Lipid
b. Darah Lengkap
c. ASTO
d. Serum Albumin
e. Semua di atas benar.

70. Pada pasien dengan glomerulonefritis yang sedang mengkonsumsi


kortikosteroid, sitokin proinflamasi apa yang dihambat oleh kortikosteroid ?
a. IL-1α
b. IL-1β
c. IL-8
d. IL-13
e. Semua di atas benar

71. Pada pasien dengan Glomerulonefritis Lesi Minimal (GNLM), berapakah dosis
imunosupresan yang dapat diberikan ?
a. Prednison 0,5-1 mg/kgBB/hari selama 6 bulan
b. Prednisolon 2 mg/kgBB/hari selama 6-8 minggu
c. Prednison 1 mg/kgBB/hari selama 6-8 minggu
d. Prednisolon 1-2 mg/kgBB/hari selama 5 bulan
e. Prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 6-8 minggu

72. Pada pasien dengan Glomerulosklerosis Fokal dan Segmental (GSFS),


berapakah dosis imunosupresan yang dapat diberikan ?
a. Prednison 0,5-1 mg/kgBB/hari selama 6 bulan
b. Prednisolon 1-2 mg/kgBB/hari selama 6-8 minggu
c. Prednison 0,5-1 mg/kgBB/hari selama 6-8 minggu
d. Prednisolon 1-2 mg/kgBB/hari selama 5 bulan
e. Prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 6-8 minggu

73. Gangguan keseimbangan air didapatkan pada beberapa keadaan salah


satunya adalah hipovolemia dimana berkurang volume cairan ekstrasel tanpa
adanya pengurangan cairan intrasel. Pada kondisi ini dapat terjadi kehilangan air
dan natrium secara bersamaan (cairan isotonik) atau terjadi kehilangan air saja
(cairan hipotonik). Kondisi manakah di bawah ini yang menggambarkan suatu
kondisi yang menggambarkan kehilangan cairan hipotonik?
a. Muntah
b. Diabetes insipidus
c. Diare
d. Hiperaldosteronisme
e. Salt-wasting nephrophaty
74. Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang berobat ke UGD dengan keluhan
tidak sadar. Dari anamnesis dengan istri penderita dikatakan bahwa selama 3 hari
ini penderita mencret cair sehari lebih dari 10 kali, tiap kali makan muntah, minum
hanya sedikit. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan turgor kulit berkurang, mata
cekung, akral dingin, TD 90/50 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 22x/menit, suhu
37,50 C, jantung dan paru dalam batas normal, abdomen dalam batas normal,
EKG sinus takikardi. Hasil laboratorium di UGD didapatkan Hb 16,8 gr%,Leukosit
10,0 ribu/mmk, trombosit 298 ribu/mmk, GDS 110 mg/dL, ureum 80 mg/dL,
kreatinin 1,7 mg/dl, elektrolit natrium 125 mg/dl, kalium 4,5 mmol/L chlorida 115
mmol/L dengan osmolaritas plasma 230 mOsm/kg H2O, dan osmolaritas urin 96
mOsm/kg H2O. Pasien dalam kondisi dehidrasi berat, dilakukan rehidrasi cairan
terhadap pasien tersebut. Tatalaksana untuk melakukan koreksi hiponatremia
pada pasien ini yang tepat adalah:
a. Koreksi natrium dilakukan secara perlahan dengan pemberian larutan natrium
hipertonik
b. Koreksi natrium dilakukan secara perlahan yaitu sebesar 0,5 meq/L setiap 1 jam ,
maksimal 10 meq/L dalam 24 jam.
c. Koreksi natrium dilakukan secara perlahan dengan pemberian larutan natrium
hipertonik intravena. Kadar natrium plasma dinaikan sebanyak 5 meq/L dari kadar
natrium awal dalam waktu 1 jam
d. Koreksi natrium dilakukan secara perlahan yaitu sebesar 1 meq/L setiap 1 jam ,
maksimal 10 meq/L dalam 24 jam
e. Koreksi natrium dilakukan secara cepat dengan pemberian larutan natrium
hipertonik intravena. Kadar natrium plasma dinaikan sebanyak 5 meq/L dari kadar
natrium awal dalam waktu 1 jam.

75. Seorang laki-laki 68 tahun dengan penyakit ginjal kronik datang dengan
keluhan lemas, parestesia dan sesak nafas yang semakin memberat sejak 4 hari
yang lalu. Pemeriksaan fisik jantung adanya kardiomegali, paru suara dasar
vesikuler dan tidak ada suatra tambahan. Abdomen dalam batas normal,
ekstremitas tidak oedem. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 10,8 gr%, Leukosit
7,0 ribu/mmk, trombosit 180 ribu/mmk, GDS 110 mg/dL, ureum 96 mg/dL,
kreatinin 2,7 mg/dl, elektrolit natrium 145 mg/dl, kalium 7,5 mmol/L, chlorida 115
mmol/, EKG ditemukan gambaran tall T dan gelombang QRS yang melebar.
Tatalaksana berikut ini yang kurang tepat untuk tatalaksana awal untuk pasien ini
adalah …
a. Kalsium intravena
b. Glukosa dan insulin intravena
c. Dialisis
d. Natrium polystyrene sulfonate (Kayexalate, Kionex)
e. Penghambat beta

76. Laki-laki 45 tahun dibawa ke IGD oleh tetangganya. Pasien ditemukan tidak
sadarkan diri di lantai rumahnya setelah minum minuman beralkohol.
Pemeriksaan fisik pasien ditemukan tidak sadar dan dehidrasi. Hasil laboratorium
menunjukkan hematokrit 41%, ureum 130 mg/dl, kreatinin 3.2 mg/dl. Kreatinin
kinase (CK) dan LDH meningkat (12.000 U/L dan 475 U/L). Urinalisis: warna
kemerahan, BJ 1.020, darah +3, protein +1, sedimen urin ada eritrosist 0-2 dan
leukosit 0-5 per lapang pandang besar, ada silinder hialin. Manakah diantara
kondisi berikut yang sesuai dengan temuan urinalisis pasien ini?
a. Glomerulonefritis akut
b. Hemoglobinuria
c. Nefritis interstitial alergi
d. Mioglobiuria
e. Nekrosis tubular akut

77. Seorang wanita berusia 24 tahun yang telah didiagnosa kanker ovarium
stadium 4 dengan massa pelvis yang besar, dibawa ke IGD dengan keluhan
sesak napas dan produksi urin yang menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 130/90 mmHg; frekuensi nadi 92x/menit; frekuensi napas
25x/menit; suhu 37,4°C. Jumlah urin 35 cc/6jam, JVP 5-2, terdapat RBK di basal
paru kanan, distensi abdomen, odema pada kedua tungkai. Pemeriksaan
penunjang menunjukkan Na serum 135 mEq/L; K serum 5,7 mEq/L, Cl serum 107
mEq/L; HCO3 16 mEq/L; ureum 128 mg/dL; keratin 3,1 mg/dL; P serum
6,9mg/dL; asam urat 12,4 mg/dL. Hasil USG abdomen : hidronefrosis kanan
grade 2; tebal korteks ginjal 1,5 cm; hidronefrosis kiri grade 3 dengan korteks 1
cm. Rencana tatalaksana selanjutnya yang tepat bagi pasien adalah :
a. Koreksi bikarbonat
b. Nefrostomi Perkutaneus
c. Hemodialisis cito (segera)
d. Pemberian drip furosemid
e. Alopurinol dan alkalinisasi urin.

78. Laki-laki 77 tahun datang ke IGD dengan keluhan tidak bisa kencing sejak 24
jam terakhir. Pasien mengaku telah mengalami masalah yang sama beberapa kali
sebelumnya dan telah diketahui menderita pembesaran prostat jinak. Pasien juga
mengeluhkan flu dan telah mengkonsumsi pseudoefedrin. Pasien memiliki riwayat
dirawat di ICCU karena angina pectoris tidak stabil satu tahun yang lalu. Saat itu
kadar kreatinin darah 1.1 mg/dl. Saat ini kadar kreatinin didapatkan 4.2 mg/dl.
Manakah pernyataan yang tidak tepat mengenai kondisi ginjal pasien ini?
a. USG ginjal ditemukan hidronefrosis bilateral, yang menunjukkan adanya uropati
obstruksi sebagai penyebab gagal ginjal akut pasien ini.
b. Pemakaian pseudoefedrin merupakan faktor risiko terjadinya obstruksi saluran
kemih.
c. Urinalisis biasanya menunjukkan hasil yang abnormal pada uropati obstruksi;
hasil yang tidak normal mendukung diagnosis obstruksi.
D. Adanya sumbatan mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal dalam memekatkan
urin sehingga terjadi kondisi poliuria.
E. Penyebab obstruksi yang sering yaitu nefrolitiasis dan neurogenic bladder (pada
wanita: kanker serviks).
79. Pada evaluasi untuk gagal ginjal akut pada pasien yang baru saja menjalani
bypass kardiopulmoner seiring dengan penggantian katup mitral, apakah temuan
mikroskopik urine yang ditemukan yang menandakan adanya emboli kolesterol
sebagai penyebab kegagalan ginjal tersebut ?
a. Kristal kalsium oksalat
b. Eosinofiluria
c. Granular cast
d. Sedimen normal
e. Cast sel darah putih

80. Seorang pria 54 tahun masuk ke dalam Intensive Care Unit dengan sepsis
yang disebabkan oleh pneumonia pneumokokal. Ia membutuhkan ventilasi
mekanis serta pemberian norepinephrine untuk mempertahankan mean arterial
pressure (MAP) lebih besar dari 60 mmHg. Pemeriksaan hemodinamik invasif
menunjukkan pengisian jantung kiri yang adekuat dan pasien tidak memiliki
riwayat disfungsi ventrikel kiri. Pada hari ketiga perawatan rumah sakit, urine
output pasien menurun dan tingkat kreatinin pasien meningkat menjadi 3,4 mg/dL.
Pasien didiagnosa menderita acute tubular injury. Apakah pengobatan yang dinilai
dapat meningkatkan keluaran (outcome) yang terkait dengan kondisi acute tubular
injury pasien ?
a. Furosemide
b. Bosentan
c. Dopamin dosis rendah
d. Insulin-like growth factor
e. Bukan dari salah satu di atas

81. Penyebab tersering sindroma nefrotik primer pada dewasa adalah


a. Glomerulonefritis lesi minimal
b. Glomerulosklerosis fokal segmental
c. Nefropati membranosa
d. Glomerunefritis membranoploriferatif
e. Bukah salah satu di atas
82. Hipoalbuminemia menyebabkan turunnya tekanan onkotik plasma sehingga
cairan bergeser dari intravaskular ke jaringan interstitium sehingga terjadi edema.
Pernyataan di atas merupakan teori edema jenis :
a. Overfill
b. Underfill
c. Low filling
d. Low oncotic pressure
e. Bukan salah satu di atas

83. Seorang pria berusia 34 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam di RS tipe
C tempat anda bekerja dengan keluhan bengkak hampir seluruh tubuh. Awalnya
bengkak muncul pada bagian kelopak mata kemudian ke kedua tungkai dan
akhirnya ke seluruh tubuh. Hal ini dikeluhkan sejak kurang lebih 5 hari yang lalu.
Sebelumnya pasien tidak mengeluhkan apapun. Riwayat sakit sebelumnya
disangkal.
Tanda vital pasien dalam batas normal serta pemeriksaan fisik ditemukan edema
anasarca. Pemeriksaan yang paling tepat apa yang anda rencanakan untuk
memperkuat diagnosis pasien tersebut ?
a. Urinalisa
b. Protein Urine 24 jam
c. ANA
d. Anti Smith
e. Biopsi ginjal

84. Karena pasien mengeluhkan sedikit sesak dan BAK berkurang, pasien
diputuskan untuk dirawat inap. Saat dilakukan pemeriksaan, berat badan pasien
70 kg dan jumlah urine output 6 jam sebanyak 140 cc. Hasil pemeriksaan fungsi
ginjal pasien Ur : 120 Cr : 3. Berikut adalah tatalaksana untuk pasien ini, kecuali

a. Istirahat
b. Restriksi protein dengan diet protein 0,6 gr/kgBBideal/hari + ekskresi protein
dalam urine /24 jam
c. Loop diuretic
d. Restriksi protein dengan diet protein 0,8 gr/kgBBideal/hari + ekskresi protein
dalam urine /24 jam
e. Captopril 3 x 12,5 mg

85. Seorang pria 30 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mual muntah,
lemah, BAK tidak lancar, dan kedua kaki terasa kesemutan dalam 3 bulan ini.
Didapatkan tekanan darah 170/110 mmHg dan edema minimal pada kedua kaki.
Pasien membawa hasil pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : Hb 8,9 g/dL,
MCV 96 fL, leukosit 7000/mm3, trombosit 150.000/mm3, GDS 81 mg/dL, Ur 103
mg/dL, Cr 4,1 mg/dL, Na 133 mmol/L, K 5,8 mmol/L. Urinalisis : protein 3+,
eritrosit 8-10/LPB, leukosit 1- 3/LPB. USG : belum didapatkan contracted kidney.
EKG : sinus ritme, LVH. Manakah dari pilihan di bawah ini yang menjadi langkah
selanjutnya yang paling tepat?
a. Biopsi ginjal untuk mengetahui etiologi dari penyakitnya
b. Pemeriksaan tes ANA untuk mencari kemungkinan proses autoimun
c. Pemeriksaan protein elektroforesis untuk mencari kemungkinan mieloma multipel
d. Pemeriksaan fosfat dan calcium untuk mencari komplikasi penyakit
e. Terapi calcium gluconas injeksi untuk hiperkalemia

86. Seorang wanita 60 tahun yang menderita DM, hipertensi, dan penyakit ginjal
kronik dikonsulkan karena hasil laboratorium menunjukkan ureum dan creatinin
yang semakin meningkat dalam 3 bulan terakhir. Saat ini ureum 56 mg/dL,
creatinin 1,8 mg/dL, eGFR menurut CKD-EPI 30,1 mL/menit/1,73 m2. Anjuran diet
apakah yang sebaiknya diberikan untuk pasien ini?
a. Asupan protein 0,3-0,5 g/kg/hari dan tambahan asupan calcium
b. Asupan protein 0,6-0,8 g/kg/hari dan tambahan asupan calcium
c. Asupan protein 1,0-1,2 g/kg/hari dan pembatasan asupan fosfat
d. Asupan protein 0,6-0,8 g/kg/hari dan pembatasan asupan fosfat
e. Asupan protein 0,3-0,5 g/kg/hari dan pembatasan asupan fosfat
87. Seorang pria 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan lemah, kurang
nafsu makan, mual, dan BAK sedikit-sedikit sejak 4 bulan yang lalu. Pemeriksaan
fisik : TD 160/100 mmHg dan pitting edema pada kedua kaki. Laboratorium : Hb
8,8 g/dL, MCV 91 fL, leukosit 5500/mm3, trombosit 175.000/mm3, GDS 110
mg/dL, Ur 44 mg/dL, Cr 2,0 mg/dL, Na 135 mmol/L, K 4,4 mmol/L, Ca 1,8 mmol/L.
Urin : protein 3+, lekosit 1- 2/LPB, eritrosit 0-1/LPB. Apakah terapi yang paling
tepat untuk memperlambat perburukan fungsi ginjal pada pasien ini?
a. Loop diuretic
b. Thiazide diuretic
c. Eritropoeitin
d. Calcium carbonate
e. ACE-inhibitor / ARB

88. Seorang Laki-laki, 68 tahun datang ke poli dengan keluhan kencing tidak
tuntas, kencing harus mengedan, menetes-netes, kencing pada malam hari 6-7x,
terasa sulit menahan kencing. Keluhan dirasakan sejak 4 minggu. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tensi 130/90, nadi 68x/menit, laju pernafasan
18/menit, Tax 36.80C, pemeriksaan colok dubur menunjukkan sulcus medianus
menghilang, teraba lunak. AUA skor 10. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
kadar PSA 4.5 ng/ml, urinalisa menunjukkan protein-, eritrosit 1/LPB, leukosit 2-
3/LPB. Pemeriksaan penunjang selanjutnya pada pasien ini adalah:
a. Pemeriksaan PAP (Prostatic Acid Phosphatase)
b. USG abdomen
c. Biopsi prostat
d. Uroflowmetri
e. Uretrosistoskopi

89. Seorang laki-laki 27 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan bengkak pada
wajah sejak dua hari yang lalu, disertai pembengkakan jari tangan yang
menyebabkan pasien kesulitan saat memakai cincin pernikahan. Lima hari yang
lalu pasien mengeluh jumlah kencing yang menurun disertai warna air kencing
menjadi coklat kemerahan. Dua minggu yang lalu pasien menderita nyeri
tenggorokan dan mengkonsumsi ibuprofen, sehingga nyeri tenggorokan mereda.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 172/110mmHg, nadi 85x/m,
frekuensi napas 18x/m, suhu aksila 370C, edema periorbital, ekstrimitas superior
dan inferior. Hasil laboratorium didapatkan Hb 12 g/dL, leukosit 12.000/µL,
urinalisa BJ urin 1.025 dengan eritrosit 25/lpb, protein 2+. Apakah diagnosis yang
tepat untuk pasien tersebut ?
a. Goodpasture disease
b. Glomerulonefritis akut
c. Amiloidosis
d. Sindrom nefrotik
e. Infeksi saluran kemih

90. Seorang pria 49 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri menjalar
sampai ke kemaluan hilang timbul sejak 6 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh
mual dan muntah, tidak demam. Terdapat riwayat buang air kecil keluar batu.
Tidak ada riwayat diabetes mellitus maupun hipertensi. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi90 kali/menit, respirasi 20 kali/menit,
suhu badan 37,50C, nyeri ketok CVA positif. Hasil laboratorium Hb 10,0 g/dL,
leukosit 10.000/mm3, trombosit 320.000/mm3, hematokrit 27,2%, ureum 191
mg/dL, kreatinin 8,6 mg/dL, natrium 136 mmol/L, kalium 5,6 mmol/L, asam urat
13,0 mg/dL. Produksi urin 200 cc/24 jam. USG abdomen didapatkan hidronefrosis
bilateral, BNO tak tampak batu radioopak.
Penatalaksanaan pasien ini selanjutnya adalah :
a. Pemberian cairan
b. Alkalinisasi urin
c. Terapi pengganti ginjal dengan hemodialisis
d. Hemodialisis dan konsul bedah untuk tindakan nephrostomi/URS/PCNL
e. Konsul bedah untuk tindakan nephrostomi/URS (Ureteroscopic lithotripsy)/ PCNL
(Percutaneous nephrolithotomy)

91. Seorang wanita, 31 tahun datang ke rumah sakit setelah dilakukan tindakan
appendektomi di rumah sakit oleh karena appendicitis akut. Tidak ada komplikasi
setelah pembedahan, akan tetapi dia mengeluh banyak kencing (6L/hari) dan
sering merasa haus. Pada hari ketiga setelah pembedahan, ureum dan creatinin
pasien dalam batas normal. Setelah anamnesis lebih lanjut didapatkan riwayat
sering merasa haus yang sudah lama dialami pasien, sering kencing, dan
kadang-kadang mengompol sehingga dia merasa malu untuk ke dokter oleh
karena keluhan ini. Pasien selama ini mengkonsumsi kontrasepsi oral dan tidak
ada riwayat penyakit sebelumnya. Untuk konfirmasi diagnostik, langkah awal yang
paling tepat dilakukan pada pasien ini:
a. Volume urin 24 jam dan pengukuran osmolaritas
b. Pemeriksaan osmolaritas plasma puasa
c. Fluid deprivation test
d. MRI otak
e. Nilai ADH Plasma

92. Seorang laki-laki 55 tahun datang dengan keluhan kencing sedikit. Keluhan
ini mulai dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, biasanya pasien BAK 4-5x perhari,
tetapi sejak kemarin pasien hanya BAK 1x, tanpa disertai rasa nyeri saat BAK
atau pun demam. Keluhan nyeri perut atau pun nyeri pinggang disangkal. Riwayat
kencing manis, hipertensi ataupun kencing batu disangkal. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan: Pasien kompos mentis, berat badan 50 kg, TD: 120/80, Nadi:
94x/menit, RR: 20x/menit, Tax: 36,8 C, mata tampak ikterus, pemeriksaan paru
tidak didapatkan ronkhi ataupun wheezing dan shifting dullness (+). Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan: Wbc: 11.000, Hb: 8 g/dL, Hct: 24, PLT: 82.
SGOT: 67, SGPT: 111, Alb: 2,2, Globulin: 3,5, BUN: 45, SC: 1,9, Na: 130, K: 4,5,
As. Urat: 5. HbsAg: Reaktif, AntiHCV: Non reaktif, pemeriksaan urine: protein (-),
leukosit 1-2/ LPB, eritrosit 1-2/LPB, silinder (-). Dari pemeriksaan imaging: Thorax
foto: tak tampak kardiomegali. USG abdomen: Hepar: echoparenkim hati
meningkat, ukuran tampak mengecil, tepi tumpul, terjadi penurunan velocity vena
porta dan ditemukan cairan bebas di cavum abdomen, Ginjal: batas sinus cortex
ginjal jelas, ukuran normal, tidak tampak batu, massa ataupun kista ginjal.
Tindakan awal yang tepat pada kasus ini adalah:
a. Hemodialisis
b. Cairan
c. Antibiotik
d. Observasi
e. Albumin

93. Pada observasi berikutnya, pemeriksaan laboratorium diulang didapatkan


BUN: 35, SC: 1,8 setelah dilakukan rehidrasi 1500 cc. Diagnosis kasus pasien di
atas adalah:
a. Chronic kidney disease
b. Acute on chronic kidney disease
c. Infeksi saluran kencing
d. Hepatorenal sindrom tipe II
e. Hepatorenal sindrom tipe I

94. Seorang pasien laki-laki berusia 58 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan
sesak nafas yang memberat sejak 5 hari yang lalu , pasien mengeluhkan susah
untuk tidur terlentang dan bengkak pada kedua kaki . Riwayat penyakit
sebelumnya stenosis aorta sejak 3 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
pasien tampak lemas , sesak, dengan vital sign TD 90/60mmHg, HR 110x/menit,
RR 26x/menit, T 36.5C., JVP 5+ 4cmH2O, thorax dan abdomen dalam batas
normal. Pasien juga mengeluhkan buang air kecil sedikit ±350 cc sehari.
Pada pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardia, pada ekokardiografi
didapatkan ejeksi fraksi sebesar 25%. Pada pemeriksaan fungsi ginjal didapatkan
ureum 110 mg/dl, cretinin 2.1mg/dl.
Kemungkinan diagnosa pasien tersebut adalah …
A. Sindrom kardiorenal tipe 4
B. Sindrom Kardiorenal tipe 5
C. Sindrom Kardiorenal tipe 2
D. Sindrom Kardiorenal tipe 3
E. CHF

95. Manakah di bawah ini yang menjadi biomarker pada sindrom kardiorenal :
A. NGAL
B. Sistatin C
C. BNP
D. A dan C benar
E. A, B, dan C benar

96. Berikut ini yang menjadi mekanisme terjadinya sindrom kardiorenal, yaitu
A. Aktivitas neurohormonal yang menurun menyebabkan progresi dari ventrikel kiri
dan disfungsi ginjal
B. Ketidak seimbangan prostaglandin dapat menyebabkan meningkatnya aliran
darah ginjal dan retensi natrium
C. Untuk pasien rawat inap diberikan loop diuretic dosis tinggi dan cepat
D. Reseptor adenosin mengatur aliran darah koroner dan ginjal
E. Tidak berhubungan dengan dengan fibrosis jantung dan ginjal

97. Yang merupakan penanganan yang dapat diberikan pada pasien sindrom
kardiorenal tipe 1 adalah
A. Vasodilator dipilih sebagai terapi awal pasien dengan gagal jantung akut bila
tidak ada hipotensi
B. Bila didapatkan kongesti dengan penurunan tekanan darah, disarankan untuk
menggunakan inotropik
C. Ultrafiltrasi dipilih pada dekompensasi akut gagal jantung yang resisten terhadap
diuretik
D. Hati-hati pada pemakaian loop diuretik, ACE inhibitor dan sprinolakton yang dapat
menginduksi GgGA
E. Semua di atas benar

98. Seorang laki-laki perokok yang berusia 55 tahun merupakan pasien uji coba
skrining kanker paru berdasarkan CT scan tahunan selama 5 tahun. Setelah 2
tahun, ditemukan nodul pada lobus paru bawah kanan sebesar 2 cm yang
merupakan non- small cell lung cancer setelah dilakukan operasi pengangkatan.
Pada saat itu, tidak ada kelenjar getah bening yang terlibat. Kemudian kanker
kambuh dan pasien meninggal setelah 6 tahun terdiagnosis. Seseorang yang juga
memiliki riwayat merokok yang tidak masuk dalam uji coba skrining, ditemukan
nodul paru sebesar 3 cm yang juga merupakan non- small cell lung cancer.
Setelah dilakukan reseksi bedah, didapatkan satu kelenjar getah bening yang
terlibat/metastase. Orang ini juga meninggal karena kanker paru-paru setelah
periode 3 tahun. Apa kesimpulan yang dapat dibuat tentang penggunaan skrining
CT untuk kanker paru-paru pada pasien ini?
A. Skrining CT untuk kanker paru-paru meningkatkan mortalitas pada perokok

B. Tidak dapat ditentukan apakah skrining CT pada kanker paru-paru menyebabkan


perbedaan dalam kelangsungan hidup karena seseorang tidak dapat menentukan
lag time biasnya

C. Tidak dapat ditentukan apakah skrining CT pada kanker paru-paru menyebabkan


perbedaan dalam kelangsungan hidup karena seseorang tidak dapat menentukan
lead time biasnya

D. Bias seleksi dapat menyebabkan perbedaan yang jelas dalam bertahan hidup
dalam percobaan ini, dan harus berhati-hati dalam membuat kesimpulan
berkaitan dengan yang skrining CT untuk kanker paru-paru.

E. Radiasi yang diterima sebagai bagian dari skrining CT menyebabkan kanker


paru-paru pada pasien awal dan berkontribusi pada kematian pasien pertama
secara keseluruhan.

99. Seorang laki-laki 65 tahun menderita DMT2 15 tahun datang dengan keluhan
sulit buang air kecil. Penderita mengeluh sering terbangun malam untuk
berkemih, harus mengejan di awal berkemih dan rasa tidak puas setelah
berkemih. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan perabaan halus, lunak dan
sulkus medianus yg tidak teraba. Usg menunjukkan pembesaran prostat dan batu
kandung kemih. Penatalaksanaan yang paling tepat untuk penderita diatas adalah
:
a. Terazosin
b. Finasteride
c. Tamsulosin + dutasterided
d. Terazosin + Finasterid
e. Pembedahan
100. Seorang laki-laki 65 tahun menderita DMT2 10 tahun datang dengan keluhan
sulit buang air kecil. Penderita mengeluh sering terbangun malam untuk
berkemih, harus mengejan di awal berkemih dan rasa tidak puas setelah
berkemih. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan perabaan halus, lunak dan
sulkus medianus yg tidak teraba. Usg menunjukkan pembesaran prostat.
Patogenesis yang paling tepat untuk penderita diatas adalah :
a. penurunan aktivitas sel punca
b. penurunan DHT
c. Immune inflammatory disease
d. Penurunan sel epitel senescence dan non senescence
e. berkurangnya apoptosis sel prostat

101. Seorang laki-laki 65 tahun menderita DMT2 10 tahun datang dengan keluhan
sulit buang air kecil. Penderita mengeluh sering terbangun malam untuk
berkemih, harus mengejan di awal berkemih dan rasa tidak puas setelah
berkemih. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan perabaan halus, lunak dan
sulkus medianus yg tidak teraba. Usg menunjukkan pembesaran prostat.
Penatalaksanaan yang tepat untuk penderita diatas adalah :
a. Terazosin
b. Finasteride
c. Tamsulosin + dutasterided
d. Terazosin + Finasterid
e. Pembedahan

102. Seorang laki-laki 46 tahun dengan penyakit ginjal stadium akhir dengan
riwayat hemodialisis rutin memiliki problem hiperkalemia persisten. Penderita
memiliki riwayat total bilateral stenosis arteri ginjal, yang menyebabkan penderita
harus dilakukan hemodialisis. Penderita memiliki perubahan elektrokardiogram
hanya ketika kalium naik di atas 6,0 meq/L, yang terjadi beberapa kali per minggu.
Penderita dirujuk ke rumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut. Dilakukan evaluasi
laboratorium, gizi konseling, dan penyesuaian pengobatan namun belum
berdampak terhadap serum kalium. Apa langkah berikutnya untuk pasien ini ?
a. Sesuaikan dialisat .
b. Pengaturan dosis harian furosemide .
c. Lakukan "natrium modeling"
d. Implan defibrillator otomatis
e. Lakukan nefrektomi bilateral

103. Seorang wanita 27 tahun dengan penyakit ginjal kronis menjalani


hemodialisis dan sering menjadi hipotensi berulang selama perawatannya.
Manakah dari pernyataan berikut ini yang memungkinkan terjadinya hipotensi
selama hemodialisis ?
a. Obat Antihipertensi
b. Ultrafiltrasi berlebihan
c. Gangguan respon otonom
d. Pergeseran osmolar
e. Semua di atas benar

104. Seorang wanita 45 tahun dengan penyakit ginjal kronik stadium akhir
dilakukan hemodialisis rutin yang terkait dengan diabetes mellitus tidak terkontrol
yang dideritanya sejak 14 tahun . Manakah penyebab paling mungkin kematian
pada penderita tersebut ?
a. Demensia
b. Mayor episode perdarahan
c. Infark miokard
d. Progresif uremia
e. Sepsis

105. Seorang Wanita, 27 tahun dengan riwayat gagal ginjal kronis dan rutin
melakukan cuci darah. Saat menjalani cuci darah, ditemukan hipotensi. Manakah
di bawah ini yang termasuk mekanisme kemungkinan terjadinya hipotensi selama
hemodialisis?
a. Agen anti hipertensi
b. Ultrafiltrasi berlebihan
c. Gangguan respon otonom
d. Pergeseran Osmolar
e. Semua di atas benar
106. Seorang Wanita 35 tahun dengan penyakit ginjal hipertensi yang telah
berkembang menjadi gagal ginjal stadium akhir. Penderita memulai dialisis
peritoneal pada 1 tahun yang lalu dan gejala sindrom ureumnya membaik.
Kemudian, penderita dibawa ke UGD dengan keluhan demam, perubahan status
mental, nyeri perut hebat, dan cairan diasilat keruh. Cairan peritoneal diambil dari
selang kencing dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Ditemukan cairan sel
darah putih (WBC) adalah 125/mm 3 dengan 85% Polimorfonuklear neutrofil.
Organisme yang paling sering ditemukan pada kultur cairan peritoneal?
a. C. albicans
b. coli
c. M. tuberculosis
d. P. aeruginosa
e. S. aures

107. Dibawah ini yang bukan merupakan Kriteria Mayor berdasarkan The
International Ascites Club dalam penegakkan diagnosis Sindrom Hepatorenal
(SHR) adalah …
a. Laju filtrasi glomerulus (LFG) yang rendah (kreatinin serum >1,5 mg/dl (130
mmol/l) atau bersihan kreatinin <40 ml/menit
b. Penyakit hati akut atau kronis dengan kegagalan tingkat lanjut dan hipertensi
portal
c. Tidak ada perbaikan fungsi ginjal (penurunan kreatinin serum <1,5 mg/dl atau
peningkatan bersihan kreatinin >40 ml/menit) sesudah pemberian cairan isotonic
salin 1,5 liter
d. Proteinuria <500 mg/hari, tanpa obstruksi saluran kemih atau penyakit ginjal pada
pemeriksaan USG.
e. Eritrosit urine <50/lapangan pandang (high power field)

108. Seorang laki-laki, 60 tahun, dibawa ke UGD dengan keluhan muntah


darah kehitaman sejak 1 jam SMRS. Muntah darah dikatakan sangat banyak,
dengan volume kurang lebih 2 aqua gelas. Menurut keluarga, pasien memang
memiliki riwayat penyakit hati kronis dan sudah sering dirawat inap. Dua hari yang
lalu pasien sempat mengeluh demam. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan
tekanan darah 90/70 mmhg, nadi 105 kali per menit, RR 20 kali permenit, suhu
38,7 C. Anemis pada kedua mata (+), ascites (+), spider navi (+), eritema
palmaris (+). Pemeriksaan Laboratorium ditemukan Hb 6,6 mg/dl, SC: 6,5 mg/dl,
GFR <15 ml/min/1.73 m2. Diagnosis yang tepat pada pasien tersebut adalah…
a. CKD Stage V
b. AKI stage 3
c. Sirosis Hepatis kompensata
d. Sindrom Hepatorenal Tipe 1
e. Sindrom Hepatorenal Tipe 2

109. Sindrom Hepatorenal (SHR) adalah gangguan fungsi ginjal sekunder pada
penyakit hati tingkat berat yang bersifat akut maupun kronis. SHR memiliki
patogenesis yang kompleks dan prognosis yang buruk. Berikut ini yang tidak
benar mengenai patogenesis SHR adalah…
a. Aktivasi simpatis, renin/angiotensin/aldosterone, dan hormon antidiuretik
b. Vasokontriksi arterial splanik bertambah
c. Vasokontriksi renal meningkat
d. Penurunan kadar kalikrein, bradikinin, dan faktor natriuretik arterial
e. Vasodilatasi arterial splanik bertambah

110. Seorang laki-laki, 60 tahun, dibawa ke UGD dengan keluhan muntah darah
kehitaman sejak 1 jam SMRS. Muntah darah dikatakan sangat banyak, dengan
volume kurang lebih 2 aqua gelas. Menurut keluarga, pasien memang memiliki
riwayat penyakit hati kronis dan sudah sering dirawat inap. Dua hari yang lalu
pasien sempat mengeluh demam. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan
kesadaran apatis, tekanan darah 90/70 mmhg, nadi 105 kali per menit, RR 20 kali
permenit, suhu 38,7 C. Anemis pada kedua mata (+), ascites (+), spider navi (+),
eritema palmaris (+). Pemeriksaan Laboratorium ditemukan Hb 6,6 mg/dl, SC: 6,5
mg/dl, GFR <15 ml/min/1.73 m 2. Tatalaksana yang tepat pada pasien di atas
adalah…
a. Loading cairan NaCl 1000 cc hingga hemodinamik pasien stabil setelah itu saran
untuk dilakukan hemodialisis.
b. Evaluasi hemodinamik pasien, pemberian antibiotik spektrum luas, terapi suportif
berupa diet tinggi kalori dan rendah protein, koreksi keseimbangan asam basa,
dan transfusi darah hingga Hb >10 mg/dl
c. Pemberian drip furosemid, pasang dower kateter untuk memantau cairan masuk
dan cairan keluar, pemberian PPI intravena dan pasang NGT kumbah lambung.
d. Loading cairan Nacl 1500 cc hingga tekanan darah stabil, pemberian furosemid
intravena, pasang NGT kumbah lambung, dan PPI intravena.
e. Pemberian vasodilator dopamin kemudian diteruskan dengan octreotid.

111. Seorang laki-laki masuk ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran. Dari
anamnesa didapatkan riwayat letargi, lemas, twitching dan kejang. TD 130/80,
Nadi 84 x/mnt, Respirasi 22 x/mnt, SB 36.8 C. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 14 gr/dl, leukosit 6.000, trombosit 335.000, Na 167, K 3,4, Cl 110.
Patofisiologi yang mendasari keadaan tersebut di atas adalah:
a. Mengecilnya volume otak oleh karena air keluar dari dalam sel
b. Iskemia otak karena hipoksia
c. Robekan pada arteri menyebabkan perdarahan di otak
d. Edema otak karena air masuk ke dalam sel
e. Bukan salah satu di atas

112. Seorang laki-laki 35 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan kencing seperti air
cucian daging sejak 2 hari yang lalu. terdapat nyeri menelan sejak 1 minggu yang
lalu dan mengkonsumsi amoxicillin dan paracetamol, dan saat ini nyeri menelan
sudah berkurang. Demam tidak ada, nafsu makan biasa. Kadang pasien merasa
nyeri pinggang. Riwayat kencing batu tidak ada. Pada pemeriksaan fisik TD
110/70, N 72x/m, R 18 x/m, Sb 36,3⁰C. Pemeriksaan laboratorium : leukosit
4700/μl, Hb 14,5 g/dl, trombosit 225.000/μl, ureum 53, creatinin 1,5, Urinalisis :
leukosit -, protein +2, eritrosit +5, kristal -. Pasien kemudian dilakukan biopsi dan
didapatkan hasil. Parameter yang tidak menggambarkan prognosis kurang baik
pada pasien ini adalah :
a. Hematuria persisten
b. Peningkatan serum kreatinin
c. Protein urine > 1 g/24 jam
d. Tekanan darah > 140/90
e. Peningkatan deposit C3

113. Seorang laki-laki 20 tahun, dengan keluhan kencing seperti air cucian daging
sejak 4 hari yang lalu. pasien juga pernah mengalami hal seperti ini 1 bulan yang
lalu. pasien juga mengeluh mengalami penurunan kemampuan mendengar nada
tinggi dan mata kabur jika melihat jauh. Pemeriksaan penunjang untuk
memastikan diagnosis adalah :
a. Biopsi ginjal
b. Pemeriksaan tes genetik
c. Urinalisis
d. ASTO
e. CT scan abdomen

114. Seorang perempuan 40 tahun datang dengan keluhan badan bengkak, dan
kencing berbusa sejak 1 minggu terakhir. pasien sudah menderita RA sejak 20
tahun lalu dan terkontrol dengan penggunaan Methotrexat. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan hepatosplenomegali. Setelah dilakukan biopsi ginjal didapatkan
gambaran penebalan membrana basalis dan kapiler glomerolus, apple green (+).
Diagnosis yang mungkin ?
a. Amiloidosis AA
b. Amiloidosis AL
c. Sindroma nefrotik
d. RPGN
e. Efek samping penggunaan methotrexat

115. Seorang pasien berumur 60 tahun datang dengan riwayat DM tipe 2 selama 15
tahun. Pasien tidak ada keluhan, hanya ingin kontrol saja. Saat ini pasien minum
obat metformin 3x500 mg dan captopril 1x 25 mg. Ada riwayat kencing berbusa.
Pada pemeriksaan lab didapatkan gula darah puasa 120 mg/dl, gula darah 2 jam
PP 200 mg/dl, protein urine adalah 1.5 g/ hari. Target tekanan darah pada pasien
ini adalah :
a. 140/80 mmHg
b. 130/90 mmHg
c. 125/75 mmHg
d. 120/70 mmHg
e. 110/70 mmHg

116. Seorang wanita 35 tahun sering nyeri ulu hati dan terdiagnosa memiliki GERD,
pasien diberikan omeperazole 2x20 mg oleh dokternya dan telah dikonsumsi
selama 2 minggu. Pasien datang konsultasi dengan keluhan kencing berwarna
merah sejak 1 hari lalu, tidak ada nyeri suprapubik, nyeri pinggang maupun
disuria. Pemeriksaan fungsi ginjal dan USG ginjal normal, kemudian dilakukan
biopsi ginjal dengan hasil inflamasi dengan infiltrasi eosinofil pada jaringan
interstitium ginjal. Kemungkinan diagnosa pasien di atas adalah :
a. Nefritis interstitial akut
b. Nefritis interstitial akut
c. Reaksi hipersensitivitas
d. Glomerulonefritis kronis
e. Sarkoidosis

117. Seorang wanita 45 tahun memulai hemodialisis untuk penyakit ginjal stadium
akhir yang berhubungan dengan diabetes mellitus. Manakah kondisi berikut ini
yang merupakan penyebab kematiannya?
a. Demensia
b. Episode perdarahan besar
c. Infark miokard
d. Uremia progresif
e. Sepsis

118. "Dosis" dialisis ini didefinisikan sebagai:


a. Laju aliran arus berlawanan dialisat
b. Pembersihan urea fraksional
c. Jam dialisis per minggu
d. Jumlah sesi yang benar-benar selesai dalam sebulan
Seorang laki-laki, 45 tahun datang ke poli penyakit dalam RSUP Sanglah kontrol
rutin. Pasien mempunyai riwayat kencing manis sejak 20 tahun serta menderita
hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 50 kg, tinggi badan
165 cm, tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 90 x/menit, frekuensi nafas 20
x/menit, suhu 36oC. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan HbA1C 8,9%,
BUN 100, SC 0,6 mg/dl, LDL 260, HDL 70, TG 230.

119. Pada pemeriksaan urinalisis rutin, apa yang dapat dideteksi untuk menunjang
diagnosis ?
a. Leukosit
b. Eritrosit
c. Protein
d. pH
e. Sedimen

120. Pada kasus tersebut berdasarkan dari hasil urinalisa didapatkan protein +2.
Apakah diagnosis yang tepat pada kasus tersebut
a. Belum terjadi nefropati diabetes
b. Diabetic nefropati stage 1
c. Diabetic nefropati stage 3
d. Diabetic nefropati stage 4
e. Diabetic nefropati stage 5

121. Berikut ini yang bukan tahapan penanganan pada penyakit ginjal diabetik adalah
a. Pengendalian gula darah
b. Pengendalian tekanan darah
c. Pengaturan diet
d. Penanganan multifaktorial
e. Pengendalian sosial

122. Komplikasi yang paling sering terjadi pada kasus diatas adalah
a. Kardiovaskular
b. Neuropati
c. Retinopati
d. Uremic sindrom
e. Hepatorenal sindrom

123. Seorang lelaki berusia 40 tahun datang dengan sesak nafas berat, tampak
pucat dan posisi setengah duduk. Riwayat alkoholik. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan pH : 7,27, PCO2 : 23 mmhg, PO2 : 84 mmhg, HCO3 : 10,6 mmol/L,
BE -14,5 mmol/L, SaO2 : 93 %. Problem pada pasien ini adalah :
a. Sindroma Nefritik
b. Glomerulonefritis Akut
c. Acute Kidney Injury
d. Gagal Ginjal Akut
e. Renal Tubular Acidosis

124. Seorang perempuan berusia 52 tahun datang dengan keluhan sesak nafas,
susah untuk melangkah karena otot kaki terasa lemas dan hanya bisa duduk di
tempat tidur. Riwayat kencing manis. Hasil BGA kesan asidosis metabolik berat,
Hasil urinalisis: pH : 6,0, berat jenis : 1,210, protein : 150 mg/dl, sel epitel:
0-1/LPK, lekosit : 5-8/LPB, eritrosit : 30-35/LPB. Diagnosa yang paling mungkin
pada kasus tersebut adalah :
a. Gagal ginjal akut
b. Acute Kidney Injury
c. Renal Tubular Asidosis
d. Glomerulonefritis akut
e. Sindroma nefritik

125. Seorang wanita berusia 45 tahun, dengan riwayat diabetes 10 tahun dan
sejak 3 tahun terakhir mempunyai penyakit ginjal kronik stadium V dan infark
miokard dinding inferior. Dua minggu terakhir sering mengeluh cegukan dan
sesak nafas. Pada .pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 80/60 mmhg.
Frekuensi nadi: 120 x/menit, konjungtiva pucat, JVP R ± 5 cm H2O dan ronki
basah dibasal kedua paru. Pemeriksaan penunjang : Hb : 9,0 g/dl, ureum : 180
mg/dl, creatinin : 167 mg/dl, creatinin 7,8 mg/dl dan BGA kesan asidosis
metabolik. Metode terapi pengganti yang dikontraindikasikan pada pasien ini
adalah :
a. Continuous vena venous hemofiltration
b. Continuous arterio venous hemofiltration
c. Continuous ambulatory peritoneal dialysis
d. Sustained low efficiency dialysis
e. Konvensional hemodialysis

126. Seorang wanita, 27 tahun hamil trimester pertama datang ke praktek saudara
dengan membawa hasil laboratorium : Hemoglobin 10,8 g/dL, leukosit 10.800,
trombosit 156.000, Urin rutin : Leukosit 15-20/LPB, eritrosit 5-10/LPB, pada
biakan kuman urin didapatkan 105 cfu/ml. Tidak ada demam, tidak ada nyeri
pinggang, tidak ada nyeri saat BAK. Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan
fisik. Apa diagnosis saudara?
a. Sindrom uretra akut
b. ISK komplikata
c. Bakteriuria asimptomatik
d. Sistitis
e. Pielonefritis

127. Seorang wanita, 27 tahun hamil trimester pertama datang ke praktek saudara
dengan membawa hasil laboratorium : Hemoglobin 10,8 g/dL, leukosit 10.800,
trombosit 156.000, Urin rutin : Leukosit 15-20/LPB, eritrosit 5-10/LPB, pada
biakan kuman urin didapatkan 105 cfu/ml. Tidak ada demam, tidak ada nyeri
pinggang, tidak ada nyeri saat BAK. Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan
fisik. Apa tindakan saudara?
a. USG
b. Cek urin rutin ulang
c. Foto polos abdomen
d. Antibiotika empiris
e. Kultur ulang
128. Seorang wanita, 23 tahun, datang dengan keluhan nyeri saat BAK dan
anyang-anyangan. Pasien sudah periksa laboratorium dengan hasil : Hemoglobin
11 gr/dL, leukosit 9800, Trombosit 230.000, ureum 26 mg/dl, kreatinin 0,9 mg/dl.
Urin rutin : Proteinuri (-), leukosituri 10-15/LPB. Hasil biakan urin 104 cfu/ml
dengan kuman E. Coli. Apa diagnosis saudara?
a. Sistitis
b. Pielonefritis akut
c. Sistitis abakterialis
d. ISK
e. Bakteriuria asimptomatik

129. Manakah berikut ini yang merupakan etiologi potensial untuk gagal ginjal akut
iskemik?
a. Apoptosis dan nekrosis sel tubulus
b. Penurunan vasodilatasi glomerulus sebagai respons terhadap nitric oxide
c. Peningkatan vasokonstriksi glomerulus sebagai respons terhadap peningkatan
kadar endotelin
d. Peningkatan adhesi leukosit dalam glomerulus
e. Semua jawaban di atas benar

130. Seorang pria 47 tahun dengan riwayat diabetes mellitus, hiperlipidemia,


penyalahgunaan tembakau, dan penyakit arteri koroner menjalani operasi usus
buntu cito. Manakah dari kondisi berikut dapat menjadi predisposisi pasien untuk
menjadi AKI pasca operasi?
a. Prosedur abdomen, operasi cito, dan hiperlipidemia
b. Usia lebih dari 40 tahun, prosedur abdomen, dan operasi cito
c. Usia lebih dari 40 tahun, operasi cito, dan diabetes mellitus
d. Penyakit arteri koroner, penyalahgunaan tembakau, dan prosedur abdomen
e. Diabetes mellitus dan prosedur cito

131. Pemeriksaan radiologis yang dilakukan pada pasien gagal ginjal kronis dapat
ditemukan hal-hal sebagai berikut, kecuali:
a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak
b. Pielografi intravena, bisa ditemukan penurunan absorbsi kontras
c. Ultrasonografi, bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
menipis, hidronefrosis, atau batu ginjal
d. Renografi, penurunan aliran darah arteri ke ginjal
e. Semua benar

132. Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada penegakan


penyakit ginjal kronis bila diagnosis secara noninvasif tidak berhasil. Berikut
adalah kontraindikasi tindakan biopsi ginjal, kecuali:
a. Contracted Kidney
b. Ginjal polikistik
c. Infeksi traktus urinarius
d. Gangguan pembekuan darah
e. Obesitas

133. Pembatasan asupan protein pada pasien penyakit ginjal kronis adalah salah
satu hal penting untuk mengurangi hiperfiltrasi grlomerulus. Pembatasan asupan
protein yang dianjurkan adalah:
a. 0,8-1,0gr/kgbb/hari pada GFR <90ml/menit
b. 0,6-0,8gr/kgbb/hari pada GFR <60ml/menit
c. 0,5-0,6gr/kgbb/hari pada GFR <30ml/menit
d. 0,4-0,5gr/kgbb/hari pada GFR <15ml/menit
e. Semua benar

134. Osteodistrofi renal merupakan komplikasi penyakit ginjal kronik yang sering
terjadi. Penatalaksanaan osteodistrofi renal salah satunya adalah dengan
mengatasi keadaan hiperfosfatemia. Berikut adalah metode mengatasi
hiperfosfatemia:
a. Pemberian diet rendah fosfat
b. Pemberian garam kalsium, aluminium hidroksida, atau garam magnesium
c. Pemberian calcium mimetic agent
d. a, b, dan c benar
e. Semua salah

135. Seorang wanita 31 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan kencing yang
berlebihan dalam 1 minggu terakhir. Pasien mengaluh kualitas tidur terganggu
oleh karena sering terbangun pada malam hari untuk kencing. Volume kencing
diperkirakan hampir 5 botol aqua besar ukuran 1500 mL dalam 24 jam. Saat ini
pasien sedang hamil 22 minggu. BB 56kg dan TB 149cm. Apakah hal yang
mendasari terjadinya keluhan pasien di atas?
A. Penurunan enzm cysteine aminopeptidase
B. Defisiensi absolut AVP dan penurunan metabolism AVP
C. Dapat dikontrol oleh oxytosinase
D. Dapat dikontrol oleh vasopressinase
E. Dapat dikontrol oleh AVP V2 reseptor antagonist

136. Seorang laki-laki 45 tahun datang ke RS dengan keluhan utama bengkak


pada seluruh tubuh, terutama pada kaki sebelah kanan yang dialami dalam 1
minggu terakhir. Pasien belum pernah memeriksakan diri dan belum pernah di
rumah sakit sebelumnya. Pada hasil pemerksaan didapatkan TD 160/90, Nadi 82
x/menit, pernafasan 20 x/menit, dan suhu badan 36.5. Pada pemeriksaan
didapatkan edema pada wajah dan kedua kaki, kaki kanan lebih besar dari kaki
kiri. Pada pemeriksaan laboratium Hb 12.8 gr/dL, leukosit 8800, trombosit
250.000, LED 110. Pada pemeriksaan Echo Doppler didapatkan kesimpulan DVT
pada tungkai kanan. Pernyataan berikut yang berhubungan dengan keadaan
yang dialami penderita adalah:
a. Agregrasi platelet yang meningkat
b. Kejadian tromboemboli tidak ada hubungan dengan turunnya albumin serum
c. Pada glomerulonefritis lesi minimal kecenderungan tejadinya trombosis vena
renalis lebih tinggi dari glomerulonefritis membranosa
d. Peningkatan sintesis protein oleh hati
e. LED merupakan penanda fase akut pada SN
137. Seorang wanita 50 tahun dirawat di Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou
dengan keluhan bengkak pada kedua kaki. Bengkak pada kedua Skaki telah di
alami sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien tidak demam, masih bisa beraktivitas
sebagai ibu rumah tangga. Tidak ada riwayat alkohol dan merokok. Pada
pemeriksaan didapatkan BB 66 kg dan TB 160 cm. TD 150/90, Nadi 78 x/menit,
pernafasan 20 x/menit. Edema pada kedua tungkai. Pada pemeriksaan fisik
lainnya dalam batas normal.Pada pemeriksaan laboratorium Hb 12.3 gr/dL,
Leukosit 9000, trombosit 188.000, albumin 2.9, globulin 3.0. Urinalisis didapatkan
protein +3. Pada pemeriksaan mikroskop elektron glomerulus ditemukan
hilangnya foot process. Apa diagnosis dari pasien ini?
a. Glomerulonefritis lesi minimal
b. Glomerulonefritis fokal segmental
c. Glomerulonefritis membranosa
d. Glomerulonefritis membrano proliferatif
e. Glomerulonefritis progresif cepat

138. Seorang perempuan 40 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak
napas, riwayat sesak dirasakan saat aktivitas dan sering terbangun malam hari
karena sesak. Riwayat penyakit jantung dan sementara minum obat furosemide,
bisoprolol, captopril, aspilet. Ada riwayat sakit ginjal sebelumnya tapi belum
pernah dianjurkan untuk dialisis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 130/80
mmHg, N 110 x/menit, R 32 x/menit, anemis, JVP 5+3 cmH2O, ada ronki di kedua
paru, kardiomegali, hepatomegali, edema tungkai. Hb 9,2 g/dL; lekosit 7200/mm3;
trombosit 326.000 /mm3; ureum 108 mg/dL; kreatinin 3,2 mg/dL; gula darah
sewaktu 108 mg/dL; Natrium serum 142 mmol/L; kalium 3,2 mmol/L; klorida 99
mmol/L; kolesterol total 220 mg/dL; HDL 18 mg/dL; LDL 180 mg/dL; TG 234
mg/dL; proteinuria 3+. Hasil ekokardiografi : disfungsi sistolik dan diastolik
ventrikel kiri, EF 38%, hipokinetik global, fungsi sistolik ventrikel kanan menurun.
Diagnosis yang paling tepat untuk kasus tersebut adalah :
a. CKD stage V kausa hipertensi nefrosklerosis
b. CHF NYHA III kausa hipertensi heart disease
c. Sindrome kardiorenal 4
d. Sindrome kardiorenal 1
e. AKI on CKD
139. Seorang laki-laki 56 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas,
riwayat sesak dirasakan saat aktivitas dan sering terbangun malam hari karena
sesak. Saat ini sesak dirasakan makin menghebat. Riwayat penyakit darah tinggi
dan tidak kontrol teratur. Pada pemeriksaan fisik ditemukan KU berat, kesadaran
delirium, TD 180/100 mmHg, N 110 x/menit, R 32 x/menit, anemis, JVP 5+3
cmH2O, ada ronki di kedua paru, kardiomegali, hepatomegali, edema tungkai. Hb
9,2 g/dL; lekosit 14.000/mm3; trombosit 326.000 /mm3; ureum 290 mg/dL;
kreatinin 8,6 mg/dL; gula darah sewaktu 108 mg/dL; Natrium serum 142 mmol/L;
kalium 7,6 mmol/L; klorida 99 mmol/L; kolesterol total 220 mg/dL; HDL 18 mg/dL;
LDL 180 mg/dL; TG 234 mg/dL; proteinuria 3+. Hasil foto toraks ada fibroinfiltrat di
paru kanan bawah. Yang bukan merupakan indikasi HD pada pasien ini adalah :
a. Kelebihan cairan ekstraselular yang sulit dikendalikan dan/atau hipertensi
b. Asidosis metabolik yang refrakter terhadap pemberian terapi bikarbonat
c. Hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi farmakalologis
d. Adanya infeksi dengan sumber infeksi yang jelas sebabnya
e. Adanya gangguan neurologis, pleuritis atau pericarditis yang tidak disebabkan
oleh penyebab lain.

140. Pria berumur 50 tahun, dengan riwayat diabetes 12 tahun dan sejak 5 tahun
terakhir mempunyai penyakit ginjal kronik stadium V dan infak miokard dinding
inferior. Dua minggu terakhir sering mengeluh cegukan dan sesak nafas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 80/60 mmHg. Frekuensi nadi :
120x/menit, konjungtiva pucat, JVP 5 + 0 cmH2O dan ronkhi basah di basal
kedua paru. Pemeriksaan penunjang menunjukkan : Hb 9,1g/dl. Ureum : 1080
mh/dl, Cr : 7 mg/df. Metode terapi pengganti yang dikontradikasikan pada pasien
ini :
a. Hemodialisis konvensional
b. Sustained low efficiency dialysis
c. Continuous vena venous hemofiltration
d. Continuous arierio venous hemofiltration
e. Continuous ambulatory peritongal dialysis
141.
141. Perempuan obesitas, berusia 50 tahun, dengan riwayat 5 tahun hipertensi
ringan terkontrol dengan diuretic tiazid. Saat ini pasien sedang dievaluasi lebih
lanjut karena ditemukan adanya proteinuria pada pemeriksaan medis rutin.
Pemeriksaan fisik: tinggi 167,6 cm, berat 91 kg, tekanan darah 130/80 mmHg,
dan ditemukan edema pada ekstremitas bawah. Pemeriksaan laboratorium:
serum kreatinin 1,2 mg/dL, BUN 18 mg/dL, e-GFR 87 mL/min. Hasil urinalisis: pH
5,0, berat jenis 1,018, protein 3+, glukosa (-), ekskresi protein urine 5,9 g/d.
Biopsi ginjal ditemukan 60% glomerulus memiliki segmental scarring dengan
mikroskop cahaya, sisanya glomeruli ditemukan tidak signifikan.

Diagnosis yang paling memungkinkan adalah…

a. Hipertensi nefrosklerosis
b. Sklerosis fokal dan segmental
c. Minimal changes disease
d. Glomerulopati membranous
e. Glomerulonefritis cresentic

142. Manakah yang termasuk manifestasi ekstrarenal dari penyakit ginjal polikistik
dominan autosomal?
a. Regurgitasi aorta
b. Dilatasi aortic root
c. Divertikula kolon
d. Aneurisma intracranial
e. Semua benar

143. Parameter prognosis kurang baik dari Nefropati IgA antara lain, kecuali…
a. Peningkatan serum kreatinin
b. Hematuria persisten
c. Intensitas deposit IgA
d. Protein urin > 1 g/24 jam
e. Adanya reseptop antibody IgA1 pada jaringan mesangial

144. Pasien laki-laki dewasa muda datang dengan keluhan kencing berdarah
berulang sejak beberapa bulan terakhir, disertai bengkak pada kedua tungkai.
Keluhan kencing berdarah diawali oleh adanya nyeri tenggorokan. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 150/90 mmHg dengan adanya edema
ekstremitas bawah. Urinalisis ditemukan hematuria dan protein urin +3. Hasil
biopsi ginjal ditemukan deposit IgA pada pemeriksaan imunofluoresen, dengan
adanya 4–5 sel mesangial pada area mesangial. Berdasarkan hasil biopsi ginjal
tersebut, klasifikasi nefropati IgA yang sesuai adalah…
a. Hiperselularitas mesangial M3
b. Glomerulosklerosis segmental S0
c. Hiperselularitas endokapiler E1
d. Hiperselularitas mesangial M1
e. Glomerulosklerosis segmental S1

145. Pada kondisi Nefropati IgA primer dengan proteinuria >0,5–1 g/hari dan
eGFR >30 – 50 ml/menit, pendekatan terapi yang tepat adalah…
a. Evaluasi rutin setiap tahun selama setidaknya 10 tahun
b. Optimalkan terapi suportif dengan tambahan imunosupresan
c. Optimalkan terapi suportif selama setidaknya 3 – 6 bulan
d. Optimalkan terapi suportif dengan tambahan kortikosteroid
e. Tonsillectomy plus steroid pulse dose (TSP)
146. Faktor – faktor berikut yang tidak berperan pada perkembangan eksaserbasi
akut pada kasus Nefropati IgA adalah…
a. Injuri podosit
b. Infiltrasi sel mast
c. Aktivasi molekul adhesi
d. Deposit komplemen C3
e. Aktivasi growth factor

147. Akses vaskular dialisis yang memiliki angka kejadian infeksi yang tinggi
adalah…
a. Fistula
b. Graft
c. Akses arteri-vena
d. Kateter intravena
e. Graft dan kateter intravena

148. Seorang laki-laki berusia 48 tahun datang berobat ke IGD dengan keluhan
sesak bertambah hebat sejak >3 hari SMRS. Pasien menderita darah tinggi sejak
>10 tahun dan tidak rutin kontrol berobat. Kesadaran compos mentis dengan TD
170/100 mmHg, nafas cepat dan dalam, BAK dirasakan berkurang dalam 1
minggu terakhir. Dari laboratorium didapatkan hb 6,2 g/dl, ureum 302 mg/dl,
creatinin 29,31, pH 7, 169, HCO3 12,6, pCO2 34,4. Diagnosis yang paling
mungkin pada penderita ini adalah :
a. Asidosis metabolik
b. Asidosis respiratorik
c. Alkalosis metabolik
d. Alkalosis respiratorik
e. Asidosis alkalosis

149. Seorang laki-laki berusia 15 tahun datang berobat ke poli dengan keluhan
sembab pada daerah wajah dan kaki sejak 2 minggu yang lalu. Kesadaran CM,
TD 110/70, edema palpebra dan pretibia, paru tidak didapatkan bunyi nafas
tambahan, abdomen didapatkan adanya shifting dullness. Laboratorium
didapatkan protein+++, kolesterol 645 mg/dl, trigliseride 320 mg/dl, albumin 1,4
mg/dl. Pada gambaran histopatologi ginjal didapatkan adanya effacement difus
dari foot process pada epitel. Penyebab utama gangguan ginjal pada pasien ini
adalah…
a. Glomerulosklerosis fokal segmental
b. Nefropati membranosa
c. Amiloidosis
d. Glomerulonefritis lesi minimal
e. Nefropati IgA

150. Laki laki 59 tahun dengan riwayat pembesaran prostat dan kencing batu
kurang lebih 3 tahun lalu. 3 hari lalu pasien pernah datang berobat ke UGD
dikarenakan demam dan nyeri pada pinggang. Pasien selalu merasakan adanya
kesulitan untuk kencing akan tetapi dalam beberapa hari belakangan ini pasien
merasakan rasanya kencing lebih sering dan lebih sulit ditahan dari biasanya.
Dua hari lalu pasien mengeluhkan merasakan mual dan muntah. Keluhan ini
bukan yang bertama kali dialam oleh pasien. Dikatakan oleh pasien keluhan ini
dalam 6 minggu terakhir sudah dialami sebanyak 4 kali. Riwayat obat yang
dikonsumsi selama ini adalah prazosin dan beberapa obat penurun tekanan
darah. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan Suhu 38,5 C, denyut jantung
89x/menit dan respirasi 14 x/menit. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
adanya kelainan yang signifikan. Pemeriksaan abdomen tidak ditemukan adanya
distensi. Selain itu tidak adanya keluhan nyeri pada daerah suprapubis dan nyeri
ketuk pada pinggang sebelah kanan. Berikut hasil lab dari pasien DL: Leukosit
11,000/mm3, Hb 13 g/dL, platelet 330,000/mm3 UL: nitrites (+), large leukocyte
esterase, dan eritrosit (++) Kimia darah : Na+ 140, K+ 3.7, Cl102, CO2 24,
BUN 25, Cr 1.1 Sebagai klinisi maka saran yang sebaiknya disarankan pada
pasien ini adalah :
a. Larangan untuk koitus selama diberikan terapi
b. Disarankan untuk dilakukan pemeriksaan Imaging tambahan seperti USG,
Rontgen abdomen
c. Perlu dilakukan kultur urine
d. Pemasangan kateter
e. Pemeriksaan resistensi kuman terhadap antibiotic.

151. Seorang laki-laki 72 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan
sering buang air kecil sejak 3 bulan, keluhan makin memberat dalam sebulan
terakhir. Pasien merasa sering tidak tuntas setelah berkemih, terputus-putus
saat berkemih dan pacaran urin dirasakan tidak kuat. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan TD 140/80 HR 80 kali/menit RR 20 kali/menit T:36C. pemeriksaan
colok dubur teraba massa lunak pada permukaan rektum. Dari laboratorium hb
11,7g/dl leukosit 9000/mm3 trombosit 230.000/mm3 Ur 30mg/dl cr 1,2mg/dl
PSA 23ng/ml. Patogenesis terjadinya kelainan pada pasien ini adalah:
A. Penurunan kadar testosteron dalam plasma
B. Peningkatan kadar testosteron dalam plasma dan penumpukan DHT dalam
kelenjar prostat
C. Peningkatan kadar testosteron dalam plasma dan defisiensi DHT
D. Infeksi pada saluran kemih
E. Bukan salah satu diatas

152. Seorang pasien laki-laki 75 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan
keluhan demam sejak 4 hari. Pasien merasa nyeri saat berkemih dan sering
kali mengedan untuk mulai berkemih. Pasien juga sulit untuk menahan rasa
ingin buang air kecil dan frekuensi semakin sering. Pasien mengalami
penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri ketok CVA kiri. Pemeriksaan penunjang yang paling tepat
pada pasien ini adalah:
A. Urinalisa, PSA, biopsi ginjal.
B. Biopsi Ginjal
C. Mantoux test
D. Kultur urin, PSA, kreatinin
E. USG hepar

153. Seorang pasien laki-laki 75 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan
keluhan sulit buang air kecil sejak 3 hari SMRS. BAK sedikit dan berdarah. 1
bulan sebelumnya pasien sering mengeluh nyeri saat buang air kecil, frekuensi
semakin sering dan kadang-kadang merasa demam. Pasien berobat ke
poliklinik dan diberikan obat antibiotik namun keluhan tidak membaik. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/90 mmHg, nadi 96 kali.menit nafas 22
kali/menit suhu 37C. konjungtiva pucat. Nyeri tekan di regio suprapubik. Dari
data laboratorium didapatkan hb 9,7g/dl leukosit 13000/mm3 trombosit
230.000/mm3 Ur 80 mg/dl cr 1,7 mg/dl PSA 40 ng/ml. Tatalaksana pada
pasien ini adalah:
A. Pembedahan
B. Antibiotik
C. Tamsulosin
D. Hidrasi cairan
E. Dustaterid

154. Seorang laki-laki usia 64 tahun datang ke Poli Klinik dengan keluhan sulit
untuk memulai buang air kecil, hingga harus mengejan, tidak ada demam dan
anyang-anyangan sejak 5 bulan terakhir. Selain itu pasien juga mengeluh
sering buang air kecil dimalam hari hingga lebih dari >5 kali. Tidak ada buang
air kecil berdarah, riwayat kencing batu disangkal. Keluhan dirasakan
mengganggu aktivitas sehari-hari dan istirahat pasien. Pasien menyangkal
adanya penggunaan obat-obatan sebelumnya. Pasien belum pernah berobat
sebelumnya. Dalam Dari pemeriksaan fisis didapatkan didapatkan
pembesaran pada kelenjar prostat. Pemeriksaan laboratorium GDS 90. IPSS
score 17.
Berikut pemeriksaan lanjutan awal yang disarankan untuk pasien, kecuali:
a. Prostate Specific antigen
b. Cystoskopi
c. USG Prostate
d. Uroflowmetri
e. Urinalisis

155. Dari pemeriksaan Penunjang didapatkan data : UL : Kuning jernih, leukosit 0-


2, eritrosit 0-2 epitel 1+, Bakteri negatif, nitrit negatif, Glukosa negatif, albumin
negatif. USG : Kedua ginjal normal, buli2 normal, volume prostat + 44 g, PSA
2 ng/mL. Pilihan terapi yang disarankan untuk pasien adalah :
a. tamsulosin 0.4 mg 1x/hari po
b. dutasteride 0.5 mg 1x/hari po
c. watchful waiting
d. fesoterodine 4 mg 1x/hari po
e. Fitofarmaka

156. Setelah 6 bulan terapi pasien kembali kontrol, pasien masih mengeluh adanya
BAK darah segar, evlausi ulang USG ginjal : normal, prostat volume : + 46 g.
PSA : 2.2 ng/mL. Pilihan terapi yang paling tepat untuk pasien adalah :
a. tamsulosin 0.8 mg 1x/hari + dutasteride 0.5 mg 1x/hari po
b. solifenacin 5 mg orally once daily
c. transurethral resection of the prostate (TURP)
d. Open prostatectomy
e. cetrorelix 30 mg intramuscularly at baseline, 30 mg intramuscularly at 2 weeks,
and 0 mg at 4 weeks (30/30/0)

157. Pasien laki-laki usia 60 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan tidak bisa
BAK sejak 1 hari SMRS, pasien sebelumnya mengeluh gangguan berkemih
sejak 1 tahun terakhir, awalnya kencing terasa tidak puas disertai harus
mengejan kadang masih menetes setelah kencing. Keluhan memberat 1 hari
terakhir hingga pasien tidak bisa kencing sama sekali. 3hari sebelumnya
pasien mengeluh demam dan anyang-anyangan. Tidak ada riwayat trauma.
Dari pemeriksaan fisis : kesadaran compos mentis, tensi 140/70 nadi
120x/menit, rr 20x, suhu 37.5 C, VAS 5. Evaluasi awal yang harus dilakukan
pada pasien adalah, kecuali :
a. USG buli
b. Pemeriksaan Urinalisis
c. Pemeriksaan PSA
d. laboratorium lengkap (ureum kreatinin, darah perifer lengkap dan hemostasis)
e. rectal Touche

158. Pasien kemudian dilakukan pemasangan kateter urine, keluar urine warna
kuning sebanyak 1000ml. Hasil pemeriksaan penunjang : DPL :
13.8/38/14.500/230.000 diff 0/0/78/14/8 ur/cr 43/1 pt 10.2/11.2 aptt 34.5/36.7
GDS : 89, UL : kuning agak keruh, epitel 1+, leukosit 12-15 eritrosit 5-6, bakteri
negatif, darah +1, glukosa negatif. USG Ginjal Buli : Ginjal normal, buli2
normal, Volume prostat + 35 ml. Tatalaksana selanjutnya yang tepat untuk
pasien adalah :
a. Taladafil 5 mg 1x/hari po
b. tamsulosin 0.4 mg 1x/hari po
c. dutasteride 0.5 mg 1x/hari po
d. watchful waiting
e. Desmopresin 0.1 mg 1x/hari po

159. Evaluasi yang harus diperhatikan setelah pasien mendapatkan pengobatan


diatas adalah, kecuali :
a. Ada tidaknya katarak yang akan dilakukan operasi
b. Penggunaan bersamaan dengan phosphodiesterase 5 inhibitors
c. Kejadian hipotensi ortostatik
d. Evaluasi kadar natrium pada darah
e. Evaluasi adanya edema pada kedua kaki

160. Seorang laki-laki, usia 60 tahun. Datang ke IGD dengan keluhan nyeri BAK
disertai nyeri pinggang. Pada pencitraan didapatkan gambaran batu staghorn
pada ginjal kiri. Komposisi paling banyak pembentuk batu staghorn adalah:
A. Asam urat
B. struvit
C. calcium phosphate
D. xanthine
E. cystine

161. Faktor Risiko terbentuknya batu saluran kemih adalah :


A. Hiperkalsiuria, hiperoksalaturia, hipersitraturia, dan hiperurikosuria.
B. Hiperkalsiuria, hipooksalauria, hipositraturia, dan penurunan jumlah air kemih
C. Hiperkalsiuria, hiperoksalaturia, hipositraturia, dan diet tinggi natrium klorida.
D. Hiperkalsiuria, hiperoksalaturia, hipersitraturia, dan diet tinggi natrium klorida
E. Hiperkalsiuria, hiperurikosuria, hiperoksalaturia, dan diet rendah protein
162. Seorang perempuan 40 tahun datang ke IGD mengeluh nyeri pinggang kiri
disertai kencing berpasir. Pasien diketahui sering masuk RS karena ISK. Hasil
laboratorium Hb 14 g/dL; leukosit 14.000/mm3; trombosit 250.000/mm3; GDS
100 mg/dL; ureum 54 mg/dL; kreatinin 1,4 mg/dL. Urinalisis Leukosit +1, darah
+3, protein +1. USG abdomen menunjukan batu staghorn pada ginjal kiri.
Kuman tersering penyebab penyakit tersebut adalah :
A. E.coli
B. S. Aureus
C. Klebsiella
D. Proteus
E. Pseudomonas

163. Seorang perempuan, usia 25 tahun. Datang ke IGD dengan keluhan nyeri BAK
dengan frekuensi berlebihan. Pada pemeriksaan urin menunjukkan leukosit
35-35/ LPB, sedangkan kultur urin untuk biakan anaerob positif. Etiologi
tersering untuk kasus ini ialah adalah:
A. Bacterioides
B. Clostridium
C. C. trachomatis
D. Prevotella
E. Streptococcus

164. Pasien laki-laki usia 35 tahun, 6 bulan pasca transplantasi ginjal dengan terapi
imunosupresan. Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan tidak nyaman di
daerah pinggang, riwayat demam disangkal. Pasien membawa hasil urinalisis
berupa leukosit 5-10/ LPB, bakteri negatif dan kultur urin negatif. Hal ini
berpotensi menyebabkan:
A. Pielonefritis akut
B. Graft vs host reaction
C. Abses perinefrik
D. Batu ginjal
E. Nefropati akut
165. Seorang perempuan 39 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam dan
nyeri pinggang sebelah kanan disertai kencing keruh berpasir. Pasien memiliki
riwayat perawatan di RS untuk keluhan yang sama. Hasil laboratorium Hb 14
g/dL; leukosit 15.000/mm3; trombosit 250.000/mm3; GDS 100 mg/dL; ureum
54 mg/dL; kreatinin 1,5 mg/dL. Urinalisis Leukosit 15-20, darah +3, protein +1.
USG abdomen menunjukan batu staghorn pada ginjal kanan. Kuman tersering
penyebab infeksi pada pasien ini adalah :
A. E.coli
B. Proteus
C. S. Aureus
D. Klebsiella
E. Pseudomonas

166. Seorang wanita usia 80 tahun diantar dari panti jompo dengan gaduh gelisah
sejak 1 hari dan demam dan penurunan nafsu makan sejak 5 hari
sebelumnya. Pasien sejak 3 tahun diketahui seringkali lupa nama teman
sekamarnya dan sering buang air sembarangan. Pada pemerisaan fisik
didapatkan kesadaran delirium TD 100/60 mmHg nadi 110kali per menit RR 22
kali per menit, suhu 38oC. Pemeriksaan paru dan jantung tidak didapatkan
kelainan.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 23.000/mm3 dengan
hitung jenis neutrophil 83%. Urinalisis menunjukkan leukosit 30 sel/lapang
pandang, eritrosit 5 sel/lapang pandang, leukosit esterase 2+ dan nitrit
negative
Pada pasien ini, pilihan antibiotik empirik yang sesuai adalah
a. Ciprofloxacin 2x400mg
b. Cefepime 2x2 gram
c. Tigecycline 2x50mg
d. Vancomycin 2x1 gram
e. Fosfomycin 1x3000mg

167. Seorang wanita usia 50 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari.
Pasien telah diketahui menderita DM tipe 2 sejak 10 tahun. Satu tahun yang
lalu pasien menderita stroke dan menggunakan kateter urin karena keluhan
sulit berkemih. Pasien aktivitas lebih banyak di tempat tidur. Pemeriksaan fisik
menujukkan kesadaran compos mentis, TD 140/90mmHg, nadi 110 klai per
menit, RR 20x/menit, suhu 39oC. pemeriksaaan paru, jantung dalam batas
normal. Pada abdomen didapatkany nyeri suprapubik. Pada urinalisa
didapatkan gambaran ragi. Patogen yang sering ditemukan pada kasus ini
adaha, kecuali.
a. C. albicans
b. C. glabrata
c. C. humilis
d. C. Tropicalis
e. C. Parapsilosis

168. Seorang wanita usia 32 tahun dirujuk dari Poliklinik Kebidanan. Pasien
diketahui G2P1A0 kehamilan usia 20 minggu janin tunggal kondisi baik. Tidak
ada keluhan demam, batuk, sesak, nyeri berkemih. Pemeriksaan fisik
kesadaran compos mentis, TD 110/70 mmHg nadi 80 kali/menit RR 16
kali/menit, suhu 36,5oC, pemeriksaan generalisata dalam batas normal. Pasien
membawa hasil laboratorium leukosit 7.200/mm3 ureum 34 kreatinin 0,8
urinalisa leukosit 3-4/lpb eritrosit 1-2/lpb albumin (-) bakteri (+) leukosit
esterase (-) nitrit (-). Pada kultur urine didapatkan E. coli 150.000 CFU/ml.
Tatalaksana selanjutnya pada pasien ini
a. Ciprofloxacin 2x50mg
b. Cotrimoxazole 2x960mg
c. Fosfomycin 1x3000mg
d. Erithromycin 4x500mg
e. Belum diperlukan antibiotik

169. Pasien laki-laki 45 tahun baru saja menjalani operasi Mitral Valve
Replacement, post operasi kadar kreatinin darah pasien meningkat 2 kali lipat.
Faktor apa yang bukan merupakan penyebab Acute Kidney Injury pada pasien
ini:
a. Atheroemboli
b. Hemolysis
c. Pigment nephropathy
d. Kerusakan iskemik akibat hipoperfusi
e. Obstruksi tubulus transien

170. Seorang laki-laki usia 56 tahun dengan sirosis hepatis et causa hepatitis B
masuk ke IGD dengan keluhan hematemesis melena sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien kemudian mendapat terapi somatostatin antibiotik
cefotaxime injeksi dan dilakukan ligasi varises esophagus per EGD serta
tranfusi PRC 300 cc. pada perawatan hari ke 3 pasien didapatkkan kesadaran
menurun menjadi somnolens dan oligouria. Hasil laboratorium ditemukan
peningkatan ureum dari 30 mg/dl menjadi 88 mg/dl dan kreatinin dari 1 mg/dl
menjadi 2,1 mg.dl , FeNA < 1% dan dari hasi urinalisa ditemukan hyaline cast.
Penyebab Acute Kidney injury pada pasien ini adalah :
a. SIndrom Hepatorenal tipe 2
b. Drug induced interstitial nephritis
c. Acute glomerulonephritis
d. SIndrom Hepatornal tipe 1
e. Azotemia prerenal

171. Pasien wanita usia 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan utama muntah-
muntah lebih dari 5 kali sehari sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan Tekanan darah 100/60 Nadi 100x/menit,
frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu 37,6. Dari pemeriksaan penunjang
ditemukan hasil ureum 60 mg/dl dan kreatinin 1,6 mg/dl. Hasil pemriksaan
kreatinin 3 bulan sebelumnya 0,8 mg/dl. Hasil pemeriksaan penunjang yang
mengarahkan Acute Kidney Injury pada pasien ini disebabkan prerenal adalah
berikut ini kecuali:
a. BUN/creatinin ratio lebih dari 20
b. FeNa < 1%,
c. Pada pemeriksaan sedimen ditemukan Hyaline casts
d. Berat jenis urin <1.018
e. urine osmolality >500 mOsm/kg

172. Pasien laki-laki, usia 71 tahun dirawat di ICU dengan diagnosis sepsis dan
pneumonia. Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat gangguan ginjal
sebelumnya. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran sopor, TD 98/70
mmHg, frekuensi nadi 120 kali/menit, frekuensi pernapasan 22 kali/menit, suhu
37,9 °C, terdapat ronkhi basah kasar di kedua lapangan paru. Pemeriksaan
laboratorium kreatinin serum awal saat masuk ke IGD RS adalah 0,9 mg/dl (80
µmol/L). Dua hari kemudian , kreatinin serum pasien ini meningkat menjadi
2.1 mg/dL (186 µmol/L). Urine output dalam 24 jam terakhir sebanyak 1800
mL. Berdasarkan KDIGO, staging Acute Kidney Injury (AKI) pada pasien ini
adalah …
A. Stage 1
B. Stage 2
C. Stage 3
D. Stage 4
E. Stage 5

173. Pasien wanita, usia 69 tahun dirawat di ICCU dengan diagnosis Angina
Pektoris Tidak Stabil. Anamnesis pada pasien ditemukan riwayat penyakit
ginjal kronik, diabetes mellitus dan hipertensi. Pemeriksaan fisik pasien
didapatkan kesadaran kompos mentis, TD 150/90 mmHg, frekuensi nadi 66
kali/menit, frekuensi pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8 °C, JVP 5+1 cmH2O,
bunyi jantung 1 dan 2 reguler, terdapat murmur sistolik grade 3/6 punctum
maksimum di apeks jantung, pemeriksaan paru tidak ditemukan ronkhi
ataupun wheezing, akral tidak ada edema. Pemeriksaan laboratorium pada
pasien ini adalah Hb 9,2 g/dL, hematokrit 27,6%, leukosit 8.500/mm 3, trombosit
320.000/mm3, ureum 58 mg/dL, kreatinin 1,4 mg/dL, GDP 140 g/dL, GD2PP
208 g/dL, Natrium 136 mmol/L, Kalium 3,5 mmol/L. Pasien ini akan
direncanakan kateterisasi jantung dengan pemberian kontras IV.
Penatalaksanaan non farmakologis pada pasien ini yang dapat mengurangi
risiko Contrast-induced Acute Kidney Injury (CI AKI) adalah …
A. Penggunaan media kontras dengan iso-osmolar atau osmolaritas yang rendah
B. Pemberian larutan natrium klorida atau natrium bikarbonat yang isotonik
C. Pemberian asetilsistein oral
D. Pemberian teofilin atau fenoldopam
E. Hemodialisis
174. Pasien laki-laki, usia 30 tahun, datang ke IGD dengan keluhan muntah-muntah
sejak 4 hari sebelum masuk RS. Pasien muntah-muntah setiap kali makan,
tidak ada darah. Pasien sebelumnya sudah berobat ke dokter puskesmas,
mendapatkan obat domperidon, omeprazole dan oralit. Karena pasien terlihat
makin kurus dan lemas, pasien langsung dibawa keluarganya ke IGD. Urine
output sekitar 200 cc dalam 12 jam. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 102 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, suhu
37.9 °C, pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 16 g/dL, hematokrit 48%,
leukosit 12.100/mm3,trombosit 300.000/mm3, ureum 90 mg/dL, kreatinin 1,9
mg/dL, natrium 145 mmol/L, kalium 2.8 mmol/L, klorida 99 mmol/L, kalsium 7.8
mmol/L, fosfat 8.5 mmol/L. Penatalaksaan suportif pada pasien ini yang tepat
adalah …
A. Pembatasan asupan garam (1-2 g/hari)
B. Hindari infus larutan hipotonik
C. Pemberian kalsium asetat
D. Batasi asupan protein diet (0,8 – 1 g/kgBB/hari)
E. Hemodialisis

175. Seorang pria 25 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 5
hari SMRS. Pasien mengaku suka makan daging dan minum soda. Berkemih
dirasakan menjadi sakit dan warna kemerahan. TD 130/80, nadi 80 kali/menit,
pernafasan 25 kali per menit, VAS 7.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri ketok CVA dan ballotemant ginjal
positif.
Apakah langkah awal yang akan Anda lakukan pada pasien ini?
A. Jadwalkan pemeriksaan USG abdomen
B. Ambil bahan untuk pemeriksaan urinalisis
C. Berikan cairan yang mengandung sitrat
D. Berikan analgesik adekuat dan pastikan status hidrasi baik
E. Persiapkan litotripsi

176. Seorang pria 25 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 5
hari SMRS. Pasien mengaku suka makan daging dan minum soda. TD 130/80,
nadi 80 kali/menit, pernafasan 25 kali per menit. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan nyeri ketok CVA. Manakah pernyataan tentang batu saluran kemih
yang tepat?
A. USG dapat membedakan batu kalsifikasi dengan radiolusen
B. Batu ginjal berukuran kurang dari 10 mm dapat keluar spontan
C. Sitrat pada jeruk nipis dapat menurunkan terjadinya batu oksalat
D. Peningkatan inhibitor pembentuk batu adalah faktor risiko terjadinya batu saluran
kemih
E. Hipokalsemia adalah faktor risiko terjadinya batu ureter

177. Seorang pria 25 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 3
hari SMRS. Pasien mengaku suka makan daging dan minum soda. Selain itu,
pasien mengaku sering mengalami infeksi saluran kemih berulang. Terakhir
pasien dinyatakan mengalami infeksi pada ginjal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD: 120/80, nadi: 86, RR 20. Pada
pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri ketok CVA.
Pasien membawa hasil pemeriksaan urinalis dengan temuan: Leukosit 50,
eritrosit 20, Leukosit esterase (+), bakteri (+). Hasil pemeriksaan kultur urin
menunjukkan tumbuhnya kuman proteus.
Apakah jenis batu yang paling mungkin ditemukan pada pasien ini?
A. Batu kalsium
B. Batu asam urat
C. Batu Magnesium Struvite
D. Cystine
E. Batu Phosphate

178. Seorang pria, 34 tahun, datang ke IGD dengan keluhan berdebar-debar sejak
30 menit yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/70, nadi 180
kali/menit, RR 28 kali/menit, EKG ventrikel takikardi. Saat di IGD pasien tiba-
tiba mengalami cardiac arrest dan ROSC. Dari hasil laboratorium didapatkan
data elektrolit natrium 135 mg/dL, kalium 7,4 mg/dL, klorida 112 mg/dL, ureum
165 mg/dL, kreatinin 12,4 mg/dL, AGD pH 7,28; pCO2 36 mmHg; HCO3 8
mmol/L. Tatalaksana initial yang paling tepat pada pasien ini untuk
mengkoreksi hiperkalemia adalah:
a. hemodialysis
b. pemberian bikarbonat 1-2 ampul intravena
c. pemberian ca gluconas 1-2 ampul intravena
d. pemberian insulin 10 IU intravena dengan D40% 2 ampul
e. pemberian furosemide 40 mg intravena

179. Seorang pria, 45 tahun, datang dibawa istrinya ke IGD karena tidak sadarkan
diri. Ternyata didapatkan sudah 3 hari ini pasien mencret-mencret >10 kali
perhari disertai muntah tiap kali makan dan minum. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan turgor kulit berkurang, mata cekung, akral dingin, TD 90/50, nadi
120x per menit, RR 24 x per menit, suhu 37,5. Hasil laboratorium di IGD Hb
16,5 gr%, leukosit 11.000/mmk, trombosit 320.000/mmk, GDS 110 mg/dL,
ureum 94 mg/dL, kretainin 1,8 mg/dL, natrium 125 mg/dL, kalium 4,5 mg/dL,
klorida 118 mg/dL. Osmolaritas plasma 230 mOsm/kgH2O, dan osmolaritas
urin 96 mOsm/kgH2O. Tatalaksana yang tepat untuk koreksi hiponatremia
pada pasien ini adalah:
a. Koreksi cepat dengan larutan natrium hipertonik intravena. Kadar natrium
plasma dinaikan sebanyak 5 mEq/L dari kadar natrium awal dalam waktu 1
jam
b. Koreksi perlahan yaitu sebesar 1 mEq/L, setiap 1 jam. Maksimal 10 mEq/L
dalam 24 jam
c. Koreksi perlahan dengan larutan natrium hipertonik intravena. Kadar natrium
plasma dinaikan sebanyak 5 mEq/L dari kadar natrium awal dalam waktu 1
jam
d. Koreksi perlahan yaitu sebesar 0,5 mEq/L, setiap 1 jam. Maksimal 10 mEq/L
dalam 24 jam
e. Koreksi perlahan dengan pemberian larutan natrium hipertonik

180. Seorang pria 55 tahun, datang dengan keluhan muntah-muntah sebanyak lebih
dari 10 kali/hari sejak 3 hari SMRS dan diare > 4 kali/hari. Pasien sudah
minum lansoprazole, oralit, metoklopramid dan loperamid. Saat ini pasien
mengatakan muntah dan diare sudah berkurang, buang air kecil +/- 300 cc
dalam 12 jam. Didapatkan tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 110 kali/menit,
respirasi 20 kali/menit, suhu 37,5oC, pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
15,0 g/dL, hematokrit 49%, leukosit 13.000/mm3, trombosit 300.000/mm3,
ureum 115 mg/dL, kreatinin 2,2 mg/dL, natrium 150 mmol/L, kalium 3,0 mmol/l.
Penatalaksanaan selanjutnya pada pasien ini adalah :
a. Pemberian cairan kristaloid isotonis untuk mengganti volume cairan yang
hilang
b. Pemberian cairan dengan dekstrosa isotonik, dengan balans cairan positif
c. Hemodialisis cito
d. Peritoneal dialisis
e. Pemberian antibiotik adekuat

181. Laki-laki 40 tahun dikonsul untuk penilaian perioperatif pengangkatan implan


plate and screw yang dipasang pada tulang yang patah 1 tahun sebelumnya.
Secara bersamaan, pasien mengeluhkan nyeri persendian yang mulai
dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Lima hari sebelum keluhan tersebut, pasien
mengeluhkan sakit gigi dengan gusi yang bengkak dan mulai meminum
antibiotik amoxicillin 3x1 tablet yang dibelinya sendiri di apotek. Dari
pemeriksaan fisis pasien tampak sakit sedang, tanda vital didapatkan suhu
37.6oC tanpa takikardi, takipneu, maupun hipertensi. Kelainan yang didapat
dari pemeriksaan fisis adalah terdapatnya ruam makulopapular di tungkai
bawah yang tidak disadari mulai kapan ditemukan. Saat ini antibiotik tersebut
masih diminum bersama dengan paracetamol 3x500 mg dengan nyeri yang
masih terasa. Dari hasil laboratorium terbaru didapatkan Hb 13 g/dL, leukosit
8.000/µL dengan eosinofilia, trombosit 238.000. Pemeriksaan fungsi ginjal
menunjukkan Ur 105 mg/dL dan kreatinin 1.8 mg/dL. Laboratorium dasar lain
dalam batas normal. Dari data rekam medis sebelumnya tidak didapatkan
riwayat gangguan ginjal maupun saluran kemih, hipertensi dan diabetes
melitus. Tatalaksana apa yang akan Anda lakukan?
a. Stop amoxicillin dan paracetamol serta pantau kreatinin berkala.
b. Stop amoxicillin, ganti paracetamol dengan natrium diclofenac 3x50 mg karena
nyeri yang belum tertangani, pantau kreatinin berkala.
c. Stop amoxicillin, berikan metilprednisolon dosis 1 mg/kg BB per hari, pantau
kreatinin berkala.
d. Biopsi ginjal untuk diagnosis definitif terlebih dahulu.
e. Hemodialisis.
182. Wanita 52 tahun dengan riwayat DM tipe 2 dan baru terdiagnosis TB paru sejak
5 hari lalu diberikan obat fixed dose combination (FDC) 1x4 tablet. Pasien
dikirim ke IGD karena keluhan mual muntah dan tidak mau makan. Dari
pemeriksaan fisis didapatkan didapatkan sklera ikterik dan hepatomegali. Dari
pemeriksaan fisis didapatkan Hb 6 g/dL, leukosit 13.000/µL, dengan hitung
jenis neutrofil 70% dan eosinofil 5%, trombosit 97.000/µL, bilirubin total 9
g/dLdan bilirubin indirek 6 g/dL, SGOT 412 IU/L dan SGPT 569 IU/L, GDS 239
mg/dL, Ur 248 mg/dL, dan cr 3.6 mg/dL. Data urinalisis menunjukkan adanya
hematuria mikroskopis dan protenuria +3. Serologi virus hepatitis non-reaktif.
Pasien menyangkal adanya gangguan hati maupun ginjal-saluran kemih
sebelumnya. Anda mencurigai rifampicin sebagai penyebab kelainan tersebut
sehingga FDC kemudian distop. Tatalaksana apa yang selanjutnya diberikan
pada pasien ini?
a. Hemodialisis
b. Hemodialisis dan predisone dosis 1 mg/kgBB selama 1-2 minggu sebelum
dosis diturunkan.
c. Metilprednisolon intravena pulse dose selama 3 hari.
d. Drip terlipressin serta albumin.
e. Plasmapheresis

183. Berikut adalah mekanisme kerusakan ginjal pada pasien dengan mieloma
multipel adalah sebagai berikut
a. Kerusakan tubulus akibat infiltrasi rantai berat yang berlebihan
b. Infiltrasi sel plasma pada ginjal
c. Hiperkalsemia
d. Jawaban a dan b benar
e. Jawaban a,b, dan c benar

184. Pasien wanita 28 tahun, baru saja menikah 1 bulan lalu, datang dengan
keluhan nyeri saat berkemih disertai keluhan sering berkemih, dan warna urin
keruh sejak 2 hari lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 36,5 oC dan
nyeri tekan supra pubik. Langkah selanjutnya untuk menegakkan diagnosis
dan merencanakan terapi yang paling tepat pada pasien adalah:
a. Pemeriksaan urinalisis saja
b. Urinalisis, kultur urin
c. Urinalisis, tes β-HCG urin, kultur urin, USG traktus urinarius
d. Urinalisis, tes β-HCG urin, USG traktus urinarius
e. Rontgen polos abdomen, kultur urin

185. Pasien wanita 68 tahun datang ke IGD dengan keluhan gangguan kesadaran,
gelisah sejak 6 jam lalu. Pasien sebelumnya mengalami kesulitan BAK sejak 1
minggu lalu. Pasien ada riwayat diabetes mellitus sejak lama dan tidak rutin
kontrol dan ada riwayat alergi amoxicillin dan sulfa. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu 38,5oC, teraba kandung kemih penuh dan terdapat nyeri
ketok pada costovertebral angle kanan. Terapi antibiotik empirik yang dapat
diberikan pada pasien adalah:
a. Ceftriaxon 1x2g iv perhari
b. Ampisilin-Sulbactam 4x1,5 g iv perhari
c. Piperacilin-tazobactam 4x4,5g iv perhari
d. Ciprofloxacin 2x400mg iv perhari
e. Cotrimoxazole 2x960 mg peroral perhari

186. Pasien wanita usia 22 tahun datang dengan keluhan nyeri saat buang air kecil
sejak 1 hari lalu. Pasien juga pernah mengalami keluhan serupa tahun lalu dan
berulang lagi 1 bulan lalu. Pasien diketahui bekerja sebagai PSK dan rutin
mengkonsumsi pil KB. Faktor risiko apa saja dari pejamu (pasien) yang
menyebabkan kondisi tersebut?
a. Jenis kelamin wanita, sering senggama, penggunaan KB hormonal
b. Jenis kelamin wanita, sering senggama, penggunaan KB hormonal, riwayat
infeksi saluran kemih sebelumnya.
c. Jenis kelamin wanita, sering senggama, riwayat infeksi saluran kemih
sebelumnya.
d. Jenis kelamin wanita, sering senggama, penggunaan KB hormonal, ekologi
vagina
e. Jenis kelamin wanita, sering senggama, penggunaan KB hormonal, ekologi
vagina, virulensi dari mikroorganisme causal.
187. Seorang pria 48 tahun datang dengan penurunan kesadaran dan cenderung
banyak tertidur, pasien ditemukan oleh orang di tengah jalan sehingga
akhirnya dibawa ke Rumah Sakit. Berat badan 50 kg. Menurut pengakuan
orang yang mengantarkan , terdapat bekas botol minuman alkohol di
tangannya. Saat dilakukan pemeriksaan, tampak sakit sedang, somnolen, TD
90 / 60 mmhg, nadi 110 x/menit, napas 32x/menit dangkal dan cepat, suhu
36,3 , Dari hasil pemeriksaan fisik pupil isokor, diameter 3mm/3 mm, tidak
terdapat ronki dan wheezing, tidak terdapat murmur, tidak terdapat defence
muscular pada perut, ekstremitas akral hangat. Dari hasil pemeriksaan lab
awal : Hb 12,3 g/dL, Ht 38%, leukosit 6200/ µL, trombosit 180.000 / µL, ureum
56 mg/dl, creatinin 1,1 mg/dl, natrium 135 mmol/l , kalium 4,1 mmol/l , chloride
110 mmol/l. Urin output 6 jam 180 cc. Dilakukan observasi di IGD, dilakukan
evaluasi lab ulang 6 jam kemudian, didapatkan hasil kesadaran stupor, tampak
sakit berat. Hasil lab Hb 12,4 g/dL, Ht 39 % , leukosit 8000 / µL, trombosit
190.000 / µL, ureum 80 mg/dl , creatinin 4,2 mg/dl. , natrium 133 mmol/l,
kalium 4 mmol/l , chloride 110 mmol/l. Urin output setelah 24 jam 200 cc.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien diatas
A. Penyakit gagal ginjal kronik
B. Penyakit gagal ginjal akut, klasifikasi AKIN tahap 1
C. Penyakit gagal ginjal akut, klasifikasi AKIN tahap 2
D. Penyakit gagal ginjal akut, klasifikasi AKIN tahap 3
E. Infeksi saluran kemih

188. Seorang laki – laki, 65 tahun, berat badan 50 kg, datang ke Rumah sakit
dengan ulkus pada sacrum grade 4, dan keluar seperti nanah dari ulkus
tersebut. Dan dalam 6 jam terakhir, pasien menjadi sulit untuk dibangunkan
dan cenderung tertidur kembali. Pasien selama ini hanya tirah baring sejak 3
bulan terakhir, semenjak pasien tertabrak motor, dan tidak dapat bergerak.
Selain itu pasien juga mengeluhkan sering terdapat batuk , dan demam pada
malam hari. Selama ini pasien tidak terdapat riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, dan jantung, ataupun stroke, ataupun gangguan ginjal atau batu ginjal
sebelumnya. Pasien sering meminum obat penurunan demam, tidak ada obat
rutin lain yang diminum. Pasien selama ini hanya tinggal dengan istri yang
telah seusia, sedangkan anak pasien tidak tinggal serumah. Nafsu makan
baik, istri selalu menyuapi pasien, dan pasien dapat menghabiskan makanan.
Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan tampak sakit sedang, compos mentis.
TD 80 / 60 mmHg, nadi 110 x/ menit, suhu 37,9 C, napas 30 x/menit. Terdapat
ronki basah kasar bilateral, bunyi jantung tidak terdapat murmur, turgor pada
perut normal, pada sacrum tampak ulkus dengan dasar tulang, berukuran 8
cm x 10 cm x 5 cm. Dari hasil lab : Hb 12,4 g/dL, Ht 39%, leukit 28.000 / µL,
trombosit 210.000 / µL. Diff count 0/3/88/30/5, ureum 50 mg/dl , creatinin 1,7
mg/dl, albumin 3.1 mg/dl, globulin 2,7 mg/dl natrium 130 mmol/l , kalium 3,4
mmol/l, chloride 110 mmol/l. Hasil pemeriksaan roentgen toraks tampak
infiltrate pada parakardial bilateral. Dari hasil biakan sputum, didapatkan
streptococcus pneumonia, dan biakan dari ulkus decubitus didapatkan
staphylococcus aureus. Urine 24 jam 200 cc/ jam. Pada hasil urinalisis, eritosit
0 / LPB, leukosit 1-2 / LPB, bakteri (-), Nitrit esterase (-), silinder (-), batu (-).
Berdasarkan pada kasus diatas , patofisiologi yang dapat menyebabkan gagal
ginjal akut pada pasien tersebut
a. Terdapat sumbatan batu pada ginjal dan saluran kemih
b. Hipoperfusi jaringan karena terjadi penurunan volume sirkulasi efektif
c. Intoksikasi oleh karena zat atau obat nefrotoksik
d. Akumulasi dari protein myeloma light chain yang bersifat toksik pada proksimal
renal tubuk
e. Arterosklerosis pada glomerus ginjal

189. Seorang laki-laki 56 tahun masuk dibawa ke gawat darurat dengan keluhan
penurunan kesaran sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Menurut istri
pasien, pasien selama ini mengeluh demam sejak 5 hari, mata tampak
kuning , betis terasa sakit, dan terasa silau bila melihat lampu. Pasien selama
ini bekerja di perusahaan konveksi, dan tinggal di rumah yang sering
tergenang air. Tidak terdapat riwayat hipertensi, diabetes mellitus, stroke,
gangguan ginjal dan gangguan hati sebelumya. Dari hasil pemeriksaan,
didapatkan Tampak sakit berat, somnolen. TD 110 / 80 mmHg, nadi 110
x/menit, napas 28 x/ menit, suhu 38,1 C. Hasil laboratorium Hb 10,1 g/dl, Ht 31
%, leukosit 20.000 /µL, trombosit 200.000 /µL, ureum 60 mg/dL, creatinin 4
mg/dl, bilirubin total 16 mg/dl, Bilirubin direk 5 mg/dL, bilirubin indirek 11
mg/dL, SGOT 45 U/L,SGPT 55 U/L, Natrium 136 mmol/L, Kalium 3,6 mmol/L,
Chlorida 110 mmol/L, urin output 24 jam 100 cc. AGD pH 7.301 , HCO3 10 ,
PC02 40, P02 110. Hasil IgM leptospirosis: positif. Pasien direncakan untuk
dilakukan terapi hemodialias suportif.
Bagaimana sebaiknya target pengobatan pada gangguan ginjal akut pada
pasien ini
a. Target HC03 23 – 25 mmol / L
b. Target HC03 > 15 mmol/L
c. Urin output < 0, 5 cc/kg/jam
d. Hb > 10 g/dL
e. Asupan air dapat mencapai lebih dari 3 L / hari.

190. Laki-laki 45 thn datang dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 6
jam SMRS, keluhan sesak dirasakan sejak 3 hari SMRS, dengan demam,
batuk disertai dahak. Pasien diketahui terdapat gangguan ginjal, sudah rutin
hemodialysis sejak 4 tahun SMRS. BAK saat ini sudah tidak ada. Diketahui
hipertensi dan DM tipe 2 sejak 4 tahun SMRS. Dari pemeriksaan fisis
didapatkan tekanan darah 160/90 mmHg, Nafas 110 kali per menit,
Pernapasan 28 kali per menit cepat dan dalam, dan suhu 38 oC, konjungtiva
pucat, JVP 5+3 cmH2O, suara napas ronkhi basah halus di kedua lapangan
paru. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9.2 g/dL, leukosit 19.500
sel/mm3, trombosit 188.000 sel/mm3. Dari pemeriksaan analisis gas darah
didapatkan pH 7.34, pCO2: 27.9 mmHg, pO2: 136.9 mmHg, HCO3: 19.5 mmHg,
saturasi O2: 96.6%, Ureum 91.6 mg/dL, Kreatinin: 8.4 mg/dL. Dari
pemeriksaan elektrolit didapatkan Natrium/Kalium/Chlorida: 141 mEq/dL; 4.1
mEq/dL; 101 mEq/dL. Apakah gangguan asam basa yang dialami oleh pasien
ini?
a. asidosis metabolic dengan anion gap dan asidosis respiratorik
b. asidosis metabolic dengan anion gap dan alkalosis respiratorik
c. asidosis respiratorik tanp anion gap
d. asidosis respiratorik tanpa anion gap dengan alkalosis metabolic
e. asidosis metabolic tanpa anion gap

191. Laki-laki usia 26 tahun datang dengan mual dan muntah sejak 2 hari SMRS,
jumlah lebih kurang 10 kali/hari. Keluhan demam, batuk atau pilek disangkal.
Diketahui gula darah tinggi sejak 2 tahun SMRS, menggunakan insulin, namun
sudah 3 hari tidak menggunakan insulin. Dari pemeriksaan fisis didapatkan
tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi napas 32 kali per menit, cepat dan
dalam, frekuensi nadi 120 kali per menit, Suhu 36C. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan AGD: pH 7.136, pCO2: 15.63 mmHg, pO2: 123 mmHg,
HCO3: 4.5, saturasi O2: 98%. Natrium 134 mEq/dL; Kalium 4.5 mEq/dL;
Chlorida 104 mEq/dL. Gula darah sewaktu: high, ureum: 24 mg/dL., albumin
3.5 g/dL, kreatinin: 0.8 mg/dL. Apakah gambaran analisis gas darah pada
pasien ini?
a. asidosis metabolic tanpa anion gap dengan alkalosis respiratorik
b. asidosis metabolic dengan anion gap
c. asidosis respiratorik tanpa anion gap
d. asidosis respiratorik dengan anion gap dan alkalosis metabolik
e. asidosis metabolic tanpa anion gap dan asidosis respiratorik

192. Pasien laki-laki 23 tahun datang dengan keluhan lemas seluruh tubuh sejak 1
hari SMRS. Tidak ada bicara pelo, kesemutan, kelemahan sesisi. Kelemahan
dirasakan dari ujung kaki, naik hingga ke seluruh tubuh. Riwayat mual atau
pun muntah tidak ada. Pasien tidak ada riwayat berdebar-debar, penurunan
berat badan, keringat berlebih. Dari pemeriksaan fisis didapatkan tekanan
darah 100/60 mmHg, Frekuensi napas: 18 kali per menit, Frekuensi Nadi: 100
kali per menit, Suhu 36oC, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid. Refleks
chovstek dan trousseau sign negative. Dari gambaran EKG ditemukan
gelombang U. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 16,1 g/dL,
leukosit 17.760 g/dL, trombosit 464.000 sel/mm3, ureum 33 mg/dL, creatinine
1.12 mg/dL, natrium: 143 mEq/dL, kalium 1.6 mEq/dL, chloride 118 mEq/dL,
kalsium darah 9.5 mg/dL, albumin 4.78 g/dL. Dari gambaran AGD didapatkan
pH 7.37, pCO2: 29 mmHg, pO2: 102 mmHg, HCO3: 16.3 mmHg, saturasi O2:
97.6%. Pemeriksaan tambahan apa yang paling anda perlukan untuk
menentukan diagnosis pada pasien ini?
a. Urinalisis dan osmolaritas urin
b. Biopsi ginjal dan urinalisis
c. USG Ginjal
d. Osmolaritas darah
e. Protein urin kuantitatif 24 jam

193. Seorang wanita, usia 54 tahun, datang ke poliklinik Penyakit Dalam dengan
keluhan mual sejak satu minggu sebelum masuk RS. Pasien juga mengeluh
nyeri sendi sejak 5 tahun sebelum masuk RS. Nyeri sendi dirasakan hilang
timbul. Pasien rutin mengkonsumsi natrium diklofenak 3 x 50 mg setiap hari
sejak keluhan nyeri muncul. Saat berobat ke dokter, pasien juga dikatakan
terdapat penggumpalan darah sehingga rutin mengkonsumsi aspirin 1 x 80
mg. Hipertensi dan diabetes disangkal. Alergi obat tidak ada. Demam tidak
ada. Buang air kecil dikatakan terdapat anyang-anyangan sesekali.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital normal. Indeks Massa Tubuh
pasien 23,6 kg/m2. Nyeri tekan epigastrium, tidak menjalar. Ballotement
negatif. Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan Hb 12,6 g/dl, Ht 36%,
leukosit 6900 per µl, trombosit 168.000 per µl. Elektrolit dalam batas normal.
Kreatinin 1,3 mg/dl. Urinalisis didapatkan protein +1, darah +2, eosinofiliuria,
silinder tidak ditemukan.
Diagnosis pada pasien yang paling mungkin adalah:
A. Nefritis interstisial akut
B. Nefritis interstisial kronik
C. Glomerulonefritis akut
D. Glomerulonefritis kronik
E. Sarkoidosis

194. Seorang laki-laki, usia 28 tahun, datang ke IGD dengan keluhan demam sejak
5 hari sebelum masuk RS. Awalnya demam tidak mendadak tinggi, reda
dengan penurun panas. Pasien kemudian berobat ke dokter, dikatakan
terdapat radang tenggorokan dan diberi amoksisilin 3 x 500 mg. Demam
sempat reda, namun muncul kembali. Saat ini pasien sedang dalam
pengobatan tuberkulosis paru, mendapat 4-FDC OAT 1 x 3 tablet sudah
minggu ke-2. Tidak didapatkan mual atau muntah, tidak terdapat kuning di
badan, namun pasien mengeluh muncul ruam-ruam kemerahan di punggung
dan sekitar perut.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital baik, suhu 37,9 oC. Nyeri tekan
epigastrium. Ballotement negatif. Nyeri ketok sudut kostovertebra negatif.
Status generalis lain dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan penunjang,
didapatkan Hb 13,5 g/dl, Ht 39%, leukosit 10.000 per µl, trombosit 210.000 per
µl. Hitung jenis 0/12/3/50/10/6. SGOT/SGPT 20/25. Na/K/Cl 135/3,5/96. Ur/Cr
60/1,4. Urinalisis terdapat protein +1, darah 10-20, leukosit 15-20, leukosit
esterase negatif, nitrit negatif, bakteri positif.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut adalah:
A. Infeksi saluran kemih
B. Nefritis interstisial kronik
C. Pielonefritis akut
D. Nefritis interstisial akut
E. Alergi obat

195. Seorang laki-laki, usia 28 tahun, datang ke IGD dengan keluhan demam sejak
5 hari sebelum masuk RS. Awalnya demam tidak mendadak tinggi, reda
dengan penurun panas. Pasien kemudian berobat ke dokter, dikatakan
terdapat radang tenggorokan dan diberi amoksisilin 3 x 500 mg. Demam
sempat reda, namun muncul kembali. Saat ini pasien sedang dalam
pengobatan tuberkulosis paru, mendapat 4-FDC OAT 1 x 3 tablet sudah
minggu ke-2. Tidak didapatkan mual atau muntah, tidak terdapat kuning di
badan, namun pasien mengeluh muncul ruam-ruam kemerahan di punggung
dan sekitar perut. Selain obat TB, pasien tidak mengkonsumsi obat apapun.
Pasien tidak memiliki alergi obat atau makanan.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital baik, suhu 37,9 oC. Nyeri tekan
epigastrium. Ballotement negatif. Nyeri ketok sudut kostovertebra negatif.
Status generalis lain dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan penunjang,
didapatkan Hb 13,5 g/dl, Ht 39%, leukosit 10.000 per µl, trombosit 210.000 per
µl. Hitung jenis 0/12/3/50/10/6. SGOT/SGPT 20/25. Na/K/Cl 135/3,5/96. Ur/Cr
60/1,4. Urinalisis terdapat protein +1, darah 10-20, leukosit 15-20, leukosit
esterase negatif, nitrit negatif, bakteri positif.
Tatalaksana yang bukan merupakan pilihan untuk kasus di atas adalah:
A. Melanjutkan pengobatan TB dengan regimen 4-FDC
B. Melanjutkan pemberian amoksisilin 3 x 500 mg hingga 3-5 hari
C. Bila gejala klinik dan laboratorium tidak membaik setelah faktor penyebab
potensial disingkirkan, dapat dipertimbangkan pemeriksaan biopsi ginjal
D. Bila gejala klinik dan laboratorium tidak membaik setelah faktor penyebab
potensial disingkirkan, dapat dimulai pemberian kortikosteroid
E. Evaluasi ureum dan kreatinin secara berkala

196. Seorang lelaki 75 tahun datang ke unit gawat darurat dengan mual, muntah,
dan meracau. Beberapa hari sebelumnya pasien melakukan pemeriksaan CT-
scan dengan kontras karena ada benjolan di leher. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan ureum 90 mg/dL dan kreatinin 3,1 mg/dL. Tindakan apa
yang seharusnya dilakukan untuk mencegah kondisi ini?
a. Hidrasi sebelum porsedur dengan cairan isotonic
b. Pemberian N-acetylcysteine sebelum prosedur
c. Pemberian ACE-inhibitor sebelum prosedur
d. Dialisa sebelum prosedur
e. Hidrasi setelah prosedur dengan cairan isotonik

197. Seorang lelaki berusia 26 tahun mengeluhkan demam dan buang air kecil
berkurang dalam dua hari terakhir. Pasien tersebut diketahui terdiagnosis TB
dan mendapatkan OAT baru-baru ini. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan penignaktan akdar eosinophil pada darah maupun urin.
Kemungkinan penyebab dari gejala pasien ini adalah:
a. Rifampicin
b. Isoniazid
c. Pirazinamid
d. Etambutol
e. Bakteri TB yang resisten OAT

198. Seorang lelaki berusia 65 tahun datang ke instalasi gawat darurat dengan
demam disertai kemerahan pada kulit. Dia memiliki riwayat mulai minum
omeprazole dua minggu lalu karena penyakit GERD. Tidak ada riwayat
hipertensi atau diabetes sebelumnya. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan kreatinin 3,5 mg/dL dan eosinophilia. Pada pemeriksaan urinalisa
didapatkan silinder leukosit. Terapi yang dapat diberikan pada pasien ini
adalah:
a. Hentikan omeprazole, lakukan hemodialisa
b. Hentikan omeprazole, berikan kortikosteroid
c. Hentikan omeprazole, pertimbangkan hemodialisa, kortikosteroid tidak
bermanfaat
d. Hentikan omeprazole, hemodialisa tidak bermanfaat
e. Hentikan omeprazole, tidak ada tempat untuk hemodialisa dan pemebrian
kortikosteroid pada kasus ini

199. Wanita 45 thn datang dengan keluhan lemas di seluruh badan yang memberat
sejak 2 hari SMRS, keluhan lemas mulai dirasakan sejak 10 hari SMRS, tidak
ada kelemahan sesisi, tidak ada muntah, tidak ada nyeri kepala, tidak ada
demam. BAK normal dan BAB normal. Pasien tidak terdapat riwayat hipertensi
dan DM tipe. Dari pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 160/90 mmHg,
Nafas 100 kali per menit, Pernapasan 20 kali per menit, dan suhu 37 oC. Dari
gambaran EKG ditemukan gelombang U. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 12,1 g/dL, leukosit 10.020 g/dL, trombosit 250.000 sel/mm 3,
ureum 35 mg/dL, creatinine 0.8 mg/dL, natrium: 140 mEq/dL, kalium 1.7
mEq/dL, chloride 120 mEq/dL, kalsium darah 10 mg/dL,. Dari gambaran AGD
didapatkan pH 7.35, pCO2: 30 mmHg, pO2: 105 mmHg, HCO3: 16. Diagnosis
apa yang mungkin pada pasien ini?
a. Hiperaldosteron
b. RTA
c. Sindrom Bartter
d. Sindrom Gitelman
e. Hipomagnesemia

200. Wanita usia 46 tahun datang dengan lemas di seluruh badan. Pasien mual dan
muntah sejak 7 hari SMRS, jumlah lebih kurang >10 kali/hari. Keluhan demam,
batuk atau pilek disangkal. Pasien mengeluh perut terasa begah dan tidak
dapat BAB. Pasien riwayat hipertensi selama ini mengkonsumsi amlodipine
dan hydroclorotiazid. Dari pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 140/70
mmHg, frekuensi napas 20 kali per menit, cepat dan dalam, frekuensi nadi 110
kali per menit, Suhu 36C. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan AGD: pH
7.45, pCO2: 42,5 mmHg, pO2: 110 mmHg, HCO3: 30, saturasi O2: 98%.
Natrium 128 mEq/dL; Kalium 2,8 mEq/dL; Chlorida 80 mEq/dL. Gula darah
sewaktu: 102, ureum: 30 mg/dL., albumin 3.2 g/dL, kreatinin: 1.0 mg/dL.
Pemeriksaan apa yang dapat dilakukan untuk mengetahui kelainan metabolic
pada pasien?
a. Kalium urin
b. Chlorida urin
c. USG abdmomen
d. Aldosterone
e. Lactat darah

Anda mungkin juga menyukai