Nama Mahasiswa : Lidya Castalia Maharani Asal Institusi : SMPN 5 Kediri
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
No Masalah yang Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
telah masalah penyebab masalah diidentifikasi (disalin dari LK. 1.1)
1. Kurangnya Kajian Literatur : Berdasarkan kajian
pemahaman siswa 1. Menurut Andi (2016), hlm.110, literatur dan hasil pada materi Media pembelajaran memberikan wawancara bahwa algoritma (sub bantuan sangat besar kepada siswa penyebab dari kurangnya bab struktur dasar dalam proses pembelajaran. pemahaan siswa pada algoritma) Namun demikian peran guru itu materi adalah: sendiri juga menentukan terhadap efektivitas penggunaan media 1. Guru kurang dalam pembelajaran. Peran tersebut menggunakan media tercermin dari kemampuannya yang tepat dalam memilih media yang 2. Pembelajaran yang digunakan. monoton (Buku Monograf: Andi 3. Guru kurang kreatif Kristanto,S.Pd.,M.Pd. 2016, Media dan inovatif Pembelajaran, Penerbit: Bintang Satabaya, 4. Keaktifan siswa saat Jawa Timur) proses pembelajaran (https://www.scribd.com/document/67515 belum maksimal 8695/2021-07-27-Buku-monograf-Media- andi-k) 5. Materi yang sulit
2. Menurut Wibowo (2016) dalam
Eman Nataliano Busa (2023) menyatakan bahwa salah satu komponen mendasar yang sangat penting untuk mencapai tujuan proses pembelajaran adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan fisik dan mental, seperti berpikir dan bertindak dalam suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, merupakan suatu keaktifan. (https://ejurnal.stie- trianandra.ac.id/index.php/inovasi/article/ view/764 )
3. Menurut Wulandari (2020) dalam
jurnalnya menuliskan, Kreativitas dan inovatif guru dalam mengajar di kelas juga berpengaruh terhadap peningkatan motivasi dan minat belajar peserta didik. Ketika guru memiliki kreativitas dan inovatif maka guru akan membuat pembelajaran menggunakan berbagai metode, teknik, dan media pembelajaran. Sehingga hal tersebut akan membuat pembelajaran lebih menyenangkan, kondusif dan bermakna. Dengan sebuah pembelajaran yang menyenangkan akan membuat motivasi dan minat belajar peserta didik meningkat, karena dengan meningkatnya motivasi dan minat belajar juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Sedangkan jika guru tidak memiliki kreativitas dan inovatif maka pembelajaran yang dilaksanakan akan cenderung monoton dan membosankan bagi peserta didik sehingga membuat menurunnya motivasi dan minat belajar peserta didik dan hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik yang mungkin kurang memuaskan. Oleh karena itu guru sebagai seorang pendidik harus memiliki kreativitas dan inovatif baik dari segi metode,media, maupun model pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan setiap materi kepada peserta didik saat di kelas. (https://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP /article/download/6050/3850) 4. Menurut Sri Mulyani ( 2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada pengaruh faktor anak didik, faktor sekolah, faktor keluarga dan faktor masyarakat sekitar terhadap kesulitan belajar mata pelajaran TIK. Faktor anak didik yang menjadi sumber kesulitan berkaitan dengan tingkat intelegensi, aktivitas belajar siswa di rumah yang rendah, perhatian sebagian siswa saat pembelajaran yang kurang, masih adanya siswa yang kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan ketika mengalami kesulitan, kondisi fisik, ketidak hadiran siswa, minat dan motivasi yang rendah serta masih jarangnya siswa yang mengikuti kursus komputer. Faktor lingkungan sekolah yang menjadi sumber kesulitan belajar TIK yaitu berkaitan dengan kepribadian guru yang biasa-biasa saja di mata siswa, kurangnya tuntutan guru terhadap kompetensi siswa, buku penunjang yang kurang, sarana dan prasarana yang kurang lengkap dan penyediaan waktu yang kurang untuk praktik. Dalam kegiatan belajar lebih banyak pada pemberian teori dengan proporsi praktik yang lebih rendah. (repository: https://lib.unnes.ac.id/4625/)
5. Menurut Kristanti et al. (2016)
dalam Rohimah (2020), memaparkan bahwa peran teknologi dalam pendidikan telah mengubah model pembelajaran cara konvensional guru menyampaikan materi dari metode ceramah sampai dengan menggunakan media pembelajaran, penggunaan mediapun beragam seperti media cetak dalam bentuk buku sampai media audio visual yang ditampilkan melalui jaringan internet yang bisa diakses secara online. Kesiapan pendidikan dalam menciptakan guru profesional dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran melalui guru yang kreatif dapat muncul teknologi baru untuk mendukung proses pembelajaran menjadi lebih mudah. (http://journal2.um.ac.id/index.php/jktp/ar ticle/view/13634/6231)
6. Hasil wawancara (teman sejawat) :
Yuliarni Roesari, SE, S.Kom. Menyebutkan bahwa kurangnya pemahaman siswa pada materi algoritma disebabkan: - Materi algoritma yang sulit. - Siswa belum mendapatkan materi berpikir komputasi di kelas sebelumnya karena perbedaan kurikulum. - Latihan soal diperbanyak agar siswa terbiasa berpikir rinci dan logis. (https://drive.google.com/file/d/18ePR8dF GxYTuSSiK_8cqC6zE561yI9PL/view?us p=sharing)
2. Kurangnya Kajian Literatur Berdasarkan kajian
budaya baca 1. Hampir semua mata pelajaran literatur dan wawancara siswa menuntut siswa melakukan diketahui bahwa aktivitas membaca. Mata pelajaran penyebab kurangnya bahasa Indonesia adalah salah satu budaya baca siswa mata pelajaran yang memerlukan adalah: banyak aktivitas membaca. Siswa yang jarang membaca hanya akan 1. Siswa jarang memiliki sedikit informasi dan membaca pengetahuan yang sumbernya tentu 2. Siswa jarang ke saja didapatkan dari buku bacaan perpustakaan dan hal tersebut akan berpengaruh pada proses pembelajaran siswa. 3. Siswa tidak minat (Afriani, 2021 dalam Nurhaliza membaca (2022) 4. Peran perpustakaan http://eprints.unm.ac.id/29464/1/Minat%2 belum maksimal 0Baca%20Siswa%20SMP.pdf 5. Pengaruh keluarga yang tidak gemar 2. Wahyuni (2010: 181) dalam Sari membaca (2018) mengatakan bahwa 6. Pengaruh media penyebab rendahnya minat baca hiburan seperti adalah lingkungan keluarga dan Televisi dan HP. sekitar yang kurang mendukung kebiasaan membaca. Kesibukan orang tua dalam berbagai kegiatan berdampak pada minimnya waktu luang bahkan hampir tidak ada waktu untuk melakukan kegiatan membaca. Anak yang setiap harinya jarang melihat keluarganya melakukan kegiatan membaca secara umum juga kurang memiliki kegemaran membaca. Faktor eksternal penyebab rendahnya minat membaca siswa yang terakhir adalah pengaruh menonton televisi dan bermain games di handphone. Siswa cenderung menyukai hiburan yang ditawarkan oleh televisi dan handphone. (https://journal.student.uny.ac.id/index.ph p/pgsd/article/viewFile/13875/13400)
3. Rendahnya minat baca disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya mahalnya harga buku dan terbatasnya fasilitas terpustakaan (Pradana, 2020 dalam Rohim 2020). (10412-Article%20Text-31971-1-10- 20200910.pdf)
4. Penelitian yang dilakukan oleh
Azmi Rizky, Ala Aprila dan Kayla Nur (2021) dalam Nurpadillah (2022), menyatakan bahwa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya; (1) kegiatan membaca yang belum dibiasakan sejak dini, dimana anak-anak yang sedang dalam fase golden age seharusnya sudah mulai ditanamkan minat membaca, (2) akses kepada kualitas dan sarana pendidikan yang masih rendah, dan (3) kurangnya produksi buku yang dicetak dikarenakan penerbit di daerah yang masih belum berkembang. (https://jurnal.syekhnurjati.ac.id/in dex.php/dimasejati/article/viewFile /10817/4392)
5. Hasil wawancara (teman sejawat):
Zeni Supriyanto, S.Pd. Menyatakan bahwa kurangnya budaya baca siswa disebabkan: 1. Kurangnya rujukan/ sumber- sumber yang mereka baca. 2. Sumber Buku-buku diperpustakaan kurang. 3. Anak malas membaca karena pengaruh HP. (https://drive.google.com/file/d/1vS_Gif9 Bup- jHv0r2SO60o_n85U84e5C/view?usp=sh aring)
6. Hasil wawancara (teman sejawat):
Setyo Basuki, S.Pd. (Waka Kurikulum), menyatakan bahwa kurangnya budaya baca siswa disebabkan pengaruh HP anak- anak lebih suka bermain game. (https://drive.google.com/file/d/1o4CngIC aAbaqJP- XlopJOd42qu3UcOWB/view?usp=sharin g) 3. Guru mengalami Kajian Literatur Berdasarkan kajian kendala dalam 1. Menurut Djamarah (1996) metode literatur dan wawancara mengembangkan pembelajaran konvensional adalah diketahui bahwa pembelajaran “metode pembelajaran tradisional penyebab Guru yang inovatif atau disebut juga dengan metode mengalami kendala ceramah, diskusi serta penugasan dalam mengembangkan karena sejak dulu metode ini telah pembelajaran yang dipergunakan sebagai alat inovatif adalah: komunikasi lisan antara guru 1. Metode yang dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.” digunakan tidak Sehingga kadang kala metode menarik yang tidak berpusat pada siswa konvensional yang dalam penelitian ini menggunakan model sehingga pembelajaran langsung dapat pembelajaran menimbulkan kejenuhan dalam monoton proses pembelajaran yang 2. Guru jarang berakibat penurunan hasil belajar menggunakan media pembelajaran siswa (dalam Musbirah, 2018) (yunita,+Journal+manager,+hal+26- 3. Guru kurang paham 33.pdf) dengan model-model pembelajaran 2. Menurut Sanaky (2013: 3) dalam 4. Guru kurang aktig Rahmi (2019) media pembelajaran mengikuti workshop adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam pembelajaran karena media pembelajaran berkaitan dengan pengalaman belajar siswa. Dengan menggunakan media pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar siswa. Perkembangan teknologi yang pesat dapat dimanfaatkan dalam pengembangan media pembelajaran. Salah satunya penggunaan komputer dalam pengembangan media yang nantinya dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. (gautama,+10.+Mar’atush+Sholichah +Muntaha+Rahmi+178-185.pdf)
3. Model pembelajaran adalah
rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami dan sesuai dengan urutan yang jelas. (Oktavia ,2020) (https://books.google.co.id/books?hl=en& lr=&id=ptjuDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=P P1&dq=Guru+kurang+paham+dengan+m odel- model+pembelajaran&ots=zmtzHpGQxg &sig=CLQkv6plfW2- ebfvHKCo6IKpqfk&redir_esc=y#v=onep age&q&f=false)
4. Berdasarkan hasil penelitian Nasril
(2022), disimpulkan bahwa dengan kegiatan Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan model-model pembelajaran active leraning di SMKN 1 Bandar Seikijang Provinsi Riau. (374-Article%20Text-1101-1-10- 20230411.pdf)
5. Hasil wawancara (teman sejawat):
Setyo Basuki , S.Pd. (Waka Kurikulum) Menyatakan bahwa Guru mengalami kendala dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif disebabkan siswa susah untuk diajak belajar dengan berbagai metode. (https://drive.google.com/file/d/1o4CngIC aAbaqJP- XlopJOd42qu3UcOWB/view?usp=sharin g)
4. Kemampuan Kajian Literatur Berdasarkan kajian
siswa dalam 1. Penggunaan media gadget dapat literatur dan wawancara memanfaatkan menimbulkan kecenderungan diketahui bahwa teknologi adiksi yaitu kemauan kuat dalam penyebab Kemampuan terutama HP menggunakan suatu objek, siswa dalam kurang optimal kehilangan kontrol memanfaatkan teknologi penggunaannya, dan selalu terlibat terutama HP kurang dengan objek tersebut tanpa optimal adalah mengkhawatirkan bahayanya. 1. Siswa ketergantungan Kecanduan gadget dapat game online berdampak pada perkembangan 2. Siswa ketergantungan anak remaja yaitu gangguan emosi HP dan perilaku yang dapat 3. Guru kurang menurunkan produktivitas serta memberikan contoh kualitas hidup (Asif & Rahmadi, penggunaan HP saat 2017 dalam Kogoya, 2022) pembelajaran. (https://jurnal.penerbitwidina.com/index.p hp/JPMWidina/article/viewFile/350/242)
2. Menurut (Arifin, 2015 dalam
Hermawan 2021) adiksi gadget merupakan perilaku ketergantungan pada gadget yang memungkinkan timbulnya masalah sosial seperti enggan bersosialisasi dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. (171-Article%20Text-5945-1-10- 20221011.pdf)
3. Setianingsih, 2018 dalam
Hermawan 2021), mengemukakan terdapat empat faktor penyebab munculnya adiksi gadget pada anak, yaitu: faktor internal, faktor situasional, faktor sosial dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya kontrol diri yang rendah, rasa bosan; faktor situasional yaitu menggunakan gadget apabila menghadapi situasi yang kurang nyaman, merasa kesepian dan mengalami kejenuhan; faktor sosial karena pengaruh lingkungan anak; dan faktor eksternal yang bukan berasal dari diri individu, terkait dengan paparan media tentang gadget dan berbagai fasilitasnya. (171-Article%20Text-5945-1-10- 20221011.pdf) 4. Hasil wawancara (teman sejawat): Yuliarni Roesari, SE, S.Kom., menyatakan penyebab Kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi terutama HP kurang optimal adalah : - Banyaknya siswa yang menggunakan HP untuk game dan aplikasi hiburan lainnya, Untuk pembelajaran anak-anak harus dimotivasi supaya HPnya terisi aplikasi yang berguna untuk pembelajaran - Guru seyogyanya memberi contoh penggunaan HP saat pembelajaran
Setyo Basuki, S.Pd., menyatakan penyebab kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi terutama HP kurang optimal karena siswa kecanduan game, sehingga membuka aplikasi yang lain pembelajaran. (https://drive.google.com/file/d/1o4CngICa AbaqJP- XlopJOd42qu3UcOWB/view?usp=sharing)