Anda di halaman 1dari 2

“Ndoro ayu ....

Aku memandang wanita cantik yang sedang duduk di depan meja rias seraya menyisir rambutnya.
Sedari pagi, wanita cantik itu sudah menunggu kabar kemenangan ayahnya.

“Bi Sumi.”

Seketika aku tergagap ketika wanita cantik itu memandangku. Entah apa yang harus aku katakan.

“Ndoro Ayu, a-a-nu.”

“Ada apa, Bi?” Wanita dengan rambut panjang itu berjalan menghampiriku.

“Apa Ayahanda sudah kembali, Bi?” Wajah Ndoro Ayu Roro Jongrang berbinar. Beliau memandang
keluar. Mencari sosok Ratu Boko—Ayahandanya.

“A-anu, Ndoro.”

Seketika wajah wanita itu berubah.

Tanpa Sadar air mataku menetes. Tak sanggup mengatakan yang sebenarnya terjadi pada Ratu Boko.
“Bi, ada apa? Di mana Ayahanda.” Ndoro Ayu mengguncang tubuhku.

“Ndoro Boko tewas di medan tempur.”

Mendengar hal itu, seketika tubuh Ndoro Ayu Roro Jongrang luruh di lantai. Tubuhnya bergetar,
nafasnya tersengal. Dia menangisi kepergian Ayahandanya.

Aku berjongkok. Mencoba menenangkannya.

“Bi, sekarang apa yang harus kita lalukan?”

Aku bingung harus bagaimana. Musuh saat ini sedang menuju ke istana.

Anda mungkin juga menyukai