Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGUKURAN KETERSEDIAN SDA

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas yang diampuh oleh bpk :

DR. Apriyan Dinata

Disusun oleh:

Jauhar Arief Yulmawan (223410527)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Syukur Alhamdulillah senatiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memlimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Analisi Sumber Daya Alam, dengan judul :
“PENGUKURAN KETERSEDIAAN SDA”
Sya ingin mengucapkan terima kasih kepada bpk ”DR. Apriyan Dinata” atas tugas
yang telah diberikan. Dengan tugas ini, ada banyak hal yang bisa Saya pelajari dalam
makalah ini.
Adapun penulisan dalam makalah ini,disusun secara sistematis dan berdasarkan
metode-metode yang ada,agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat
menambah wawasan pemikiran para pembaca.
Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, Saya berharap dapat memberikan
manfaat bagi orang lain. Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang ramai.
Terimakasih
.Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pekanbaru, 29
Desember 2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Konsep Pengukuran SDA Terbarukan....................................................................................5
2.1.1 Potensi sumber daya maksimum.......................................................................................5
2.1.2 Kapasitas Lestari................................................................................................................6
2.1.3 Kapasitas Penyerapan........................................................................................................6
2.1.4 Kapasitas Daya Dukung.....................................................................................................6
2.2 Konsep Pengukuran SDA tidak terbarukan............................................................................6
2.2.1 Sumber daya hipotetikal....................................................................................................6
2.2.2 Sumber daya spekulatif......................................................................................................7
2.2.3 Cadangan Kondisional.......................................................................................................7
2.2.4 Cadangan Terbukti.............................................................................................................7
2.3 Pengukuran kelangkaan SDA.............................................................................................7
2.4 Pengukuran Berdasarkan Harga Riil................................................................................8
2.5 Pengukuran Berdasarkan Unit Cost..................................................................................8
2.6 Pengukuran berdasarkan rente kelangkaan (scarcity rent)..............................................8
2.7 Keterkaitan antara Sumberdaya Alam dan Ekonomi....................................................10
2.8 Kaitan Pengukuran Ketersediaan SDA dan PWK................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya alam merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera. Sumber
daya alam terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain
sebagainya, dimana sumberdaya alam ada yang dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat
diperbaharui. Indonesia merupakan negara dengan keragaman sumberdaya alam yang
melimpah dengan dilewati oleh garis katulistiwa yang menjadikan wilayah Indonesia
memiliki iklim tropis, sehingga berdampak pada luasnya hutan hujan tropis yang tersebar di
berbagai wilayah Indonesia, selain itu Negara Indonesia memilik banyak gunung api yang
masih aktif berdampak pada kesuburan tanah, Indonesia juga dihimpit oleh dua samudera
menambah keragamannya sumber hayati yang tersedia. Melimpahnya sumber daya alam
yang tersedia belum banyak dimanfaatkan secara menyeluruh oleh berbagai pihak.

ketika SDA dan lingkungan sudah terdefinisikan dan diketahui, pertanyaan yang
muncul kemudian adalah bagaimana mengukur ketersediaan sumberdaya alam tersebut.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencoba mengukur ketersediaan sumberdaya sehingga
banyak konsep pengukuran SDA yang kadang sering membingungkan. Dalam kuliah ini
pengukuran sumberdaya disederhanakan dari konsep Rees (1990) dalam Fauzi (2010).
Pertama untuk sumberdaya dapat diperbarui (flow) ada beberapa konsep pengukuran
ketersediaan yang sering digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Permasalahan apa saja yang terjadi dalam pengukuran ketersediaan sumber daya
alam?
2. Bagaimana menggunakan data pengukuran ketersediaan Sumber Daya Alam dalam
pengambilan keputusan atau pengembangan kebijakan ?
3. Bagaimana mengidentifikasin dan mengukur potensi sumber daya alam yang masih
ada?

1.3 Tujuan
1. Untuk menilai kualitas sumber daya alam yang masih ada.
2. Utuk menganalisis distribusi sumber daya alam yang ada di suatu wilayah.
3. Untuk mengidentifikasi ketersediaan sumber daya alam di suatu wilayah tertentu
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pengukuran SDA Terbarukan
2.1.1 Potensi sumber daya maksimum
Pengukuran ini biasanya didasrkan pada perkiraan-perkiraan ilmiah atau teoritis.
Misalnya diperkirakan bahwa bumi mempunyai kapasitas untuk memproduksi sekitar 40 ton
pangan per orang per tahun (Rees, 1990). Pengukuran potensial maksimum lebih didasarkan
kemampuan biofisik alam tanpa mempertimbangkan kendala sosial ekonomi yang ada.
Konsep ini didasarkan pada pemahaman untuk mengetahui potensi atau kapasitas SDA
guna menghasilkan barang dan jasa dalam jangka tertentu.

2.1.2 Kapasitas Lestari


Kapasitas lestari atau produksi lestari (Sustainable Yield) adalah konsep pengukuran
keberlanjutan dimana ketersediaan sumber daya diukur berdasarkan kemampuannya untuk
menyediakan kebutuhan bagi generasi kini dan juga generasi yang akan datang. Berkait
dengan sumber daya ikan misalnya, konsep ini dikenal sebagai Sustainable Yield dimana
secara teoritis, alokasi produksi dapat dilakukan sepanjang waktu jika tingkat eksploitasi
dikendalikan. Demikian juga pada sumber daya air, produksi lestari (Sustainable Yield)
secara teoritis dapat dicapai jika laju pengambilan (pumping rate) tidak melebihi rata-rata
penurunan debit air tahunan.

2.1.3 Kapasitas Penyerapan


Kapasitas Penyerapan (Absorptive Capacity) atau kapasitas asimilasi adalah
kemampuan sumber daya alam dapat pulih (misalnya air, udara) untuk menyerap limbah
akibat aktifitas manusia. Kapasitas ini bervariasi akibat faktor eksternal seperti cauaca dan
intervensi manusia

2.1.4 Kapasitas Daya Dukung


Kapasitas Daya Dukung (Carrying Capacity) didasarkan pada pemikiran bahwa
lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme.
Misalnya ikan di kolam tumbuh secara positif jika daya dukung lingkungan masih lebih
besar. Namun pertumbuhan yang terus menerus akan menimbulkan kompetisi terhadap
ruang dan makanan sampai daya dukung lingkungan tidak mampu lagi mendukung
pertumbuhan.
2.2 Konsep Pengukuran SDA tidak terbarukan
2.2.1 Sumber daya hipotetikal
Adalah konsep pengukuran deposit yang belum diketahui namun diharapkan
ditemukan pada masa mendatang berdasarkan survei yang dilakukan saat ini. Pengukuran
sumber daya ini biasanya dilakukan dengan mengekstrapolasi laju pertumbuhan produksi dan
cadangan terbukti (proven reserve) pada periode sebelumnya.

2.2.2 Sumber daya spekulatif


Konsep pengukuran ini digunakan untuk mengukur deposit yang mungkin ditemukan
pada daerah yang sedikit atau belum dieksplorasi, dimana kondisi geologi memungkinkan
ditemukannya deposit.

2.2.3 Cadangan Kondisional


Cadangan kondisional (conditional reserves). Adalah deposit yang sudah diketahui
atau ditemukan namun dengan kondisi harga output dan tekhnologi yang ada saat ini belum
bisa dimanfaatkan secara ekonomis.

2.2.4 Cadangan Terbukti


Cadangan terbukti (proven resource). Adalah sumber daya alam yang sudah diketahui
dan secara ekonomis dapat dimanfaatkan dengan tekhnologi, harga, dan permintaan yang ada
saat ini.

2.3 Pengukuran kelangkaan SDA


Salah satu aspek yang krusial dalam pemahaman terhadap sumberdaya alam adalah
memahami juga kapan sumberdaya tersebut akan habis. Jadi bukan hanya konsep
ketersediaan saja yang harus kita fahami, melainkan juga konsep pengkuruan kelangkaannya.
Aspek kelangkaan menjadi penting karena dari sinilah kemudian muncul persoalan
bagaimana mengelola sumberdya alam yang optimal. Secara umum biasanya tingkat
kelangkaan sumberdaya alam diukur secara fisik dengan menghitung sisa umur ekonomis.
Hal ini dilakukan dengan menghitung cadangan ekonomis yang tersedia dibagi dengan
tingkat ekstraksi.

Pengukuran dengan cara ini tentu saja memiliki banyak kelemahan karena tidak
memperhitungkan sama sekali aspek ekonomi di dalamnya (seperti harga dan biaya
ekstraksi). Sebagai contoh, ketika sumberdaya menjadi langka, maka harga akan naik dan
konsumsi berkurang. Dengan berkurangnya konsumsi ekstraksi juga berkurang, sehingga

faktor pembagi dalam pengukuran fisik di atas menjadi kecil. Hal ini bisa menimbulkan
kesimpulan yang keliru karena seolah-olah sisa ekonomis sumberdaya menjadi panjang dan
sumberdya tidak lagi menjadi langka. Menyadari akan kelemahan pengukuran fisik ini,
Hankey et al (1997) dalam Fauzi (2010) menyarankan untuk menggunakan pengukuran
moneter dengan cara menghitung harga riil, unit cost dan rente ekonomi dari sumberdaya
alam

2.4 Pengukuran Berdasarkan Harga Riil


Pengukuran kelangkaan yang didasarkan kepada harga riil sudah merupakan
pengukuran yang bnayak diterima berbagai pihak dan merupakn standar pengukuran
kelangkaan dalam ilmu ekonomi. Ketika barang menjadi berkurang kuantitasnya, maka
konsumen terpaksa membayar dengan harga mahal untuk komoditas tersebut. Jadi tingginya
harga barang dari sumberdaya mencerminkan tingkat kelangkaan dari sumberdaya tersebut.
Walaupun diterima secara umum, namun konsep ini juga memiliki berberapa kelemahan.
Distorsi pasar yang diakibatkan oleh intervensi pemerintah misalnya, bisa saja menyebabkan
harga sumberdaya naik.

Sebagai contoh adalah kenaikan harga BBM yang dilakukan oleh pmerintah untuk
mengurangi subsidi menyebabkan harga BBM naik, tapi harga ini naik bukan karena
produksi berkurang atau langka namun karena ada intervensi atau campurtangan dari
pemerintah. Selain itu, harga output dari sumberdaya alam hanya mencerminkan harga pasar,
namun tidak mencerminkan biaya oportunitas sosial dari kerusakan lingkungan akibat
eksttraksi SDA tersebut.

2.5 Pengukuran Berdasarkan Unit Cost


Pengukuran menggunakan unit cost atau biaya per unit output (input) didasarkan
pada prinsip bahwa jika sumberdaya mulai langka, biaya untuk mengekstrasinya juga
semakin tinggi. Sebagai contoh nelayan, yang sudah semakin susah untuk menangkap ikan, ia
harus melaut lebih jauh untuk menangkap ikan yang menyebabkan biaya tenaga kerja per
produksi meningkat. Pendekatan ini juga memiliki kelemahan dalam menduga kelangkaan,
karena unit cost lebih didasarkan kepada informasi masa lalu, jadi tidak melihat jauh ke
depan, seperti perkembangan teknologi.

2.6 Pengukuran berdasarkan rente kelangkaan (scarcity rent)


Pengukuran kelangkaan dengan scarcity rent didasarkan pada teori kapital
sumberdaya dimana rate or return manfaat yang diperoleh dari aset sumberdaya alam, harus
setara dengan biaya oportunitas dari aset yang lain seperti saham. Dengan demikian
peningkatan nilai scarcity rent menunjukkan tingkat kelangkaan sumberdaya alam. Scarcity
rent didefinisikan sebagai selisih antara harga per unit output dengan biaya ekstraksi marginal
atau sering disebut juga net price.

Prinsip dari konsep ini sebenarnya tidak jauh beda dengan pengukuran berdasarkan
harga riil, hanya saja yang diukur disini adalah harga bersih atau net price. Selain konsep
ekonomi dan fisik, pengukuran kelangkaan juga dapat dilakukan dengan pendekatan
interkasi antara ketersediaan sumberdaya (terbatas atau tidak) dengan biaya ekstraksi
sepanjang waktu. Berdasarkan pendekatan ini, Hall and Hall dalam Fauzi (2010) membagai
kepada empat tipe pengukuran yaitu :

1. Malthusian Stock Scarcity adalah kelangkaan yang terjadi jika stok dianggap tetap
(terbatas) dan biaya ekstraksi per unit pada setiap periode tidak bervariasi
terhadap laju ekstraksi pada periode tersebut.
2. Malthusian Flow Scarcity adalah kelangkaan yang terjadi akibat interaksi antara
stok yang terbatas dan biaya ekstraksi per unit yang meningkat seiring dengan laju
ekstraksi pada setiap periode
3. Ricardian Stock Scarcity adalah kelangkaan yang terjadi dimana stok yang
dianggap tidak terbatas (optimisme) berinterkasi dengan biaya ekstraksi yang
meningkat seiring dengan ekstraksi kumulatif sampai periode akhir.
4. Ricardian Flow Scarcity adalah kelangkaan yang terjadi jika stok sumberdaya
alam dianggap tidak terbatas, namun biaya ekstraksi tergantung pada laju
ekstraksi pada periode waktu t, dan juga ekstraksi kumulatif sampai periode akhir
ekstraksi.
Gambar 2.6 Pengukuran Berdasarkan Rente Kelengkapan

2.7

Keterkaitan antara Sumberdaya Alam dan Ekonomi


Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa sumberdaya alam merupakan faktor input
dalam kegiatan ekonomi. Namun demikian, pengertian sumberdaya alam tidak terbatas
sebagai faktor input saja karena proses produksi juga akan menghasilkan output (misalnya
limbah) yang kemudian menjadi faktor input bagi kelangsungan dan ketersediaan SDA.
Keterkaitan antara sumber daya alam dan ekonomi dapat dilihat pada Gambar berikut:
Berdasarkan Gambar dapat dilihat bahwa sumberdaya alam menghasilkan barang
dan jasa untuk proses industri yang yang berbasar sumberdaya alam (I1) maupun yang
langsung dikonsumsi oleh rumah tangga (I2). Dari proses industri diahsilkan barang dan
jasa yang kemudian dapat digunakan oleh rumah tangga untuk konsumsi (I3). Kegiatan
produksi oleh industri dan konsumsi oleh rumah tangga menghasilkan limbah yang
kemudian dapat didaur ulang (D1 dan D2). Proses daur ulang ini ada yang langsung kembali
ke alam dan lingkungan, juga ada yang kembali ke industri (D2). Dari limbah ini ada
sebagian komponen yang tidak dapat didaur ulang dan menjadi residual (D3) yang akan
kembali ke lingkungan bergantung dari kemampuan proses penyerapan.

2.8 Kaitan Pengukuran Ketersediaan SDA dan PWK

Sumberdaya alam memiliki keterkaitan yang erat dengan bidang Perencanaan


Wilayah dan Kota (PWK). Berikut adalah beberapa keterkaitan antara sumberdaya alam
dengan bidang PWK:

1. Pemanfaatan Lahan: PWK berkaitan erat dengan penataan dan penggunaan lahan.
Sumberdaya alam seperti tanah, air, dan mineral mempengaruhi bagaimana lahan
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pemukiman, pertanian,
industri, dan rekreasi.
2. Konservasi Lingkungan: Sumberdaya alam yang berkelanjutan dan lingkungan yang
sehat adalah prasyarat bagi pembangunan yang berkelanjutan. Dalam PWK,
pentingnya konservasi sumberdaya alam ditekankan untuk memastikan bahwa
pengembangan wilayah tidak merusak ekosistem dan mengganggu keseimbangan
alam.
3. Infrastruktur dan Transportasi: Pengembangan infrastruktur dan sistem
transportasi sering kali memerlukan pemanfaatan sumberdaya alam. Sebagai contoh,
pembangunan jalan, bandara, atau pelabuhan memerlukan lahan, material konstruksi,
dan sumberdaya lainnya.
4. Pembangunan Ekonomi: Sumberdaya alam, seperti tambang atau hutan, dapat
menjadi basis untuk pembangunan ekonomi suatu daerah. Dalam konteks PWK,
penting untuk merencanakan pengelolaan sumberdaya ini secara bijaksana agar dapat
memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat setempat tanpa mengorbankan
keberlanjutan lingkungan.
5. Risiko Bencana Alam: Sumberdaya alam juga terkait dengan risiko bencana alam,
seperti banjir, tanah longsor, atau gempa bumi. Dalam PWK, perlu dilakukan analisis
risiko dan penataan ruang yang memperhitungkan potensi bencana alam untuk
meminimalkan kerugian.
6. Pariwisata dan Rekreasi: Beberapa sumberdaya alam, seperti pantai, gunung, dan
danau, menjadi objek pariwisata dan rekreasi. Dalam PWK, perencanaan
pengembangan pariwisata harus mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat lokal.

Dengan demikian, sumberdaya alam merupakan komponen penting yang harus diperhatikan
dalam perencanaan wilayah dan kota untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan,
harmonis dengan alam, dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pengukuran ketersediaan SDA terdapat salah satu aspek yang krusial dalam
pemahaman terhadap sumberdaya alam adalah memahami juga kapan sumberdaya tersebut
akan habis. Jadi bukan hanya konsep ketersediaan saja yang harus kita fahami, melainkan
juga konsep pengkuruan kelangkaannya. Pengukuran kelangkaan yang didasarkan kepada
harga riil sudah merupakan pengukuran yang bnayak diterima berbagai pihak dan merupakn
standar pengukuran kelangkaan dalam ilmuSebagai contoh adalah kenaikan harga BBM yang
dilakukan oleh pmerintah untuk mengurangi subsidi menyebabkan harga BBM naik, tapi
harga ini naik bukan karena produksi berkurang atau langka namun karena ada intervensi
atau campurtangan dari pemerintah.

Distorsi pasar yang diakibatkan oleh intervensi pemerintah misalnya, bisa saja
menyebabkan harga sumberdaya naik.ekonomi. Pengukuran menggunakan unit cost atau
biaya per unit output (input) didasarkan pada prinsip bahwa jika sumberdaya mulai langka,
biaya untuk mengekstrasinya juga semakin tinggi. Sebagai contoh nelayan, yang sudah
semakin susah untuk menangkap ikan, ia harus melaut lebih jauh untuk menangkap ikan yang
menyebabkan biaya tenaga kerja per produksi meningkat. Pengukuran kelangkaan dengan
scarcity rent didasarkan pada teori kapital sumberdaya dimana rate or return manfaat yang
diperoleh dari aset sumberdaya alam, harus setara dengan biaya oportunitas dari aset yang
lain seperti saham.Dengan demikian peningkatan nilai scarcity rent menunjukkan tingkat
kelangkaan sumberdaya alam. Selain konsep ekonomi dan fisik, pengukuran kelangkaan juga
dapat dilakukan dengan pendekatan interkasi antara ketersediaan sumberdaya (terbatas atau
tidak) dengan biaya ekstraksi sepanjang waktu.
DAFTAR PUSTAKA
konsep Rees (1990) dalam Fauzi (2010).

Anda mungkin juga menyukai