Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

POLA SEBARAN DAN RESIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH


DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS
KENANGAN KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN
TAHUN 2023
Sebagai Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah Metodelogi Penelitian

FITRA YOGI HASIHOLAN SIHOTANG


NIM : P00933219048

PROGRAM STUDI DIV SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
KABANJAHE
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini yang berjudul
“Pola Sebaran Dan Resiko Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kenangan Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2023”, sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Metodelogi Penelitian D-IV Sanitasi Poltekkes
Kemenkes Medan Jurusan Kesehatan Lingkungan Kabanjahe.
Penulis menyadari banyak pihak yang memeberikan dukungan dan
bantuan selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Maka dari itu dengan
kerendahan hati dan penuh hormat penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, Ibu Dra. Ida Nurhayati,M.Kes.
2. Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Kabanjahe, Bapak Erba Kalto Manik,SKM,M.Sc
3. Sekertaris Jurusan Kesehatan Lingkungan Kabanjahe, Ibu Haesti Sembiring, SST.M.Sc
4. Ketua Prodi Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan, Ibu Susanti Br Perangin-angin, SKM.
M.Kes
5. Dosen Pengampu Mata Kuliah Ibu Risnawati Tanjung , SKM, M.Kes yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan serta saran
kepada penulis
6. Seluruh dosen dan staf pegawai di Jurusan Kesehatan Lingkungan
Kabanjahe untuk semua ilmu dan pembelajaran yang telah penulis terima
selama kuliah di jurusan kesehatan lingkungan kabanjahe
7. Kepala Dinas Kesehatan Kecamatan Medan Denai yang memberikan izin lokasi
penelitian dan data yang dibutuhkan peneliti
8. Kepala Puskesmas Kenangan Kecamatan Medan Denai yang sudah
membantu peneliti dan memberikan data yang peneliti butuhkan
9. Kepada kedua orang tua saya tercinta dan kedua saudara kandung saya
yang selama ini kepada penulis, sehingga penulis senantiasa semangat selama
perkuliahan dan sampai dititik ini.

i
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu peneliti menerima kritik dan saran guna membangun pemahaman dan
pengetahuan penulis dalam menyusun skripsi untuk hasil yang lebih baik. Harapan
Penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan referensi
demi pengembangan ke arah yang lebih baik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberkati kita Semua. Amin.

Medan, November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 3

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................................ 3

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang DBD ............................................................................................ 4

2.1.1 Definisi DBD ................................................................................................................. 4

2.1.2 Vektor Penyakit ............................................................................................................. 4

2.1.3 Faktor Resiko DBD........................................................................................................ 6

2.2 Geographical Information System (GIS).............................................................................. 9

2.3 Kerangka Teori ................................................................................................................... 10

2.4 Kerangka Konsep ............................................................................................................... 10

2.5 Defenisi Operasional .......................................................................................................... 11

2.6 Hipotesis ............................................................................................................................. 12

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................................................ 13

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................................. 13

3.2.1 Lokasi Penelitian .......................................................................................................... 13

3.2.2 Waktu Penelitian .......................................................................................................... 13

3.3 Populasi dan Sampel........................................................................................................... 13


iii
3.3.1 Populasi ........................................................................................................................ 13

3.3.2 Sampel.......................................................................................................................... 13

3.4 Cara Pengumpulan Data Dan Analisa Data ........................................................................ 14

3.4.1 Cara Pengumpulan Data .............................................................................................. 14

3.4.2 Pengolahan Data .......................................................................................................... 14

3.4.3 Analisa Data ................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa Demam berdarah


dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Demam dengue juga disebut
sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi) karena dapat menyebabkan
penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari
demam dengue adalah demam; sakit kepala; kulit kemerahan yang tampak seperti campak; serta
nyeri otot dan persendian.

Pada saat ini kasus DBD dapat ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia dan 200
kota telah melaporkan KLB DBD (Depkes RI, 2008). Pola penularan DBD dipengaruhi iklim
dan kelembaban udara. Kelembaban udara yang tinggi dan suhu panas justru membuat
nyamuk Aedes aegypti bertahan lama. Sehingga kemungkinan pola waktu terjadinya
penyakit mungkin akan berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain tergantung
dari iklim dan kelembaban udara.

Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 30 tahun


terakhir. Jumlah kasus DBD pada tahun 2011 telah mencapai 65.432 kasus, dengan angka
kasus baru (incidence rate) 27,56 kasus per 100,000 penduduk. Total kasus meninggal adalah
595 kasus atau Case Fatality Rate sebesar 0,91% (Depkes RI, 2011). Sedangkan di Kota
Medan sejak bulan Januari hingga Agustus 2022 tercatat ada 1357 kasus padahal tahun sebelumnya
sejak Januari hingga Desember 2021 hanya 651 kasus. (Dinkes Kecamatan Kota Medan, 2022)
Berdasarkan data tersebut dan survey awal yang dilakukan peneliti di kecamatan medan
denai ,ditemukan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
yaitu terlihat permasalahan lingkungan seperti ventilasi yang tidak sesuai standart, keadaan
rumah yang sempit dengan jumlah penghuni rumah yang banyak,kepadataan penduduk,
perilaku. Pada dasarnya upaya surveilans berbasis wilayah guna mengidentifikasi rantai
penularan demam berdarah dengue (DBD) dan identifikasi lokasi penderita sampai alamat lokasi
individu sangat dimungkinkan untuk dilakukan, sehingga memperoleh informasi mengenai
sebaran kasus di tiap wilayah menggunakan Geographic Information System (GIS).

1
2

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang
digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis. Secara umum
pengertian SIG adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data
geografis dan sumber daya manusia yang bekerja bersama secara efektif. untuk memasukkan,
menyimpan dan menampilkan dalam suatu informasi berbasis geografis (Kaunang 2015).

Sistem Informasi Geografis (SIG) pada saat ini memang telah banyak digunakan oleh
para ahli kesehatan masyarakat atau epidemologi. Beberapa aplikasinya secara umum dalam
bidang kesehatan dapat digunakan untuk menemukan penyebaran penyakit secara geografis,
meneliti trend perkembangan sementara suatu penyakit, meramalkan kejadian wabah, dan
memantau perkembangan penyakit dari waktu ke waktu. Dengan adanya SIG yang dapat
menginterprestasikan fenomena yang digambarkan dalam bentuk peta maka dapat memudahkan
para tenaga ahli kesehatan masyarakat untuk mengatasi masalah – masalah kesehatan yang
sedang terjadi dan mampu mengantisipasi lebih awal masalah kesehatan yang kemungkinanakan
terjadi (BNPB 2012).

Geographic Information System bisa memproses foto udara/citra satelit untuk


memperoleh informasi mengenai spasial korelasi antara faktor-faktor risiko potensial dan
terjadinya penyakit dalam suatu wilayah. GIS memainkan peranan yang penting dalam
memperkuat seluruh proses manajemen informasi surveilans. Analisis pola sebaran merupakan
salah satu cara pendataan dalam upaya untuk manajemen lingkungan dan merupakan bagian dari
pengelolaan penyakit berbasis wilayah, yaitu suatu analisis dan uraian tentang data penyakit
secara geografis berkenaan dengan kependudukan dan persebaran kasus serta faktor risiko.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pola Sebaran Dan Resiko Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Puskesmas
Kenangan Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2021”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pola sebaran dan resiko kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) di kecamatan Medan Denai Tahun 2023?
3

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pola sebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) dan resiko kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2023.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui pola sebaran kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)

b) Untuk mengetahui hubungan ventilasi dengan kejadian Demam Berdarah Dengue


(DBD)
c) Untuk mengetahui hubungan padatan hunian dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD)

d) Untuk mengetahui hubungan dengan kejadian lingkungan Demam Berdarah


Dengue (DBD)

e) Untuk mengetahui hubungan p e r i l a k u dengan kejadian Demam Berdarah


Dengue (DBD)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang DBD

2.1.1 Definisi DBD

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksitular vektor yang


disebabkan oleh virus Dengue.Virus tersebut menyerang bayi, anak – anak dan orang
dewasa. Pada umumnya virus tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
betina yang menyimpan virus dengue pada telurnya selanjutnya virus tersebut akan
ditularkan kepada manusia. DBD ditemukan di daerah beriklim tropis-subtropis terutama
Asia tenggara, Amerika tengah, Amerika,dan Karibia (Fathi 2005). Indonesia merupakan
negara yang berada di wilayah iklim tropis, sehingga merupakan daerah penyebaran
sekaligus daerah endemis yang menyebabkan tingginya angka kesakitan di Indonesia
(Candra, 2010)1

Dengue adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui nyamuk dan
dengan cepat menyebar di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir (WHO, 2020).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes yang
terjadi di daerah tropis dan subtropis (Adli, 2020). Selain itu, demam berdarah juga
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, kelembaban relatif dan urbanisasi cepat yang tidak
direncanakan (WHO, 2020). 2

2.1.2 Vektor Penyakit

Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan
rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam dengan bintik-bintik
putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya. Umur nyamuk Aedes aegypti rata-rata 2
minggu, tetapi sebagian diantaranya dapat hidup 2-3 bulan. Nyamuk Aedes aegypti
jantan mengisap cairan tumbuhan atausari bunga untuk keperluan hidupnya.
Sedangkan yang betina menghisap darah.Nyamuk betina akan menghisap darah

1
Jufri, ‘Pemetaan Kejadian Demam Berdarah Dengue Tahun 2016 Di Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat’,
Universitas Hasanuddin, xii (2017), 78 hlm.
2
S N Arif, ‘Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Di RSUP. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2020’,
2021, vii.
4
5

manusia setiap 2 hari. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada
binatang.

Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas


menggigit biasanya pagi hari (pukul 9.00-10.00) hingga petang (pukul 16.00-17.00).
Aedes aegypti mempunyai kebiasan menghisap darah berulang kali untuk
memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif
sebagai penular penyakit. Setelah menghisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat)
di dalam atau diluar rumah. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda
yang tergantung, seperti: pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan dan biasanya
ditempat yang agak gelap dan lembab.

Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Selanjutnya nyamuk


betina akan meletakkan telurnya didinding bak mandi/WC, tempayan, drum, kaleng,
ban bekas, dan lain-lain sebagai tempat perkembangbiakan, sedikit diatas permukaan
air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100
butir. Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran ± 0.80 mm. Pada
umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam
air. Jentik bergerak aktif dan posisinya hamper tegak lurus permukaan air ketika
istirahat. Jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa
(Siregar, 2004).3

Gambar 2.1.2 Siklus Nyamuk Aedes Aegypti

3
Jane Soepardi, ‘Demam Berdarah Dengue’, Buletin Jendela Epidemiologi, 2 (2010), 48
<http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-buletin.html>.
6

2.1.3 Faktor Resiko DBD

Banyak variabel kependudukan yang memiliki peran dalam timbulnya atau


kejadian penyakit covid- 19, yaitu:

a) Ventilasi
kebanyakan ventilasi rumahnya tidak menggunakan kasa nyamuk. Keberadaan
ventilasi pada suatu bangunan selain untuk pencahayaan juga digunakan sebagai
tempat pertukaran udara dan ventilasi dapat dimanfaatkan oleh vektor untuk keluar
masuk ke dalam rumah. Kasa nyamuk atau kawat kasa merupakan salah satu alat
pelindung yang terbuat dari besi yang dipasangkan pada ventilasi.

Pemakaian kasa pada ventilasi yaitu sebagai salah satu upaya pencegahan
penularan penyakit DBD yang mana penggunaan kasa ini bertujuan agar nyamuk
tidak dapat masuk ke dalam rumah dan menggigit manusia. Selain penggunaan kasa
nyamuk pada ventilasi beberapa kebiasaan masyarakat dilapangan yang juga menjadi
faktor penyebaran vektor DBD yaitu kebiasaan membuka pintu dan jendela di pagi-
siang hari. Untuk mencegah masuknya vektor DBD sebaiknya ventilasi dilapisi
dengan kasa nyamuk serta tidak membuka pintu dan jendela sehingga kemungkinan
nyamuk untuk masuk ke dalam rumah dan mengigit manusia akan semakin
kecil.(Wijirahayu and Sukesi, 2019)

b) Kepadatan Hunian

Persyaratan kepadatan hunian yang memenuhi syarat menurut


Pemernkes (1077/Menkes/PER, 2011) tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan, kepadatan hunian ruang tidur yang memenuhi syarat adalah
luas ruang tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih
dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5
tahun. Menurut Dr Budiman Chandra (Dr.Budiman Chandra, 2006)
menyatakan perbandingan jumlah kamar dan penghuni dalam rumah yaitu
1 kamar untuk 2 orang, 2 kamar untuk 3 orang, 3 kamar untuk 5 orang, 4
kamar untuk 7 orang dan 5 kamar untuk 10 orang.
7

c) Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kehidupan
vektor nyamuk. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilingi serta
kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan dan memungkinkan
terjadinya penularan penyakit (Badriah, 2019).
d) Perilaku
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Soekidjo Notoatmodjo,
2003: 117). Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit (Depkes RI, 2002: 3).
Seorang ahli kesehatan Becker (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 118)
mengklasifikasikan perilaku kesehatan yaitu :
1) Perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. Nyamuk Aedes aegypti Lingkungan biologi
Virus Dengue Lingkungan fisik Manusia
2) Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan
gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.
3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang
mencakup semua hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang
sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit
sendiri maupun orang lain (terutama keluarga) yang selanjutnya disebut
perilaku peran orang sakit (the sick role).
8

. Perilaku kesehatan yang mempengaruhi Demam Berdarah


Dengue (DBD) adalah:
a) Membersihkan tempat penampungan air seminggu sekali Seperti
air di vas bunga, air tempat minum burung.
b) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air Seperti tempayan,
bak mandi, dan tempat penempungan air bersih yang
memungkinkan tempat berkembang biak nyamuk, hendaknya
ditutup rapat-rapat.
c) Menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya 1 minggu
sekali Seperti bak mandi, tempayan, dan tempat penampungan air
bersih, hendaknya dikuras maksimal 1 minggu sekali.
d) Mengubur Barang-barang bekas bekas Barang-barang yang
memungkinkan air tergenang seperti ban bekas, kaleng-kaleng
bekas, plastik bekas, tempurung kelapa (Depkes RI, 1995: 15).
e) Membuang sampah pada tempatnya atau membakarnya Seperti
plastik bekas air mineral, potongan bambu, tempurung kelapa dan
lain-lain, yang dapat menampung air hujan hendaknya dibuang di
tempat sampah dan segeralah membakarnya.
f) Menggantung pakaian Faktor risiko tertular penyakit demam
berdarah adalah rumah atau lingkungan dengan baju atau pakaian
bergantungan yang disukai nyamuk untuk beristirahat (Dinkes
Jateng, 2004: 5).
g) Memakai kelambu Orang yang tinggal di daerah endemis dan
sedang wabah demam berdarah sebaiknya waktu tidur memakai
kelambu. Terutama waktu tidur siang hari, karena nyamuk Aedes
aegypti menggigit pada siang hari.
h) Memakai lotion anti nyamuk Pada waktu tidur lengan dan kaki
dibaluri minyak sereh atau minyak anti nyamuk agar terhindar dari
gigitan nyamuk Aedes aegypti (Handrawan Nadesul, 1998: 32).
i) Menaburkan bubuk abate Satu sendok makan (± 10 gram) untuk
100 liter air (Depkes RI, 1995: 16). Obat abate ini mirip dengan
garam dapur. Bubuk abate ditaburkan ke dalam wadah-wadah air
di dalam rumah. Setelah ditaburkan obat ini kan membuat lapisan
9

pada dinding wadah yang ditaburi obat ini. Lapisan ini bertahan
sampai beberapa bulan kalau tidak disikat (Handrawan Nadesul,
1998: 29)

2.2 Geographical Information System (GIS)

Geographical Information System (GIS) atau sistem informasi Geografis (SIG)


dalam kesehatan masyarakat secara luas dapat membantu pemetaan penyakit dengan
perbedaaan patologis, menganalisis penyebaran penyakit berdasarkan waktu dan tempat,
mengidentifikasi faktor risiko dan pemetaan wilayah yang beresiko terpapar penyakit. GIS
dapat memenuhi epidemiologis untuk melakukan pemetaan lingkungan yang berhubungan
dengan faktor risiko seperti vektor penyakit, konstruksi tempat, orang-orang yang tidak
mempunyai tempat tinggal/terlantar, khususnya berkaitan membantu mengidentifikasi
wilayah dimana penyebaran yang terjadi berulang-ulang, dan menganstisipasi intensitas
atau mengontrol wilayah berdasarkan habitat larva (WHO, 2009).

System Informasi Geografis (SIG) dapat mendukung berbagai analisis terhadap


informasi geografis. SIG adalah system yang dapat mendukung proses pengambilan
keputusan terkait aspek spasial. Analisis spasial adalah teknik-teknik yang digunakan
untuk meneliti dan mengeksplorasi data dari perspektif keruangan untuk mengembangkan,
menguji model-model, dan menyajikan kembali datanya sehingga dapat meningkatkan
pemahaman (Prahasta, 2009). Analisis spasial merupakan teknik atau proses yang
melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi matemats yang dilakukan untuk
mencari/menemukan hubungan atau pola-pola yang terdapat di antara unsur- unsur
geografis.4

Penggunaan SIG bidang kesehatan akan dapat memetakan, menganalisa penyakit


yang dihubungkan dengan faktor-faktor yang diteliti. Pemetaan dilakukan secara teliti
dengan skala, symbol, dan proyeksi sesuai dengan ketentuan standar nasional. Analisis
spasial sebagai salah satu teknik dalam SIG digunakan untuk mengolah, menganalisa,
menghubungkan data spasial, dan adata atribut dari peta rupa bumi, citra satelit, serta
koordinat titik lokasi DBD sehingga dapat membentuk tingkat kerawanan setiap wilayah
dalam skala rumah tangga. Analisis spasial spece time juga dilakukan untuk mengetahui
pola penyebaran membentuk cluster atau tidak membentuk cluster. (Endang, 2008)

4
Jufri.
10

2.3 Kerangka Teori

AGENT

HOST ENVIROMENTAL

Gambar 2.3 Teori Jhon Gordon

2.4 Kerangka Konsep

VENTILASI

HUNIAN KEJADIAN
DBD
LINGKUNGAN

PERILAKU
11

2.5 Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Instrumen Skala Hasil


Operasional

1 Ventilasi Keadaan Observasi Lembar Ordinal 1 = Ventilasi


ventilasi rumah observasi/ memiliki kasa
memiliki kasa ceklis
atau tidaknya 0=Ventilasi
tidak memiliki
kasa

2 Kepadatan Perbandingan Wawancara Kuesoner Ordinal 1 = Padat, Bila


hunian luas ruangan < 8m2/Orang
rumah yang
ditempati 0 = Tidak
responden Padat, Bila ≥
dengan jumlah 8m2/Orang
penghuni dalam
satuan
meter persegi
(m2)

3 Lingkungan Lokasi tempat Observasi Lembar ordinal 0 = Lingkungan


tinggal daerah observasi/ yang baik
yang didaerah ceklis
DBD 1 = Lingkungan
yang tidak baik

4 Perilaku Perilaku oleh Wawancara Kuosioner ordinal 0 = Perilaku


orang yang Sehat
terkena DBD
1= Perilaku
Tidak Sehat

5 Kejadian Orang yang di Observasi Buku Ordinal 1 = Kasus


DBD diagnosis oleh formulir (Penderita
dokter terkena pencatatan DBD)
DBD Penyakit
berdasarkan data DBD di 0 = Kontrol
Puskesmas Puskesmas (Bukan
kenangan Kenangan penderita DBD)
tahun 2021
12

2.6 Hipotesis
 Adanya hubungan ventilasi dengan kejadian DBD di Kecamatan Medan Denai
 Adanya hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian DBD di Kecamatan
Medan Denai
 Adanya hubungan antara lingkungan dengan kejadian DBD di Kecamatan Medan
Denai
 Adanya hubungan antara perilaku dengan kejadian DBD di Kecamatan Medan
Denai
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode observasi analaitik dengan desain case control,
Dimana peneliti membandingkan derajat keterpaparan antara yang menderita Demam
Berdarah Dengue (kasus) dengan yang tidak menderita Demam Berdarah Dengue (kontrol).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kenangan Kecamatan Medan


Denai Kota Medan

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juni 2023

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh masyarakat yang pernah mengalami Demam Berdarah


Dengue (DBD) yang tercatat di DinKes dan Puskesmas Kenangan pada periode Awal
Januari 2023 sampai dengan Juni 2023.

3.3.2 Sampel

Besar sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus pengambilan sampel
menggunakan rumus lemeshow (1997) yaitu :

N
𝑛=
1 + N. (𝑑)2

Keterangan :

n = Jumlah Sampel
N = Populasi
d = tingkat kepercayaan 95 % atau sig 0,05

13
14

sehingga :

451
𝑛=
1+451.(0.05)2

451
𝑛=
1+451.0.025

451
𝑛=
12,275

𝑛 = 36,74134
𝑛 = 37

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh besar saampel minimal untuk kasus


DBD sebesar 37. Penelitian ini menggunakan perbandingan 1:1 antara kasus dan
kontrol, sehingga jumlah reponden untuk kontrol adalah 37. Total seluruh sampel
adalah 74

3.4 Cara Pengumpulan Data Dan Analisa Data

3.4.1 Cara Pengumpulan Data

1) Data primer
 Pengambilan titik koordinat subyek penelitian menggunakan GPS
 Wawancara untuk memperoleh informasi mengenai kepadatan hunian,
perilaku menggunakan kuesioner
 Teknik observasi dilakukan untuk memproleh data ventilasi.

2) Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal
Sari Mandala II dan rekam medis Puskesmas Kenangan Kecamatan Medan
Denai

3.4.2 Pengolahan Data

Data diolah menggunakan :

 Editing: kegiatan yang dilakukan saat pengumpulan data di lapangan


15

 Koding : mengklasifikasikan data/ jawaban-jawaban yang ada


menggunakan angka
 Entry : memasukkan data secara manual (kartu tabulasi) atau menggunakan
komputer (excel,SPSS,dll)
 Cleaning : pembersihan data sebelum di analisis

3.4.3 Analisa Data

1. Analisis average nearest neighbour, digunakan melihat pola sebaran Kejadian


DBD di Kecamatan Medan Denai
2. Analisis bivariabel
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing
variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis dilakukan menggunakan tabel
silang 2x2 untuk menghitung nilai rasio prevalen dan nilai confidence interval
(CI). Uji statistik yang digunakan untuk analisis adalah chi square pada tingkat
kepercayaan 95% (α = 5%).
DAFTAR PUSTAKA

Arif, S N, „Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Di RSUP.


Wahidin Sudirohusodo Tahun 2020‟, 2021, vii

Jufri, „Pemetaan Kejadian Demam Berdarah Dengue Tahun 2016 Di Kabupaten


Majene Provinsi Sulawesi Barat‟, Universitas Hasanuddin, xii (2017), 78 hlm

Soepardi, Jane, „Demam Berdarah Dengue‟, Buletin Jendela Epidemiologi, 2 (2010),


48 <http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
buletin.html>

Dr.Budiman Chandra (2006) Pengantar Kesehatan Lingkungan. 1st edn. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Endang, I. (2008) „sistem-informasi-geografis-sig-dalam-bidang-kesehatan-


masyarakat‟.
Wijirahayu, S. and Sukesi, T.W. (2019) „Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten
Sleman‟, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 18(1), p. 19. Available at:
https://doi.org/10.14710/jkli.18.1.19-24.
16

Anda mungkin juga menyukai