BAB II
KAJIAN PUSTAKA
B. Analisis Jabatan
Untuk bisa menerapkan prinsip "The Right Man on the Right Place at the
Right Time" maka yang pertama kali harus kita ketahui adalah unsur "Place" nya.
“Place” di sini dapat disebut sebagai Jabatan ialah sekumpulan pekerjaan (job)
yang berisi tugas-tugas yang sama atau berhubungan satu dengan yang lain, dan
yang pelaksanaannya meminta kecakapan, pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang juga sama meskipun tersebar di berbagai tempat
“Analisis jabatan adalah proses pengumpulan, penganalisisan, dan penyusunan
informasi tentang isi pekerjaan dalam rangka memberikan dasar bagi sebuah
deskripsi pekerjaan dan data untuk perekrutan, pelatihan, evaluasi kerja, dan
manajemen kinerja” (Armstrong, 2009, hlm. 444). “Analisis pekerjaan adalah
proses pengumpulan dan pemeriksaan atas aktifitas kerja utama dalam sebuah
posisi serta kualifikasi (keahlian, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain) yang
diperlukan untuk melakukan aktifitas” (Simamora, 2004, hlm. 81).
Robert L. Malthis mengungkapkan setidaknya ada 5 tahapan dalam proses
analisis pekerjaan (2001, hlm. 258):
a. Perencanaan analisis jabatan
Proses analisis jabatan direncanakan sebelum memulai pengumpulan data
manager dan karyawan. Dalam hal ini pertimbangan paling penting adalah
mengidentifikasi sasaran dari analisis jabatan itu. Apapun tujuan yang
diidentifikasi, perlu untuk mendapatkan dukungan secara penuh dari semua
pihak terutama dari pihak manajemen.
Ada 3 kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yaitu: mengidentifikasi jabatan
dan metodologi, mengkaji dokumentasi jabatan yang ada, dan
mengkomunikasikan proses kepada para manager dan karyawan.
Persiapan untuk melakukan analisis jabatan di mulai dengan mengidentifikasi
jabatan yang sedang dikaji, sebagai contoh, apakah jabatan yang akan dianalisis
tersebut merupakan jabatan harian, jam, mingguan dan lainnya.
13
Dalam tahapan ini, harus diidentifikasi juga personil yang akan terlibat dalam
melakukan analisis jabatan dan metode analisisnya. Disamping itu juga perlu
mengkaji dokumentasi yang ada, termasuk didalamnya uraian jabatan yang
ada, bagan organisasi, informasi analisis jabatan yang ada, maupun sumber
daya yang ada. Informasi mengenai jabatan dapat diperoleh dari beberapa
sumber yaitu : buku catatan harian, pekerja yang bersangkutan, orang yang
pernah melaksanakan jabatan itu, atasan langsung dari pekerja yang
bersangkutan. Berdasarkan sumber-sumber tersebut, pengumpulan informasi
untuk analisa jabatan ini bisa dilaksanakan dengan cara:
1. Menyebarkan kuisioner (daftar pertanyaan/angket) kepada para
pemegang Jabatan
2. Melakukan wawancara langsung dengan pekerja yang
bersangkutan, orang yang pernah melaksanakan jabatan itu ataupun
atasan langsungnya
3. Melakukan pengamatan langsung pada pelaksanaan jabatan atau
mempelajari buku catatan harian
Ada enam prinsip utama yang harus digunakan saat melakukan analisis pekerjaan:
1. Visioner : harus dapat memprediksi kebutuhan jangka panjang.
2. Interelasi: uraian pekerjaan pada masing- masing jabatan harus memiliki
interelasi yang kuat untuk menopang tujuan organisasi.
3. Sekuensial: disusun berdasarkan kronologi alur pekerjaan.
4. Intensif: uraian pekerjaan pada setiap jabatan memiliki batasan dan
wewenang yang jelas.
5. Objektif: Uraian pekerjaan disusun sesuai dengan kebutuhan nyata
sebenarnya.
6. Normatif: harus menjunjung tinggi etika dan rasional mengenai pentingnya
suatu pekerjaan pada jabatan tertentu.
pada besarnya organisasi dan kebutuhan jumlah pegawai atau karyawan yang
akan di rekrut (Gomes, 2001, hlm. 111-113). Sentralisasi merupakan teknik
penarikan calon pegawai atau karyawan yang dilakukan oleh departemen-
departemen di tingkat pusat, dalam skala yang cukup besar dan diinfonnasikan
secara luas kepada masyarakat baik melalui media cetak maupun elektronik.
Kelebihan dari teknik ini adalah organisasi atau departemen mendapatkan calon
pelamar yang cukup banyak, sehingga punya kesempatan untuk memilih calon
pegawai atau karyawan yang benar- benar diharapkan dan qualified, serta terjadi
efisiensi dalam pembiayaan. Sedangkan pada rekrutmen yang di desentralisasi,
penarikan calon pegawai atau karyawan dilakukan oleh instansi-instansi atau unit-
unit kerja yang relatif kecil dan dalam jumlah yang terbatas. Kelebihan teknik ini
adalah pelaksanaannya yang sederhana dan cepat.
Calon tenaga kerja yang akan direkrut dapat bersumber dari internal
maupun eksternal. Rekrutmen internal dilakukan dengan cara memberdayakan
pegawai yang sudah ada misalnya dengan cara rotasi, transfer, promosi atau
mutasi. Selain itu dapat dilakukan pula dengan mengubah status kepegawaian,
misalnya dari tenaga honorer atau kontrak menjadi tenaga tetap atau dapat juga
dengan memberdayakan tenaga kerja yang sudah pensiun. Sedangkan rekrutmen
yang bersumber dari luar dilakukan dengan merekrut pegawai dari luar organisasi,
misalnya dengan iklan lowongan kerja, penerimaan lamaran secara terbuka
(opened application), dan bekerja sama dengan universitas atau asosiasi profesi.
Ada beberapa faktor yang menjadi hambatan di dalam rekrutmen, yaitu:
(Simamora, 2004, hlm. 174-176)
1. Karakter organisasional: mempengaruhi desain dan implementasi sistem
rekrutmen.
2. Citra organisasi: pelamar mungkin tidak tertarik dengan citra organisasi
tertentu.
3. Kebijakan organisasional: kebijakan rekrutmen yang dimiliki organisasi akan
mempengaruhi sumber dan saluran rekrutmen.
4. Rencana strategic dan Rencana SDM: menunjukkan arah perusahaan dan
pekerjaan yang perlu dilakukan
18
Mathis dan Jackson (2001, hlm. 295) melihat hal-hal berikut sebagai sesuatu yang
harus dievaluasi di dalam proses rekrutmen:
1. Jumlah pelamar
2. Tujuan yang ingin dicapai
3. Kualitas Pelamar
4. Biaya per pelamar yang direkrut
5. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi jabatan kosong
Seleksi berhubungan erat dengan analisa jabatan. Hal ini terjadi karena
Karyawan atau pegawai yang diseleksi tersebut harus disesuaikan dengan analisa
jabatan yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun hal-hal yang diseleksi meliputi
1. Pendidikan
2. Pengalaman
3. Pengetahuan
4. Kecerdasan
5. Kesehatan
6. Umur
7. Bakat
8. Kepribadian
9. Jenis kelamin
Penelitian lain dilakukan oleh Ahmad Henri, Slamet Widodo, dan Kahar
Hakim dalam tesisnya yang berjudul Analisis Rekrutmen Calon Pegawai Negeri
Sipil Tenaga Guru Melalui Jalur Tenaga Honorer Di Lingkungan Kementerian
Agama Kabupaten Seluma.
Agar rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil Tenaga Guru melalui Jalur
Tenaga Honorer dapat memenuhi kebutuhan organisasi baik secara kualitas
maupun kuantitas, maka penulis merekomendasikan sebagai berikut: pertama ke 4
aspek tersebut dijadikan pendoman atau ukuran untuk melakukan rekrutmen,
kedua bagi tenaga guru honorer yang masih berlatar belakang pendidikan SLTA
sederajat supaya meneruskan pendidikan ke jenjang S1 yang sesuai dengan bidang
pekerjaan, dan yang ketiga adalah bagi guru honorer yang sudah menyelesaikan
pendidikan S1 tetapi ijazahnya tidak sesuai dengan bidang pekerjaan supaya
mengikuti uji kelayakan dan kesetaraan.
siswa, rencana pengembangan sekolah, dan jumlah guru yang memasuki masa
pensiun.
Kedua, rekrutmen guru dilakukan oleh pemerintah melalui seleksi
penerimaan pegawai negeri sipil (PNS). Adapun prosedur rekruitmen guru
dilakukan melalui test pengadaan pegawai negeri sipil (PNS) yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali. Pengangkatan dan
penetapan tugas guru dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Boyolali. Penyusunan
perencanaan kebutuhan tenaga pendidik dilakukan oleh kepala sekolah
berdasarkan analisis kebutuhan yaitu di mana setiap 20–32 siswa harus
disediakan seorang guru kelas, seorang guru agama (sesuai dengan jumlah
agama peserta didik), dan seorang guru penjasorkes. Dengan adanya
analisis yang tepat kebutuhan guru akan dapat terpenuhi baik segi kuantitas
maupun kualitas yang diharapkan.
Ketiga, prosedur rekrutmen kebutuhan guru bagi sekolah negeri harus
mengikuti peraturan pengadaan Pegawai Negeri. Dengan kata lain
kepala sekolah tidak memiliki wewenang untuk mengangkat dan menerapkan
seorang guru. Meskipun begitu, pada dasarnya apa yang dilakukan oleh
kepala sekolah tersebut merupakan proses untuk mendapatkan sumber
daya manusia, dengan kata lain tindakan kepala sekolah tersebut merupakan
bagian dari rekrutmen.
Selain tesis ada pula beberapa jurnal internasional yang juga membahas isu-isu
terkait dengan pengadaan guru, diantaranya:
Akibatnya banyak siswa diajar oleh guru yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang kurang untuk dapat menghasilkan pembelajaran yang baik. Di
Indonesia sendiri, fenomena ini banyak terjadi di daerah-daerah terdepan, terluar
dan terpencil. Tidak jarang personel Tentara Nasional Indonesia yang bertugas di
perbatasan direkrut untuk menjadi guru SD di daerah tersebut.
Salah satu tempat yang memiliki potensi untuk perekrutan guru adalah
Universitas. Sekolah dan universitas dapat mengembangkan pola kerjasama yang
dapat membantu dalam menarik calon guru, misalnya dengan program magang,
penawaran kerja lebih awal, atau penyederhanaan proses lamaran kerja apabila
pelamar dari universitas mitra.
Selain itu perekrutan juga dapat dilakukan pada paraprofessional yang sudah
bekerja di sekolah. Mereka merupakan SDM potensial karena sudah mengenal
lingkungan sekolah dan siswa. Perlu dibuat program dengan waktu kerja yang
fleksibel agar paraprofessional ini dapat bekerja dan memiliki waktu untuk
menyelesaikan pendidikan sesuai dengan ketentuan.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan dalam program rekrutmen guru, ada
beberapa best practice yang dapat dilakukan dan harus dipertimbangkan oleh
pembuat kebijakan:
Edward Liu dan Susan Moore Johnson dalam penelitiannya yang diterbitkan
oleh Jurnal Education Administration Quarterly membahas mengenai
pengalaman-pengalaman guru baru selama proses perekrutan. Studi ini bertujuan
untuk menganalisis dan mengeksplorasi apakah proses perekrutan menghasilkan
ke sesuaian antara individu dan sekolah yang mereka tuju. Penulis artikel ini
berpendapat bahwa proses rekrutmen adalah suatu proses dua arah dan proses ini
seharusnya memberikan kesempatan bagi sekolah dan calon guru untuk
memperoleh informasi yang akurat dan sebanyak-banyaknya tentang masing-
masing pihak. Penelitian ini dilakukan dengan mensurvei sample acak dari 486
guru baru yang ada di California, Florida, Massachusetts, dan Michigan.
29
Poin menarik dari penelitian ini adalah proses perekrutan seharusnya dapat
memberi gambaran bagi calon guru mengenai pekerjaan yang akan mereka
lakukan beserta informasi lain yang terkait dengan pekerjaan tersebut. Namun
seringkali informasi-informasi yang penting seperti jenjang karir atau beban kerja
tidak diinformasikan pada calon guru. Sehingga seringkali ekspektasi calon guru
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Wanyama Josephat Bwire, Okwara Michael Okello, Aloka Peter (2016) dalam
artikelnya yang berjudul Challenges In Teacher Recruitment And Distribution In
Public Secondary Schools In Butula Subcounty membahas mengenai tantangan
yang terjadi pada rekrutmen guru di Kenya.
Studi ini menemukan bahwa prosedur rekrutmen dan seleksi guru di semua
sekolah menengah umum di Butula sub-county dimulai dengan mengumpulkan
data dari sekolah untuk diteruskan ke TSC (Teachers Service Commission). TSC
kemudian melakukan penjatahan slot untuk sekolah dan mengiklankan lowongan
yang tersedia ke surat kabar harian lokal. Sebagian sekolah juga ikut
mempublikasikan lowongan yang tersedia di sekolah mereka. Sekolah kemudian
membentuk komite perekrutan yang bertugas untuk melakukan wawancara dan
memilih kandidat yang sesuai dengan kriteria. Calon yang memenuhi syarat
kemudian diundang untuk diwawancara. Setelah calon guru terpilih, sekolah
kemudian meneruskan datanya ke TSC untuk penunjukkan resmi. Proses
perekrutan dan seleksi yang dilakukan di Butula sub-county ini menghadapi
beberapa tantangan diantaranya: adanya kepentingan pribadi panelis dan
stakeholder lainnya yang mengarah ke penyimpangan, ketidakmampuan panel
perekrutan, kurangnya guru yang ahli di bidang wawancara, kegagalan TSC untuk
mengalokasikan lowongan ke sekolah yang tepat, kurangnya guru yang terlatih
untuk beberapa lowongan yang diiklankan.
Beberapa rekomendasi yang diberikan oleh penulis pada penelitian ini, antara
lain: TSC harus meningkatkan pengawasan dan pemantauan seluruh proses
perekrutan guru di sekolah sehingga setiap langkah diimplementasikan dengan
benar dan jelas, TSC harus terus bekerja sama dengan lembaga-lembaga pelatihan
guru sehingga calon guru dapat dilatih untuk mata pelajaran yang diperlukan.
Pelatihan ini akan meminimalkan kasus kurangnya pelamar untuk lowongan yang
diiklankan. Manajemen sekolah harus memiliki anggaran dan memprioritaskan
pembangunan kapasitas bagi anggota yang dipilih untuk duduk di panel rekrutmen
dan seleksi sehingga memungkinkan mereka untuk memiliki kompetensi yang
cukup sehingga dapat melaksanakan rekrutmen dan seleksi secara profesional. Hal
ini akan menghilangkan praktek-praktek tidak sehat dalam latihan dan karenanya
menyebabkan pemilihan guru yang berkualitas berdasarkan prestasi.
31
Tulisan Dana Balter and William Duncombe yang berjudul Recruiting Highly
Qualified Teachers: Do District Recruitment Practices Matter? menyajikan hasil
survei tentang berbagai praktek perekrutan guru yang dilakukan sekolah-sekolah
32
Penelitian ini menemukan bahwa sekolah dengan kebutuhan guru yang tinggi
cenderung menggunakan beberapa strategi rekrutmen yang aktif dan inovatif.
Temuan lain adalah penggunaan beberapa insentif perekrutan memiliki
keterkaitan dengan kualifikasi guru yang direkrut lebih tinggi. Implikasi dari
temuan ini bagi pembuat kebijakan yaitu harus ada bantuan untuk sekolah agar
dapat memberikan insentif-insentif dalam perekrutan guru sehingga guru yang
dihasilkan memiliki kualifikasi yang lebih tinggi.
Artikel lain yang ditulis oleh Jean Bourdon, Markus Frölich, dan Katharina
Michaelowa dengan judul Teacher Shortages, Teacher Contracts and their Impact
on Education in Africa membahas mengenai guru kontrak dan dampaknya pada
pendidikan di beberapa negara di Afrika. Di beberapa negara di afrika, calon guru
yang mendaftar untuk sekolah dasar masih rendah. Dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan, dalam beberapa tahun terakhir banyak negara di Afrika telah
meluncurkan program perekrutan guru besar-besaran. Dalam program ini guru
tidak lagi direkrut sebagai pegawai negeri sipil, tetap direkrut atas dasar kontrak.
Implikasi dari kebijakan ini adalah gaji guru yang jauh lebih rendah dan
berkurangnya kualifikasi profesional guru. Walaupun kebijakan ini mendorongan
33
peningkatan jumlah calon guru yang mendaftar namun ada kekhawatiran tentang
dampaknya pada kualitas pendidikan.
Penelitian ini menemukan bahwa performa guru kontrak relatif lebih baik
ketika mengajar anak-anak yang memiliki kemampuan rendah pada kelas-kelas
rendah dibandingkan anak-anak yang memiliki kemampuan tinggi pada kelas-
kelas yang lebih tinggi. Temuan lain juga menunjukkan bahwa guru kontrak
melakukan performa yang relatif lebih baik untuk mengajar siswa dengan
kesulitan belajar daripada untuk mengajar anak-anak kemampuannya lebih
unggul.
Terkait dengan masalah rekrutmen, ada dua jalur yang digunakan untuk
merekrut guru sekolah negeri: jalur rekrutmen oleh Dewan Provinsi dan jalur
rekrutmen oleh Kementerian Pendidikan. Rekrutmen kedua jalur ini umumnya
didasarkan pada lowongan pekerjaan mata pelajaran tertentu. Calon guru yang
34
tertarik dapat mendaftarkan diri. Rentang usia untuk calon guru adalah 18 sampai
35 tahun.
berkualitas suatu organisasi tidak akan dapat berkembang. Oleh karena itu
pengadaan harus dilakukan dengan secara objektif dan professional agar dapat
dihasilkan SDM yang berkualitas. Selain itu pengadaan juga harus dilakukan
berdasarkan kebutuhan agar SDM yang ada tidak berlebihan yang akan
mengakibatkan inefisiensi.
Pengadaan guru SD negeri di Kota Administratif Jakarta Selatan dan Kota
menggunakan beberapa jalur: Jalur CPNS dan Jalur Honorer. Jalur penerimaan
yang berbeda-beda disinyalir membuat kualitas guru yang dihasilkan dari tiap
jalur penerimaan berbeda pula.
Penelitian ini akan berfokus pada proses pengadaan yang dilakukan di
Kota Depok. Peneliti akan mengevaluasi proses perencanaan, rekrutmen, dan
seleksi yang dilakukan di setiap jalur penerimaan karena setiap tahapan ini
memiliki kontribusi terhadap kualitas guru yang dihasilkan dari proses pengadaan
ini.