Anda di halaman 1dari 12

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama : Indra Somantri

Masalah yang telah Analisis eksplorasi


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi penyebab masalah
1 Peserta didik masih memiliki Hasil Kajian Literatur. Lebih lanjut setelah
motivasi belajar yang rendah. dilakukan analisis
De Decce dan Grawford (dalam masalah Peserta didik
Gejalanya: Kompri, 2016:243), ada empat fungsi masih memiliki motivasi
1. Perhatian terhadap guru sebagai pengajar yang berhubungan belajar yang rendah
pelajaran kurang. dengan cara pemeliharaan dan adalah karena:
2. Mengerjakan sesuatu peningkatan motivasi belajar siswa, yaitu: 1. Guru belum
merasa seperti diminta 1. Guru harus menggairahkan peserta merancang
membawa beban berat, didik, artinya guru harus menghindari pembelajaran yang
dan Mereka bisa jalan hal-hal yang monoton dan kreatif dan
mengerjakan kalau sudah membosankan dalam pembelajaran. menyenangkan. Atau
dipaksa. 2. Memberikan harapan yang realistis, guru belum memilih
3. Daya konsentrasi kurang, artinya guru harus memelihara metode
secara fisik ia berada di harapan-harapan siswa yang realistis pembelajaran yang
kelas, namun pikirannya dan memodifikasi harapan-harapan tepat dan
mungkin di luar kelas. yang kurang atau tidak realistis. memanfaatkan
4. Mudah berkeluh kesah 3. Memberikan penghargaan, artinya media
dan pesimis ketika guru diharapkan memberikan hadiah pembelajaran.
menghadapi kesulitan. kepada siswa (dapat berupa pujian, 2. Kurangnya
angka yang baik, dsb) atas kepedulian orang tua
keberhasilannya, sehingga siswa terhadap hasil
terdorong untuk melakukan usaha pembelajaran
lebih lanjut guna mencapai tujuan anaknya di sekolah,
pembelajaran. 3. Cita-cita atau
4. Mengarahkan perilaku siswa, artinya aspirasi siswa.
guru harus memberikan respon
terhadap siswa yang tidak terlibat
secara langsung dalam pembelajaran
agar berpartisipasi aktif.

Dimyati (dalam Kompri, 2016:244),


Unsur-unsur yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa antara lain:
1. Cita-cita atau aspirasi siswa,
2. Kemauan siswa,
3. Kondisi siswa,
4. Kondisi lingkungan siswa,
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
dan pembelajaran,
6. Upaya guru dalam pembelajaran
siswa.

Akhmad Sudrajat (2010) dalam


Kompri (2016:250) beberapa ide yang
dapat digunakan oleh guru untuk
memotivasi siswa di dalam kelas:
1. Gunakan metode dan kegiatan yang
beragam,
2. Jadikan siswa peserta aktif,
3. Buatlah tugas yang menantang namun
realistis dan sesuai,
4. Ciptakan suasana kelas yang
kondusif,
5. Berikan tugas secra proporsional,
6. Libatkan diri untuk membantu siswa
mencapai hasil,
7. Hargai kesuksesan dan keteladanan,
8. Antusias dalam mengajar,
9. Pemberian penghargaan untuk
memotivasi. dst

Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Peserta didik merasa bosan di dalam
kelas karena pembelajaran kurang
variatif.
2. Kurangnya kepedulian orang tua
terhadap hasil pembelajaran anaknya
di sekolah.
3. Peserta didik termotivasi di kelas
adalah ketika guru memilih metode
pembelajaran yang tepat dan
Memanfaatkan media belajar serta
melakukan evaluasi pembelajaran
yang tepat.

2 Beberapa peserta didik Hasil Kajian Literatur Lebih lanjut setelah


kesulitan meraih nilai yang dilakukan analisis
baik dalam pembelajaran. Nurjan, Syarifan (2015 : 162) masalah beberapa
menyatakan bahwa anak anak yang peserta didik kesulitan
Gejalanya. memiliki kesulitan belajar ini dipengaruhi meraih nilai yang baik
1. Hal ini terlihat masih ada oleh faktor internal dan faktor eksternal. dalam pembelajaran
siswa yang memperoleh Faktor internal seperti siswa sedang dalam adalah karena:
nilai masih dibawah kondisi tidak sehat, cacat tubuh, 1. Bakat dan minat
KKM. intelegensi yang dimiliki anak, bakat dan belajar siswa.
2. kebiasaan belajar dan minat anak, motivasi serta kesehatan 2. Dukungan atau
sikap anak dalam belajar mental yang dialami oleh anak. Faktor dorongan dari
yaitu siswa cepat merasa eksternal seperti faktor keluarga, keluarga keluarga.
bosan dalam belajar dan merupakan tempat anak yang pertama 3. Peserta didik Belum
mereka belum bisa untuk belajar. dapat menangkap
mengerjakan tugas konsep secara cepat,
dengan benar. (Solichin, 2013). Pada dasarnya kesulitan akan secara cepat
belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 lupa terhadap
tingkatan, yaitu sebagai berikut: pelajaran.
1. Kesulitan belajar yang tingkat
kesulitannya ringan. Biasanya
kesulitan pada tingkatan ini tidak
begitu rumit dan pemecahan
masalahnya pun juga masih sederhana.
2. Kesulitan yang tingkatannya sedang.
Salah satu contohnya dalam kesulitan
belajar ini adalah siswa selalu tampak
murung pada waktu mengikuti
pelajaran, ataupun tak dapat
berkonsentrasi pada ulangan atau tes
dan sebagainya, perlu mendapat
perhatian khusus dari guru maupun
guru pengajar penyuluhan serta perlu
meneliti apa penyebabnya.
3. Kesulitan yang tingkatannya berat.
Misalnya siswa mendapat gangguan
pada organ fisiknya, mungkin
gangguan pada sarafnya karena
kecelakaan, sehingga tidak dapat
menangkap konsep secara cepat, akan
secara cepat lupa terhadap pelajaran.

Jurnal Ilmiah
Sanggan, Q. (2020). Guru PPKn dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta
Didik dalam Pembelajaran PPKn di
SMP Islam Assa’adah Tangerang
Selatan. http://eprints.unpam.ac.id/8726/
Peran guru pendidikan kewarganegaraan
dalam mengatasi kesulitan belajar PPKn
pada peserta didik menggunakan upaya
umum dengan melakukan pendeketan
untuk mengetahui masalah dan menggali
sebab akibatnya secara umum dan setelah
itu memberikan arahan kepada peserta
didik tersebut. Upaya guru pendidikan
kewarganegaraan dalam mengatasi
kesulitan belajar PPKn pada peserta didik
secara khusus yaitu
1. memberikan pembinaan, bimbingan,
2. sanksi jika diperlukan serta arahan
khusus disekolah dan dirumah,
3. melakukan pendekatan perindividu
tatap muka langsung dan menasehati
peserta didik agar menemukan
kembali semangat dalam belajr PPKn
lagi dan tidak mempengaruhi peserta
didik yang lain.
4. Berkordinasi dengan guru bidang studi
lain, orang tua, dan lingkungan sekitar
untuk bersama mengawasi dan
memberikan bimbingan dimanapun
tidak hanya disekolah saja tetapi
dirumahpun juga.
Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Faktor intern diantaranya yang bersifat
kognitif siswa masih rendahnya
kapasitas intelektual atau intelegensi
siswa, bersifat afektik antara lain
labinya emosi dan sikap siswa, serta
bersifat psikomotor dikarenakan ada
siswa keterganggunya alat-alat indra
penglihatan dan pendengaran.
2. Faktor eksternal siswa diantaranya
lingkungan keluarga ada
ketidakharmonisan hubungan antara
ayah dengan ibu, dan renmdahnya
kehidupan ekonomi siswa.
3. Peserta didik belajar belum terlalu
fokus untuk mendapatkan nilai yang
baik, yang penting masuk kelas
mengikuti pembelajaran.
4. Peserta didik Belum dapat menangkap
konsep secara cepat, akan secara cepat
lupa terhadap pelajaran. Selain itu
yang dilakukan peserta didik jika
mendapatkan nilai yang kurang
memuaskan tidak langsung
mengajukan perbaikan nilai tanpa
diperintah oleh guru langsung.

3 Hubungan komunikasi antar Kajian Literatur Lebih lanjut setelah


guru dan orangtua siswa dilakukan analisis
terkait pembelajaran yang Siti Mawadah Huda (2018:54) Untuk masalah Hubungan
masih kurang dan terbatas. dapat membangun hubungan kerjasama komunikasi antar guru
antara keduanya, Sekolah perlu mengatasi dan orangtua siswa
Gejalanya. hambatan-hambatan yang terjadi dalam terkait pembelajaran
1. Orang tua kurang peduli membina kerjasama antara guru dan orang yang masih kurang dan
dengan hasil tua. Adapun beberapa upaya yang bisa terbatas
pembelajaran anaknya di dilakukan adalah: adalah karena:
sekolah. 1. Memperbaiki cara pandang guru 1. metode yang tepat
2. Orang tua sibuk bekerja terhadap orangtua untuk berkomunikasi
dan mempercayakan anak 2. memberikan pengetahuan dan dengan orangtua
sepenuhnya kepada pihak keterampilan pada guru terkait 2. Kurangnya
sekolah. kerjasama dengan orangtua. kepedulian orang tua
3. metode yang tepat untuk terhadap
berkomunikasi dengan orangtua perkembangan
anaknya di sekolah
Jurnal Ilmiah 3. Orang tua sibuk
Ike Junita Triwardhani, Wulan bekerja dan
Trigartanti, Indri Rachmawati, mempercayakan
Raditya Pratama Putra (2020) anak sepenuhnya
https://jurnal.unpad.ac.id/jkk/article/view/ kepada pihak
23620 Strategi Guru dalam membangun sekolah
komunikasi dengan Orang Tua Siswa di 4. Ketidakpedulian
Sekolah Dimulai dengan memetakan orang tua terhadap
bagaimana guru menerjemahkan masa hasil belajar
kurikulum untuk anak, kemudian anak.
mengembangkan strategi komunikasi
dalam membangun keterlibatan orangtua.
1. Guru menerjemahkan kurikulum
dengan berbagai cara yang menarik.
2. Kemampuan memahami materi,
berdiskusi, menjawab pertanyaan
sampai pada mengelola berbagai
kegiatan pembelajaran.
3. Kemampuan menciptakan berbagai
program yang mensyaratkan
keterlibatan orang tua dalam berbagai
kegiatan anak di sekolah menjadi
wadah komunikasi yang menarik.
4. Pola komunikasi guru dalam
membangun keterlibatan orang tua di
sekolah terbentuk karena ketertarikan
orang tua terhadap berbagai program
belajar dan kehadiran disekolah
dengan semangat karena memang
menarik, merasa nyaman dan adanya
kebutuhan untuk mengikuti dan
mendorong program belajar anak.

Jurnal Ilmiah
Pusitaningtyas, A. (2016). Pengaruh
komunikasi orang tua dan guru
terhadap kreativitas siswa. Proceedings
of the ICECRS, 1(1), v1i1-632.
https://icecrs.umsida.ac.id/index.php/icecr
s/article/view/1282
Ada beberapa Pengaruh komunikasi orang
tua dan guru terhadap kreativitas siswa
dan mencapai keberhasilan dalam belajar
diantaranya.
1. Peran orang tua di rumah dan guru di
sekolah sangat penting bagi
pendidikan anak.
2. Komunikasi yang baik antara orang
tua dan guru merupakan suatu
keharusan agar tercapai kesinergian
antara keduanya.
3. Komunikasi tersebut bisa berlangsung
dalam satu arah ataupun dua arah.
Komunikasi satu arah terjadi saat guru
memberikan informasi kepada orang
tua tentang peristiwa, kegiatan, atau
kemajuan yang dicapai anak.
Sedangkan komunikasi dua arah
terjadi jika ada dialog interaktif antara
guru dan orang tua.
4. Komunikasi yang baik akan
menumbuhkan sikap saling percaya
antara orang tua dan guru.
5. Adanya sikap saling mempercayai,
saling membantu dalam membimbing
anak dan berkomunikasi antara orang
tua dan guru, akan membuat anak
merasa memiliki kebebasan
berkreativitas guna pengembangan
potensi dirinya, sehingga bisa
meningkatkan kreativitas dan
mencapai keberhasilan dalam belajar.

Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Masih terbatasnya komunikasi antara
guru dengan orang tua dikarenakan
rata rata orang tua bekerja.
2. Orang tua siswa sering tidak hadir ke
sekolah saat pertemuan/ pemanggilan
wali murid dengan alasan bekerja dan
mempercayakan anak sepenuhnya
kepada pihak sekolah.
3. Orang tua kurang peduli dengan hasil
pembelajaran anaknya di sekolah.
4. Kurangnya komunikasi antara guru
dan orang tua terkait pembelajaran.
5. Guru dan orang tua merupakan dua
komponen yang berperan penting
dalam proses pembentukan karakter
siswa. Guru disekolah berperan
mendidik dan mengajar siswa,
sedangkan orang tua
bertanggungjawab membimbing dan
membentuk kepribadian anak
dilingkungan keluarga. Adanya
hubungan sosial yang positif antara
guru dan orang tua akan mampu
mencapai tujuan pendidikan
berkarakter yang sesungguhnya.
Interaksi sosial atau hubungan sosial
akan menciptakan suatu bentuk
kerjasama dan komunikasi yang
efektif antara guru dan orang tua
dalam memperbaiki perkembangan
karakter peserta didik.

4 Guru belum maksimal dalam Hasil Literatur Lebih lanjut setelah


pemanfaatkan model-model dilakukan analisis
pembelajaran yang inovatif Darmadi, H. (2017). Pengembangan terhadap Guru belum
berdasarkan karakteristik model dan metode pembelajaran dalam mengoptimalkan model
materi pelajaran PPKn. dinamika belajar siswa. Yogyakarta: pembelajaran yang
Deepublish. Pembelajaran inovatif inovatif sesuai dengan
Gejalanya. mengandung arti pembelajaran yang karakteristik materi
1. Guru masih dikemas oleh guru atau instruktur lainnya pembelajaran PPKn.
menggunakan metode yang merupakan wujud gagasan atau 1. Ketidakpahaman
pembelajaran yang teknik yang dipandang baru agar mampu guru tentang
konvensional atau metode menfasilitasi siswa untuk memperoleh perkembangan
ceramah sehingga kemajuan dalam proses dan hasil belajar. teknologi dalam
cenderung masih berpusat Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi membuat model
pada guru atau teacher dari model pembelajaran yang pembelajaran yang
sentris. menyenangkan. “Learning is fun” inovatif
2. Guru belum memahami merupakan kunci yang diterapkan dalam 2. Guru sudah terbiasa
setiap karakteristik dari pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah dengan
berbagai model-model menanamkan hal ini di pikirannya tidak pembelajaran yang
pembelajaran atau belum akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, konvensional atau
menguasi model-model perasaan tertekan, kemungkinan cenderung monoton.
pembelajaran yang kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu
inovatif. saja rasa bosan. Membangun metode
pembelajaran inovatif sendiri bisa
dilakukan dengan cara diantaranya
mengukur daya kemampuan serap ilmu
masing-masing orang.
Syah dkk. Pembelajaran Inovatif
(Jakarta : Duplish, 2013) berpendapat
bahwa Pembelajaran inovatif dapat
menyeimbangkan fungsi otak kiri dan
kanan apabila dilakukan dengan cara
mengelola media yang berbasis teknologi
dalam proses pembelajaran. Sehingga,
terjadi proses dalam membangun rasa
pecaya diri pada siswa. Pembelajaran
yang inovatif diharapkan siswa mampu
berpikir kritis dan terampil dalam
memecahkan masalah. Siswa yang seperti
ini mampu menggunakan penalaran yang
jernih dalam proses memahami sesuatu
dan mudah dalam mengambil pilihan serta
membuat keputusan. Hal itu
dimungkinkan karena pemahaman yang
terkait dengan persoalan yang
dihadapinya. Kemampuan dalam
mengidentifikasi dan menemukan
pertanyaan tepat yang dapat mengarah
kepada pemecahan masalah secara lebih
baik. Informasi yang diperolehnya akan
dikembangkan dan dianalisis sehingga
akan dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut dengan baik.

Indah Fajar, dkk (2017), Penerapan


model pembelajaran guru terkendala
karena:
1. Guru kurang memahami RPP
2. Langkah-langkah pembelajaran sesuai
sintak yang ada pada model
pembelajaran
3. Guru kurang menstimulus siswa untuk
menemukan masalah sendiri yang ada
materi pembelajaran
4. Kurang aktif guru dalam pengelolaan
kelas terhadap siswa yang kurang
pintar
5. Terkendala dalam menyediakan alat
dan bahan jika dalam menyediakan
proyek
6. Guru kurang menyiasati waktu yang
tersedia
7. Siswa yang kurang aktif dalam
pembelajaran

Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Pemahaman guru terhadap
pembelajaran inovatif yang masih
kurang.
2. Guru kurang mengerti tentang
teknologi dalam membuat model
pembelajaran inovatif.
3. Waktu untuk menyiapkan
pembelajaran inovatif membutuhkan
persiapan lebih banyak dan lama.
4. Keterbiasaan serta nyaman dengan
metode pembelajaran konvensional
(ceramah).

5 Pembelajaran yang dilakukan Hasil Literatur Lebih lanjut setelah


di kelas masih belum dilakukan analisis
berbasis HOTS. Jurnal Ilmiah terhadap pembelajaran
Mudrikah Ms, M. M. (2020). Analisis berbasis HOTS belum
Gejalanya. Kemampuan Guru PPKn Dalam dapat diterapkan kepada
1. Ada sedikit materi ajar Menyusun Soal HOTS (Higher Order peserta didik disebabkan
yang terlewatkan karena Thinking Skills) Di UPT Satuan oleh:
guru masih belum Pendidikan SMP Negeri 5 Mandai, 1. Kurangnya
persiapan sehingga belum Kabupaten Maros (Doctoral dissertation, pembinaan
memahami materi yang UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR). (pelatihan) terhadap
akan diajarkan. http://eprints.unm.ac.id/18543/ guru dalam
2. Pembelajran yang di Kemampuan Guru PPKn dalam pengembangan
lakukan masih berbasis Menyusun Soal HOTS (Higher Order sistem pembelajaran
LOTS. Thinking Skills) adalah sebagai berikut: HOTS.
1) Kemampuan guru dalam menyusun 2. Kemampuan dalam
soal HOTS masih rendah dalam berfikir peserta didik
memahami dan menerapkan kriteria- masih cukup rendah
kriteria HOTS dalam menyusun terkait permasalahan
instrumen soal. yang terjadi
2) Faktor yang menjadi kendala dalam sehingga sulit
menyusun soal HOTS adalah terletak menganalisis soal
pada kemampuan guru dalam HOTS.
mengetahui dan memahami kriteria 3. Kemampuan guru
soal HOTS dan terkendala atau dalam menyusun
kesulitan dalam soal HOTS masih
mengimplementasikan
kriteria soal HOTS keinstrumen soal rendah dalam
yang mereka susun , terutama dalam memahami dan
menyusun stimulus soal HOTS, menerapkan kriteria-
selanjutnya kendala tersebut juga kriteria HOTS dalam
terdapat pada kemampuan peserta menyusun instrumen
didik dalam menjawab atau soal.
menganalisis soal karena kemampuan
peserta didik masih rendah
3) Upaya yang dilkukan oleh guru Pkn
dalam membuat atau menyusun soal
HOTS adalah mengikuti pelatihan-
pelatihan penyusunan soal di forum
MGMP, disamping itu, juga dilakukan
pembimbingan oleh teman sejawab
bagi guru Pkn yang sudah mengikuti
pelatihan soal HOTS secara khusus.

Jurnal Ilmiah
Sofyan, F. A. (2019). Implementasi
HOTS pada kurikulum 2013. INVENTA:
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 3(1),1-9.
https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jur
nal_inventa/article/view/1803
dalam menghadapi tantangan yang akan
menimpa dunia pendidikan, kurikulum
2013 dianggap mampu untuk menjawab
persoalan dan implementasi HOTS sangat
dibutuhkan untuk membenahi kinerja
pendidikan yang jauh tertinggal dengan
negara-negara maju di dunia. Usaha
tersebut mesti dilakukan demi
menciptakan generasi masa depan, bukan
hanya berkarakter, produktif, kreatif, dan
inovatif namun juga yang memahami jati
diri bangsanya dan menciptakan anak
yang unggul dan mampu bersaing di dunia
internasional.

Anderson dan Karthwohl (2017:4)


mengemukakan bahwa Secara umum,
tingkatan berpikir HOTS yaitu sebagai
berikut:
1. Mengingat
Mengingat adalah kegiatan berpikir
dengan mengingat pengetahuan yang
relevan dalam memori jangka panjang
seseorang murid.
2. Memahami
Memahami berarti membangun makna
pesan pembelajaran, keduanya lisan
tertulis atau grafik, yang disampaikan
melalui pengajaran, buku atau layar
komputer.
3. Menerapkan atau mengaplikasikan
Menerapkan termasuk penggunaan
prosedur atau cara kerja tertentu yang
harus dilakukan latihan atau
menyelesaikan masalah.
4. Menganalisis
Menganalisis terdiri dari kemampuan
atau membedakan,
mengorganisasikan, dan
menggabungkan keterampilan.
5. Membedakan
Melibatkan proses memilah bagian-
bagian penting dari suatu struktur,
kemudian diskriminasi menjadi
informasi yang relevan dan tidak
relevan.
6. Mengevaluasi
Mengevaluasi adalah sebuah
kemampuan membuat keputusan
berdasarkan kriteria.

Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman guru tentang
konsep dan penerapan HOTS
2. Siswa yang memiliki kemampuan
kognitif kurang maka sulit untuk
mengikuti pembelajaran HOTS karena
terbiasa dalam pembelajaran berbasis
LOTS.
3. Kemampuan guru dalam menyusun
soal HOTS masih rendah dalam
memahami dan menerapkan kriteria-
kriteria HOTS dalam menyusun
instrumen soal.

6 Guru masih belum Hasil Literatur Lebih lanjut setelah


mengoptimalkan dilakukan analisis
pemanfaatan Teknologi Jurnal Ilmiah terhadap penggunaan
Informasi (TIK) dalam Sahelatua, dkk. (2018). Kendala Guru teknologi yang belum
pembelajaran. Memanfaatkan Media It Dalam maksimal oleh guru
Pembelajaran Di Sdn 1 Pagar Air Aceh disebabkan:
Gejalanya. Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa 1. Kurangnya
1. Masih monoton Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(2). Pemahaman guru
menjadikan buku sebagai http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/ tentang penggunaan
sumber belajar. view/8579 teknologi dalam
2. Guru yang jarang Guru masih mengalami kendala dalam pembelajaran
menggunakan informasi mengoperasikan IT sebagai media 2. Guru sudah terbiasa
seperti PPT interaktif. pembelajaran diantaranya yaitu dan nyaman
3. Guru belum 1. kurangnya pengetahuan guru tentang menggunakan model
menggunakan aplikasi IT, pembelajaran
TIK sebagai pendukung 2. kurangnya fasilitas IT yang tersedia di konvensional
pembelajaran. sekolah, 3. Keterbatasan
3. arus listrik di sekolah tidak normal, fasilitas pendukung
4. internet tidak dapat menjangkau ke di sekolah (infocus).
seluruh kelas, 4. Sekolah masih
5. serta tidak adanya kewajiban dari belum
pihak sekolah agar guru yang mengharuskan guru
mengajar harus menggunakan IT. menggunakan TIK
dalam proses
Tantri Nurhayati (2016), problematika pembelajaran,
guru dalam mengusai TIK adalah: sehingga guru
1. Kemampuan dasar guru dalam bidang kurang terangsang
TIK yang memang masih rendah untuk
2. Ketersedian fasilitas TIK yang masih mengembangkan diri
belum memadai mengajar harus
3. Sekolah tidak mengharuskan guru menggunakan IT.
menggunakan TIK dalam proses
pembelajaran, sehingga guru kurang
terangsang untuk mengembangkan diri
4. Keterbatasan waktu yang digunakan
untuk mempersiapkan media TIK di
dalam pembelajaran
5. Anggapan guru yang menganggap
bahwa materi yang ada dibuku sudah
cukup untuk mengajarkan siswa
dengan baik, sehingga tidak
diperlukan media TIK
6. Kenyamanan guru dalam
menggunakan metode mengajar
konvesnsionalyang dianggap mudah
dan tidak menyulitkan
7. Tidak adanya kegiatan
pelatihanpelatihan guru untuk
meningkatkan kemampuan dalam
bidang TIK.

Jurnal Ilmiah
Rahmadhani, D. D., Putri, I. C., Putri,
D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021).
Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Sebagai Salah Satu Pemanfaatan
Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Di Sekolah
Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(6), 4904-4912.
https://edukatif.org/index.php/edukatif/arti
cle/view/1574
Media pembelajaran dirancang sesuai
dengan perkembangan teknologi, seperti
penggunaan internet, gadget dan alat-alat
elektronik pun sudah menjadi menjadi
faktor keberhasilan dalam
mengembangkan pendidikan, sehingga
sudah menjadi keharusan sebagai seorang
pendidik untuk mengembangkan media
pembelajaran dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi
terutama pada Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai acuan untuk
meningkatkan jiwa kebangsaan ditengah
perkembangan teknologi di dunia, serta
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
tujuan tertentu untuk menanamkan nilai-
nilai ideologi Pancasila di tengah era
globalisasi terhadap generasi muda.

Hasil Wawancara.
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Guru sudah cukup baik dalam
memanfaatkan media pembelajaran
berbasis TIK, namun masih
dibutuhkan banyak bimbingan dalam
mengakses langsung media dari
internet.
2. Guru yang kurang mampu
menggunakan TIK disebabkan oleh
faktor usia.
3. Guru yang kurang mampu
menggunakan TIK masih terikat
dengan media konvensional yang ada
di lingkungan sekitar.
4. lemahnya pengetahuan dan
kemampuan guru dalam
mengoperasikan IT atau aplikasi-
aplikasi untuk kegiatan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai