LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - Indra Somantri
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - Indra Somantri
Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Peserta didik merasa bosan di dalam
kelas karena pembelajaran kurang
variatif.
2. Kurangnya kepedulian orang tua
terhadap hasil pembelajaran anaknya
di sekolah.
3. Peserta didik termotivasi di kelas
adalah ketika guru memilih metode
pembelajaran yang tepat dan
Memanfaatkan media belajar serta
melakukan evaluasi pembelajaran
yang tepat.
Jurnal Ilmiah
Sanggan, Q. (2020). Guru PPKn dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta
Didik dalam Pembelajaran PPKn di
SMP Islam Assa’adah Tangerang
Selatan. http://eprints.unpam.ac.id/8726/
Peran guru pendidikan kewarganegaraan
dalam mengatasi kesulitan belajar PPKn
pada peserta didik menggunakan upaya
umum dengan melakukan pendeketan
untuk mengetahui masalah dan menggali
sebab akibatnya secara umum dan setelah
itu memberikan arahan kepada peserta
didik tersebut. Upaya guru pendidikan
kewarganegaraan dalam mengatasi
kesulitan belajar PPKn pada peserta didik
secara khusus yaitu
1. memberikan pembinaan, bimbingan,
2. sanksi jika diperlukan serta arahan
khusus disekolah dan dirumah,
3. melakukan pendekatan perindividu
tatap muka langsung dan menasehati
peserta didik agar menemukan
kembali semangat dalam belajr PPKn
lagi dan tidak mempengaruhi peserta
didik yang lain.
4. Berkordinasi dengan guru bidang studi
lain, orang tua, dan lingkungan sekitar
untuk bersama mengawasi dan
memberikan bimbingan dimanapun
tidak hanya disekolah saja tetapi
dirumahpun juga.
Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Faktor intern diantaranya yang bersifat
kognitif siswa masih rendahnya
kapasitas intelektual atau intelegensi
siswa, bersifat afektik antara lain
labinya emosi dan sikap siswa, serta
bersifat psikomotor dikarenakan ada
siswa keterganggunya alat-alat indra
penglihatan dan pendengaran.
2. Faktor eksternal siswa diantaranya
lingkungan keluarga ada
ketidakharmonisan hubungan antara
ayah dengan ibu, dan renmdahnya
kehidupan ekonomi siswa.
3. Peserta didik belajar belum terlalu
fokus untuk mendapatkan nilai yang
baik, yang penting masuk kelas
mengikuti pembelajaran.
4. Peserta didik Belum dapat menangkap
konsep secara cepat, akan secara cepat
lupa terhadap pelajaran. Selain itu
yang dilakukan peserta didik jika
mendapatkan nilai yang kurang
memuaskan tidak langsung
mengajukan perbaikan nilai tanpa
diperintah oleh guru langsung.
Jurnal Ilmiah
Pusitaningtyas, A. (2016). Pengaruh
komunikasi orang tua dan guru
terhadap kreativitas siswa. Proceedings
of the ICECRS, 1(1), v1i1-632.
https://icecrs.umsida.ac.id/index.php/icecr
s/article/view/1282
Ada beberapa Pengaruh komunikasi orang
tua dan guru terhadap kreativitas siswa
dan mencapai keberhasilan dalam belajar
diantaranya.
1. Peran orang tua di rumah dan guru di
sekolah sangat penting bagi
pendidikan anak.
2. Komunikasi yang baik antara orang
tua dan guru merupakan suatu
keharusan agar tercapai kesinergian
antara keduanya.
3. Komunikasi tersebut bisa berlangsung
dalam satu arah ataupun dua arah.
Komunikasi satu arah terjadi saat guru
memberikan informasi kepada orang
tua tentang peristiwa, kegiatan, atau
kemajuan yang dicapai anak.
Sedangkan komunikasi dua arah
terjadi jika ada dialog interaktif antara
guru dan orang tua.
4. Komunikasi yang baik akan
menumbuhkan sikap saling percaya
antara orang tua dan guru.
5. Adanya sikap saling mempercayai,
saling membantu dalam membimbing
anak dan berkomunikasi antara orang
tua dan guru, akan membuat anak
merasa memiliki kebebasan
berkreativitas guna pengembangan
potensi dirinya, sehingga bisa
meningkatkan kreativitas dan
mencapai keberhasilan dalam belajar.
Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Masih terbatasnya komunikasi antara
guru dengan orang tua dikarenakan
rata rata orang tua bekerja.
2. Orang tua siswa sering tidak hadir ke
sekolah saat pertemuan/ pemanggilan
wali murid dengan alasan bekerja dan
mempercayakan anak sepenuhnya
kepada pihak sekolah.
3. Orang tua kurang peduli dengan hasil
pembelajaran anaknya di sekolah.
4. Kurangnya komunikasi antara guru
dan orang tua terkait pembelajaran.
5. Guru dan orang tua merupakan dua
komponen yang berperan penting
dalam proses pembentukan karakter
siswa. Guru disekolah berperan
mendidik dan mengajar siswa,
sedangkan orang tua
bertanggungjawab membimbing dan
membentuk kepribadian anak
dilingkungan keluarga. Adanya
hubungan sosial yang positif antara
guru dan orang tua akan mampu
mencapai tujuan pendidikan
berkarakter yang sesungguhnya.
Interaksi sosial atau hubungan sosial
akan menciptakan suatu bentuk
kerjasama dan komunikasi yang
efektif antara guru dan orang tua
dalam memperbaiki perkembangan
karakter peserta didik.
Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Pemahaman guru terhadap
pembelajaran inovatif yang masih
kurang.
2. Guru kurang mengerti tentang
teknologi dalam membuat model
pembelajaran inovatif.
3. Waktu untuk menyiapkan
pembelajaran inovatif membutuhkan
persiapan lebih banyak dan lama.
4. Keterbiasaan serta nyaman dengan
metode pembelajaran konvensional
(ceramah).
Jurnal Ilmiah
Sofyan, F. A. (2019). Implementasi
HOTS pada kurikulum 2013. INVENTA:
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 3(1),1-9.
https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jur
nal_inventa/article/view/1803
dalam menghadapi tantangan yang akan
menimpa dunia pendidikan, kurikulum
2013 dianggap mampu untuk menjawab
persoalan dan implementasi HOTS sangat
dibutuhkan untuk membenahi kinerja
pendidikan yang jauh tertinggal dengan
negara-negara maju di dunia. Usaha
tersebut mesti dilakukan demi
menciptakan generasi masa depan, bukan
hanya berkarakter, produktif, kreatif, dan
inovatif namun juga yang memahami jati
diri bangsanya dan menciptakan anak
yang unggul dan mampu bersaing di dunia
internasional.
Hasil Wawancara
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman guru tentang
konsep dan penerapan HOTS
2. Siswa yang memiliki kemampuan
kognitif kurang maka sulit untuk
mengikuti pembelajaran HOTS karena
terbiasa dalam pembelajaran berbasis
LOTS.
3. Kemampuan guru dalam menyusun
soal HOTS masih rendah dalam
memahami dan menerapkan kriteria-
kriteria HOTS dalam menyusun
instrumen soal.
Jurnal Ilmiah
Rahmadhani, D. D., Putri, I. C., Putri,
D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021).
Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Sebagai Salah Satu Pemanfaatan
Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Di Sekolah
Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(6), 4904-4912.
https://edukatif.org/index.php/edukatif/arti
cle/view/1574
Media pembelajaran dirancang sesuai
dengan perkembangan teknologi, seperti
penggunaan internet, gadget dan alat-alat
elektronik pun sudah menjadi menjadi
faktor keberhasilan dalam
mengembangkan pendidikan, sehingga
sudah menjadi keharusan sebagai seorang
pendidik untuk mengembangkan media
pembelajaran dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi
terutama pada Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai acuan untuk
meningkatkan jiwa kebangsaan ditengah
perkembangan teknologi di dunia, serta
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
tujuan tertentu untuk menanamkan nilai-
nilai ideologi Pancasila di tengah era
globalisasi terhadap generasi muda.
Hasil Wawancara.
Berikut ini Hasil Simpulan dari
beberapa narasumber, diataranya
Wakil Kepala Sekolah, Rekan sejawat,
serta Guru Penggerak sebagai berikut:
1. Guru sudah cukup baik dalam
memanfaatkan media pembelajaran
berbasis TIK, namun masih
dibutuhkan banyak bimbingan dalam
mengakses langsung media dari
internet.
2. Guru yang kurang mampu
menggunakan TIK disebabkan oleh
faktor usia.
3. Guru yang kurang mampu
menggunakan TIK masih terikat
dengan media konvensional yang ada
di lingkungan sekitar.
4. lemahnya pengetahuan dan
kemampuan guru dalam
mengoperasikan IT atau aplikasi-
aplikasi untuk kegiatan pembelajaran.