Interaksi Gen
Interaksi Gen
64
Golongan darah A, B, dan O ditemukan oleh Landsteiner tahun
1901, sedangkan golongan darah AB ditemukan oleh mahasiswanya yaitu
Decastello & Stanki tahun 1902.
65
kandung antigen di dalam eritrosit dan kandungan antibodi di dalam
serum darah dan reaksi antigen dengan antibodi yang dapat menunjukkan
aglutinasi pada darah.
Apakah eritrosit bayi yang mengandung antigen A tidak akan rusak
oleh hadirnya antibodi A dalam serum darah itu atau pada eritrosit bayi
yang mengandung antigen-B dan serum darah ibu mengandung antibodi-
B?. Penyelidikan membuktikan bahwa sejumlah besar antigen-A dari
serum darah ibu dapat merusak eritrosit bayi dalam kandungan yang
memiliki antigen-A. para ahli berpendapat bahwa inkompatibel ABO dapat
menyebabkan matinya janin atau terjadinya abortus spontan, dan
hilangnya Janin secara misterius pada kehamilan awal dimana si ibu
belum menyadari bahwa ia hamil diduga disebabkan peristiwa
inkompatibel.
Perkawinan inkompatibel (perkawinan yang tidak sesuai)
Perkawinan inkompatibel ABO adalah perkawinan yang
mengakibatkan antibodi dalam darah ibu bertemu dengan antigen dalam
darah fetus yang mengakibatkan terjadinya aglutinasi dan dapat merusak
darah fetus. Secara prinsip aglutinasi akan terjadi bila antibodi A bertemu
dengan antigen A atau antibodi B bertemu dengan antigen B.
Pertemuan antibodi dalam darah ibu dengan antigen dalam darah
fetus dapat terjadi pada perkawinan-perkawinan berikut :
(1) P. ♂ golongan darah A >< ♀ golongan darah O
66
Mekanisme inkompatibel dapat dilihat pada gambar berikut :
P. ♂ IOIO >< ♀ IAIA
a. Golongan darah Rh
Rh singkatan dari Rhesus (sejenis kera), Landsteiner dan Wiena
tahun 1940 menemukan antigen Rh di dalam darah manusia seperti yang
terdapat dalam darah kera (Rhesus). Golongan darah Rh pada manusia
ada dua macam yaitu Rh + dan Rh -
1. Golongan darah Rh positif (Rh +)
Orang yang darahnya digolongkan ke dalam Rh + adalah orang yang
dalam darahnya memiliki antigen Rh. Orang tersebut menunjukkan
reaksi positif terhadap test kandungan antibodi Rh.
67
2. Golongan darah negatif (Rh -)
Orang yang darahnya digolongkan ke dalam Rh – adalah orang yang
dalam darahnya tidak mengandung antigen Rh, apabila dilakukan test
dengan antibodi Rh akan memberikan reaksi yang negatif.
Secara genetic penggolongan darah sistem Rh ini secara klasik
menurut Landsteiner dan Winer, ditentukan oleh dua macam alel R
penentu antigen Rh (Rh +) dan alel r penentu Rh – (tidak punya antigen
Rh). Dominasi alel, alel (R) dominan terhadap alel (R).
Orang yang bergolongan Rh+ ataupun orang yang bergolongan
Rh- serum darahnya tidak memiliki antibodi Rh, tetapi orang Rh – dapat
dipacu membentuk antibodi Rh, apabila darahnya dimasuki oleh antigen
Rh. Peristiwa inkompatibel dapat terjadi akibat transfusi darah ataupun
melalui perkawinan.
Berdasarkan macam alel, dominasi alel dan reaksi terhadap
antigen Rh dapat digambarkan pada tabel berikut.
Tabel Genotip, fenotip, antigen Rh dan reaksi tubuh terhadap antigen
Rh + x Rh – RR x rr Rr Rh +
Rr x rr Rr Rh +
Rr Rh –
Rh – x Rh - rr x rr rr Rh -
68
3. Inkompatibel lewat perkawinan antar golongan darah Rh
Perkawinan inkompatibel terjadi antara wanita Rh – kawin dengan laki-
laki Rh +.
P. ♂ RR >< ♀ rr
Rh positif Rh negarif
Rr
Rh positif
Perkawinan diatas merupakan perkawinan antara laki-laki Rh positif
homozygot dengan wanita Rh negative, hasil perkawinan akan
menghasilkan fetus Rh positif. Anak pertama akan lahir dengan selamat,
karena darah ibu telah mengandung antibodi Rh. Kelahiran anak pertama
ini menyebabkan urat darah plasenta dan jaringan sekelilingnya pecah
dan memungkinkan eritrosit fetus yang mengandung antigen Rh masuk
dalam sirkulasi darah ibu. Chown dalam tahun 1954 membuktikan bahwa
setelah bayi Rh + lahir terdapat eritrosit bayi yang mengandung antigen
Rh di dalam aliran darah ibu. Masuknya antigen Rh ke dalam darah ibu
menyebabkan tubuh si ibu membentuk antibodi Rh.
Pada hamil kedua dan seterusnya dengan fetus Rh positif akan
berakibat lain pada fetus, karena darah si ibu mengandung antibodi Rh.
Fetus berhubungan dengan ibu perantaraan plasenta, secara umum
sirkulasi darah fetus darah terpisah dengan sirkulasi darah ibu. Tetapi
karena urat darah fetus mencapai khorion, maka ada kontak antara fetus
dengan ibu. Fungsi utama plasenta adalah until pertukaran substansi
berupa bahan makanan, air dan gas serta bermacam elektrolit dari ibu ke
janin secara difusi, tetapi antibodi Rh yang terbentuk dalam darah ibu
sesudah kehamilan pertama akan terbawa masuk ke dalam darah fetus
melalui proses difusi dan bertemu dengan eritrosit fetus yang
mengandung antigen Rh. Terjadilah reaksi antigen Rh fetus dengan
antibodi Rh dari ibu di dalam darah fetus yang menyebabkan rusaknya
eritrosit fetus dan kelainan lainnya. Sel darah merah tidak masak, memiliki
kelebihan jaringan pembentuk darah limfa, hati membengkak, kelebihan
bilirubin. Kelebihan bilirubin menyebabkan penyakit kuning dan kerusakan
69
otak. Penyakit ini terkenal dengan “Kritroblastis fetalis”, fetus biasanya
mengalami oburtus atau lahir dalam keadaan mati.
Pada perkawinan laki-laki Rh positif heterozygot dengan wanita Rh
negatif mendapatkan anak Rh positif 50%, dan Rh negatif 50%.
Kandungan dengan fetus Rh negatif tentu bersifat kompatibel, walaupun
ibu memiliki antibodi Rh tetapi fetus tidak memiliki antigen sehingga tidak
ada reaksi antigen antibodi.
70
mengalami aglutinasi begitu pula darah orang yang mengandung antigen
N. Hubungan antara reaksi anti serum dengan golongan darah MN dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel Reaksi sel darah merah dengan anti serum pada golongan darah
tipe MN
Reaksi anti serum
Golongan darah Eritrosit mengandung
Anti M Anti N
M + - Hanya antigen M
N - + Hanya antigen N
MN + + Antigen M dan N
L M LM M M
LN LN N N
LMLN
M dan N MN
71
c. Arti golongan darah dalam peradilan
Pengetahuan penggolongan darah kadang-kadang dapat pula
digunakan until menyelesaikan seperti hak waris ataupun pasangan suami
istri mempermasalahkan anak pertama yang lahir dari istrinya.
Contoh : suami O, N, Rh –
Istri B, MN, Rh –
Anak yang lahir O, N, Rh +
Menurut sistem ABO anak yang bergolongan darah O berpeluang
dari suami istri dan anak bergolongan darah N berpeluang juga dari suami
istri, tetapi anak yang Rh + tidak ada peluangnya dari hubungan suami
istri, tentu ini hasil hubungan antara istri dengan laki-laki lain.
d. Alel ganda pada warna bulu kelinci
Pada kelinci warna bulu yang menutupi kulit ditentukan oleh 4 seri
alel ganda. Alel asli merupakan alel yang dominan yang menyebabkan
warna bulu normal yaitu abu-abu dan hitam di ujung-ujung bulu secara
merata. Alel normal ini dilambangkan dengan (C) atau (C +). Alel mutan
antara lain :
1. cch = warna bulu abu-abu keperakan, warna lebih terang dari kelinci
normal dan dikenal juga dengan kelinci Cincila
2. ch = bulu pada umumnya bewarna putih sedang pada ujung-ujung
organ tubuh seperti kaki, hidung, telinga dan ekor bewarna gelap.
Kelinci ini dikenal juga dengan kelinci Himalaya
3. c = warna bulu tidak berpigmen dan dikenal dengan kelinci Albino
Dari keempat alel tersebut terjadi dominasi secara berurut mulai
dari alel normal sampai alel albino. Alel c dominan terhadap c ch, alel c dan
cch dominan terhadap alel ch, alel cch dan ch dominan terhadap alel c (c >
cch > ch > c).
Berdasarkan macam alel dan dominasinya dapat digambarkan
macam fenotip, macam genotip dan macam gamet dari berbagai kelinci
diatas.
72
Tabel macam fenotip, genotip dan gamet
73
resesif) dapat menyebabkan kematian pada suatu individu yang
memilikinya.
Contoh :
a. Pada ayam CC = lethal (mati), Cc Creeper (tubuh normal tapi kaki
pendek), cc = normal
b. Pada jagung (Zea mays), GG dan Gg = berklorofil, gg = putih dan
lethal setelah cadangan pada kotil habis
Gen Lethal adalah gen mutan yang dapat menyebabkan kematian
pada individu yang memilikinya. Biasanya alel normal dari gen tersebut
memegang peranan penting dalam kehidupan pada jenis organism
tertentu. Pengelompokkan gen lethal ini bermacam-macam, tergantung
pada sudut pandang pengelompokannya. Ada yang membedakan antara
lethal dominan dan lethal resesif, apabila mati dalam susunan genotip
homozygot dominan dinamai dengan gen lethal dominan. Dan apabila
lethal dalam susunan homozygot resesif dinamai dengan gen lethal
resesif.
Gen lethal dapat gennya terpaut pada kromosom kelamin,
sehingga dapat dinamai dengan gen lethal rangka kelamin. Contohnya
gen hemofili yang pada wanita yang genotip homozygot resesif
menyebabkan kematian pada usia dini. Pada pria bergenotip homozygot
dan sering dijumpai pada usia anak atau bahkan ada yang bisa dewasa
dan berketurunan, oleh karena itu disebut juga semi lethal.
1. Gen lethal dominan
Gen lethal dominan bila pada genotip homozygot dominan
menyebabkan kematian, pada genotip heterozygot biasanya
menunjukkan adanya cacat atau kelainan yang diderita dan genotip
homozygot resesif bersifat normal.
Contoh :
a. Brakhidaktili
Brakhidaktili adalah merupakan kelainan pada jari orang yaitu
memiliki jari pendek-pendek. Kelainan ini disebabkan oleh alel
dominan (B), sedang alel resesifnya (b) menyebabkan jari normal.
74
Tabel Genotip dan Fenotip Brakhidaktili
Genotip Fenotip
BB Lethal
Bb Jari pendek-pendek
Tulang ujung jari pendek dan menyatu
bb Jari normal
b. Hutingtons chorea
Waters penemu pertama tahun 1848. Lion penemu kedua
tahun 1863 dan pemakalahnya 1872 adalah George Hungtinton
“Chorea” berarti tarian, pasien Hungtinton Chorea memperlihatkan
gerakan “tarian” yang tidak normal gerakan memutar, merangkak,
kejang-kejang dan melemparkan secara tidak sadar apa yang
dipegangnya.
Tanda-tanda penyakit ini muncul pada umumnya antara 25 –
55 tahun dan jarang dijumpai pada usia dibawah 25 tahun atau
diatas 55 tahun. Penyakit ini sering dijumpai pada laiki-laki, tetapi
belum diketahui hubungan dengan seks.
Penyakit Hungtinton itu disebabkan oleh alel dominan (h),
orang yang bergenotip (HH) pada mulanya tampak normal, tetapi
disekitar umur 25 tahun mulai menampilkan berbagai bentuk tarian
yang tidak normal. Kelainan itu disebabkan karena terjadi
kerusakan pada sel-sel otak,selanjutnya fisik dan mental memburuk
dan berakhir dan kematian. Orang yang bergenotip heterozygot
(Hh) menampilkan tarian dengan kelainan yang lebih ringan,
sedangkan orang yang bergenotip homozygot resesif (hh) memiliki
sifat normal.
Tabel Genotip dan Fenotip Chorea
Genotip Fenotip
HH Menampilkan gejala Chorea yang berat dan
berakhir dengan kematian
Hh Menderita Chorea ringan
hh Normal
75
c. Creeper pada ayam
Pada ayam ras dikenal kelainan yang disebut dengan
“Creeper” yang disebabkan oleh 1 alel C, pada genotip heterozygot
menunjukkan kalainan kaki yaitu pendek, sedang tubuh biasa.
Genotip CC (homozygot dominan) menyebabkan lethal yaitu mati
masa embrio dan menunjukkan aneka kelainan seperti tubuh kecil,
kepala rusak, tidak mengalami osifikasi dan tidak ada kelopak
mata. Genotip cc (homozygot resesif normal).
Tabel Genotip dan Fenotip Creeper pada ayam
Genotip Fenotip
CC (homozygot Lethal masa embrio, terganggu tulang, mata
dominan) tidak berkelopak, tubuh kecil dan kepala
rusak
76
Tabel genotip dan fenotip gen lethal Ichtyosis congenital
Genotip Fenotip
H (homozygot dominan) Normal
H (heterozygot) Normal
H Cacat kulit tebal dan terjadi sobohan
pada daerah lipatan, mati masa
embrio, atau pada waktu lahir
77
Dari gambar di atas dapat dijelaskan lintasan biosintesis dari interaksi
untuk mengekspresikan suatu fenotip tertentu. Pada hal merupakan
bahan baku, e1 adalah enzim yang dihasilkan oleh gen g1+, dengan
bantuan enzim pertama dihasilkan produk A (produk antara). Produk A
dengan bantuan enzim e1, yang dihasilkan oleh g2+, dihasilkan produk B
(bentuk antara kedua). Produk B dengan bantuan enzim e 3 yang
dihasilkan oelh gen g3+, maka dihasilkan produk akhir (dapat berupa
fenotip tertentu). Standfield, 1969 membedakan berbagai bentuk interaksi
gen antara lain: Interaksi dua pasang gen non lokus, pleiotropi dan
Interaksi 3 atau lebih pasang gen.
Pleitropi digunakan apabila satu gen mempengaruhi penampakan
fenotip lebih dari satu sifat. Sejauh yang kita ketahui gen ini tidak
berinteraksi dengan gen lain. Pengaruh ini disebut pleiotropik. Contoh:
Pengaruh gen letal pada tikus. Akibat utama gen ini penyimpangan pada
tulang rawan, tetapi morfologi dan sifat fisiologinya juga terpengaruh.
Misalnya tulang rawan pada hidung dan laring (pangkal tenggorok)
berubah sehingga lubang hidung terhalang tidak dapat menyusu,
kelaparan dan akhirnya mati. Pada Drosopila, satu gen yang mengatur
sifat bristle kecil tidak hanya memperkecil ukuran bristle tetapi juga
ukuran sayap; menyebkan permukaan mata menjadi kasar, menurunkan
fertilitas jenis betina dan memperpanjang perkembangan larva.
1. Interaksi Dua Pasang Gen Non Epistasis, ratio = 9 : 3 : 3 : 1
Interaksi dua pasang gen non epistosis memiliki angka ratio sama dengan
dihibrid Mendel, tetapi setiap balas (variasi) hanya mengekspresikan 1
macam fenotip. Suatu patokan yang dapat dipedomiani pada interaksi
78
pasangan gen non epistosis adalah tidak terjadi pembelahan angka rasio
dihibrid Mendel.
Bateson dan Punnett menjelaskan suatu contoh klasik pada ayam yang
harus diketahui (Merrel, 59-60 ; Sinnott, Dunn & Dobzhansky, hal. 100-
102) :
a. Persilangan antara yang berjengger seperti mawar (Rose Comb = RR)
dengan jengger tunggal (single Comb) menunjukkan bahwa jengger
mawar dominan dan menghasilkan nisbah 3 : 1 (memenuhi monohibrid
Mendel)
b. Persilangan antara jengger seperti kacang (pea comb = PP) dengan
jengger tunggal (pp) menunjukkan bahwa jengger kacang dominan
dan diperoleh nisbah 3 : 1 (memenuhi monohibrid Mendel)
c. Persilangan antara jengger mawar dan jengger kacang menghasilkan
fenotip baru yaitu tipe walnut dan nisbahnya 9 : 3 : 3 : 1. Ini dapat
digambarkan seperti di bawah ini
P1 RRpp X rrpp
RrPp
Walnut
83
Giant” dapat kita tuliskan AABBCCDD, dan genotip jenis “Polish”
aabbccdd. Setiap gen dominan menambahkan berat :
13 p - 3 p
= 1,25 pon
8
3p + (4 x 1,25 ) p = 8 pon
Diantara kedua ekstrim itu terdapat variasi genotip yang berkisar dari
pengurangan 1 gen dominan sampai pengurangan 6 gen dominan.
Misalnya :
Pengurangan 1 gen dominan :
AABBCCDD
AABBCcDD Menghasilkan berat yang sama yaitu :
AABbCCDD 3p + (7 x 1,25 )p = 11,75 pon
AaBBCCDD
84
Pengurangan 2 gen dominan :
AABBCCdd
AABBCcDd Menghasilkan berat yang sama yaitu :
AABbCCDd 3p + (6 x 1,25 )p = 10,50 pon
Dst
Selanjutnya untuk penyelesaian hasil F2 dapat digunakan kota-kotak
Punnett. Demikian pula penghitungan berat untuk setiap genotip adalah
dengan menjumlahkan berat minimum dengan hasil perkalian gen
dominan terhadap pertambahan berat. Dalam contoh diatas kita lihat
bahwa gen-gen ganda A, B, C, dan D mengatur sifat yang sama dan
memberikan efek sama yang kumulatif.
1. Dermatoglifi
Galton pada tahun 1892, menempatkan dermatoglifi pada dasar
ilmiah yang kuat. Galton mengemukakan ada 3 bentuk tipe dasar pola
sulur yaitu arch (tanpa triradius), loop (satu triradius) dan tipe whorl (dua
triradius), dan menelaah sidik jari sebagai alat identifikasi seseorang,
aspek biologis, penurunannya, serta perbedaan diantara bangsa-bangsa
(Rafiah, 1990). Rata-rata pola sidik jari pada tangan manusia sekitar 5%
dengan pola arch, 25-30% merupakan pola whorl, dan 65-70% adalah
pola sidik jari loop (Suryo, 2001), sementara penelitian yang dilakukan
oleh Cummins & Midlo berkaitan dengan sidik jari disebutkan pola arch
pada dermatoglifi kelompok Mongoloid hanya sekitar 2-3% (Hidayati, 2015
dan Indriati, 2000).
Beberapa penelitian melibatkan sidikIstilah dermatoglifi pertama
kali diperkenalkan Harold Cummins tahun 1926 dan melaporkan
penyimpangan dermatoglifi ujung jari dan telapak tangan penderita
sindrom Down, kemudian hal ini di ikuti oleh peneliti lain yang
menghubungkan dermatoglifi dengan kelainan genetik terutama kelainan
kromosom. Kemajuan dalam bidang dermatoglifi berangsur-angsur
mengarah ke bidang genetika manusia terutama sitogenetika. Kemudian
terjadi kerja sama dari para ahli genetika dengan ahli biologi manusia. Ahli
fisika antropologi, ahli anatomi dan ahli embriologi untuk meneliti aspek-
aspek dermatoglifi.
85
1. Pembentukan Dermatoglifi
Dermatoglifi dibentuk bersamaan dengan pembentukan jari tangan
dan jari kaki. Pembentukan dimulai pada bulan ke tiga kehamilan dan
menjadi lengkap setelah bulan ke tujuh kehamilan, pada saat ini
pembentukan sudah sempurna dan tidak akan berubah lagi seumur hidup
(Suryadi,1991).
Dalam perkembangan dermatoglifi yang pertama kali terbentuk
adalah bantalan polar yang terbentuk pada usia kehamilan enam sampai
tujuh minggu. Bantalan ini terbentuk dari jaringan mesenkim yang
terangkat di atas ujung distal tulang-tulang telapak tangan (metacarpal)
pada masing-masing jari dan pada area hipothenar dan thenar telapak
tangan dan telapak kaki. Bantalan sekunder ditemukan pada area lain
seperti di pertengahan telapak tangan dan pada bagian atas proksimal
ruas jari.
Perkembangan pembentukan sulur dapat dibedakan atas dua
tahap yaitu tahap pembentukan sulur primer dan tahap pembentukan
sulur sekunder. Tahap pembentukan sulur primer terjadi sekitar minggu ke
10 sampai minggu ke 14 setelah fertilisasi, dimana adanya sulur
epidermal pertama kali muncul dalam bentuk lokalisasi perkembangbiakan
sel. Sel-sel yang berkembang ini membentuk lekukan yang mengarah ke
dalam lapisan dermis dangkal. Banyak sulur terus meningkat, dibentuk
baik diantara maupun bersebelahan dengan sulur yang sudah ada.
Selama periode ini karakteristik pola sulur utama akan terbentuk.
Tahap pembentukan sulur sekunder terjadi sekitar minggu ke 14
sampai minggu 24. Sulur sekunder mulai terbentuk seiring dengan mulai
terbentuknya kelenjar keringat yaitu pada minggu ke 14. Pada waktu ini
sulur epidermal yang pertama mulai muncul pada bagian atas permukaan
polar. Papila dermal dilaporkan berkembang diantara sulur-sulur pada
bagian dalam dari epidermis sekitar minggu ke 24. Sampai kemudian
morfologi sulur primer dan sulur sekunder muncul sebagai sulur
membentuk struktur seperti pasak.
Bentuk sulur ada di permukaan kulit pada bagian epidermis,
tepatnya pada stratum germinativum, yaitu gabungan dari stratum lusidum
86
dan stratum malpighi terlihat bergelombang karena lapisan dermis di
bawahnya membentuk tonjolan bergelombang yang disebut papila. Lekuk-
lekuk yang terbentuk ini akan memberi pengaruh hingga ke stratum
corneum, sehingga terbentuklah sulur. Pada puncak sulur terdapat muara
kelenjar keringat yang akan mengeluarkan keringat, sehingga apabila
tangan memegang sesuatu maka keringat akan menempel pada benda
yang dipegang (Soepomo, 1989). Sulur juga dapat bercabangan menjadi
dua arah yang disebut dengan bifurkasi, selain itu terdapat juga titik-titik
yang merupakan lanjutan dari sulur yang terputus.
2. Pembagian Dermatoglifi
Untuk memudahkan pemeriksaan dermatoglifi maka para ahli
membedakan dermatoglifi berdasarkan tempat dijumpainya yaitu:
a. Dermatoglifi pada jari
Galton mengelompokkan tipe pola sidik jari menjadi 3 pola dasar
berdasarkan ada tidaknya triradius (Khan, 2008): arch (tanpa triradius),
loop (dengan satu triradius) dan tipe whorl (dengan dua triradius).
1) Tipe arch
Tipe Arch adalah tipe pola dengan garis lengkung sejajar yang
menyerupai busur dari sisi ulnar ke sisi radial.
2) Tipe loop
Tipe loop memiliki bentuk lengkung seperti kait dengan satu
triradius, sebuah pusat pola, ada garis melengkung yang cukup dan
mempunyai bilangan garis sekurang-kurangnya satu (Markas Besar
Kepolisian Negara RI,1993). Apabila bagian yang terbuka dari bentuk loop
menuju ke arah ulna maka dinamakan loop ulna, sedangkan bila bagian
yang terbuka menuju ke arah radius maka dinamakan loop radial.
3) Tipe whorl
Whorl adalah bentuk pola sidik jari yang mempunyai dua delta
(triradius) dan sedikitnya memiliki satu garis melingkar dalam patern area
(Markas Besar Kepolisian RI, 1993). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
gambar 2.4.
87
Gambar 3.1. Macam-macam Tipe Sulur A= Arch; B=Loop;
C=Whorl (Khan, 2008)
3. Parameter Dermatoglifi
frekuensi pola sidik jari arch, loop serta whorl, jumlah sulur, indeks tipe
pola pattern type index) yang terdiri dari indeks Dankmeijer, indeks
Furuhata dan indeks intensitas pola (pattern intensity index).
4. Manfaat Dermatoglifi
a. Alat identifikasi
89
Untuk keperluan identifikasi dikenal tiga jenis sidik jari.
1) Vissible Impression, yaitu sidik jari yang langsung dapat terlihat tanpa
mempergunakan alat-alat tambahan, seperti sidik jari yang diambil
dengan tinta, demikian pula sidik jari bekas darah, bekas cat dan
sebagainya yang tertinggal di tempat kejadian perkara.
2) Latent Impression, yaitu sidik jari yang biasanya tidak langsung dapat
dilihat dan memerlukan beberapa cara pengembangan terlebih dahulu
untuk membuatnya tampak jelas.
3) Plastic Impression, yaitu sidik jari yang berbekas pada benda-benda
yang lunak seperti sabun, gemuk, lilin dan coklat.
b. Sebagai alat bantu diagnosa penyakit
2. Diabetes Melitus
Data International Diabetes Federation (IDF) dikemukakan bahwa
prevalensi diabetes melitus dunia tahun 2015 sebesar 6,7% dan
diproyeksi pada tahun 2040 sebanyak 7,8%. Di Indonesia estimasi jumlah
penderita diabetes melitus tahun 2015 sebesar 6,2%. Penderita diabetes
melitus di Indonesia menempati posisi ke-tujuh terbanyak setelah Cina,
India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico (IDF, 2016).
Secara klinis diabetes melitus dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu tipe
I, II, dan Gestasional. DMT2 merupakan jenis yang paling sering
ditemukan 95% (IDF, 2016). Diabetes melitus tipe-2 (DMT2) terjadi
karena hormon insulin yang ada dalam darah tidak bekerja secara efektif,
meskipun jumlah insulin yang diproduksi sel β pulau Langerhans pankreas
normal. Glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang sehingga sel
kekurangan sumber energi dan glukosa darah meningkat (IDF, 2016).
DMT2 dipengaruhi beberapa faktor: riwayat diabetes dalam
keluarga, obese, gaya hidup yang berisiko, kurang istirahat, dan stres.
Satu diantara dua orang penderita DMT2 tidak terdiagnosis (IDF, 2016).
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka sedang menderita
DMT2. Orang yang didiagnosa DMT2 bahkan ada yang telah dijangkiti
penyakit ini sejak 8-12 tahun yang lalu. Diagnosis pada penderita DMT2
sering terlambat, sehingga sebagian besar dari mereka telah mengalami
komplikasi yang serius. Oleh sebab itu American Association Of Clinical
Endocrinology (AACE) merekomendasikan riset untuk pencegahan DMT2.
91
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pencegahan DMT2
menemukan penanda genetik DMT2.
Analisis genetik dalam sejarah keluarga telah digunakan dalam
penilaian klinis DMT2 (Majithia dan Florez, 2009). Ada banyak bukti
bahwa DMT2 memiliki komponen genetik yang kuat, yang meliputi
penyakit monogenik seperti MODY dengan usia penderita dibawah 25
tahun dan penyakit poligenik seperti DMT2 (Majithia dan Florez, 2009).
Risiko terhadap DMT2 adalah sekitar 7% pada penduduk umum, sekitar
40% pada keturunannya dari satu orang tua dengan DMT2, dan sekitar
70% jika kedua orang tua penderita diabetes (Majithia dan Florez, 2009).
Keluarga tingkat pertama dengan riwayat DMT2 dikaitkan dengan risiko
dua kali lipat peningkatan di masa depan DMT2 (Lyssenko, 2008). Studi
genetik termasuk analisis keterkaitan, pendekatan kandidat gen, dan yang
terbaru studi asosiasi genome telah mengidentifikasi 20 varian genetik
(SNP) yang terkait dengan DMT2 (Ridderstrale dan Groop, 2009). Banyak
lokus yang mengatur kapasitas sel-β untuk meningkatkan sekresi insulin
dalam menanggapi peningkatan resistensi insulin atau obesitas, yang
antara lain seperti: TCF7L2, KCNJ11, HHEX, SLC30A8, CDKAL1,
CDKN2A/2B, IGF2BP2, KCNQ, PPARG, CAPN10, MC4R, Gen FTO. Gen
PPARG terkait dengan sensitivitas insulin. Gen CAPN10 gen terkait
dengan transportasi glukosa. Gen MC4R dan Gen FTO terkait dengan
obesitas (Ridderstrale dan Groop, 2009).
Diantara gen-gen yang berasosiasi kuat dengan diabetes melitus
tipe-2 adalah Gen “transcription factor-7 like-2 (TCF7L2)” pada kromosom
10q (Stolerman, 2009). TCF7L2 berasosiasi kuat dengan diabetes melitus
tipe-2 pada etnik Denmark, Kaukasia, India, dan pada beberapa etnik
bangsa-bangsa di Asia (Chang YC, et.al., 2009 dan Radha, 2007). Gen
TCF7L2 berkontribusi pada risiko DMT2 dan diabetic nephropathy (DN)
pada populasi Taiwan (Wu, 2009).
Gen TCF7L2 pada manusia terdiri dari 224429 bp DNA. Gen ini
menyandi suatu high mobility group box (HMG) yang merupakan faktor
transkipsi yang berperan kunci dalam wnt pathway.
92
Protein hasil transkripsi gen TCF7L2 berimplikasi terhadap
homeostasis glukosa darah. Varian genetik gen ini berasosiasi dengan
meningkatnya risiko DMT2 (NCBI, 2011).
Salah satu kejutan baru yang ditemukan dalam Human Genome
Project adalah single nucleotide polymorphisms (SNPs). SNPs
merupakan alel minor dengan keberadaannya lebih dari 1%. SNPs
terjadi pada gene coding regions dapat mengakibatkan synonymous
(tidak menyebabkan perubahan asam amino) atau non synonymous.
Mutasi synonymous dapat mendorong terjadinya suatu penyakit. Mutasi
synonymous dapat mengubah struktur, fungsi, ekspresi protein.
Polimorfisme synonymous dapat
menyebabkan splicing, stabilitas dan struktur protein dapat rusak.
Perubahan ini dapat menyebabkan efek signifikan pada fungsi protein,
perubahan respon seluler (Komar, 2009).
Single nucleotide polymorphisms (SNPs) merupakan variasi
sekuen DNA yang dapat dihubungkan dengan kerentanan seseorang
terhadap suatu penyakit sperti diabetes melitus tipe-2. Sebagian besar
SNPs merupakan non coding region yang merupakan dasar variasi
genetik pada manusia dan mengacu pada perbedaan basa tunggal antar
individu (Kwook, 2003). Penanda atau haplotype yang tepat dapat
memberikan indikasi meningkatnya kerentanan individu terhadap suatu
penyakit. Perwujudan peningkatan kerentanan dicirikan oleh risiko relatif
minimal 1,2-1,4 (Florez, 2006; Grant, 2006).
Latihan
1. Pada bawang gen C dapat menumbuhkan enzim untuk pewarnaan,
sedangkan alelnya c tak dapat menumbuhkan enzim itu. Gen I
menghalangi pekerjaan atau pertumbuhan enzim tsb, dan alelnya I tak
menghalangi pertumbuhan enzim itu. Disilang bawang berwarna
dengan yang ccII. Carilah ratio fenotip turunannya, baik F1 maupun
F2.
2. Pada ayam warna bulu putih mungkin oleh adanya susunan homozigot
resesif cc atau mungkin pula oleh adanya susunan homozigot resesif
93
oo. Alel C dan O perlu untuk menumbuhkan warna. Ayam yang disebut
“Silkie” berwarna putih dengan genotip ccOO. Ayam yang disebut
“White Wyandotte” yang juga putih bergenotip CCoo. Kalau kedua
macam ayam ini dikawinkan carilah F1. Kalau F1 dikawinkan interse,
carilah pula ratio fenotip F2.
3. Sejenis tanaman bunga merah disilang dengan yang berbunga putih.
F1 semua merah. F2 yang didapat dari perkawinan F1 interse juga
sebagai berikut : 92 merah, 30 cream, 49 putih. Terangkanlah sifat
genetis karakter warna bunga itu.
4. Pada labu air buah putih disebabkan gen dominan W, sedangkan buah
berwarna pada alelnya yang resesif w. Kalau susunan Ww disertai gen
lain G (dominan) maka buah itu kuning dan hijau jika disertai alel g.
Sekarang jika labu putih WWGG disilang dengan yang berbuah hijau
wwgg, carilah ratio fenotip F1 dan F2.
5. Pada labu air juga buah cakram dominan terhadap buah bundar.
Pernah dijumpai kalau dua labu yang berbuah bundar dari lain daerah
disilang ternyata F1 semua berbentuk cakram. F2 yang didapat dari
perkawinan F1 interse menghasilkan 35 cakram, 25 bundar dan 4
lonjong. Terangkan sifat genetis bentuk buah itu. Kalau tanaman yang
berbuah lonjong diatas dikawinkan sesamanya, carilah ratio fenotip
anak-anaknya.
6. Marmot kuning bulu pendek dikawinkan dengan putih-panjang. F1 x
F1. F2 sbb : 15 kuning-pendek, 29 cream-pendek, 14 putih-pendek, 5
kuning-panjang, 9 cream-panjang, 5 putih-panjang. Ceritakanlah sifat
genetis bulu itu. Kalau marmot cream-panjang dikawinkan sesamanya,
melanjutkan keturunan diatas, carilah ratio fenotip anak mereka.
7. Pada orang tuli bawaan (deaf-mutism) oleh susunan homozigot salah
satu atau kedua gen resesif d dan e. Pendengaran normal kalau kedua
alel dominan D dan E hadir bersama. Kalau kedua orangtua DdEe
berapa kemungkinan ada seorang anak tuli pada setiap keluarga yang
memiliki anak 4? Berapa pula kemungkinan ada seorang yang tuli
kalau besar keluarga itu 5 anak? Kalau seorang tua diatas ddEe,
94
berapa pula kemungkinan seorang anak normal dan 2 tuli dari setiap
keluarga yang beranak 3?
8. Pada tomat 2 pasang gen mengatur warna buah matang : R = daging
merah, r = daging kuning, Y = kulit tak berwarna (putih). Terjadi
interaksi antara gen-gen itu sbb: RY merah, Ry merah muda, rY kuning
dan ry cream. Cari ratio fenotip persilangan berikut:
a. Rryy (merah muda) x rrYy (kuning)
b. RrYy (merah) x rryy (cream)
c. RrYY (merah) x Rryy(merah muda)
d. RRYy (merah) x rrYy (kuning)
9. Pada ayam warna bulu oleh 2 gen komplementer C dan O. Jika kedua
alel dominan hadir barsama (CO), bulu berwarna, jika salah satu atau
kedua alel dominan tak hadir putih. Ada pula gen penghalang warna
bulu itu, sama halnya seperti gen I pada jagung, simbolnya pun sama:
I-i. Asal, mengandung alel dominan I ayam itu berbulu putih, meski alel
dominan C dan O hadir.
Ras White Leghorn bergenotip CCOOII, White Wyandotte ccOOii dan
White Silkie bergenotip CCooii.
a. Cari genotip F1 jika P White Wyandotte dan White Silkie. Cari pula
ratio fenotip F2
b. Cari ratio fenotip F2 jika P White Leghorn dan White Wyandotte
c. Cari ratio fenotip F2 jika P White Silkie dan White Leghorn
10. Pada ayam interaksi gen R-r dan P-p adalah sbb:
RP jawer walnut, Rp mawar, rP kacang, rp tunggal. Cari ratio fenotip
bentuk jawer anak-anak dari perkawinan berikut:
a. RrPp x RRPP
b. RrPp x RRpp
c. rrpp x RrPP
d. RrPp x rrpp
11. Pada gandum 3 pasang gen berinteraksi secara kumulatif (polimeri)
untuk menumbuhkan warna biji merah : W1-w1, W2-w2, W3-w3, jika
ketiga alel dominan W1, W2, dan W3 hadir semua, warnanya lebih gelap
daripada hanya 2 atau 1 sama. Jika hadir hanya alel resesif, tak satu
95
pun alel dominan, warna biji gandum itu putih. Carilah ratio fenotip F2
antara merah : putih, jika F1 menyerbuki sendiri. F1 adalah :
a. W1 w1, W2 w2, W3 w3
b. W1 w1, w2 w2, W3 W3
12. AABB hitam, aabb putih. Perkawinan keduanya memberikan 100%
coklat. Manakah pertanyaan dibawah ini yang benar?
a. Hitam dan coklat kodominan
b. Putih resesif terhadap hitam tapi kodominan terhadap coklat
c. Coklat dikawinkan dengan hitam tidak memberi keturunan hitam
d. Coklat dengan coklat memberikan 100% coklat
e. Jika salah satu gen dominan A atau B tak hadir maka individunya
coklat
13. Pada perkawinan tanaman bunga merah MMnn dengan bunga putih
mmNN, F1 berbunga ungu. F2 terdiri dari…
a. 100% merah jambu
b. Ungu : merah : putih (9 : 3 : 4)
c. 100% merah
d. 75% ungu dan 25% merah
14. Melanjutkan saol no 17 peristiwa interaksi gen disini disebut…
a. Komplementer
b. Kriptomeri
c. Epistasis
d. Polimeri
15. Gandum kulit hitam disilang dengan yang berkulit kuning.
Bergenotip HhKk dan bergenotip hitam. Dari sini dapatkah diketahui
bawa :
a. Sifat keturunan ini tergolong polimeri
b. Genotip P adalah HHkk x hhKK
c. Ratio fenotip F2 9 : 6 : 1
d. Hitam epistatis terhadap putih
16. Jika pada Dihibrid perbandingan fenotip F2 didapat 15 :1, maka…
a. Sifat keturunan itu tergolong polimeri
96
b. F1 semua bergenotip sama dan mutunya lebih ringan dari salah
satu P
c. Meski macam fenotip F2 hanya 2, tapi ada urutan mutu sifat
keturunan itu secara bertahap, sejak dari yang ringan sampai yang
berat
d. Ratio fenotip F2 diatas sesuai dengan penemuan Mendel
a. us negatif dan anak Rhesus positif
97