Anda di halaman 1dari 3

Mengejutkan, SMRC Bongkar Hasil Survei Soal Politik Uang, Hasilnya Bikin Geleng-

geleng

Jumat, 22 Desember 2023 – 09:41 WIB

Oleh : Erwin

Siap –Baru-baru ini Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkap hasil
survei terkait sejauh mana tanggapan masyarakat memandang soal praktek money politic
(politik uang) yang kerap terjadi pada proses pemilu.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terungkap menunjukkan bahwa sekitar 44 persen
masyarakat menilai politik uang hal yang wajar. Dengan jumlah daftar pemilih tetap (DPT)
204,8 juta, disebutkan, terdapat sekitar 90 juta pemilih yang anggap wajar politik uang.

Dalam survei SMRC yang dilakukan pada bulan November 2023, responden ditanyakan
mengenai adanya capres atau caleg atau orang yang membantu mereka memberikan uang
atau hadiah tertentu agar memilih calon tersebut.

Menjawab pertanyaan itu, sekitar 44 persen responden menilai hal itu bisa diterima sebagai
hal yang wajar.

Sementara itu, 56 persen menyatakan itu tidak bisa diterima atau tidak wajar.

“Artinya, dari 204 juta pemilih, hampir 100 juta menganggap politik uang sebagai sesuatu
yang lumrah, bukan masalah besar, atau bukan sesuatu yang tabu,” kata pendiri SMRC,
Saiful Mujani dalam diskusi “Potensi Politik Uang di Pemilu 2024” yang disiarkan kanal
YouTube SMRC TV, Kamis, 21 Desember 2023.

Lebih lanjut Saiful mengatakan bahwa masyarakat mengetahui politik uang merupakan hal
yang ilegal dan melanggar hukum.

Namun, jika penegakan hukum lemah, orang akan mencari celah untuk menyiasati aturan
tersebut.

Lantaran sudah terbiasa, kata Saiful, terdapat 44 persen warga yang menganggap wajar
menerima uang dari orang yang berharap dipilih.

“Mungkin itu pengalaman atau diskursus yang sudah berkembang di masyarakat bahwa
politik uang itu hal yang wajar. 44 persen ini adalah angka nasional. Kalau di-breakdown,
variasinya sangat tinggi antara satu daerah dengan daerah yang lain,” terangnya.

Dengan hasil survei ini, 4 dari 10 orang Indonesia menganggap politik uang itu wajar.

Tetapi, apakah yang menganggap politik uang itu wajar, mereka akan terpengaruh oleh
praktik politik uang?
Berdasarkan hasil survei SMRC menemukan terdapat 21 persen yang menyatakan akan
menerima dan akan memilih calon yang memberi uang atau hadiah tersebut, 5 persen yang
akan menerima dan akan memilih calon yang memberi uang atau hadiah lebih banyak, dan
sebanyak 68 persen yang menyatakan akan menerima uang atau hadiah tersebut, tetapi
masalah memilih calon anggota DPR ditentukan sendiri sesuai hati nurani.

Kemudian ada 6 persen yang menyatakan tidak akan menerima pemberian tersebut.

Saiful menuturkan bahwa dari 44 persen publik yang menganggap politik uang sebagai
sesuatu yang wajar, hanya 26 persen yang kemungkinan terpengaruh.

Dari total populasi pemilih, hanya sekitar 11 persen yang akan terpengaruh politik uang.

“Hanya 11 persen orang akan terpengaruh atau akan memilih karena dikasih uang. Artinya
hanya 1 dari 10 kasus. Kalau Anda ingin efektif dalam memberikan uang dan berharap orang
yang menerimanya akan memilih Anda sebagai calon, maka peluangnya adalah hanya 1 dari
10. Masalahnya adalah di mana orang yang 1 dari 10 warga itu?” katanya.

Hal ini karena tidak diketahui secara persis 11 persen itu siapa dan berada di mana.
Karenanya lanjut Saiful, politik uang tidak efektif dan efisien.

Saiful juga menduga politik uang banyak dibicarakan karena tidak diketahui secara persis
siapa dan berada di mana orang yang bisa dipengaruhi oleh politik uang tersebut.

Akibatnya, para pelaku politik uang akan menghamburkan uangnya.

Itulah, kata Saiful yang membuat pemilu mahal. Karena untuk mendapatkan 1 suara efektif
karena politik uang, Anda harus memberi 10.

“Ada 44 persen memang yang toleran, tidak mempersoalkan halal dan haramnya, tidak
memperhatikan hukum, tidak memperhatikan rasa malu, kalau dikasih, ya dikasih saja, tetapi
mereka belum tentu memilih. Yang memilih, dari 10 kasus, hanya 1,” tuturnya.

Saiful menekankan, pihaknya melacak 11 persen pemilih yang akan menerima politik uang
dan memilih calon yang memberi itu tidak mudah.

Akibatnya, para politikus pelaku politik uang menjadi spekulan. Mayoritas warga yang
menoleransi politik uang atau menganggap politik uang sebagai sesuatu yang wajar tidak
memilih berdasarkan pemberian uang.

“Kebanyakan mereka mengambil uangnya, tetapi tidak memilih berdasarkan pemberian


uang,” ujarnya.
Lebih lanjut Saiful mengatakan, hal itu menunjukkan adanya variasi tingkat kerentanan
pengaruh politik uang terutama menurut wilayah desa-kota, pendidikan dan pendapatan. Dari
aspek wilayah, orang yang tinggal di perdesaan lebih rentan dibanding yang di perkotaan.

Total ada sekitar 14 persen dari populasi pemilih di pedesaan atau 31 persen dari 44 persen
yang toleran yang rentan terpengaruh politik uang.

Sedangkan di perkotaan, hanya 9 persen atau 22 persen dari 42 persen.

Demikian pula dengan aspek pendidikan, pemilih berpendidikan rendah lebih rentan
dibanding yang berpendidikan tinggi.

Sekitar 15 persen warga berpendidikan SD atau lebih rendah rentan terpengaruh politik uang
atau 33 persen dari 45 persen.

Sementara pemilih berpendidikan perguruan tinggi ada 8 persen atau 28 persen dari 30
persen.

Adapun pada aspek pendapatan, yang berpendapatan rendah atau di bawah Rp 1 juta per
bulan atau lebih rendah lebih rentan terpengaruh politik uang, yakni sekitar 15 persen atau 35
persen dari 43 persen, sementara pada yang berpendapatan Rp 2 juta ke atas 9 persen atau 22
persen dari 42 persen.

Kesimpulannya, kata Saiful, profil yang mau dan terpengaruh politik uang adalah cenderung
tinggal di perdesaan, pendidikan rendah, dan pendapatan yang juga lebih rendah.

Untuk itu Saiful menegaskan, untuk mencegah terjadinya praktik politik uang, lembaga
pemantau atau pengawas pemilu bisa lebih fokus pada kelompok-kelompok tersebut.

“Untuk mencegah praktik politik uang atau menekan supaya politik uang tidak gila-gilaan
seperti itu, Bawaslu, pengawas, dan aparat fokus ke sana. Jagain orang desa, yang
berpendidikan rendah, dan berpendapatan kecil, supaya mereka tidak menjadi korban politik
uang,” tandasnya.

Link Artikel : https://siap.viva.co.id/news/3337-mengejutkan-smrc-bongkar-hasil-survei-soal-


politik-uang-hasilnya-bikin-geleng-geleng?page=all

Anda mungkin juga menyukai