Guru Pengasuh :
Sozaro Telaumbanua, S.Th
Melalui makalah ini diharapkan kita semua dapat memahami dengan baik peran dan fungsi
Demokrasi berdasarkan UUD 1945 yang ada di Indonesia, sehingga pada saat kita terjun kedalam
masyarakat memiliki keutuhan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap peran
dan fungsi Demokrasi berdasarkan UUD 1945 dalam memajukan Indonesia.
Saya yakin dan percaya dalam penulisan makalah ini ada banyak kekurangan, oleh sebab itu
kami minta dukungan dari guru pengasuh pelajaran PKN, maupun kepada teman-teman yang lain
untuk dapat memberi pendapat, dan saran agar kedepannya saya dapat memperbaiki kesalahan
tersebut.
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Pembelajaran 3
BAB 2 PEMBAHASAN 4
A.Periodisasi Pemberlakuan konstiusi di Indonesia 5
1. UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945) 5
2. UUD RIS 1949 (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949) 5
3. UUD 1950 (Undang-Undang Dasar 1950) 5
4. UUD NRI 1945 (Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945) 6
B. Perubahan UUD Tahun 1945 6
1. Latar Belakang Perubahan UUD 1945 6
2. Proses Perubahan UUD 1945 7
3. Hasil Perubahan UUD NRI 1945 7
C. Perilaku Demokrasi berdasarkan UUD 1945 Pada Era Keterbukaan 8
1. Makna Demokrasi pada Era Keterbukaan 8
2. Perilaku Demokrasi pada Era Keterbukaan Informasi 8
BAB 3 PENUTUB 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
B. Rumusan Masalah
Dari paragraf di atas beberapa pertanyaan yang perlu dibahas yaitu:
C. Tujuan pemabelajaran
Adapun tujuan pembelajaran yaitu:
Peta Konsep
1. UUD 1945
Periodisasi Pemberlakuan 2. UUD RIS 1949
Konstitusi di Indonesia 3. UUD 1950
4. UUD NRI 1945
1. Latar belakang
perubahan
Demokrasi Berdasarkan Perubahan UUD 2. Proses perubahan
UUD 1945 Tahun 1945 UUD 1945
3. Hasil perubahan
UUD NRI 1945
1. Makna Demokrasi
Perilaku demokrasi
dalam era keterbukaan
berdasarkan UUD NRI 1954
2. Perilaku Demokrasi
pada era keterbukaan
pada era keterbukaan
Selanjutnya, pada periode UUD 1945, Indonesia juga mengalami beberapa tantangan
dan perubahan dalam lingkup politik dan pemerintahan. Selama masa ini, negara berusaha
untuk mengkonsolidasikan kedaulatannya, menghadapi konflik internal dan eksternal, serta
menegakkan prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. Pemberlakuan UUD 1945
bukan hanya sebuah tindakan hukum formal, melainkan juga simbol dari tekad bangsa
Indonesia untuk membentuk negara yang adil, merdeka, dan berdaulat.
Pada 27 Desember 1949, UUD RIS 1949 diberlakukan sebagai respons terhadap
kondisi politik yang berkembang, di mana Indonesia bertransisi menjadi negara federasi
dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Pemberlakuan UUD RIS 1949
mencerminkan usaha untuk menciptakan kesatuan di tengah keberagaman dan gejolak politik
yang melibatkan berbagai entitas negara. Dokumen ini mendefinisikan struktur federasi,
dengan setiap negara bagian mempertahankan otonomi tertentu, menciptakan paradigma baru
dalam konstitusi Indonesia.
Meskipun eksperimen federasi ini berlangsung singkat, pemberlakuan UUD RIS 1949
menciptakan dampak yang signifikan dalam diskursus konstitusional Indonesia. Pengalaman
ini memperkaya pemahaman tentang dinamika hubungan antara pemerintah pusat dan entitas
daerah, yang tetap relevan dalam pembahasan tentang desentralisasi dan otonomi daerah di
masa kini.
Pada 17 Agustus 1950, UUD 1950 diberlakukan sebagai respons terhadap perubahan
politik signifikan yang melibatkan pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS) dan
pemulihan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). UUD 1950 mengakhiri eksperimen
federasi dan mengembalikan Indonesia ke dalam sistem pemerintahan kesatuan. Periode ini
mencerminkan tantangan dan dinamika dalam upaya untuk mengelola keberagaman politik
dan sosial di Indonesia pasca-kemerdekaan. Pemberlakuan UUD 1950 menciptakan landasan
5 | demokrasi berdasarkan UUD 1945
konstitusional baru, menggambarkan adaptasi negara terhadap perubahan situasional demi
menjaga stabilitas dan integritas nasional.
Diterapkan pada 5 Juli 1959, UUD NRI 1945 menggambarkan fase adaptasi lebih
lanjut dalam konstitusi Indonesia. Pemberlakuan ini terjadi dalam konteks krisis politik dan
Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Dokumen ini membawa perubahan signifikan dengan
memperkenalkan sistem presidensial, di mana presiden dan wakil presiden dipilih langsung
oleh rakyat. Keputusan ini tidak hanya menciptakan stabilitas politik tetapi juga memberikan
legitimasi lebih besar kepada pemerintah yang dipilih oleh suara rakyat. UUD NRI 1945
menjadi tonggak penting dalam sejarah konstitusional Indonesia, menetapkan landasan untuk
sistem pemerintahan yang masih berlaku hingga saat ini.
Latar belakang perubahan UUD 1945 di Indonesia tercermin dalam gejolak dan
perubahan besar yang dialami negara ini pasca-kemerdekaan. Pada awal 1950-an, Indonesia
menghadapi serangkaian tantangan politik dan sosial yang memerlukan adaptasi dalam
kerangka konstitusionalnya. Salah satu tantangan utama adalah Konfrontasi Indonesia-
Malaysia yang menciptakan tekanan besar terhadap stabilitas regional. Selain itu, negara juga
dihadapkan pada ketidakstabilan pemerintahan dan krisis politik internal yang membutuhkan
langkah-langkah konstitusional untuk memperkuat fondasi demokrasi. Latar belakang
perubahan UUD 1945 juga mencakup dinamika ekonomi dan perubahan sosial yang
mendorong perlunya konstitusi yang dapat merespons kebutuhan yang berkembang dalam
masyarakat.
Perubahan ini juga dapat dipahami dalam konteks perubahan global pasca-Perang
Dunia II. Dunia internasional mengalami transformasi besar, dan Indonesia sebagai negara
baru yang merdeka tidak dapat menghindar dari dampaknya. Munculnya blok-blok politik
baru dan perubahan dalam geopolitik mempengaruhi dinamika politik di Indonesia. Oleh
karena itu, latar belakang perubahan UUD 1945 mencakup kebutuhan untuk menciptakan
kerangka konstitusional yang dapat mengakomodasi perubahan dalam tatanan internasional
dan mengokohkan posisi Indonesia di panggung global.
Hasil dari perubahan UUD 1945 adalah lahirnya Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia (UUD NRI) 1945 pada 5 Juli 1959. Salah satu perubahan sentral yang
diakui adalah peralihan Indonesia ke sistem presidensial. Dalam kerangka ini, presiden dan
wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat, memberikan legitimasi yang lebih besar kepada
pemerintahan yang terpilih. Langkah ini tidak hanya menciptakan stabilitas politik, tetapi
juga menegaskan komitmen Indonesia terhadap nilai-nilai demokrasi, di mana kekuasaan
pemerintah berasal dari dan bertanggung jawab kepada rakyat. Hasil perubahan ini
membentuk pondasi bagi sistem pemerintahan yang lebih responsif dan akuntabel, seiring
dengan semangat kemerdekaan dan demokrasi yang menjadi pilar-pilar utama konstitusi
Indonesia.
Selain perubahan dalam sistem pemerintahan, UUD NRI 1945 juga menandai fase
adaptasi dalam struktur negara untuk mengatasi tantangan politik dan ekonomi pada saat itu.
Amendemen ini mencerminkan kemampuan Indonesia untuk beradaptasi dengan dinamika
perubahan dalam dan luar negeri, memperkuat fondasi demokrasi, dan menegaskan
kedaulatan negara. Hasil perubahan UUD NRI 1945 memainkan peran penting dalam
mengukuhkan arah konstitusional Indonesia, membawa dampak jangka panjang terhadap
perkembangan politik dan pemerintahan di negara ini.
Pada era keterbukaan, makna demokrasi meluas dan mendalam dengan menjadi
sebuah konsep yang tidak hanya terfokus pada struktur formal pemerintahan, melainkan juga
menyoroti partisipasi dan transparansi. Demokrasi tidak lagi dipandang sebagai sekadar
sistem pemilihan umum, tetapi sebagai suatu bentuk keterlibatan masyarakat yang aktif
dalam proses pengambilan keputusan. Keterbukaan membuka akses lebih besar terhadap
informasi pemerintahan, memberikan masyarakat alat untuk memantau, mengevaluasi, dan
bahkan membentuk kebijakan publik. Dalam konteks ini, makna demokrasi pada era
keterbukaan melibatkan pemahaman bahwa kekuasaan tidak hanya berasal dari pemerintah,
tetapi juga dari partisipasi aktif dan pengetahuan masyarakat. Masyarakat memiliki hak untuk
menuntut transparansi, akuntabilitas, dan responsivitas dari lembaga-lembaga pemerintahan,
menciptakan dinamika di mana rakyat memiliki peran kunci dalam pembangunan dan
pembentukan arah negara.
Keterbukaan juga mengartikan bahwa informasi adalah kekuatan, dan dalam konteks
demokrasi, kekuatan tersebut harus tersebar luas di antara warga negara. Dengan
meningkatnya keterbukaan, masyarakat dapat secara lebih efektif berkontribusi dalam
mengidentifikasi isu-isu kritis, mengajukan pertanyaan, dan merumuskan opini mereka
sendiri. Oleh karena itu, makna demokrasi pada era keterbukaan menciptakan dinamika di
mana warga negara bukan hanya penerima informasi, tetapi juga penafsir dan pengambil
keputusan yang berpartisipasi aktif dalam menyumbang pada pembangunan dan pengelolaan
negara. Hal ini mengarah pada konsepsi demokrasi yang lebih inklusif, dinamis, dan
responsif terhadap kebutuhan serta aspirasi masyarakat.
Pada era keterbukaan informasi, perilaku demokrasi menjadi semakin dinamis dan
inklusif. Akses yang lebih mudah terhadap informasi memungkinkan masyarakat untuk
terlibat secara langsung dalam proses demokratis. Warga negara tidak hanya menjadi
penonton, melainkan juga pemain aktif yang dapat menyuarakan pendapat mereka,
mendiskusikan isu-isu kritis, dan mempengaruhi kebijakan publik. Perilaku demokrasi pada
era keterbukaan informasi tercermin dalam partisipasi yang lebih aktif di berbagai platform,
termasuk media sosial, forum daring, dan aksi-aksi masyarakat sipil. Masyarakat memiliki
kekuatan untuk membentuk opini mereka sendiri, memberikan umpan balik langsung kepada
pemerintah, dan bahkan mengorganisir gerakan sosial yang mendorong perubahan.
Selain itu, perilaku demokrasi pada era keterbukaan informasi juga menekankan pada
transparansi dan akuntabilitas. Masyarakat dapat mengawasi kinerja pemerintah dengan lebih
cermat, memeriksa penggunaan dana publik, dan menuntut tanggung jawab dari para
pemimpin. Keterbukaan informasi menciptakan dinamika di mana kebijakan publik bukan
hanya hasil keputusan pemerintah, tetapi juga merupakan respons terhadap aspirasi dan
kebutuhan riil masyarakat. Ini memperkuat prinsip dasar demokrasi, yaitu bahwa kekuasaan
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan teman-teman tidak hanya sekedar membaca
saja namun dapat mencapai tujuan pembuatan makalah ini. Di sini saya juga akan menerima
usul ataupun saran demi memperbaiki kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja saya lakukan,
usul dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaaat bagi penulis karena penulis menyadari bahwa
laporan yang penulis buat jauh dari kesempurnaan.