Anda di halaman 1dari 15

10

BAB II
SIFAT FISIK BATUAN

2.1 Tujuan
Untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari suatu batuan. Cara dapat digunakan
terhadap batuan yang tidak mudah hancur, mengembang dan melekat satu
dengan lainnnya, serta tidak meresap air bila dipanaskan.

2.2 Landasan Teori


Batuan terbentuk secara bertahap dan memiliki siklus. Siklus ini dikenal
dengan nama siklus gaeologi atau daur geologi yaitu siklus ini menjelaskan
bagaimana keterhubungan antara batuan beku, sedimen dan metamorf dengan
mengalami tahapan-tahapan yang mempengaruhi pembentukan batuan.
Dalam mempelajari batuan dikenal dengan namanya sifat fisik dan
mekanis pada batuan. Sifat fisik yaitu sifat yang telah ada dan mutlak pada suatu
batuan dan nampak langsung. Sedangan sifat mekanis yaitu sifat yang muncul
pada batuan apabila telah diberi gaya-gaya. Gaya-gaya tersebut berupa tekanan,
tarikan, dan lain-lain. Output yang dihasilkan berupa respon dari batuan yang
diberi gaya tersebut seperti elastisitas dan plastisitas.
Untuk menetukan sifat fisik batuan, diperlukan perconto batuan untuk
dilakukan pengujian, pembuatannya dijelaskan sebagai berikut.
a. Di Laboratorium
Pembuatan perconto di laboratorium dilakukan dari blok batu yang
diambil dari lapangan yang dibor dengan penginti laboratorium. Perconto
yang didapat berbentuk silinder dengan diameter pada umumnya antara
50 – 70 mm dan tingginya dua kali diameter tersebut. Ukuran perconto
dapat lebih besar dari ukuran yang disebut di atas tergantung dari
maksud pengujian.
b. Di Lapangan
Dari hasil pemboran inti (core drilling) langsung ke dalam batuan yang
akan diselidiki di lapangan didapat inti yang berbentuk silinder. Inti
11

tersebut langsung dapat dipergunakan untuk pengujian laboratorium


dengan syarat tinggi perconto minimal dua kali diameternya. Setiap
perconto yang diperoleh kemudian diukur diameter dan tingginya, dihitung
luas permukaan dan volumenya.

2.3 Alat dan Bahan


a. Desikator yang digunakan untuk menyedot udara yang ada pada pori pori
spesimen.
b. Pemanas (oven) dengan temperatur 1050 C s/d 1100 C, digunakan untuk
memanaskan specimen selama kurang lebih 24 jam.
c. Jangka sorong, untuk mengukur diameter dan panjang specimen.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,02 gr.
e. Pompa vacum, untuk menjenuhkan specimen.
f. Stopwatch.

2.4 Prosedur
a. Siapkan kurang lebih 6 – 7 spesimen yang berbentuk silinder.
b. Volume batuan diukur dengan menentukan dimensinya menggunakan
jangka sorong.
c. Spesimen dijenuhkan dalam tabung vacuum dengan daya isap kurang
dari 0,008 kgf/cm2 selama 24 jam.
d. Batuan diangkat dari tempat pemvacuman setelah penjenuhan 24 jam.
e. Batuan dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada batuan
tersebut dang dikeringkan dengan lap bersih dan kering.
f. Kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat jenuh
tergantung pada tiap-tiap batuan dengan terlebih dahulu menimbang
cawan timbangan.
g. Dilakukan penimbangan berat jenuh tiap-tiap batuan.
h. Selanjutnya batuan dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105 0 - 1100 C
selama kurang lebih 24 jam.
i. Setelah di oven selama kurang lebih 24 jam batuan diangkat dari oven
untuk melakukan penimbangan berat kering, dilakukan setelah batuan itu
didinginkan terlebih dahulu.
12

2.5 Rumus yang Digunakan


Sebelum melakukan perhitungankepada rumus, ada beberapa hal yang
dilakukan yaitu pengukuran terhadap :
a. Berat percontoh asli (natural) : Wn
b. Berat percontoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama 24
jam dengan temperatur kurang lebih 900 C) : Wo
c. Berat percontoh jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24 jam) :
Ww.
d. Berat percontoh jenuh + berat air + berat bejan : Wa.
e. Berat percontoh jenuh tergantung di dalam air + berat air + berat bejan :
Wb.
f. Berat percontoh jenuh di dalam air : Ws = (Wa-Wb).
g. Volume percontoh tanpa pori-pori : Wo-Ws.
h. Volume percontoh total : Ww-Ws.

Rumus umum yang digunakan untuk menentukan sifat fisik batuan adalah
sebagai beirkut :
Wn
a. Bobot isi asli (natural density) :
Ww−Ws
Wo
b. Bobot isi kering (dry density) :
Ww−Ws
Ww
c. Bobot isi jenuh (saturated density) :
Ww−Ws
Wo
d. “Apparent specific gravity” : /bobot isi air
Ww−Ws
Wo
e. “True specific gravity” : /bobot isi air
Wo−Ws
Wn−Wo
f. Kadar air asli (natural water content) : x 100%
Wo
Ww−Wo
g. “Saturated water content” (absorption) : x 100%
Wo
Wn−Wo
h. Derajat kejenuhan (degree of saturation) : : x 100%
Ww−Wo
Ww−Wo
i. Porositas : n = x 100%
Ww−Ws
13

n
j. “Void Ratio” : e = :
1−n

2.6 Data Hasil Percobaan dan Pengolahahn Data


Kelompok 1

Diketahui :
- Wn = 92,1 gr - Wo = 88 gr - Kontainer = 13.1 gr
- Ww = 107,1 gr - Ws = 76 gr
Wn
a. Bobot isi asli :
Ww-Ws
: 92,1 gr = 1,13 gr/cc
107,1 gr- 26 gr
Wo
b. Bobot isi kering :
Ww-Ws
: 88gr = 1,08 gr/cc
107,1 gr - 26 gr
Ww
c. Bobot isi jenuh :
Ww-Ws
: 107,1gr = 1,32 gr/cc
107,1 gr - 26 gr

Wo
d. “Apparent S.G” : / bobot isi asli
Ww-Ws
: 88gr / 1,13 gr/cc = 0,95 gr/cc
107,1 gr - 26 gr
Wo
e. “True S.G : / bobot isi asli
Wo-Ws
: 88 gr / 1,13 gr/cc = 1,25 gr/cc
88gr- 26 gr

Wn - Wo
f. Kadar air asli : ×100%
Wo
: 92,1 gr – 88 gr x 100% = 4,66 %
88 gr
Ww - Wo
g. “satu rated water content”: ×100%
Wo
14

: 107,1 gr – 88 gr x 100% = 21,7 %


88 gr
Wn - Wo
h. Derajat kejenuhan : ×100%
Ww - Wo
: 92,1 gr – 88 gr x 100% = 21,46 %
107,1 gr – 88 gr
i. Porositas : Ww – Wo x 100%
Ww - Ws
: 107,1 gr – 88 gr x 100% = 23,55 %
107,1 gr – 26 gr

j. “Void ratio” : _n_


1- n
: _0,2355 = 0,3080 gr
1 – 0,2355
Kelompok 2
Diketahui :
- Wn = 37,2 gr - Wo = 35,1 gr - Kontainer : 13,1 gr
- Ww = 45,3 gr - Ws = 16,8 gr

Sumber: Hasil Kegiatan Praktikum Geomekanilka 2015


Foto 2.1
Batuan Sampel

Wn
a. Bobot isi asli :
Ww-Ws
: 37,2 gr = 1,30 gr/cc
45,3 gr – 16,8 gr
15

Wo
b. Bobot isi kering :
Ww-Ws
: 35,1 gr = 1,23 gr/cc
45,3 gr – 16,8 gr
Ww
c. Bobot isi jenuh :
Ww-Ws
: 48,35 gr = 1,58 gr/cc
45,3 gr – 16,8 gr
Wo
d. “Apparent S.G” : / bobot isi asli
Ww-Ws
: 35,1 gr / 1,30 gr/cc = 0,94 gr/cc
45,3 gr – 16,8 gr

Wo
e. “True S.G : / bobot isi asli
Wo-Ws
: 35,1 gr / 1,30 gr/cc = 1,46 gr/cc
35,1gr– 16,8 gr
Wn - Wo
f. Kadar air asli : ×100%
Wo
: 37,2 gr – 35,1gr x 100% = 5,98 %
35,1 gr
Ww - Wo
b. “satu rated water content”: ×100%
Wo
: 45,3 gr – 35,1 gr x 100% = 29 %
35,1 gr
Wn - Wo
c. Derajat kejenuhan : ×100%
Ww - Wo
: 37,2 gr – 35,1 gr x 100% = 20,58 %
45,3 gr – 35,1 gr
d. Porositas :Ww – Wo x 100%
Ww - Ws
: 45,3gr – 35,1 gr x 100% = 35,78%
45,3 gr – 16,8 gr

e. “Void ratio” : _n_


1- n
: _0,35 = 0,53 gr
1 – 0,35
16

Kelompok 3
Diketahui :
- Wn = 37,6 gr - Wo = 30,7 gr - Kontainer : 13,1 gr
- Ww = 39,5 gr - Ws = 26,1 gr
Wn
a. Bobot isi asli :
Ww-Ws
: 37,6 gr = 2,8 gr/cc
39,5 gr – 26,1 gr
Wo
b. Bobot isi kering :
Ww-Ws
: 30,7 gr = 2,29 gr/cc
39,5 gr – 26,1 gr
Ww
c. Bobot isi jenuh :
Ww-Ws
: 39,5 gr = 2,9 gr/cc
39,5 gr – 26,1 gr
Wo
d. “Apparent S.G” : / bobot isi asli
Ww-Ws
: 2,9 gr = 2,9 gr/cc

1
Wo
e. “True S.G : / bobot isi asli
Wo-Ws
: 30,7 gr = 6,67 gr/cc
30,7gr – 26,1 gr
Wn - Wo
f. Kadar air asli : ×100%
Wo
: 37,7 gr – 30,7 gr x 100% = 22,80 %
30,7 gr

Ww - Wo
f. “satu rated water content”: ×100%
Wo
: 39,5 gr – 30,7 gr x 100% = 28,66 %
30,7 gr

Wn - Wo
g. Derajat kejenuhan : ×100%
Ww - Wo
: 37,7 gr – 30,7 gr x 100% = 60,34 %
37,7 gr – 26,1 gr
17

h. Porositas :Ww – Wo x 100%


Ww - Ws
: 45,3 gr – 35,1 gr x 100% = 35,78%
45,3 gr – 16,8 gr
i. “Void ratio” : _n_
1- n
: _0,35 = 0,53 gr
1 – 0,35
18

POROSITAS, BERAT JENIS, KADAR AIR, DERAJAT KEJENUHAN

Contoh : Batu Pasir dan Granit No. Contoh :1


Lokasi / Asal : Diuji Tanggal : 10 Maret 2015
Lubang Bor :
kelompok Kelompok Kelompok
No Parameter
I II III
1 Berat asli, Wn (gr) 92,1 gr 37,2 gr 37,7 gr
2 Berat Jenuh, Ww (gr) 107,1 gr 45,3 gr 39.5 gr
3 Berat Jenuh Tergantung, Ws (gr) 76 gr 16,6 gr 26,1 gr
4 Berat Kering, Wo (gr) 88 gr 35,1 gr 30,7 gr
5 Bobot Isi Asli, ɤn = Wn / (Ww – Ws) 1,13 gr 1,30 gr 2,8 gr
6 Bobot Isi Jenuh, ɤs = Ww / (Ww – Ws) 1,32 gr 1,58 gr 2,9 gr
7 Bobot Isi Kering, ɤd = Wo / (Ww – Ws) 1,08 gr 1,23 gr 2,29 gr
8 Apparent S.G.S Gapp = (Wo / (Ww – Ws)) / Bobot Asli 0,95 gr 0,95 gr 2,9 gr
9 True S.G, S.Gtr = (Wo / (Wo – Ws)) / Bobot Asli 1,25 gr 1,42 gr 6,67 gr
10 Kadar Air Asli, W = ((Wn – Wo) / Wo) x 100% 4,66 % 5,98 % 22,80 %
11 Kadar Air Jenuh (Absorbtion), A = ((Ww – Wo) / Wo) x 100% 21,7 % 29 % 28,66 %
12 Derajat Kejenuhan, S = ((Wn – Wo) / (Ww - Wo) )x 100% 21,46 % 20,5 % 60,34 %
13 Porositas, n = = ((Ww – Wo) / (Ww - Ws) )x 100% 23,55 % 35,7 % 35,78 %
14 Void Ratio, e = n / (1 - n) 0,3080 gr 0,53 gr 0,53 gr
Sumber : Data Hasil Praktikum Geomekanika 2015
19

2.8 Analisa
Pengujian sifat fisik batuan ini dimaksudkan agar mengetahui keadaan
batuan saat kondisi jenuh total hingga kering seluruhnya. Dari pengujian ini dapat
dianalisakan bahwa sampel 1 memiliki persentase dalam parameter sifat fisik
lebih besar daripada sampel 2 dikarenakan data persentasenya pun lebih besar
sampel 1 dibandingkan sampel 2. Sebagai contoh Porositas sampel 1 yaitu batu
pasir memiliki perbandingan volume pori dengan total lebih besar dibandingkan
sampel 2 yaitu granit. Dapat dianalisakan sampel 1 parameter sifat fisiknya lebih
besar daripada sampel 2.

2.9 Kesimpulan
Suatu batuan memiliki sifat yang dapat membedakan tiap-tiap batuan.
Sifat batuan dinyatakan dalam sifat fisik dan sifat mekanis. Sifat fisik yaitu sifat
batuan yang mutlak keberadaannya pada tiap batuan. Maksud mutlak sendiri
adalah alami atau natural yang tidak bisa diubah oleh faktor lain yang dapat
merubah seperti gaya. Sedangkan sifat mekanis adalah sifat yang muncul
apabila telah diberikan suatu gaya pada batuan tersebut. Tanpa gaya, maka sifat
mekanis batuan tidak akan muncul.
Untuk mengetahui sifat fisik batuan diperlukan pengujian terhadap batuan
yang bermassa natural dengan dilakukan penjenuhan dan pengeringan sehingga
dapat dikaetahui berat jenis dari keadaan jenuh dan kering. Kemudian dari berat
jenis tiap kedaan jenuh, kering dan natural dapat diketahui pula porositas dan
permeabilitas yang merupakan parameter pada pengujian sifat fisik batuan.
10
11
12
13
14

Anda mungkin juga menyukai