Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di Kecamatan Salak. Pakpak Bharat
pada pertanian dan perkebunan. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki jumlah penduduk
Kabupaten Pakpak Bharat terbentuk pada tanggal 28 Juli 2003 dan merupakan
hasil dari pemekaran Kabupaten Dairi. Etnis yang mendiami kabupaten ini pada
umumnya adalah suku Pakpak, yakni salah satu subsuku Batak. Walaupun sering
dikaitkan dengan suku Batak lainnya, orang-orang suku Pakpak mempunyai versi
keinginan dan tekad bulat dari masyarakat Pakpak Bharat untuk meningkatkan status
daerahnya menjadi suatu Kabupaten dalam kerangka NKRI, dengan tujuan agar
masyarakat dan daerah, sesuai dengan aspirasinya untuk meningkatkan taraf hidup
menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera merupakan dasar dari usul
tiga kecamatan dari Dairi ini mengambil nama sub-wilayah suku Pakpak. Sebelum
1
https://www.pakpakbharatkab.go.id/
Pakpak Bharat, Aceh Selatan, dan Pakpak Bharat ini sudah mempunyai struktur
pemerintahan tersendiri.
Raja Ekuten atau Takal Aur bertindak sebagai pemimpin satu suak. Suku
Pakpak terdiri atas lima suak, menurut literatur sejarah bahwa wilayah Dairi sangat
luas dan pernah jaya di masa lalu. Sesuai dengan struktur organisasi di atas, maka
Kajang, Belenggen, Gelombang Runding dan Singkil (saat ini wilayah Aceh)
Dulunya Kepala Adat pada masyarakat Pakpak disebut dengan Pertaki atau
Kappung (kepala kampung) yang menjadi pimpinan dan penanggung jawab dari suatu
Lebbuh atau Kuta dengan Sulang Silima sebagai pelaksana tugasnya, oleh Karena
menghilang keberadaannya dan Sulang Silima yang dianggap sebagai ketua adatnya.
Pada umumnya pertaki juga merupakan raja adat sekaligus sebagai panutan di
kampungnya. Di setiap kuta ada sulang silima, sebagai pembantu pertaki yang terdiri
dari Perisang-Isang (anak paling besar), Pertulang Tengah (anak tengah), Perekur-
Ekur (anak paling kecil), Perpunya Ndiadep (anak perempuan), dan Perbetekken (satu
marga), juga mengalami perubahan. Sulang silima yang dikenal sekarang adalah
1. Raja Ekuten, sebagai pemimpin satu wilayah (Suak) atau yang terdiri dari
3. Sulang Silima, sebagai pembantu Pertaki pada setiap Kuta (kampong), yang
terdiri dari:
a. Perisang-Isang;
b. Perekur-Ekur;
c. Pertulah Tengah;
d. Perpunca Ndiadep;
e. Perbetekken.
Meski struktur pemerintahan ini sudah tidak dipakai lagi, tetap dipertahankan
sebagai sumber hukum adat budaya Pakpak. Hampir 90 % (sembilan puluh persen)
Mandailing, Nias, Karo, Melayu, Angkola, dan Simalungun serta suku lainnya.
Agaknya, hal inilah yang menjadi pendorong wilayah Pakpak untuk memekarkan diri.
segala sumber hukum adat Pakpak yang berkaitan dengan hukum pertanahan, hukum
masyarakat Pakpak, dimana dalam pelaksanaannya di luar dari kelima unsur yang ada
dalam Sulang Silima diangkatlah satu orang dengan marga yang sama kepala adat,
fungsi kepala adat di sini hanyalah sebagai perantara masyarakat dengan kelima unsur
Sulang Silima, kepala adat di sini tidak berhak untuk mengambil keputusan dalam
pelaksanaan adat, kepala adat ini hanya berfungsi dengan baik pada saat acara-acara
adat saja, sedangkan Sulang Silima sama dengan peranan Pertaki atau Kappung
(kepala kampung). Kelima unsur yang terdapat dalam Sulang Silima bukan satu
ketetapan yang mana isi dari kelima unsur masih merupakan satu keluarga dari satu
garis keturunan.
Pakpak Bharat Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Lembaga Adat Sulang Silima Marga-
Marga Pakpak Suak Simsim sebagai Lembaga Adat yang dibentuk dan anggotanya
dipilih sendiri oleh para marganya. Walaupun Sulang Silima ini menjadi satu
kesatuan, tetapi dalam pembentukannya juga masih berdasarkan keturan keluarga satu
empungnya (kakek). Umumnya peranan Sulang Silima pada saat ini terlihat dalam
Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Lembaga Adat Sulang
dibidang pertanahan adat. Dalam Pasal 8 Huruf (c) Peraturan Daerah Kabupaten
Pakpak Bharat Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Lembaga Adat Sulang Silima Marga-
Pasal tersebut masih bersifat abstrak karena mempunyai makna umum yaitu
rinci sengketa apa saja yang dapat ditangani atau diselesaikan Lembaga Adat Sulang
Menurut Pasal 10 angka (3) huruf (j) Peraturan Bupati Pakpak Bharat Nomor
51 Tahun 2017 Tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi Dan Uraian Tugas Jabatan
Bharat yaitu
Pasal 3 ayat (1) huruf (c) dan (d) Peraturan Bupati Pakpak Bharat Nomor 41
Tahun 2020 Tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul Dan
terkait degan pengelolaan Tanah Adat belum diatur secara spesifik dalam Peraturan
Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Recana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pakpak
Bharat Tahun 2016-2036, Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat yang berada di tanah
kawasan lindung dan kawasan budidaya harus sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan tentang tanah ulayat yang berlaku. Selanjutnya dalam Pasal 3 ayat (3)
Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Recana
a. Kecamatan Salak: tanah ulayat marga Boang Manalu, marga Banurea, marga
b. Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe: tanah ulayat marga Angkat, marga
Berutu;
d. Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu: tanah ulayat marga Berutu, marga Munte;
g. Kecamatan Tinada: tanah ulayat marga Solin, marga Sinamo, marga Padang;
Pakpak, kecuali tanah Rading Berru (tanah yang diberikan kepada anak
perempuan/menantu sepanjang masih dipakai) dan bila tidak dipakai lagi harus
serta kebutuhan akan tanah dan kepentingan akan uang pergeseran/pengalihan tanah
yang dikatakan tidak ada tersebut dapat dikesampingkan asal sesuai dengan tata cara
adat dan telah mendapat izin dari Sulang Silima. Disinilah peran serta dan pentingnya
Sulang Silima sebagai Kepala Adat. Eksistensi atau keberadaan Sulang Silima Marga
Pada Suku Pakpak adalah salah satu lembaga adat yang mempunyai peranan penting
adat.
Secara de facto dan de jure peranan Lembaga Adat Sulang Silima Marga
terlihat dari sejak dulu sebelum datangya Kolonial Belanda ke nusantara sampai
zaman kemerdekaan sekarang. Ini menandakan bahwa adat merupakan salah satu
peninggalan nenek moyang bangsa yang belum punah atau hilang sesuai dengan
perekembangan zaman. Dan hal ini selaras berjalan beriringan dengan semangat yang
Dahulu hukum adat yang sifatnya lisan disatu sisi dan perkembangan zaman
baik.
sehingga kadang kala menimbulkan salah paham dan carut marut di tengah-tengah
dan pimpinan Lembaga Adat Sulang Silima Marga pada masyarakat Pakpak untuk
dan bijaksana demi kepentingan masyarakat banyak. Dan bila dimungkinkan hal ini
bisa dilakukan oleh Pemerintah melalui biro hukum atau lembaga yang kompeten
Penetua Adat serta pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Marga Pakpak.
Hal ini didasarkan pada bahwa Lembaga Adat Sulang Silima Marga adalah
lembaga yang menerbitkan alas hak tanah yang mana status tanah tersebut dari tanah
marga. Kemudian setetelah dikeluarkannya tanah tersebut dari tanah marga melalui
alas hak tanah tersebut untuk dilakukan proses sertipikasi surat tanah untuk dimiliki
ada semenjak zaman sebelum penjajahan Belanda dan sampai hari ini, diakui oleh
Pemerintah dan dihormati oleh etnis lainnya yang merantau dan pendatang di wilayah
suku Pakpak.2 Selain Lembaga Adat Sulang Silima Marga berwenang untuk
membuka hutan, Lembaga Adat Sulang Silima Marga juga berwenang untuk
Lembaga Adat Sulang Silima Marga dilakukan apabila disetujui oleh forum
musyawah Lembaga Adat dan dilakukan secara gotong royong. Setelah dalam forum
gotong royong disetujui untuk melakukan pembukaan hutan, maka akan ditunjuk
panitia dan koordinator yang menjadi pemimpin rombongan dari Lembaga Adat
Sulang Silima Marga tersebut. Kemudian hasil dari pembukaan hutan tersebut berupa
kayu hutan, maupun buah-buahan akan diambil dan dibagi-bagikan untuk seluruh
anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga yang ikut bergotong royong dalam
Setelah pembukaan hutan selesai dan menjadi tanah yang cocok untuk
perladangan, maka seluruh anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga melakukan
tersebut. Pembagian tanah hutan tersebut disesuaikan dengan kedudukan para anggota
Lembaga Adat Sulang Silima Marga dan tingkat kontribusi yang dilakukan para
anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga tersebut. Misalnya kalau ada seorang
2
Ramly Yusuf Angkat, 2013, Kewenangan Lembaga Adat Sulang Siima Di Bidang
Pertanahan Pada Masyarakat Pakpak Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi, Tesis, Magister
Kenotaritan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, halaman 67.
anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga yang kontribusinya baik dilihat dari
tingkat absensi pada saat melakukan kerja gotong royong dalam pembukaan hutan
tersebut adalah baik, kemudian tingkat kerjanya juga bagus, maka yang bersangkutan
akan memperoleh tanah yang hasil pembukaan hutan tersebut disesuaikana dengan
luas hutan yang dibuka oleh sulang silima marga tersebut, dan tentu berbeda dengan
hasil yang diberikan oleh forum musyawarah Sulang Silima kepada anggota yang
yang tingkat absensinya buruk ditambah jam kerjanya yang rendah. Dan ini sesuai
dengan prinsip proporsional yang dianut dalam Lembaga Adat Sulang Silima Marga
tersebut.
Tanah hutan yang menjadi milik Lembaga Adat Sulang Silima Marga dapat
dimanfaatkan oleh anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga melalui persetujuan
dari pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Marga, persetujuan dari pengurus
Lembaga Adat Sulang Silima Marga tersebut dibarengi dengan pemberian hak atas
tanah dan dikeluarkan statusnya dari tanah marga Lembaga Adat Sulang Silima
menjadi statusnya dikuasai oleh individu untuk dimanfaatkan oleh penerima tersebut,
dan biasanya hal ini melalui proses penyerahan dalam adat Pakpak. Penyerahan ini
dilakukan dengan memberikan sejumlah uang, beras, ayam ataupun kambing. Adapun
luas bidang tanah hutan yang diserahkan kepada individu anggota masyarakat
menyangkut batas tanahnya dan segala biaya administrasinya menjadi beban yang
menerima tanah. Lembaga Adat Sulang Silima hanya memberikan surat penyerahan
yang berupa surat di bawah tangan. Kemudian sipenerima tanah akan meneruskan
surat tersebut ke pihak Kelurahan untuk diketahui dan disetujui oleh Lurah telah
dilakukannya penyerahan tanah hutan oleh Lembaga Adat Sulang Silima Marga
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus
berkesinambungan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-
satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidangbidang
tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak
Pendaftaran tanah meliputi pendaftaran tanah untuk pertama kali dan kegiatan
pemeliharaan data yang tersedia. Pendaftraan tanah pertama kali dapat dilakukan
melalui dua cara yaitu secara Sistematik dan secara Sporadik. Pendaftaran tanah
secara Sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang
dilakukan secara serentak, yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum
didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu Desa atau Kelurahan. Umumnya
pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau untuk beberapa objek
pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu Desa atau Kelurahan
secara individual.
Kecamatan Sidikalang tidak terlepas dari peranan dan kewenangan yang dimiliki oleh
Lembaga Adat Sulang Silima Marga. Hal ini tentunya tidak terlepas bahwa Lembaga
Adat Sulang Silima Marga adalah pemangku hak wilayah di Kecamatan Sidikalang,
sebagai berikut :
pembuktian atau berupa bukti pelepasan tanah, baik yang merupakan surat
segel ataupun yang pernah dilakukan secara lisan. Dan penyerahan yang
dilakukan secara tertulis disertai dengan surat pelepasan tanah dan surat
alas hak tanah yang diterbitkan Lembaga Adat Sulang Silima, dan surat
alas hak alas tanah tersebut yang nantinya menjadi dasar si penerima
tanah yang diterbitkan oleh Camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah
dokumen yang dibutuhkan, berupa alas hak tanah, kartu tanda penduduk,
Adat Sulang Silima untuk diterbitkannya alas hak tanah oleh Lembaga
Adat Sulang Silima. Setelah alas hak tanah tersebut diterbitkan oleh
c. Alas hak tanah yang diterbitkan oleh Lembaga Adat Sulang Silima
atas suatu tanah, sehingga tanah-tanah yang tidak memiliki alas hak tanah,
5. Peranan Lembaga Adat Sulang Silima Dalam Peralihan Hak Atas Tanah
Warisan, Jual-Beli, Hibah
Hak ulayat diakui oleh UUPA, tetapi pengakuan itu disertai 2 (dua) syarat
sepanjang menurut kenyataannya masih ada. Di daerah-daerah di mana hak tidak ada
lagi, tidak akan dihidupkan kembali. Di daerah-daerah di mana tidak ada pernah ada
hak ulayat tidak akan dilahirkan hak baru. Pelaksanaan hak ulayat diatur dalam pasal
3 UUPA.
hukum adat itu “lebensraum”-nya. Selain itu eksistensi hak ulayat masyarakat
hukum adat yang bersangkutan juga diketahui dari kenyataan, masih adanya.
3. Kepala adat dan para tetua adat yang pada kenyataannya dan diakui oleh para
Dalam ketentuan UUPA, jual-beli, warisan, hibah tanah milik adat merupakan
bagian dari peralihan hak atas tanah. Boedi Harsono menyebutkan bahwa pada
dasarnya peralihan hak atas tanah dapat terjadi karena 2 (dua) sebab yaitu :
1. Pewarisan tanpa wasiat yakni peralihan hak atas tanah karena pemegang suatu
hak atas tanah meninggal dunia, dengan kata lain hak tersebut beralih kepada
ahli warisnya, sementara siapa ahli warisnya dan berapa bagian masing-
lain. Bentuk peralihan hak bias berupa jual beli, sewa menyewa, hibah,
pemberian menurut adat, pemasukan dalam perusahaan atau inbreng dan juga
Jadi dapat dijelaskan bahwa pengertian beralih dan dapat dialihkan dalam hal
mempunyai suatu hak meninggal dunia, sehingga dengan sendirinya hak itu
peralihan hak karena warisan terjadi hukum adat saat pemegang hak yang
bersangkutan meninggal dunia. Sejak itu ahli waris menjadi pemegang hak
yang beru.
2. Dialihkan adalah suatu peralihan hak yang dilakukan dengan sengaja supaya
hak tersebut terlepas dari pemilik semula. Dengan kata lain peralihan hak ini
C. Dasar Hukum Lembaga Adat Sulang Silima Marga Pakpak Suak Simsim
Perundang-Undangan.
Tugas Pokok, Fungsi Dan Uraian Tugas Jabatan Struktural Sekretariat Daerah,
10. Peraturan Bupati Pakpak Bharat Nomor 41 Tahun 2020 Tentang Daftar