penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
II. TRADISI
Tradisi adat yang ada dalam kehidupan Batak Pakpak ialah upacara adat atau disebut
dengan Kerja. Masyarakat Batak Pakpak mengenal dua jenis upacara adat (disebut kerja
dalam bahasa Pakpak), yang pertama disebut kerja baik berhubungan dengan pesta sukacita
misalnya, pesta perkawinan, pesta kelahiran anak, panen dan lainya, upacara yang kedua
merupakan kebalikanya, disebut kerja Njahat, karena berhubungan dengan dukacita
tepatnya pesta atau upacara Kematian. Kedua upacara tersebut tidak terlepas dari
kehidupan manusia. Upacara sukacita „kerja baik‟ yang paling sering dilakukan oleh
masyarakat Pakpak adalah pesta perkawinan, sebab perkawinan merupakan suatu awal
tahapan kehidupan yang harus dilalui ketika manusia membentuk status baru dalam
kehidupan dan lingkunganya.
Perkawinan yang ideal atau yang diharapkan bagi orang Pakpak kawin dengan putri
puhun (paman, saudara laki-laki dari ibu), yang disebut muat impalnya atau istilah lain
disebut menongketti. Menongketti artinya menyokong atau meneruskan kedudukan si ibu
dalam keluarga marga laki-laki. Bilamana seorang laki-laki kawin dengan putri orang lain,
bukan putri Pamannya, disebut dengan istilah mungkah uruk (pindah generasi), maka si laki-
laki (calon pengantin) beserta orangtuanya harus terlebih dahulu meminta izin puhunnya
„pamannya‟ dengan cara memberi makan dan memberikan oles yang disebut dengan
menaruhkan oles. Sebaliknya juga bilamana si wanita (putri pamannya) terlebih dulu
menikah maka dia juga wajib permisi kepada si laiki-laki „impalnya‟, tetapi tidak harus
menyediakan seperti yang dilakukan laki-laki.
Dalam adat pak-pak, pesta perkawaninan ada yang disebut pesta merbayo karena
pesta tersebut sangat diharapkan dan ideal bagi masyarakat Batak Pakpak. Kedua belah
pihak memberi kesepatakan yang sama sehingga semua kewajiban adat dipenuhi pada saat
upacara dilaksankan. Jika pernikahan tanpa adanya upacara adat bukan disebut merbayo.
Kewajiban pihak kerabat pengantin perempuan disebut penjukuti. Jenis dan kelengkapannya
ditentukan oleh jenis jumlah uang yang diterima „mas kawin‟ dari pihak kerabat laki-laki.
Bilamana uang disertai emas, maka wajib diserahkan ternak yang berkaki empat seperti
kambing dan kerbau. Jalannya upacara dipandu oleh perkata kata. Seorang perkata-kata,
ditentukan sebelum tahapan mengkata utang yaitu pada saat acara sungkun simpanganen
„diskusi keluarga‟, Kedua keluarga mempelai melakukan hal ini untuk mendiskusikan siapa
yang pantas menjadi perkata-kata dan kesepakan berapa mas kawain yang mereka akan
minta bagi keluarga mempelai perempuan dan berapa mas kawin yang mereka berikan
sesuai kemampuan bagi keluarga mempelai laki laki. Seorang Perkata-kata harus memiliki
beberapa kriteria, yang pertama satu marga mempelai/ keturuanan, biasa disebut Sinina,
kedua pandai berbicara dan berwawasan luas, kriteria yang ketiga ialah mengenal secara
keseluruhan aspek kehidupan Batak Pakpak (sejarah, hukum adat, budaya), Namun jika dari
keturunan keluarga tidak ada yang memenuhi ketiga kriteria tersebut maka akan diambil
kebijakan memilih perkata-kata dari padanan marga.
Adapaun yang menjadi tugas seorang Perkata kata ialah memandu jalannya seluruh
rangkaian Merbayo, Perkata kata inilah yang bertugas menyampaikan atau bertutur dalam
bahasa Pakpak berupa petuah atau wejangan kepada kedua pengantin dan peserta pesta
sepanjang pesta berlangsung. Pesta adat merupakan serangkaian dari Merbayo pada
upacara perkawinan dari Batak Pakpak. Dalam Pesta merbayo perkawinan Batak Pakpak ada
beberapa tahapan/ rangkaian peristiwa mulai dari mengririt „meminang‟, mersiberen tanda
„Tukar cincin‟ menglolo/mengkata utang „menentukan mas kawin‟, dan upacara adat.
Suku pak-pak juga melaksanakan banyak sekali upcara adat, salah satunya adalah
upacara Mameree Cinta Lao yang masih sering dilakukan. Upacara ini menggambarkan suatu
upacara yang dilakukan oleh anak kepada ibunya untuk memenuhi keinginan yang tertunda
dari ibunya ketika sedang mengandung dirinya. Cinta Lao merupakan perpaduan dua kata
yakni cinta dan lao, Cinta artinya keinginan/maksud atau cita-cita, sedangkan lao terhalang.
Dengan demikian cinta lao adalah keinginan yang terhalang atau keinginan yang tidak
terpenuhi. Apabila seorang ibu sedang mengandung mulailah terjadi perubahan-perubahan
bagi si ibu baik perubahan secara fisik maupun perubahan secara mental. Dengan keadaan ini
si ibu pun mulai mengidam dan mungkin banyak keinginan-keinginan atau permintaan-
permintaan. Kadang kala keinginan tersebut bukan keinginan seperti biasanya atau kadang
tidak mungkin untuk untuk dapat dipenuhi oleh pihak suami, sehingga si istri enggan untuk
memintanya. Keinginan tersebut dapat berupa jenis makanan, minuman, perhiasan ataupun
jenis lainnya. Bila keinginan tersebut mudah diperoleh, biasanya si istri akan meminta kepada
suami atau kerabat lainnya, akan tetapi bila dianggap jenisnya aneh atau mahal harganya
biasanya si istri akan enggan memintanya, sehingga dipendam di dalam hatinya. Pada
umumnya perempuan Pakpak biasanya memiliki rasa malu dan tidak secara terbuka
mengemukakan permintaan kesenangannya itu, apalagi bila jenisnya di luar kebiasaannya.
Bila hal ini tidak dipenuhi pada saat hamil tersebut dan si anak lahir dan telah menjelang
dewasa, maka keinginan yang tidak kesampaian tersebut dinamakan Cinta Lao. Setiap anak
yang telah menjelang dewasa sebenarnya wajib menanyakan kepada ibunya ada tidaknya
cinta lao tersebut. Untuk mengetahui adanya cinta lao bagi seorang anak terlihat dari
pengalaman-pengalaman hidup si anak dalam berbagai aspek, antara lain : bila si anak sering
sakit, sering terhalang cita-cita, hasil pekerjaan tidak maksimal, susah mendapat jodoh dan
mengalami banyak cobaan-cobaan hidup. Antara satu ibu dengan ibu yang lain biasanya
memiliki keinginan yang berbeda pula. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan usaha-usaha
dengan menanyakan secara langsung atau melalui perantara dengan menanyakan kepada si
ibu apakah pada si ibu apakah ada keinginan yang terpendam yang tak terpenuhi selama anak
yang bersangkutan masih dalam kandungan. Biasanya untuk memperoleh keterangan agak
sulit bila jenis keinginan atau permintaan tersebut di luar kebiasaan sehari-hari si ibu atau bila
dianggap bernilai ekonomi tinggi atau sulit untuk mendapatkannya. Untuk itu diperlukan
pendekatan-pendekatan khusus atau diberikan keyakinan kepada si ibu bahwa apapun
keinginan atau permintaan tersebut pasti tidak merepotkan dan tidak menyulitkan si anak.
Demi tidak terhalangnya cita-cita atau si anak agar selamat dan sehat, maka diharapkan agar
si ibu tidak sungkan atau malu untuk mengungkapkannya. Apabila telah diketahui bahwa
memang ada cinta lao dari si ibu terhadap anaknya, maka si anak akan mengadakan suatu
upacara adat kepada si ibu yaitu dengan menyerahkan jenis cinta lao tersebut. Untuk
penyerahannya dilakukan dengan member makanan dengan lauk ikan simalum-malum (ikan
gemuh). Waktu penyerahan yang ideal dilakukan pada pagi hari saat matahari terbit.
Tujuannya agar cita-cita si anak bersinar dan naik seperti layaknya matahari terbit.
Mekanisme penyerahan cinta lao tersebut secara ringkas sebagai berikut : 1. Siapkan jenis
cinta lao tersebut sesuai dengan pemeberitahuan si ibu. 2. Siapkan makanan dan lauknya
dengan selembar kain oles (ulos). 3. Bentangkan tikar putih (peramaken) sebagai tempat
duduk si ibu. 4. Setelah ibu duduk, serahkan makanan yang telah disediakan dengan
ketentuan nasi ditaruh di atas pinggan dan dialasi sumpit (kembal). 5. Lakukan penyerahan.
Upacara dilaksanakan pada pagi hari setelah segala sesuatunya dipersiapkan, maka si ibu dan
si anak saling berhadapan dengan posisi si ibu duduk di tikar putih dan si anak duduk
menghadap ibu. Lalu makanan diserahkan dengan posisi kepala ikan menghadap kepada si
ibu. Pada saat penyerahan tersebut diiringi dengan kata-kata tertentu, seperti : ?Enmo nage
cituk panganen kubreken bamu imo nakan lako memerre cinta laongku. Panganmo asa
ndekkah ko nggeluh janah ulang megar-megar. Aku pe bagima, asa sodipken kade
sinipercinta ukurku tekka ulang terhalang janah asa ulang ma aku megar-megar. Pakke gedda
enda asa mpedas iakap ko janah mpeddas perejekinta ndaoh hali habit (inilah makanan ala
kadarnya kuserahkan kepada ibu, yaitu makanan untuk penyerahan cinta lao. Makanlah agar
ibu panjang umur dan sehat selalu. Pakailah pakaian ini agar selalu hangat badanmu dan juga
kita semua dapat rejeki serta jauh dari mara bahaya). Selesai makanan diserahkan kain yang
telah disiapkan, dipakaikan dan juga jenis cinta lao yang telah diketahui dan dipersiapkan
untuk diserahkan. Setelah dimakan sedikit oleh ibu, maka si ibu pun memberikan
permohonan doa (sodip) kepada anaknya, seperti ini : ?Imo tuhu le panange. Enggo kupangan
dekket kupakke cinta lao men. Tekka mo idengani Tuhan ko dapet sinipercinta ukurmu.
Ulang mo terhalang perejekinmu janah ulang ma ko megar-megar (betul anakku.
Kumakanlah dan kupakai cinta lao yang kau berikan ini. Mudah-mudahan Tuhan besertamu
agar semua cita-citamu tercapai. Mulai hari ini dengan pertolonganNya anakku dapat rejeki
dan jauh dari segala penyakit dan mara bahaya?. Selanjutnya makanan dihadapkan kepada si
anak dan dimakan sedikit, kemudian diserahkan kembali kepada ibu. Lalu setelah bersama
sesuai kepercayaan yag dianut, dilakukan makan secara bersama-sama. Selesai makan
bersama secara bergantian menyampaikan permohonan doa kepada yang Kuasa disertai
dengan memberikan kata-kata nasehat, terutama oleh para orang tua yang hadir. Demikianlah
uraian singkat mengenai cinta lao sesuai dengan adat istiadat Pakpak. Upacara ini umumnya
masih dipraktekkan oleh orang Pakpak dengan penyesuaian-penyesuaian terutama
penyesuaian dengan agama yang dianut.
III. CABANG SENI BATAK PAK-PAK
Terdapat banyak sekali kesenian batak pak-pak, mulai dari Tarian adat,alat
musik,rumah adat ,pakaian adat, dan vokal tradisi.
Berikut penjelasan dari beberapa kesenian adat pak-pak :
A. Tarian suku pak-pak
1.Tari Tatak Menapu Kopi/Memupu
Kopi merupakan salah satu jenis hasil pertanian di tanah pak-pak. Tatak muat kopi ini
menceritakan bagaimana proses mulai dari memanen kopi,menumbuk,sampai menjemur
kopu oleh pemuda-pemudi di kampungnya saat datang musim panen
Gung merupakan alat musik yang termasuk dalam klasifikasi idiofon, dimana bunyi
yang dihasilkan berasal dari getaran badan alat musik itu sendiri. Gung pada zaman dulu
terbuat dari campuran perak, kangsa, tembaga, emas, dan bermacam-macam campuran
lainnya untuk menghasilkan gung dengan suara nyaring. Namun pada masa sekarang ini
kebanyakan gung hanya terbuat dari beberapa campuran besi dan tembaga saja. Gung sada
rabaan terdiri dari empat buah yang digunakan sebagai pelengkap genderang dalam pesta adat
Pakpak, dimainkan oleh empat orang pemain dengan cara di pukul. Gung ini memiliki nama
masing-masing, yakni : Pong pong, Puldep,Poi, dan Panggora. Gung Pong-pong adalah gung
yang ukurannya paling kecil, gung Puldep berukuran agak sedang, Poi berukuran sedang, dan
Panggora yang berukuran paling besar.
Genderang Sisibah merupakan seperangkat alat musik yang terdiri dari sembilan
buah (sibah) gendang yang dimainkan oleh delapan hingga sembilan pemusik yang
disebut pande (orang yang pintar dan bijaksana). Ensembel musik ini disebut merkata
genderang (berbunyi genderang) oleh karena bunyi yang dihasilkan bukanlah bunyi semata,
melainkan berupa kata-kata ungkapan dan permohonan pelaksana dan peserta upacara
kepada Dibata (dewata) serta kekuatan lainnya dalam konteks kepercayaan masyarakatnya.
3. kalondang
Kalondang merupakan alat musik yang terdiri dari 9 belah kayu yang berbeda-beda dan
menurut masyarakat Pakpak merupakan ilo-ilo atau alat musik yang disenangi oleh semua
kalangan. Selain sebagai alat penghibur kalondang juga berfungsi sebagai salah satu
pengiring dalam pelaksanaan upacara sakral masyarakat Pakpak yaitu mengrumbang. Adalah
sebuah upacara yang dilaksanakan untuk menyembuhkan orang-orang yang telah lama sakit,
dimana si sakit akan diumpamakan kedalam sebuah benda lain misalnya diumpamakan ke
daun pisang.
c. Rumah Adat Batak Pak-Pak
Rumah adat Pakpak memiliki bentuk yang khas yang dibuat dari bahan kayu dengan
atap dari bahan ijuk. Bentuk desain Rumah Adat Pakpak Sumatera Utara selain sebagai
wujud seni budaya Pakpak, setiap bentuk desain dari bagian-bagian Rumah Adat Pakpak
tersebut memiliki arti tersendiri. Jika diteliti dengan cermat dan diketahui maknanya, maka
cukup dengan melihat rumah adat Pakpak akan bisa mendeskripsikan bagaimana Suku
Pakpak berbudaya.
Bentuk dan Arti Rumah Adat Pakpak Sumatera Utara Bubungan atap: Bentuk
melengkung, dalam bahasa Daerah Pakpak-Dairi disebut: "Petarik-tarik Mparas ingenken
ndengel", artinya: "Berani memikul resiko yang berat dalam mempertahankan adat istiadat".
Tampuk bubungan yang bersimbolkan "Caban", artinya: "Simbol kepercayaan Puak
Pakpak" Tanduk kerbau yang melekat dibubungan atap, artinya: "Semangat kepahlawanan
Puak Pakpak". Bentuk segitiga pada Rumah Adat Pakpak Sumatera Utara, artinya
menggambarkan susunan adat istiadat Puak Pakpak dalam kekeluargaan yang terbagi atas
tiga bahagian atau unsur besar sebagai berikut:
1. SENINA, adalah saudara kandung laki laki,
2. BERRU, adalah saudara kandung perempuan,
3. PUANG", adalah kemanakan.
Dua buah tiang besar disebelah muka rumah "Binangun", artinya "Kerukunan rumah tangga
antara suami istri".Satu buah balok besar yang dinamai "Melmellon" Rumah Adat Pakpak
Sumatera Utara yang melekat disamping muka rumah, menggambarkan "Kesatuan dan
Persatuan dalam segala bidang pekerjaan melalui musyawarah, atau lebih tepat disebut
"Gotong royong".Ukiran-ukiran yang terdapat pada segitiga muka Rumah Adat Pakpak
Sumatera Utara yang bentuknya bermacam macam corak, dalam bahasa daerah Pakpak
disebut:
1. Perbunga Kupkup.
2.Perbunga kembang.
3. Perbunga Pancur, dan sebagainya yang menggambarkan bahwa puak Pakpak pun
berdarah dan berjiwa seni.
Tangga Rumah Adat Pakpak Sumatera Utara yang biasanya terdiri dari bilangan ganjil. 3
(tiga), 5 (lima) dan 7 (tujuh), menggambarkan bahwa penghuni rumah itu adalah keturunan
raja (marga tanah), sebaliknya yang memakai tangga rumah genap, menandakan bahwa
penghuni rumah tersebut bukan keturunan marga tanah (genengen).
Pintu masuk dari bawah kolong rumah menunjukkan kerendahan hati dan kesiapsiagaan
C. Pakalan Adat Suku Pak-Pak
Pakaian adat suku pak-pak untuk pria
1.Baju merapi-rapi
Baju model melayu leher bulat berwarna hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan
manik- manik (Api-api). Jenis kain yang umum digunakan sejenis beludru namun belakangan
lebih disesuaikan dengan model dan jenis kain terbaru. Ada beberapa variasi lain yang
melekat dan pada leher dan ujung lengan terdapat warna merah putih.
2. Bulung bulung
Bulang-bulang Adalah penutup kepala, sebuah lambang kehormatan dan kewibawaan,
dibetuk sedemikian rupa dari bahan oles perbunga mbacang.
3. Celana Panjang
Celana panjang berwarna hitam, sama dengan kemeja pada ujungnya juga terdapat
variasi warna merah dan putih. Ukurannya umumnya tidak sampai menyentuh ujung kaki
melainkan berada pada posisi tanggung, seperti celana yang biasa digunakan oleh atil silat
atau karate.
4. Sarung (oles sidosdos)
Celana panjang hitam kemudia ditutupi oleh oles sidosdos secara melingkar dengan
ujung yang terbuka didepan.
5. Borgot
Kalung yang terbuat dari emas, baik emas murni atau perak dilapisi emas. Sangat
tergantung pada kemampuan ekonomi pemilik atau penggunanya. Rangkaian emas yang
diikat.dengan benang Sitellu rupa dan diujungnya terdapat mata kalung bergambar kepala
kerbau. Rangkaiannya terdiri dari 32 keping
6. Sabe-sabe
Oles Polang-polang atau pada pemakai yang punya keberadaan lebih tinggi oles
Gobar, diletakkan pada bahu sebelah kanan terurai dari belakang hingga kedepan. Oles dilipat
dan disesuaikan dengan corak oles.
7. Rempu riar
Sejenis pisau yang dibungkus dengan sarung yang diliti atau dilapisi emas atau perak
(riar uang jaman dahulu). Diselipkan di pinggang melalui rante abak
8. Rante abak
Ikat pinggang dan dahulu terbuat dari perak, tetapi lazim pula menggunakan oles
diikat untuk memperkuat posisi sarung oles sidosdos dan memperindah penampilan, serta
menggambarkan pula kewibawaan dan keberadaan penggunanya.
9. Ucang
Anyaman daun pandan (legging) berbentuk tas dihiasi dengan manik-manik dengan
tali terbuat dari kain berwarna merah. Bisa dilatakkan pada bahu sebelah kiri namun sesekali
juga dipegang oleh pemakai.
10. Tongkat
Tongkat yang sering juga dinamai tongket balekat, terbuat dari kayu berkwalitas
tinggi. pada kepala dan batangnya terukir dengan gerga pakpak. Beberapa bukunya diikat
dengan bahan emas, perak, atau Loyang.
Nakan Pagit yaitu makan yang diberikan kepada seorang wanita yang sedang hamil d. Nakon
Nggerung yaitu makanan untuk orang yang meminta agar jangan sakit-sakitan atau sesuatu
yang dapat memenuhi maloud. dan
Nakan Pengambat yaitu makanan yang diberikan oleh familinya kepada orang yang sedang
sakit keras Makan pellang dilakukan pada saat menyumbat moment-moment penting dalam
masyamkut pakpak sebagai contoh penyambutan tamu, Sebelum ujuan, Sebelum
melaksanakan perjalanan, pada saat naik pangkat, Khitanan,Dapat gaji pertama, selobrasz,
inisiasi, dan hajatan lain yang dianggap penting bagi masyarakat Pakpak. Ada harapan besar
setelah makan Pellong ini timbul sebuah keberanian dan motifasi dalam dini dalam
melakukan sebuah pekerjaan Pelleng adalah sejenis makanan yang berbentuk nasi kuning
(nasi pakai kunyit) pedas, agak jemek (seperti bubur, tapi bukan bubur)
Biasanya Pelleng disajikan bersama Ayam Panggang atau ayam gule. Agar lebih nikmat
biasanya ditambahCabe Rawit/Cabe merah (Sicina Mbara), Pelleng hagi masyarakat Pakpak
ada dua jenis, yaitu pelleng khas Simsim, Kelasen dan Boang serta pelleng khas Kepas dan
Pegagan. Fungsi dan maknanya sama, yang membedakan hanya pengolahannya
V. SISTEM KEKERABATAN
Dalam batak pak pak ada tuturan atau panggilan yang di gunakan dalam budaya pak pak,
yaitu:
1. Bapak dari bapak kita di panggil Empung.
2 Bapak dari mamak di panggil Empung
3. Ibu dari bapak di panggil Empung Daberru
4. Ibu dari ibu di panggil Empung Daberru
5. Ayah kandung dipanggil Bapa
6. Ibu kandung dipanggil Omak
7. Abang tertentu dari bapak di panggil Patua
8 istri dari abang tertua dari bapak di panggil nantua
9. Saudara laki-laki dari bapak (no dia paling bungsu) dipanggil Tonga
10. Istrinya Tonga di panggil Nantonga
11. Adik paling kecil dari bapak di panggil Papun
12. Istrinya Papun di panggil Nangapun
13. Panggilan si suami pada adik laki laki istrinya Silih
14. Panggilan istri pada saudara perempuan suami Eda
\