Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH ETIKA DAN BUDAYA SUMATERA UTARA

TUGAS MAKALAH ETNIS BATAK PAK-PAK


OLEH :
KELOMPOK 2
Nama Anggota :
1. Sarah Liona Simanjuntak
2. Friskila Sihotang
3. Saveria Agatha putri Sembiring
4. Martine Gamarapinta Parapat

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH


Sihar Siahaan, S.T., M.T.
NIP : 198409222019031003
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
T.A 2023-2024
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas Rahmat
dan berkat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah etika dan budaya
sumatera utara tentang kebudayaan suku Batak Pak-Pak.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Sihar Siahaan selaku dosen
pengampu mata kuliah etika dan budaya sumatera utara yang membimbing dan mengarahkan
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami akui makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan
pengalaman kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami berharap kepada
pembaca agar dapat memberi masukan-masukan yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Harapan kami semoga dengan adanya makalah ini, dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuan para pembaca, dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
suatu referensi suku batak pak-pak.

Medan, 9 November 2023

penulis

BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

I. SEJARAH BATAK PAK-PAK


Diceritakan dalam Sejarah Pihak Pakpak asal mereka adalah dari India Selatan yaitu dari
Indika Tondal ke Muara Tapus dekat Barus lalu berkembang di Tanah Pakpak dan menjadi
Suku Pakpak.Pada dasarnya mereka sudah mempunyai marga sejak dari negeri asal namun
kemudian membentuk marga baru yang tidak jauh berbeda dengan marga aslinya.
Tidak semua Orang Pakpak berdiam di atas Tanah Dairi namun mereka juga
berdiaspora,meninggalkan negerinya dan menetap di daerah baru.Sebagian tinggal di Tanah
Pakpak dan menajadi Suku Pakpak “Situkak Rube:,”Sipungkah Kuta” dan “Sukut Ni Talun” di
Tanah Pakpak.Sebagian ada pergi merantau ke daerah lain,membentuk komunitas baru.Dia
tahu asalnya dari Pakpak dan diakui bahwa Pakpak adalah sukunya namun sudah menjadi
marga di suku lain.Ada juga yang merantau lalu mengganti Nama dan Marga dengan kata
lain telah mengganti identitasnya.
Diceritakan bahwa Nenek Moyang awal Pakpak adalah Kada dan Lona yang pergi
meninggalkan kampungnya di India lalu terdampar di Pantai Barus dan terus masuk hingga
ke Tanah Dairi,dari pernikahan mereka mempunyai anak yang diberi nama HYANG.Hyang
adalah nama yang dikeramatkan di Pakpak.
Hyang pun besar dan kemudian menikah dengan Putri Raja Barus dan mempunyai 7 orang
Putra dan 1 orang Putri yaitu Mahaji, Perbaju Bigo, Ranggar Jodi, Mpu Bada, Bata, Sanggar,
dan putrinya Bernama Suari.
Pada urutan ke 4 terdapat nama Mpu Bada,Mpu Bada adalah yang terbesar dari pada
saudara-saudaranya semua,bahkan dari pihak Toba pun kadangkala mengklaim bahwa Mpu
Bada adalah Keturunan dari Parna dari marga Sigalingging.sedangkan pada sejarah sudah
jelas-jelas bahwa Mpu Bada adalah anak ke 4 dari Hyang.Makanya perlu hati-hati jika
memperhatikan pembalikan fakta sejarah yang sering dilakukan oleh Pihak Toba dewasa ini.
Anak Sulung,Mahaji mempunyai Kerajaan di Banua Harhar yang mana saat ini dikenal
dengan nama Hulu Lae Kombih,Kecamatan Siempat Rube.
Parbaju Bigo pergi ke arah Timur dan membentuk Kerajaan Simbllo di Silaan,saat ini dikenal
dengan Kecamatan STTU Julu.
Ranggar Jodi pergi ke arah Utara dan membentuk Kerajaan yang bertempat di Buku
Tinambun dengan nama Kerajaan Jodi Buah Leuh dan Nangan Nantampuk Emas,saat ini
masuk Kecamatan STTUJehe.Mpu Bada pergi ke arah Barat melintasi Lae Cinendang lalu
tinggal di Mpung Si MbentarBaju.Raja Pako pergi ke arah Timur Laut membentuk Kerajaan Si
Raja Pako dan bermukim di Sicike-cike.
Bata pergi ke arah Selatan dan menikah kemudian hanya mempunyai seorang Putri yang
menikah dengan Putra Keturunan Tuan Nahkoda Raja.Dari sini menurunkan marga
Tinambunen,Tumangger,Maharaja,Turuten,Pinanyungen dan Anak Ampun.
Sanggir pergi ke arah Selatan tp lebih jauh daripada Bata dan mmbentuk Kerajaan di
sana,dipercaya menjadi nenek moyang marga Meka,Mungkur dan Kelasen.
Suari Menikah dengan Putra Raja Barus dan memdiam di Lebbuh Ntua.
Marga Manik diturunkan oleh Mpu Bada yang mempunyai 4 orang anak yaitu :
1. Tondang
2. Rea sekarang menjadi Banurea
3. Manik
4. Permencuari yang kemudian menurunkan marga Boang Menalu dan Bancin.

II. TRADISI
Tradisi adat yang ada dalam kehidupan Batak Pakpak ialah upacara adat atau disebut
dengan Kerja. Masyarakat Batak Pakpak mengenal dua jenis upacara adat (disebut kerja
dalam bahasa Pakpak), yang pertama disebut kerja baik berhubungan dengan pesta sukacita
misalnya, pesta perkawinan, pesta kelahiran anak, panen dan lainya, upacara yang kedua
merupakan kebalikanya, disebut kerja Njahat, karena berhubungan dengan dukacita
tepatnya pesta atau upacara Kematian. Kedua upacara tersebut tidak terlepas dari
kehidupan manusia. Upacara sukacita „kerja baik‟ yang paling sering dilakukan oleh
masyarakat Pakpak adalah pesta perkawinan, sebab perkawinan merupakan suatu awal
tahapan kehidupan yang harus dilalui ketika manusia membentuk status baru dalam
kehidupan dan lingkunganya.
Perkawinan yang ideal atau yang diharapkan bagi orang Pakpak kawin dengan putri
puhun (paman, saudara laki-laki dari ibu), yang disebut muat impalnya atau istilah lain
disebut menongketti. Menongketti artinya menyokong atau meneruskan kedudukan si ibu
dalam keluarga marga laki-laki. Bilamana seorang laki-laki kawin dengan putri orang lain,
bukan putri Pamannya, disebut dengan istilah mungkah uruk (pindah generasi), maka si laki-
laki (calon pengantin) beserta orangtuanya harus terlebih dahulu meminta izin puhunnya
„pamannya‟ dengan cara memberi makan dan memberikan oles yang disebut dengan
menaruhkan oles. Sebaliknya juga bilamana si wanita (putri pamannya) terlebih dulu
menikah maka dia juga wajib permisi kepada si laiki-laki „impalnya‟, tetapi tidak harus
menyediakan seperti yang dilakukan laki-laki.
Dalam adat pak-pak, pesta perkawaninan ada yang disebut pesta merbayo karena
pesta tersebut sangat diharapkan dan ideal bagi masyarakat Batak Pakpak. Kedua belah
pihak memberi kesepatakan yang sama sehingga semua kewajiban adat dipenuhi pada saat
upacara dilaksankan. Jika pernikahan tanpa adanya upacara adat bukan disebut merbayo.
Kewajiban pihak kerabat pengantin perempuan disebut penjukuti. Jenis dan kelengkapannya
ditentukan oleh jenis jumlah uang yang diterima „mas kawin‟ dari pihak kerabat laki-laki.
Bilamana uang disertai emas, maka wajib diserahkan ternak yang berkaki empat seperti
kambing dan kerbau. Jalannya upacara dipandu oleh perkata kata. Seorang perkata-kata,
ditentukan sebelum tahapan mengkata utang yaitu pada saat acara sungkun simpanganen
„diskusi keluarga‟, Kedua keluarga mempelai melakukan hal ini untuk mendiskusikan siapa
yang pantas menjadi perkata-kata dan kesepakan berapa mas kawain yang mereka akan
minta bagi keluarga mempelai perempuan dan berapa mas kawin yang mereka berikan
sesuai kemampuan bagi keluarga mempelai laki laki. Seorang Perkata-kata harus memiliki
beberapa kriteria, yang pertama satu marga mempelai/ keturuanan, biasa disebut Sinina,
kedua pandai berbicara dan berwawasan luas, kriteria yang ketiga ialah mengenal secara
keseluruhan aspek kehidupan Batak Pakpak (sejarah, hukum adat, budaya), Namun jika dari
keturunan keluarga tidak ada yang memenuhi ketiga kriteria tersebut maka akan diambil
kebijakan memilih perkata-kata dari padanan marga.
Adapaun yang menjadi tugas seorang Perkata kata ialah memandu jalannya seluruh
rangkaian Merbayo, Perkata kata inilah yang bertugas menyampaikan atau bertutur dalam
bahasa Pakpak berupa petuah atau wejangan kepada kedua pengantin dan peserta pesta
sepanjang pesta berlangsung. Pesta adat merupakan serangkaian dari Merbayo pada
upacara perkawinan dari Batak Pakpak. Dalam Pesta merbayo perkawinan Batak Pakpak ada
beberapa tahapan/ rangkaian peristiwa mulai dari mengririt „meminang‟, mersiberen tanda
„Tukar cincin‟ menglolo/mengkata utang „menentukan mas kawin‟, dan upacara adat.
Suku pak-pak juga melaksanakan banyak sekali upcara adat, salah satunya adalah
upacara Mameree Cinta Lao yang masih sering dilakukan. Upacara ini menggambarkan suatu
upacara yang dilakukan oleh anak kepada ibunya untuk memenuhi keinginan yang tertunda
dari ibunya ketika sedang mengandung dirinya. Cinta Lao merupakan perpaduan dua kata
yakni cinta dan lao, Cinta artinya keinginan/maksud atau cita-cita, sedangkan lao terhalang.
Dengan demikian cinta lao adalah keinginan yang terhalang atau keinginan yang tidak
terpenuhi. Apabila seorang ibu sedang mengandung mulailah terjadi perubahan-perubahan
bagi si ibu baik perubahan secara fisik maupun perubahan secara mental. Dengan keadaan ini
si ibu pun mulai mengidam dan mungkin banyak keinginan-keinginan atau permintaan-
permintaan. Kadang kala keinginan tersebut bukan keinginan seperti biasanya atau kadang
tidak mungkin untuk untuk dapat dipenuhi oleh pihak suami, sehingga si istri enggan untuk
memintanya. Keinginan tersebut dapat berupa jenis makanan, minuman, perhiasan ataupun
jenis lainnya. Bila keinginan tersebut mudah diperoleh, biasanya si istri akan meminta kepada
suami atau kerabat lainnya, akan tetapi bila dianggap jenisnya aneh atau mahal harganya
biasanya si istri akan enggan memintanya, sehingga dipendam di dalam hatinya. Pada
umumnya perempuan Pakpak biasanya memiliki rasa malu dan tidak secara terbuka
mengemukakan permintaan kesenangannya itu, apalagi bila jenisnya di luar kebiasaannya.
Bila hal ini tidak dipenuhi pada saat hamil tersebut dan si anak lahir dan telah menjelang
dewasa, maka keinginan yang tidak kesampaian tersebut dinamakan Cinta Lao. Setiap anak
yang telah menjelang dewasa sebenarnya wajib menanyakan kepada ibunya ada tidaknya
cinta lao tersebut. Untuk mengetahui adanya cinta lao bagi seorang anak terlihat dari
pengalaman-pengalaman hidup si anak dalam berbagai aspek, antara lain : bila si anak sering
sakit, sering terhalang cita-cita, hasil pekerjaan tidak maksimal, susah mendapat jodoh dan
mengalami banyak cobaan-cobaan hidup. Antara satu ibu dengan ibu yang lain biasanya
memiliki keinginan yang berbeda pula. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan usaha-usaha
dengan menanyakan secara langsung atau melalui perantara dengan menanyakan kepada si
ibu apakah pada si ibu apakah ada keinginan yang terpendam yang tak terpenuhi selama anak
yang bersangkutan masih dalam kandungan. Biasanya untuk memperoleh keterangan agak
sulit bila jenis keinginan atau permintaan tersebut di luar kebiasaan sehari-hari si ibu atau bila
dianggap bernilai ekonomi tinggi atau sulit untuk mendapatkannya. Untuk itu diperlukan
pendekatan-pendekatan khusus atau diberikan keyakinan kepada si ibu bahwa apapun
keinginan atau permintaan tersebut pasti tidak merepotkan dan tidak menyulitkan si anak.
Demi tidak terhalangnya cita-cita atau si anak agar selamat dan sehat, maka diharapkan agar
si ibu tidak sungkan atau malu untuk mengungkapkannya. Apabila telah diketahui bahwa
memang ada cinta lao dari si ibu terhadap anaknya, maka si anak akan mengadakan suatu
upacara adat kepada si ibu yaitu dengan menyerahkan jenis cinta lao tersebut. Untuk
penyerahannya dilakukan dengan member makanan dengan lauk ikan simalum-malum (ikan
gemuh). Waktu penyerahan yang ideal dilakukan pada pagi hari saat matahari terbit.
Tujuannya agar cita-cita si anak bersinar dan naik seperti layaknya matahari terbit.
Mekanisme penyerahan cinta lao tersebut secara ringkas sebagai berikut : 1. Siapkan jenis
cinta lao tersebut sesuai dengan pemeberitahuan si ibu. 2. Siapkan makanan dan lauknya
dengan selembar kain oles (ulos). 3. Bentangkan tikar putih (peramaken) sebagai tempat
duduk si ibu. 4. Setelah ibu duduk, serahkan makanan yang telah disediakan dengan
ketentuan nasi ditaruh di atas pinggan dan dialasi sumpit (kembal). 5. Lakukan penyerahan.
Upacara dilaksanakan pada pagi hari setelah segala sesuatunya dipersiapkan, maka si ibu dan
si anak saling berhadapan dengan posisi si ibu duduk di tikar putih dan si anak duduk
menghadap ibu. Lalu makanan diserahkan dengan posisi kepala ikan menghadap kepada si
ibu. Pada saat penyerahan tersebut diiringi dengan kata-kata tertentu, seperti : ?Enmo nage
cituk panganen kubreken bamu imo nakan lako memerre cinta laongku. Panganmo asa
ndekkah ko nggeluh janah ulang megar-megar. Aku pe bagima, asa sodipken kade
sinipercinta ukurku tekka ulang terhalang janah asa ulang ma aku megar-megar. Pakke gedda
enda asa mpedas iakap ko janah mpeddas perejekinta ndaoh hali habit (inilah makanan ala
kadarnya kuserahkan kepada ibu, yaitu makanan untuk penyerahan cinta lao. Makanlah agar
ibu panjang umur dan sehat selalu. Pakailah pakaian ini agar selalu hangat badanmu dan juga
kita semua dapat rejeki serta jauh dari mara bahaya). Selesai makanan diserahkan kain yang
telah disiapkan, dipakaikan dan juga jenis cinta lao yang telah diketahui dan dipersiapkan
untuk diserahkan. Setelah dimakan sedikit oleh ibu, maka si ibu pun memberikan
permohonan doa (sodip) kepada anaknya, seperti ini : ?Imo tuhu le panange. Enggo kupangan
dekket kupakke cinta lao men. Tekka mo idengani Tuhan ko dapet sinipercinta ukurmu.
Ulang mo terhalang perejekinmu janah ulang ma ko megar-megar (betul anakku.
Kumakanlah dan kupakai cinta lao yang kau berikan ini. Mudah-mudahan Tuhan besertamu
agar semua cita-citamu tercapai. Mulai hari ini dengan pertolonganNya anakku dapat rejeki
dan jauh dari segala penyakit dan mara bahaya?. Selanjutnya makanan dihadapkan kepada si
anak dan dimakan sedikit, kemudian diserahkan kembali kepada ibu. Lalu setelah bersama
sesuai kepercayaan yag dianut, dilakukan makan secara bersama-sama. Selesai makan
bersama secara bergantian menyampaikan permohonan doa kepada yang Kuasa disertai
dengan memberikan kata-kata nasehat, terutama oleh para orang tua yang hadir. Demikianlah
uraian singkat mengenai cinta lao sesuai dengan adat istiadat Pakpak. Upacara ini umumnya
masih dipraktekkan oleh orang Pakpak dengan penyesuaian-penyesuaian terutama
penyesuaian dengan agama yang dianut.
III. CABANG SENI BATAK PAK-PAK

Terdapat banyak sekali kesenian batak pak-pak, mulai dari Tarian adat,alat
musik,rumah adat ,pakaian adat, dan vokal tradisi.
Berikut penjelasan dari beberapa kesenian adat pak-pak :
A. Tarian suku pak-pak
1.Tari Tatak Menapu Kopi/Memupu
Kopi merupakan salah satu jenis hasil pertanian di tanah pak-pak. Tatak muat kopi ini
menceritakan bagaimana proses mulai dari memanen kopi,menumbuk,sampai menjemur
kopu oleh pemuda-pemudi di kampungnya saat datang musim panen

2.Taru Tatak Garo-Garo


Tari ini menggambarkan kehidupan burung,kesana kemari mencari makan dan
bersendau gurau dengan teman-temannya . Tari ini diiringi lagu petangis-tangis Menci.
Masyarakat pak-pak sendiri menari-nari dengan tarian ini ketika masa panen tiba yang
menandakan sukacita masyarakat atas panen yang berlimpah

3. Tari Tatak Dembas Simanguda


Tari ini menceritakan tentang dia dan mohon berkat petani yang disampaikan kepada
nenek moyang agar diberi kekuatan dan kesehatan dalam menjalankan pekerjaan.

4. Taru Tatak Muat Page/Menabi Page


Tari ini menceritakan bagaimana proses mulai dari memanen padi,mengerik
(memisahkan padi dari batangnya memakai telapak kaki),membawanya pulang kerumah
oleh pemuda-pemudi. Taktak ini menggambarkan kegembiaraan para muda-mudi karena
pada zaman dahulu muda-mudi hanya dapat saling berbincang dan bercanda tawa ketika
masa panen tiba.

5.Tari Tatak Renggisa


Renggisa ini merupakan jenis burung yang selalu setia terbang bersama pasangannya.
Tatak renggisa ini menceritakan tentang keserasian sepasang Renggisa yang berwarna putih
dengan Renggisa yang berwarna hitam terbang melewati bukit-bukit sambil mengepakkan
sayapnya secara bergantian sehingga menghasilkan suara yang enak didengar. Cerita ini
diibaratkan sepasang remaja yang sedang jatuh cinta.
B. Alat Musik adat pak-pak
1.Gung Sada Rabaan

Gung merupakan alat musik yang termasuk dalam klasifikasi idiofon, dimana bunyi
yang dihasilkan berasal dari getaran badan alat musik itu sendiri. Gung pada zaman dulu
terbuat dari campuran perak, kangsa, tembaga, emas, dan bermacam-macam campuran
lainnya untuk menghasilkan gung dengan suara nyaring. Namun pada masa sekarang ini
kebanyakan gung hanya terbuat dari beberapa campuran besi dan tembaga saja. Gung sada
rabaan terdiri dari empat buah yang digunakan sebagai pelengkap genderang dalam pesta adat
Pakpak, dimainkan oleh empat orang pemain dengan cara di pukul. Gung ini memiliki nama
masing-masing, yakni : Pong pong, Puldep,Poi, dan Panggora. Gung Pong-pong adalah gung
yang ukurannya paling kecil, gung Puldep berukuran agak sedang, Poi berukuran sedang, dan
Panggora yang berukuran paling besar.

2. Genderrang Saba Rabaan

Genderang Sisibah merupakan seperangkat alat musik yang terdiri dari sembilan
buah (sibah) gendang yang dimainkan oleh delapan hingga sembilan pemusik yang
disebut pande (orang yang pintar dan bijaksana). Ensembel musik ini disebut merkata
genderang (berbunyi genderang) oleh karena bunyi yang dihasilkan bukanlah bunyi semata,
melainkan berupa kata-kata ungkapan dan permohonan pelaksana dan peserta upacara
kepada Dibata (dewata) serta kekuatan lainnya dalam konteks kepercayaan masyarakatnya.
3. kalondang

Kalondang merupakan alat musik yang terdiri dari 9 belah kayu yang berbeda-beda dan
menurut masyarakat Pakpak merupakan ilo-ilo atau alat musik yang disenangi oleh semua
kalangan. Selain sebagai alat penghibur kalondang juga berfungsi sebagai salah satu
pengiring dalam pelaksanaan upacara sakral masyarakat Pakpak yaitu mengrumbang. Adalah
sebuah upacara yang dilaksanakan untuk menyembuhkan orang-orang yang telah lama sakit,
dimana si sakit akan diumpamakan kedalam sebuah benda lain misalnya diumpamakan ke
daun pisang.
c. Rumah Adat Batak Pak-Pak
Rumah adat Pakpak memiliki bentuk yang khas yang dibuat dari bahan kayu dengan
atap dari bahan ijuk. Bentuk desain Rumah Adat Pakpak Sumatera Utara selain sebagai
wujud seni budaya Pakpak, setiap bentuk desain dari bagian-bagian Rumah Adat Pakpak
tersebut memiliki arti tersendiri. Jika diteliti dengan cermat dan diketahui maknanya, maka
cukup dengan melihat rumah adat Pakpak akan bisa mendeskripsikan bagaimana Suku
Pakpak berbudaya.
Bentuk dan Arti Rumah Adat Pakpak Sumatera Utara Bubungan atap: Bentuk
melengkung, dalam bahasa Daerah Pakpak-Dairi disebut: "Petarik-tarik Mparas ingenken
ndengel", artinya: "Berani memikul resiko yang berat dalam mempertahankan adat istiadat".
Tampuk bubungan yang bersimbolkan "Caban", artinya: "Simbol kepercayaan Puak
Pakpak" Tanduk kerbau yang melekat dibubungan atap, artinya: "Semangat kepahlawanan
Puak Pakpak". Bentuk segitiga pada Rumah Adat Pakpak Sumatera Utara, artinya
menggambarkan susunan adat istiadat Puak Pakpak dalam kekeluargaan yang terbagi atas
tiga bahagian atau unsur besar sebagai berikut:
1. SENINA, adalah saudara kandung laki laki,
2. BERRU, adalah saudara kandung perempuan,
3. PUANG", adalah kemanakan.
Dua buah tiang besar disebelah muka rumah "Binangun", artinya "Kerukunan rumah tangga
antara suami istri".Satu buah balok besar yang dinamai "Melmellon" Rumah Adat Pakpak
Sumatera Utara yang melekat disamping muka rumah, menggambarkan "Kesatuan dan
Persatuan dalam segala bidang pekerjaan melalui musyawarah, atau lebih tepat disebut
"Gotong royong".Ukiran-ukiran yang terdapat pada segitiga muka Rumah Adat Pakpak
Sumatera Utara yang bentuknya bermacam macam corak, dalam bahasa daerah Pakpak
disebut:
1. Perbunga Kupkup.
2.Perbunga kembang.
3. Perbunga Pancur, dan sebagainya yang menggambarkan bahwa puak Pakpak pun
berdarah dan berjiwa seni.
Tangga Rumah Adat Pakpak Sumatera Utara yang biasanya terdiri dari bilangan ganjil. 3
(tiga), 5 (lima) dan 7 (tujuh), menggambarkan bahwa penghuni rumah itu adalah keturunan
raja (marga tanah), sebaliknya yang memakai tangga rumah genap, menandakan bahwa
penghuni rumah tersebut bukan keturunan marga tanah (genengen).

Pintu masuk dari bawah kolong rumah menunjukkan kerendahan hati dan kesiapsiagaan
C. Pakalan Adat Suku Pak-Pak
Pakaian adat suku pak-pak untuk pria
1.Baju merapi-rapi
Baju model melayu leher bulat berwarna hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan
manik- manik (Api-api). Jenis kain yang umum digunakan sejenis beludru namun belakangan
lebih disesuaikan dengan model dan jenis kain terbaru. Ada beberapa variasi lain yang
melekat dan pada leher dan ujung lengan terdapat warna merah putih.
2. Bulung bulung
Bulang-bulang Adalah penutup kepala, sebuah lambang kehormatan dan kewibawaan,
dibetuk sedemikian rupa dari bahan oles perbunga mbacang.
3. Celana Panjang
Celana panjang berwarna hitam, sama dengan kemeja pada ujungnya juga terdapat
variasi warna merah dan putih. Ukurannya umumnya tidak sampai menyentuh ujung kaki
melainkan berada pada posisi tanggung, seperti celana yang biasa digunakan oleh atil silat
atau karate.
4. Sarung (oles sidosdos)
Celana panjang hitam kemudia ditutupi oleh oles sidosdos secara melingkar dengan
ujung yang terbuka didepan.
5. Borgot
Kalung yang terbuat dari emas, baik emas murni atau perak dilapisi emas. Sangat
tergantung pada kemampuan ekonomi pemilik atau penggunanya. Rangkaian emas yang
diikat.dengan benang Sitellu rupa dan diujungnya terdapat mata kalung bergambar kepala
kerbau. Rangkaiannya terdiri dari 32 keping
6. Sabe-sabe
Oles Polang-polang atau pada pemakai yang punya keberadaan lebih tinggi oles
Gobar, diletakkan pada bahu sebelah kanan terurai dari belakang hingga kedepan. Oles dilipat
dan disesuaikan dengan corak oles.
7. Rempu riar
Sejenis pisau yang dibungkus dengan sarung yang diliti atau dilapisi emas atau perak
(riar uang jaman dahulu). Diselipkan di pinggang melalui rante abak
8. Rante abak
Ikat pinggang dan dahulu terbuat dari perak, tetapi lazim pula menggunakan oles
diikat untuk memperkuat posisi sarung oles sidosdos dan memperindah penampilan, serta
menggambarkan pula kewibawaan dan keberadaan penggunanya.
9. Ucang
Anyaman daun pandan (legging) berbentuk tas dihiasi dengan manik-manik dengan
tali terbuat dari kain berwarna merah. Bisa dilatakkan pada bahu sebelah kiri namun sesekali
juga dipegang oleh pemakai.
10. Tongkat
Tongkat yang sering juga dinamai tongket balekat, terbuat dari kayu berkwalitas
tinggi. pada kepala dan batangnya terukir dengan gerga pakpak. Beberapa bukunya diikat
dengan bahan emas, perak, atau Loyang.

Pakaian Adat Pakpak Untuk Wanita


1. Baju merapi-rapi
Baju modelleher segitiga berwarna hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan manik-
manik (Api-api). Jenis kain yang umum digunakan sejenis beludru namun belakangan lebih
disesuaikan dengan model dan jenis kain terbaru. Berebda dengan pria variasi warna merah
putih tidak ditemukan, namun disekitar lengan atas terdapat manik-manik dengan gambar
terlihat seperti kepala kerbau. Demikian juga pada ujung lengan. Kancing yang digunakan
pada kemeja ini berbentuk bulat melingkat berlobang dengan ukuran jari-jari 3 Cm
2. Sarung (oles pardataibak)
Hampir sama dengan Pria, oles perdabaitak dililit pada pinggang secara melingkar.
3. Saong
Tutup kepala yang dibentuk sedemikian rupa dengan oles silima takal. Pada wanita
muda dibentuk lonjong dengan sudut runcing kebelakang, dengan rambu yang terurai di dahi.
Namun pada usia dewasa bentuknya lebih sederhana dengan rambu terurai kebelakang
4. Leppa-leppa
Kalung wanita dengan bentuk dan bahan yang sama dengan pria. Bedanya dengan
pria barangkali karena tidak ata mata kalung sebagaimana yang terdapat pada borgot. Jumlah
rangkainnya juga berbeda dan cenderung lebih pendek
5. Rante-abak
Ikat pinggang dan dahulu terbuat dari perak, tetapi lazim pula menggunakan oles
diikat untuk memperkuat posisi sarung oles sidosdos dan memperindah penampilan, serta
menggambarkan pula kewibawaan dan keberadaan penggunanya.6. RABI MUNDUK Sejenis
Pisau yang terbuat dari besi dengan ujung pisau melingkar kecil keatas, gagangnya (sukul)
terbuat dari jenis kayu berkwalitas tinggi, berukir dan ujungnya dililiti emas atau perak
6. Rabi munduk
Sejenis Pisau yang terbuat dari besi dengan ujung pisau melingkar kecil keatas,
gagangnya (sukul) terbuat dari jenis kayu berkwalitas tinggi, berukir dan ujungnya dililiti
emas atau perak.
7. Papuren
Sejenis sumpit dari rajutan atau anyaman daun pandan dilapisi dengan api-api (manik-
manik). Sama dengan pria sumpit ini juga bertali berwarna merah.
8. Culapah
Kotak kecil tempat tembakau dengan bahan yang terbuat dari emas, perak atau loyang
berukir sesuai gerga atau ornamen Pakpak yang ada. Ukurannya lebih kurang 6 x 8 cm.
9. Kancing emas
Kancing bulat (berbentuk lingkaran) namun dengan lobang ditengah. Jari-jari lebih
kurang 3-4 cm. Terbuat dari emas, perak atau logam yang dilapisi emas. Fungsinya sebagai
hiasan, dan menutupi kancing sebenarnya. Artinya umumnya tidak berfungi sebagai kancing
dalam artian yang sebenarnya, hanya merupakan assesories semata.

E.Vokal Tradisi Suku Pak-Pak


Suku Pakpak punya kebudayaan unik berupa nyanyian khas bernama odong-odong. suku
kehidupan dari kehidupan penyanyi, dan pengantar tidur anak-anak. Adapun odong-odong
merupakan nyanyian khas yang mirip tembang dan berisi perasaan si penyanyi, terasa
melankolis dan sangat puitis kala dinyanyikan.
Awalnya, odong-odong adalah sebuah nyanyian ratapan dari seorang pengambil getah
kemenyan di hutan belantara. Seorang pengambil kemenyan seringkali pergi berhari-hari
masuk ke dalam hutan. Mereka melakukan pekerjaannya dengan pola dan cara yang sama.
Seperti orang menginap, para pengambil kemenyan perlu diberangkatkan oleh keluarga,
dilengkapi dengan segala kebutuhan sehari-hari untuk tinggal di hutan, termasuk golok dan
alat untuk mencongkel getah kemenyan .
Odong-odong selalu dinyanyikan di tempat sunyi, di tempat hutan rimba kayu. Saat
berada di atas pohon kemenyan, si penyanyi menumpahkan semua kerinduan dan harapan
yang mengalir di nadinya. Suara dalam menyanyikan odong-odong naik turun, berdinamika,
dan cukup memainkan perasaan yang mendengarkan.
IV. KULINER/ MAKANAN KHAS BATAK PAK-PAK
Adapun makanan khas adat Pakpak adalah sebagai berikut a. Pelleng, yaitu suatu makanan
khas yang diperuntukkan bagi mereka untuk pergi berperang (mergerraha) atau untuk
melakukan pekerjaan pekerjaan dalam mencapai tujuan tertentu. b. Nditak, yaitu sejenis
makanan diperuntukkan bagi seseorang supaya "ulangkengngalen" (patah ditengah) dalam
suatu usaha.

Nakan Pagit yaitu makan yang diberikan kepada seorang wanita yang sedang hamil d. Nakon
Nggerung yaitu makanan untuk orang yang meminta agar jangan sakit-sakitan atau sesuatu
yang dapat memenuhi maloud. dan

Nakan Pengambat yaitu makanan yang diberikan oleh familinya kepada orang yang sedang
sakit keras Makan pellang dilakukan pada saat menyumbat moment-moment penting dalam
masyamkut pakpak sebagai contoh penyambutan tamu, Sebelum ujuan, Sebelum
melaksanakan perjalanan, pada saat naik pangkat, Khitanan,Dapat gaji pertama, selobrasz,
inisiasi, dan hajatan lain yang dianggap penting bagi masyarakat Pakpak. Ada harapan besar
setelah makan Pellong ini timbul sebuah keberanian dan motifasi dalam dini dalam
melakukan sebuah pekerjaan Pelleng adalah sejenis makanan yang berbentuk nasi kuning
(nasi pakai kunyit) pedas, agak jemek (seperti bubur, tapi bukan bubur)

Biasanya Pelleng disajikan bersama Ayam Panggang atau ayam gule. Agar lebih nikmat
biasanya ditambahCabe Rawit/Cabe merah (Sicina Mbara), Pelleng hagi masyarakat Pakpak
ada dua jenis, yaitu pelleng khas Simsim, Kelasen dan Boang serta pelleng khas Kepas dan
Pegagan. Fungsi dan maknanya sama, yang membedakan hanya pengolahannya
V. SISTEM KEKERABATAN
Dalam batak pak pak ada tuturan atau panggilan yang di gunakan dalam budaya pak pak,
yaitu:
1. Bapak dari bapak kita di panggil Empung.
2 Bapak dari mamak di panggil Empung
3. Ibu dari bapak di panggil Empung Daberru
4. Ibu dari ibu di panggil Empung Daberru
5. Ayah kandung dipanggil Bapa
6. Ibu kandung dipanggil Omak
7. Abang tertentu dari bapak di panggil Patua
8 istri dari abang tertua dari bapak di panggil nantua
9. Saudara laki-laki dari bapak (no dia paling bungsu) dipanggil Tonga
10. Istrinya Tonga di panggil Nantonga
11. Adik paling kecil dari bapak di panggil Papun
12. Istrinya Papun di panggil Nangapun
13. Panggilan si suami pada adik laki laki istrinya Silih
14. Panggilan istri pada saudara perempuan suami Eda
\

Anda mungkin juga menyukai