Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Sosial
Budaya Indonesia
Dosen pengampu: Dedi Muliana Irwan Sos, Msi.
Disusun oleh:
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................3
1.2 Rumusan masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................6
2.1 Integrasi sosial................................................................................................6
2.2 Disintegrasi Sosial..........................................................................................8
2.3 Proses Integrasi dan Disintegrasi pada Studi Kasus Gerakan Aceh
Merdeka..............................................................................................................11
BAB III....................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Integrasi Normatif
Integrasi normatif dapat diartikan sebagai sebuah bentuk
integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Dalam hal ini, norma merupakan hal yang mampu
mempersatukan masyarakat.
2. Integrasi Fungsional
Integrasi yang satu ini terbentuk karena adanya fungsi-fungsi
tertentu di dalam masyarakat. Sebuah integrasi dapat terbentuk
dengan mengedepankan fungsi dari masing-masing pihak yang ada
dalam sebuah masyarakat.
3. Integrasi Koersif
Integrasi koersif dapat terbentuk berdasarkan kekuasaan yang
dimiliki oleh penguasa. Dalam hal ini, penguasa dapat menerapkan
cara-cara koersif (kekerasan).
1. Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses sosial yang ditandai
dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan di antara
individu atau kelompok masyarakat. Dalam proses ini, setiap
individu berusaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan
proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan
bersama.
2. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila
kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada
kebudayaan asing yang berbeda. Proses sosial akan berlangsung
hingga akhirnya unsur kebudayaan asing bisa diterima oleh
masyarakat tetapi disesuaikan lagi dengan kebudayaan mereka
sendiri.
3. Akomodasi
Akomodasi merupakan proses yang dilakukan masyarakat
dalam meminimalisir pertentangan, sehingga dapat menciptakan
kerukunan di dalam lingkungan masyarakat.
11. Tercipta suasana politik yang tidak sehat serta tidak kondusif,
sehingga memecah belah masyarakat.
Bentuk-Bentuk Disintegrasi
1. Disintegrasi sosial
Bentuk disintegrasi yang pertama adalah disintegrasi sosial
yaitu sebuah ketidak adanya fungsi dan norma sosial yang berjalan.
Keadaan dari disintegrasi sosial dapat disebabkan oleh masyarakat
yang merasa kurang puas dengan kondisinya, sehingga ia ingin
melakukan suatu perubahan yang mendasar.
2.3 Proses Integrasi dan Disintegrasi pada Studi Kasus Gerakan Aceh
Merdeka
Kronologi Konflik
Pada tahun1976-1977 Setelah terjadi pernyataan dari Hasan Tiro
di tahun 1976, milisi GAM mulai melakukan gerakan-gerakan represif.
Perlawanan yang terjadi melalui teknik gerilya itu menewaskan milisi
GAM dan juga masyarakat sipil. Walau begitu, gerakan milisi GAM
berhasil digagalkan oleh pemerintah pusat dan kondisi bisa dinetralisir.
Pada tahun 1989-1998 GAM kembali melakukan aktivitas setelah
mendapatkan dukungan dari Libya dan Iran berupa peralatan militer.
Pelatihan perang yang didapat di luar negeri menyebabkan perlawanan
mereka tertata dan terlatih dengan baik sehingga sulit dikendalikan. Hal
ini membuat pemerintah merasakan munculnya ancaman baru, yang
kemudian menjadi alasan ditetapkannya Aceh sebagai Daerah Operasi
Militer (DOM). Pembakaran desa-desa yang diduga menampung
anggota GAM dibakar, dan militer Indonesia menculik dan menyiksa
anggota tersangka tanpa proses hukum yang jelas. Diyakini terjadi
setidaknya 7.000 pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) selama
pemberlakuan DOM di Aceh. Pada tahun 1998 Lengsernya
pemerintahan Orde Baru dengan mundurnya Presiden Soeharto dari
jabatan presiden memberi peluang bagi GAM membangun kembali
kelompok mereka. Presiden BJ Habibie pada 7 Agustus 1998 mencabut
status DOM dan memutuskan menarik pasukan dari Aceh yang justru
memberi ruang bagi GAM untuk mempersiapkan serangan berikutnya.
Pada tahun 2002 kekuatan militer dan polisi di Aceh semakin
berkembang dengan jumlah pasukan menjadi sekitar 30.000. Setahun
setelahnya, jumlah pasukan semakin meningkat hingga menyentuh
angka 50.000 personil. Bersamaan dengan hal tersebut, terjadi juga
berbagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh milisi GAM yang
mengakibatkan jatuhnya ribuan korban dari pihak sipil. Pada tahun
2003, Masyarakat Aceh akan mengingat kejadian di tanggal 19 Mei
2003 di mana Aceh dinyatakan sebagai daerah dengan status darurat
militer. Hal ini dilakukan setelah Presiden Megawati Soekarnoputri
menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2003 tentang Darurat
Militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berlaku mulai
Senin (19/5/2003) pukul 00.00 WIB. Adapun usaha pemerintah yang
ditempuh melalui kekuatan militer di Aceh juga mulai terlihat hasilnya
pada tahun 2003.
Penyelesaian Konflik
Gempa bumi yang menimpa wilayah Sumatera termasuk aceh
pada 26 Desember 2004 memaksa kedua pihak yang bertikai untuk
duduk bersama di meja perundingan, dengan inisiasi dan mediasi oleh
pihak internasional. Hal ini juga menjadi permulaan usaha GAM untuk
menuntut kemerdekaan Aceh melalui jalur-jalur diplomatik. Pihak
pemerintah Indonesia dan GAM pada 27 Februari 2005 bersama-sama
memulai langkah perundingan dengan melakukan pertemuan di
Finlandia. Delegasi Indonesia dalam perundingan itu diwakili oleh
Hamid Awaluddin, Sofyan A. Djalil, Farid Husain, Usman Basyah, dan
I Gusti Wesaka Pudja. Sementara dari pihak GAM diwakili oleh Malik
Mahmud, Zaini Abdullah, M Nur Djuli, Nurdin Abdul Rahman, dan
Bachtiar Abdullah. Dari pertemuan tersebutlah muncul beberapa
kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan GAM untuk mencapai
perdamaian. Kesepakatan tersebut terdiri dari enam bagian, yaitu:
- Keamanan nasional
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6884406/pengertian-integrasi-jenis-faktor-
dan-contohnya-di-masyarakat
https://www.detik.com/bali/berita/d-6543484/integrasi-sosial-adalah-kenali-syarat-
faktor-dan-contohnya
https://www.gramedia.com/literasi/disintegrasi-adalah/
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/06/093000569/disintegrasi-sosial--
pengertian-dampak-dan-contohnya
https://regional.kompas.com/read/2022/03/15/141817678/gerakan-aceh-merdeka-
penyebab-kronologi-konflik-dan-kesepakatan-helsinki?page=all
copyedit+Yayuk+dkk[1].pdf
copyedit+Konflik+Disintegrasi+Di+Indonesia+Dan+Dampaknya+Bagi+Nasionalis
me+Bangsa+Indonesia[1].pdf
1+1-8+Harmoni+Integrasi+Nasional+dalam+Kegiatan+Aktivis+Sosial[1].pdf