Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Bioteknologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Tina Purnamasari, S. Pi.,M. Si

Disusun Oleh :

HARDI HENDRAWANSYAH 21.54447.01.003

PROGRAM STUDI D3 BUDIDAYA IKAN (BI)

POLITEKNIK SERUYAN

TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan betok (Anabas testudineus) juga sering disebut climbing perch


merupakan jenis ikan ekonomis penting di perairan umum dan potensial untuk
dikembangkan. Ikan betok merupakan jenis blackwater fish, yaitu ikan yang
memiliki ketahanan terhadap tekanan lingkungan. Ikan betok merupakan ikan
asli Indonesia yang hidup pada habitat perairan tawar dan payau (Akbar dan
Nur, 2008). Di samping itu, ikan ini umumnya ditemukan di rawa, sawah dan
parit, juga pada kolam yang mendapatkan air atau berhubungan dengan
saluran air terbuka (Anonim, 2006). Ikan betok memiliki sifat biologis yang
lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya
dalam hal pemanfaatan air sebagai media hidupnya. Salah satu kelebihan
tersebut adalah bahwa ikan betok memiliki labyrinth yang berfungsi sebagai
alat pernafasan tambahan. Hal ini sangat efektif dalam membantu
pengambilan oksigen di udara (Asyari, 2007; Pandit dan Ghosh, 2007).

Air merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam


menentukan keberhasilan pembudidayaan sehingga air sebagai media hidup
bagi ikan harus tersedia dalam jumlah yang cukup. kelangsungan hidup ikan
betok dan secara keseluruhan kelangsungan hidup ini sangat dipengaruhi oleh
kualitas air yaitu suhu , DO, pH dan amoniak. Menurut Wibowo R. A. et.al.,
(2015) Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan betok yaitu 250C – 33 °
C. Kisaran pH yang baik untuk ikan betok adalah 6,5 - 9,0 (Ghufron dan
Kordi, 2012). Oksigen terlarut untuk ikan betok adalah 4,4 - 6,0 ( Mangara
2009 dalam Rahmi 2012). Menurut (Rahmi 2012) amoniak untuk ikan betok
berkisar antara 0,02 - 0,15. Amonia yang ada di perairan berasal dari sisa

2
metabolisme ikan yang terlarut dalam air, feses ikan, serta dari makanan ikan
yang tidak termakan dan mengendap di dasar kolam budidaya (Pillay, 2004).
Sistem akuaponik merupakan salah satu sistem yang digunakan untuk
mengurangi kadar ammonia di suatu perairan.

Sistem akuaponik adalah sistem mereduksi amonia dengan menyerap


air buangan budidaya atau air limbah dengan menggunakan akar tanaman
sehingga amonia yang terserap mengalami proses oksidasi dengan bantuan
oksigen dan bakteri, amonia diubah menjadi nitrat (Widyastuti, 2008).
Akuaponik merupakan salah satu cara mengurangi pencemaran air yang
dihasilkan oleh budidaya ikan dan juga menjadi salah satu alternatif
mengurangi jumlah pemakaian air yang dipakai oleh sistem budidaya.
Teknologi akuaponik merupakan teknologi terapan hemat lahan yang dapat
diterapkan dalam rangka pemecahan keterbatasan air dalam budidaya ikan
(Putra et al., 2013). Penyerapan amonia berbeda-beda dari setiap tanaman,
sehingga pada penelitian ini digunakan tanaman kangkung dan padi yang
efektif menyerap kelebihan unsur hara dalam air dan untuk mengetahui
efektifitasnya.

Padi adalah tanaman pangan yang merupakan sebagai makan pokok


sehari-hari masyarakat Indonesia. Padi sumber kalori karena banyak
mengandung karbohidrat. Tanaman kangkung merupakan jenis sayuran yang
paling banyak dikonsumsi penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan
dengan rata – rata konsumsi harian yang mencapai 9,43 gram perkapita
perhari (Badan Pusat Statistik, 2019).

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari penelitian yaitu sebagai berikut:
 Mengetahui sistem akuaponik
 Mengetahui parameter kangkung dan padi

3
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan akuaponik dengan dua jenis tanaman yang


berbeda yaitu kangkong dan padi dilaksanakan di kampus politeknik seruyan
tepatnya di laboratorium budidaya ikan. Praktikum ini dilaksanakan pada
tanggal 9 Oktober – 25 November 2023.

2.2 Alat dan Bahan


a. Alat
 Pompa air
 Kolam terpal
 Gabus/ Sterofoam
 Kokopit
 Kater
 Gunting
 Botol aqua
 Gelas aqua
 Paralon
 Paku payung kecil
 Papan
b. Bahan
 Benih kangkong
 Benih padi
 Ikan betook
 Air kolam

4
2.3 Prosedur Kerja
a. Prosedur kerja Pembuatan akuaponik menggunakan botol aqua bekas
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Lobangi botol aqua bekas yang berukuran 1,5 liter pada bagian
sampingnya menggunakan kater.
 Setelah semua botol telah di lobangi, kemudian susun botol pada atas
papan dan botol di paku pada bagian bawah agar tidak lepas dan jatuh
ke air.
 Selanjutnya siapkan paralon yang akan di gunakan untuk membuat
sirkulasi air, dan kemudian di lobangi menggunakan paku yang
dipanaskan menggunakan korek.
 Kemudian sambungkan alat sirkulasi ke pompa air.
 Masukan kokopit kedalam botol aqua yang telah di lobangi.
 Taburkan benih kangkong ke media tanam yang telah dibuat dan siram
menggunakan air.
 Tanaman di amati dan di catat pertumbuhannya selama pemeliharaan.
b. Prosedur kerja pembuatan akuaponik menggunakan sterofoam dan gelas
aqua bekas.
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Lobangi sterofoam menggunakan kater, jarak antar lobang di
sesuaikan agar jarak lobang satu dan yang lain tidak terlalu dekat.
 Lobangi gelas aqua bekas pada bagian bawah dan masukan kokopit.
 Taburkan benih padi pada media yang telah di siapkan.
 Tanaman di amati dan di catat pertumbuhannya selama pemeliharaan.

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka didapatkan hasil sebagai
berikut:

Tabel Hasil Pertumbuhan

No. Tumbuhan Hari Gambar


1. Kangkung 13 oktober  Kangkung usia 4 hari
2023

6
 Kangkung usia 19 hari

28 oktober
2023

 Kangkung usia 26 hari

04 November
2023

 Kangkung usia 34 hari

12 November
2023

7
 Kangkung usia 40 hari

18 November
2023

 Kangkung usia 47 hari, tinggi 49 cm

25 November
2023

2. Padi 04 November  Padi usia 26 hari, tinggi 13 cm


2023

8
 Padi usia 47 hari, tinggi 21 cm

25 November
2023

3.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum pembuatan akuaponik dengan 2 jenis tanaman
yang berbeda maka hasil yang didapatkan berbeda pula. Hasil uji coba yang
telah dilakukan menggunakan tanaman kangkong tumbuh dan berhasil hingga
akhir, sedangkan uji coba menggunakan padi banyak bibit yang tidak tumbuh.
Hasil pengukuran pertumbuhan tanaman kangkung dapat dilihat
melalui tinggi tanaman akhir dan awal. Tanaman kangkung pada akhir
pemeliharaan dipanen dengan tinggi 49 cm dan dapat dikatakan berhasil.
Keberhasilan tersebut dikarenakan selama masa pemeliharaan tanaman
kangkung diduga mampu memanfaatkan nutrien yang ada pada media
akuaponik untuk pertumbuhannya, karena kangkung memiliki sistem
perakaran yang tunggang dan bercabang ke segala arah yang memungkinkan
dapat menyerap kotoran ikan yang ada pada budidaya untuk proses
pertumbuhannya.
Pada tanaman padi mengalami kegagalan dalam pertumbuhan dan
perkembagan tanaman. Pada saat pemeliharaan banyak benih padi yang tidak
tumbuh karena dari 32 wadah yang di pakai hanya terdapat 3 wadah yang

9
tumbuh. Kegagalan tersebut dikarenakan bibit padi yang tidak berkualitas
sehingga membuat banyak bibit yang tidak tumbuh.
Tanaman aquaponik tumbuh dalam sistem tertutup pada nutrisi yang
dikeluarkan oleh ikan dan dibersihkan air dari amonia dan metabolit lain yang
berbahaya bagi ikan. Menurut Penelitian yang dilakuan (Dauhan, Efendi, &
Suparmono, 2014) menyatakan sistem akuaponik dengan jumlah rumpun
tanaman kangkung dapat menyerap amonia sebanyak 58,57 mg/liter.
Budidaya padi metode apung dapat mengasimilasi nutrien dan menurunkan
total nitrogen terlarut secara efektif melalui akarnya (Srivastava et al., 2017).
Padi secara signifikan mengurangi 25,4% NH3 pada tambak udang (Li et al.,
2019).

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Hasil ujicoba yang telah dilakukan menggunakan tanaman kangkung
dan padi mendapatkan hasil yang berbeda, pada tanaman kangkung selama 45
hari mendapatkan hasil yang memuaskan sedangkan pada tanaman padi gagal.
Keberhasilan pada tanaman kangkung ,kareana kangkung dapat
memanfaatkan nutrien yang ada pada media akuaponik untuk
pertumbuhannya,karena kangkung memiliki sistem perakaran yang tunggang
dan bercabang ke segala arah yang memungkinkan dapat menyerap kotoran
ikan yang ada pada budidaya untuk proses pertumbuhannya. Sedangkan
kegagalan padi karena bibit padi yang kurang berkualitas.

4.2 Saran

10
Untuk praktikum berikutnya diharapkan dapat melakukan
penelitian lebih lanjut terkait zat tapa saja yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman selain amoniak, dan menggunakan
bibit tanaman yang unggul agar hasilnya maksimal. Penelitian
selajutnya di harapkan menggunakan sistem akuaponik yang
berbeda beda lagi agar dapat menambah pengalaman dan wawasan
para peneliti.

Daftar pustaka

Dauhan, R. E., Efendi, E., & Suparmono. (2014). Efektifitas Sistem Akuaponik Dalam
Mereduksi Konsentrasi Amonia Pada Sistem Budidaya Ikan . e-Jurnal
Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, 298-300.
Edward Bahar1, L. N. (2022). Pemanfaatan Air Limbah Kolom Ikan Lele dengan
Penambahan EM4 sebagai Nutrisi Alami dalam Meningkatkan Pertumbuhan
dan Produksi Padi Sawah (orizasativa l.) Secara Akuaponik. Jurnal
Pendidikan dan Konseling, 9100-9107.
Ghufron dan Kordi. 2012. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka Cipta. : Jakarta

Helmizuryani, 2011 Analisi Biologi Reprodukisi dan Upaya Dosmetikasi Ikan Betok
(Anabas Testudineus) Dari Perairan Alami.Palembang.

Li, F., Feng, J., Zhou, X., Xu, C., Haissam Jijakli, M., Zhang, W., & Fang,
F. (2019). Impact Of Ricefish/Shrimp Co-Culture On The N2O
Emission And NH3 Volatilization In Intensive Aquaculture Ponds.
Science Of The Total Environment, 655, 284–291. https://doi.org

Pratopo, L. H., & Thoriq, A. (2021). Produksi Tanaman Kangkung dan Ikan Lele
dengan Sistem Akuaponik. Jurnal Ilmiah Pertanian, 69-75.

11
Puspitasari, D., Ariyanto, D., Rodiansah, A., & Zahar, I. (2020). Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Dengan Sistem Aquaponik Dalam Menunjang Perekonomian Di
Desa Sungai Lama, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Jurnal Anadara
Pengabdian Kepada Masyarakat, 68-71.
Rahmi, A. 2012. Pemeliharaan ikan betok (Anabas testudineus) Dengan Pemberian
Pakan Yang berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah
Palembang. (tidak dipublikasikan).
Septiani, R. (1442 H/ 2020 M). Pengaruh Tanaman Kangkung (Ipomea Aquatica)
Terhadap Konsentrasi Amonia Untuk Pertumbuhan Tanaman Pada
Akuaponik Sederhana. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung.
Srivastava, A., Chun, S. J., Ko, S. R., Kim, J., Ahn, C. Y., & Oh, H. M.
(2017). Floating Rice-Culture System For Nutrient Remediation And
Feed Production In A Eutrophic Lake. J. Of Environmental
Management, 203, 342–348. https://doi.org/10.1016/
j.jenvman.2017.08.006

12

Anda mungkin juga menyukai