Anda di halaman 1dari 6

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa : ABDUL SAMAD, S.Pd
Asal Institusi : SD Negeri 2 Senawang Kec. Orong Telu Kab. Sumbawa
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-
penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk
berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:

1. Kajian Literatur
 Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
 Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang
relevan dengan topik masalah.
 Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut
berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan
Sejawat di Sekolah:
 Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas
sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait
masalah yang diidentifikasi.
 Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka
mengenai penyebab masalah tersebut.
 Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi
untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
 Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian
atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
 Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan
wawasan dan pemahaman lebih mendalam tentang penyebab
masalah.
 Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-
langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
 Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk
membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih
mendalam.

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda


dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis
dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya,
langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat
untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Analisis eksplorasi


No Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi penyebab masalah
1. Peserta didik belum dapat Kajian Literatur : Setelah melakukananalisis
membaca dengan lancar 1. Menurut Rizkiana (2016), menyatakan bahwa penyebabnya adalah : kurangnya perhatian baik guru berdasarkan kajian literatur
kelas 3 mata pelajaran maupun orang tua, kurangnya konsentrasi siswa, siswa masih kesulitan mengeja huruf, siswa masih danhasil wawancara maka
bahasa Indonesia kesulitan membedakan huruf dan siswa masih tersendat-sendat dalam membaca kalimat. disimpulkan bahwa
2. Menurut Abdurrahman (1999:206), faktor penghambat dalam kegiatan membaca adalah : penyebab peserta didik
belum dapat membaca
1. Siswa kurang mengenal huruf, bunyi Bahasa (fonetik), dan bentuk kalimat dengan lancar adalah :
2. Adanya perbedaan dialek siswa dalam pengucapan Bahasa Indonesia yang baku 1. Program sekolah
3. Siswa bingung meletakkan posisi kata terkait literasi
4. Siswa bingung dengan membaca huruf yang bunyinya sama seperti : bunyi huruf /b/ dengan /p, dan membaca masi terbatas
lain-lain 2. Kurang dukungan
Wawancara dengan Kepala Sekolah orang tua
Dari hasil wawancara bersama Bapak Radiman, S.Pd, penyebab peserta didik belum dapat membaca dengan lancar
adalah siswa mengalami gangguan kesulitan membaca.

Wawancara Teman Sejawat


Dari hasil wawancara bersama Bapak Arifin, S.Pd, penyebab peserta didik belum dapat membaca dengan lancar
adalah siswa mengalami gangguan kesulitan membaca.

Wawancara Pengawas Sekolah


Dari hasil wawancara bersama Bapak Abdurrazak, S.Pd, penyebab peserta didik belum dapat membaca dengan
lancar adalah kurangnya dukungan dari orang Tua dalam hal membimbing anaknya belajar di rumah.

Wawancara dengan Pakar


Dari hasil wawancara bersama Bapak Sadikin Aminato, S.Pd.SD, penyebab peserta didik belum dapat membaca
dengan lancar adalah sekolah masih minim dengan program literasi membaca
2. Guru masih kurang Kajian Literatur Setelah melakukan
menjalin hubungan 1. Menurut K Syahrani (2015) bahwa orang tua siswa kurang mendukung proses pembelajaran di sekolah analisis berdasarkan
komunikasi secara intensif karena faktor orang tua yang sibuk bekerja dan tidak banyak meluangkan waktu untuk anaknya kajian literatur dan hasil
dengan orang tua siswa sehingga kurang memberikan perhatian kepada anaknya dalam proses pembelajaran di sekolah wawancara, maka
sehingga menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa. disimpulkan bahwa
Sumber : penyebab orang tua siswa
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/11421/10823 kurang mendukung
Diakses pada tanggal 19 Nopember 2023 proses pembelajaran
2. Menurut Mardiya (2000) faktor penyebab orang tua siswa kurang mendukung proses pembelajaran di disekolah dikarenakan:
sekolah karena kurangnya komunikasi antara sekolah dan orangtua sehingga terjadi ketidaksepahaman1. Orang tua sibuk
dalam proses mendidik. bekerja sehingga tidak
sempat meluangkan
Sumber : waktu untuk memberi
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/JKS/article/download/1830/1578/ perhatian kepada
Di akses pada tanggal 19 Nopember 2023 anaknya.
2. Orang tua belum
Wawancara Kepala Sekolah memandang bahwa
Dari hasil wawancara bersama Bapak Radiman, S.Pd., penyebab kurangnya komunikasi antara guru dan keluarga merupakan
orang tua siswa belum maksimal karena: sumber pendidikan
a. Orang tua sibuk dengan urusannya sendiri. yang paling utama
b. SDM yang rendah 3. Kurangnya SDM
c. Orang tua mengalami kesulitan dalam memahami perilaku anak-anaknya. orang tua membuat
orang tua tidak paham
Wawancara Teman Sejawat pentingnya
Dari hasil wawancara bersama Ibu Fatimah, S.Pd., penyebab komunikasi antara guru dan orang tua siswa pendidikan.
belum maksimal karena orang tua kurang bertanggungjawab dalam hal pendidikan. 4. Guru kurang
melibatkan orang tua
Wawancara Pengawas Sekolah dalam proses
Dari hasil wawancara bersama Bapak Abdurrazak, S.Pd., penyebab komunikasi antara guru dan orang tua pembelajaran
siswa belum maksimal karena pihak sekolah kadang-kadang jarang melibatkan orang tua dalam kegiatan
belajar mengajar.

Wawancara dengan Pakar


Dari hasil wawancara bersama Bapak Sadikin Aminator, S.Pd.SD, penyebab komunikasi antara guru dan orang tua
siswa belum maksimal karena kebanyakan orang tua siswa sibuk dengan aktivitasnya (bertani) sehingga
proses pembelajaran siswa tidak terkontrol dengan baik
3. Guru belum maksimal Kajian Literatur : Setelah melakukan analisis
dalam memanfaatkan 1. Menurut Sri Lestari (2015) faktor penyebab Guru belum maksimal memanfaatkan teknologi/TIK dalam proses berdasarkan kajian literatur
tekhnologi sebagai media pembelajaran adalah tidak adanya akses internet, tidak adanya sarana TIK, pembelajaran tidak mengintegrasikan dan hasil wawancara maka
TIK, guru tidak memiliki pengetahuan tentang TIK, dan tidak adanya kemauan guru untuk memanfaatkan TIK. disimpulkan bahwa
pembelajaran di kelas 3 Sumber : penyebab guru belum
pada mata pelajaran https://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalkwangsan/article/download/29/28 maksimal memanfaatkan
Bahasa Indonesia Diakses pada tanggal 13 Mei 2023 teknologi / TIK dalam
proses pembelajaran adalah:
2. Menurut Ali Rahman (2018) faktor penyebab guru belum maksimal memanfaatkan teknologi/TIK dalam proses 1. Sarana prasarana
pembelajaran adalah guru belum menguasai sepenuhnya pembelajaran berbasis komputer (CBI), Pembelajaran pembelajaran masih
berbasis web (e-learning), dan Pembelajaran berbantukan komputer (CAI). kurang memadai.
2. Kurangnya kemampuan
Sumber : guru dalam
https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/alislah/article/download/743/521/ Di akses pada tanggal 13 Mei 2023 mengembangkan
pembelajaran berbasis
Wawancara Kepala Sekolah TIK.
Dari hasil wawancara bersama Bapak Radiman, S.Pd, penyebab guru belum maksimal memanfaatkan teknologi / 3. Kurangnya waktu guru
TIK dalam proses pembelajaran adalah dalam mencari dan
a. Sarana prasarana pendukung pembelajaran berbasis TIK masih kurang. merancang media
b. Kurangnya waktu guru dalam mencari dan merancangmedia berbasis TIK berbasis TIK
4. Siswa belum mampu
Wawancara Teman Sejawat memahami materi
Dari hasil wawancara bersama Bapak Arifin, S.Pd., penyebab guru belum maksimal memanfaatkan teknologi/TIK pembelajaran yang
dalam proses pembelajaran adalah siswa belum mampu memahami materi pembelajaran yang ditampilkan melalui ditampilkan melalui
video. vidio

Wawancara Pengawas Sekolah


Dari hasil wawancara bersama Bapak Abdurrazak, S.Pd., penyebab guru belum maksimal memanfaatkan
teknologi/TIK dalam proses pembelajaran adalah dalam menyiapkan proses pembelajaran di kelas, guru jarang sekali
menerapkan model pembelajaran yang berbasis IT, hal tersebut disebabkan keadaan sekolah yang jauh dari jangkaun
adanya jaringan internet dan sebagainya.

Wawancara dengan Pakar


Dari hasil wawancara bersama Bapak Sadikin Aminator, S.Pd.SD, penyebab guru belum maksimal memanfaatkan
teknologi/TIK dalam proses pembelajaran adalah siswa tidak memiliki HP android dan jaringan internet tidak ada.
4. Kurangnya guru Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis
menguasai materi yang 1. Rafiq Badjeber,Nursupiamin, Agung Wicaksono, Mufidah:2020. Berdasarkan analisis hasil penelitian terhadap kajian literatur
mendukung HOTS mengenai pengetahuan guru Sekolah Dasar tentang higher order thinking skill dalam pembelajaran dan wawancara,
matematika dapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru tentang makna higher order thinking skill penyebab Pembelajaran
masih rendah. Tidak semua guru mengetahui level kognitif HOTS sesuai Taksonomi Bloom serta di kelas masih belum
memaknai HOTSsecara beragam yakni sebagai keterampilan, instrumen penilaian dan proses berbasis HOTS (Higher
pembelajaran. Selain itu, pengetahuan guru tentang implementasi pembelajaran matematika yang Order Thinking Skill) :
berorientasi higher order thinking skill juga masih rendah. Pada tahap perencanaan pembelajaran, guru 1. Paradikma lama siswa
belum dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang memuat HOTS, walau telah mengetahui model hanya di suruh
atau metode pembelajaran yang relevan untuk diterapkan dalam mendorong pengembangan HOTS menghafal bukan
siswa. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru masih minim dalam melakukan hal-hal yang berlatih untuk
memfasiltasi peningkatan HOTS siswa. Pada tahap evaluasi, kemampuan guru dalam menyusun kemampuan menalar
instrumen penilaian HOTS masih rendah. 2. Kemampuan guru
dalam menyususn
Sumber : pembelajaran berbasis
https://www.researchgate.net/publication/347821490_ HOTS masih Rendah
Di akses pada tanggal 19 Nopember 2023

2. Lusi, Nelly widyawati, Levilia : 2020. Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 tidak membatasi
penggunaan tingkatan taksonomi, hal ini dapat dilihat dari siswa yang dapat membangun Higher Order
Thinking Skills (HOTS) dengan berbagai kategori pengetahuan. Tetapi pada prakteknya masih
mengalami permasalahan. Banyak lembaga pendidikan terutama pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yang
masih menggunakan model pembelajaran sederhana sehingga siswa hanya dituntut untuk menghafal.
Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa tidak dibangun dengan baik sehingga hampir semua
materi yang diberikan oleh guru hanya diterima siswa tanpa adanya tindakan kritis saat pembelajaran.

Sumber :
https://pgsd.persadakhatulistiwa.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Lusi.pdf
Di akses pada tanggal 19 Nopember 2023

Wawancara Kepala Sekolah


Dari hasil wawancara bersama Bapak Radiman, S.Pd., penyebab pembelajaran di kelas masih belum
berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) karena guru masih mengajar dengan paradikma lama siswa
hanya di suruh menghafal bukan berlatih untuk kemampuan menalar. Selain itu dikarenakan pengetahuan
guru dan murid yang kurang.

Wawancara teman sejawat


Dari hasil wawancara bersama Ibu Fatimah, S.Pd., kurangnya kemampuan guru dalam memahami HOTS
adalah anak belum begitu memahami materi dan belum siap mengerjakan soal-soal yang HOTS.
Wawancara Pengawas Sekolah
Dari hasil wawancara bersama Bapak Abdurrazak, S.Pd., kurangnya kemampuan guru dalam memahami
HOTS adalah guru jarang sekali dilibatkan dalam kegiatan pelatihan, bimtek, workshop dan sebagainya
yang berkaitan dengan HOTS (Higher Order Thinking Skill), guna menunjang peningkatan proses
pembelajaran di kelas.

Wawancara dengan Pakar


Dari hasil wawancara bersama Bapak Sadikin Aminator, S.Pd.SD, kurangnya kemampuan guru dalam memahami
HOTS adalah kurikulum kita diakui atau tidak, masih selalu mengedepankan kemampuan kognitif. anak dikatakan
cerdas apabila matematika 100, IPA 100, dan nilai pelajaran eksak lainnya sempurna. Maka tak jarang guru di
sekolah berlomba-lomba mencetak generasi yang mampu menghasilkan nilai sempurna untuk mapel-mapel yang
sering dilombakan, dengan mengabaiakan KBM yang mengedepankan kemampuan berpikir kreatif,
berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan bagi siswa. Banyak masih
berfokus pada hafalan saja atau menggunakan pola Low Order Thinking Skill (LOTS) yang membuat siswa
selalu berada zona nyaman tanpa adanya tantangan.

Anda mungkin juga menyukai