Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KUALITAS EMBRIO STANDAR NASIONAL

TUGAS MATA KULIAH


INSEMINASI BUATAN DAN TRANSFER EMBRIO

Disusun oleh:

MUHAMMAD GITAR RAMADHAN (A.1710160)


Nama dan NIM
Nama dan NIM

Dosen Pembimbing:

Dr. Abdullah Baharun,S.Pt.,M.Si.

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2023
KATA PENGHANTAR

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,


Segala puji bagi Allah SWT, atas segala nikmat yang telah dilimpahkan
kepada kita. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW,
sahabat dan pengikutnya yang tetap istiqomah memperjuangkan tegaknya agama
Allah di muka bumi hingga akhir zaman. Maka bersama ini kami mengumpulkan
tugas dengan berjudul “Kualitas Embrio Standar Nasional” merupakan hasil
karya penulis. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir tugas ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan pada penyusunan serta penulisannya. Penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca supaya makalah ini dapat lebih sempurna, serta
menambah wawasan bagi penelitian selanjutnya.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis memohon
maaf. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
I PENDAHULUAN.................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Tujuan........................................................................................................4
1.3 Manfaat......................................................................................................4
II HASIL DANPEMBAHASAN.............................................................................5
2.1 Kualitas Embrio Standar Nasional............................................................5
2.2 Produksi Embrio........................................................................................5
2.2.1 Produksi In vivo.................................................................................6
2.2.2 Pelaksanaan Produksi In Vivo.................................................................7
2.2.3 Produksi Embrio In Vitro......................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Embrio menurut Gordon (2003) dalam Gunawan et al. (2014) merupakan
indikator dari berhasilnya proses fertilisasi (pertemuan spermatozoa dan oosit)
yang kompleks. Manipulasi embrio merupakan segala sesuatu yang dilakukan
oleh manusia (peneliti dan peternak) untuk merekayasa embrio yang merupakan
bagian penting dari perkembangan seekor ternak dilakukan untuk mencapai tujuan
pemeliharaan (Afriani et al. 2018).
Transfer Embrio (TE) merupakan suatu teknik memasukkan embrio ke
dalam alat reproduksi ternak betina sehat (resepien) dengan alat tertentu dengan
tujuan agar ternak bunting (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Jawa tengah. 2020). Manipulasi embrio (TE) telah berhasil dilakukan untuk
pertama kalinya pada kelinci oleh Walter Heape (Betteridge. 1977; Sudarto. 1985;
Afriani et al. 2018)
Sapi adalah proses rekayasa yang dilakukan oleh manusia terhadap embrio
sapi baik itu dilakukan sebelum maupun sesudah embrio itu terbentuk, dengan
harapan dapat meningkatkan performan produksi sapi (Afriani et al. 2018).
Dalam proses pembuatan semen beku, spermatozoa akan mengalami
penurunan kualitas hingga 50% karena proses kriopreservasi (Lessard et al. 2000;
Khalil et al. 2018; Handayani et al. 2021). Hal ini yang meyebabkan perlu adanya
pengujian kualitas semen beku untuk mengetahui sejauh mana penurunan kualitas
yang terjadi setelah proses pembekuan. Kualitas spermatozoa dapat dilihat melalui
beberapa parameter sederhana antara lain motilitas, viabilitas, abnormalitas
(Mansour. 2009), keutuhan DNA (Morrel, Martinez. 2009) dan keutuhan
membran plasma (Brito et al. 2003). Parameter yang sudah mulai didalami untuk
melihat kualitas spermatozoa adalah kondisi deoxyribonucleic acid (DNA), yaitu
materi genetik yang diturunkan oleh induk pada keturunannya, sehingga substansi
ini berperan sangat penting dalam proses fertilisasi dan perkembangan embrio
(Handayani et al. 2021)
4

1.2 Tujuan
Mengetahui standar nasional embrio di Indonesia

1.3 Manfaat
1.3.1 Meningkatkan jumlah keturunan dari betina yang mempunyai 6
Manipulasi Embrio Pada Sapi kualitas unggul (di superovulasi),
penyimpanan embrio jangka panjang, transportasi embrio, memperpendek
waktu generasi, pemilihan jenis kelamin embrio (sexing of embryo),
kelahiran kembar (twin), memproduksi kembar serupa (identical twin),
kloning, dan untuk penelitian dan riset (Sudarto. 1985; Afriani et al. 2018)
1.3.2 Meningkatkan mutu genetik ternak. Aplikasi teknologi reproduksi dapat
meningkatkan mutu genetik (VivancoMackie, 2001; Parera, 2014), dan
memungkinkan hewan dengan mutu genetik tinggi untuk memproduksi
anak lebih dari kapasitasnya (Baldassarre, Karatzas. 2004; Parera, 2014).
1.3.3. Mempercepat peningkatan populasi (Afriani et al. 2018).
1.3.4. Mencegah penyakit hewan menular yang ditularkan melalui saluran
kelamin. (Afriani et al. 2018).
1.3.5. Mempercepat pengenalan material genetik baru melalui ekspor embrio
(Afriani et al. 2018).
1.3.6. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam meningkatkan produksi
(Afriani et al. 2018).
1.3.7. Memanfaatkan sumber oosit unggul dari induk unggul yang telah di
potong. IVF diharapkan dapat memproduksi embrio sapi dalam jumlah
massal (Kainn et al., 2008).
1.3.8. Pemisahan spermatozoa dapat meningkatkan efisiensi sapi potong
(Situmorang, Endang. 2004).
1.3.9. Peningkatan breeding untuk pemilihan bibit unggul (Putri et al., 2015).
1.3.10 Kloning dapat meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan,
memperbanyak dan mengembangkan bibit unggul, diagnostik dan terapi
(Rusda, 2004; Tenriawaru, 2013).
1.3.11. Meningkatkan mutu produk daging atau susu (kualitas dan kuantitas)
(Afriani et al. 2018).
1.3.12. Meningkatkan pendapatan ekonomi peternak (Afriani et al. 2018).
5

II HASIL DANPEMBAHASAN

2.1 Kualitas Embrio Standar Nasional


Menurut peraturan badan standardisasi nasional republik indonesia nomor
4 tahun 2021 tentang skema penilaian kesesuaian terhadap standar nasional
indonesia sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan berlaku untuk
acuan pelaksanaan Sertifikasi produk Embrio sapi dengan ruang lingkup SNI
sebagai berikut:
No Nama Produk Persyaratan SNI
SNI 4869-1:2017 tentang semen beku
1 Semen beku Sapi
Bagian l: Sapi;
Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi. Sertifikasi
produk Embrio sapi dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN
berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian - Persyaratan untuk
LSPro, Proses, dan Jasa, untuk lingkup yang sesuai. Dalam hal LPK belum ada
yang diakreditasi oleh KAN untuk melakukan L X-- 2 - kegiatan Sertifikasi
dengan ruang lingkup produk Embrio sapi, BSN dapat menunjuk LPK dengan
ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
2.2 Produksi Embrio
Menurut Badan Embrio Ternak (2016) Standar Operasional Prosedur yang
dituangkan meliputi SOP untuk pelaksanaan kegiatan produksi embrio secara in
vivo, produksi embrio secara in vitro, aplikasi transfer embrio (TE) dan
pemberian saran teknis produksi dan transfer embrio. Selain itu semua kegiatan di
seksi pelayanan teknis produksi dan aplikasi telah menerapkan sistem manajemen
mutu ISO 9001:2008 sejak tahun 2011
6

2.2.1 Produksi In vivo.


2.2.1.1 Persiapan
Persiapan in vivo dilakukan pengecekan donor sapi betina yang memenuhi
kriteria/syarat – syarat tertentu diantaranya :

a. Memiliki keunggulan secara genetik (genetic superiority)


b. Mempunyai catatan data individu / silsilah keturunan.
c. Mempunyai catatan reproduksi (siklus berahi)
d. Ternak bebas penyakit.
e. Memiliki sejarah reproduksi yang baik yaitu beranak teratur dan tidak
pernah mengalami kesulitan melahirkan.
f. Umur tidak terlalu tua.

2.2.1.2 Obat dan hormone


Folicle Stimulating Hormone (FSH), ProstaglandinvF2α (PGF2α),
Gonadothropin Realising Hormone (GnRh), Human Chorionic
Gonadothropin (hCG), Preparat Progesteron, antibiotik, Preparat
anastesi, dan lain-lain.

2.2.1.3 Media
Pemanenan embrio (Flushing), Evaluasi embrio dan pembekuan
embrio (Freezing), diantaranya bahan media yang digunakan adalah : D-
PBS, Calf serum, Lactated Ringer, Ethyline Glicol (EG), BSA, Na
Pyruvat, sukrose, Methanol, Antibiotik dan lain-lain.

2.2.1.4 Peralatan
Plastik sarung tangan plastik, Jarum suntik, Spuit 1cc, 5cc, 10cc,
20cc, 50cc, Folley catheter beserta stillet, Serviks Expander, botol
penampung, Silicon tube, Infusion set, kapas, tissue, mikroskop, Cawan
Petri bergaris & ukuran 35x10mm, Filter embrio, pipet, pipet pasteur,
gunting, pinset, gas bunsen, kikir, bak pemanas air (Water Bath), syring
filter media, Straw kosong, pipet ballon, powder/jelly, label, selotip, mesin
freezing/cryosel, stereofom/ice box dan lain-lain.
7

2.2.2 Pelaksanaan Produksi In Vivo

2.2.2.1 Penyiapan sapi donor Sesuai dengan manajemen pemeliharaan sapi donor
di Seksi Pemeliharaan Ternak.

2.2.2.2 Pengamatan estrus (berahi) dilakukan pada sapi donor yang akan
diprogram berdasarkan berahi alam dan pada sapi donor yang telah
diprogram untuk menentukan ketepatan waktu pelaksanaan Inseminasi
Buatan (IB).

2.2.2.3 Pemasangan Preparat Progesteron, yaitu memasukkan preparat


progesteron ke dalam vagina (implant vagina) yang bertujuan untuk
sinkronisasi berahi pada sapi donor yang akan diprogram. Jadwal protokol
terlampir

2.2.2.4 Seleksi Donor, yaitu melakukan pemeriksaan kesehatan dan kondisi organ
reproduksi terhadap sapi donor yang akan diprogram superstimulasi/
superovulasi melalui palpasi rektal, serta pemeriksaan kondisi ovarium
untuk menentukan status reproduksi (fase folikuler atau fase luteal) sapi
donor. Pelaksanaan seleksi donor dapat dilakukan untuk kontrol kondisi
reproduksi ternak.

2.2.2.5 Superstimulasi/Superovulasi, Sinkronisasi dan Inseminasi Secara alami


sapi betina melepaskan satu sel telur pada saat estrus. Untuk memperoleh
sel telur lebih dari satu pada saat yang bersamaan, maka dilakukan
program superstimulasi/superovulasi terhadap sapi donor terpilih.
Superstimulasi/superovulasi dilakukan dengan cara menyuntikan
hormonhormon Gonadotropin, hormon yang digunakan antara FSH,
PMSG, GnRH, PGF2α, Progesteron, hCG. Penggunaan hormon-hormon
tersebut disesuaikan dengan prosedur protokol yang digunakan ataupun
sesuai dengan anjuran produk untuk program superstimulasi/superovulasi.
Jadwal protokol terlampir
8

2.2.2.6 Inseminasi Buatan (IB) Inseminasi Buatan (IB) dilaksanakan pada saat
sapi donor menunjukkan tanda-tanda estrus (berahi) atau mengikuti
prosedur program superstimulasi/superovulasi yang digunakan. Pada
program superstimulasi/superovulasi dilakukan lebih dari satu kali sesuai
prosedur yang digunakan.

2.2.2.7 Pemanenan Embrio (Flushing) Flushing dilakukan pada hari keenam


sampai kedelapan setelah IB yang pertama

2.2.2.8 Interval Flushing/Panen Embrio Sapi donor akan dilakukan flushing


setiap 2-4 bulan sekali sehingga dalam 1 (satu) tahun dapat dilakukan 3-
5 kali flushing atau tergantung dari protokol produksi embrio yang
diadopsi. Sapi donor akan diistirahatkan setelah 3-5 kali flushing atau 1
(satu) tahun diproduksi. Mekanisme pengistirahatan sapi donor
dilakukan dengan membuntingkan sapi donor tersebut atau dengan tidak
dilakukan produksi embrio selama minimal 6 (enam) bulan. Jadwal
protokol terlampir

2.2.2.9 Evaluasi Embrio Evaluasi embrio merupakan penilaian kualitatif


terhadap fase dan kualitas embrio yang diperoleh disesuaikan dengan
standar yang berlaku.

2.2.2.10 Kemasan Embrio yaitu:

a. Straw transparan dengan ukuran 0.25 ml,


b. Kondisi kemasan harus tertutup,
c. Setiap straw berisi satu embrio,
d. Kemasan harus dilengkapi dengan identitas.
9

2.2.2.11 Pengemasan Embrio (Loading) yaitu:

a. Media yang digunakan untuk pembekuan embrio disesuaikan dengan


metode pembekuan yang digunakan,
b. Straw yang digunakan untuk kemasan embrio berwarna transparan,
c. Saat memasukkan embrio ke dalam straw (loading), posisikan media,
rongga udara serta embrio dalam posisi bergantian sesuai dengan
metode pembekuan yang digunakan,
d. Embrio yang layak transfer dan dibekukan dimasukkan dalam straw
dengan jumlah masing-masing straw 1 (satu) embrio.

2.2.2.12 Identitas Embrio Identitas embrio tercantum dalam kode embrio,


susunan identitas embrio memuat :

a. Baris pertama memuat informasi kode produsen, nomor betina dan


nomor urut embrio,
b. Baris kedua memuat informasi kode semen/pejantan dan tanggal
pembekuan
2.2.2.13 Pembekuan Embrio
Prosedur pembekuan embrio disesuaikan dengan prosedur pembekuan
embrio yang digunakan.
2.2.2.14 Penyimpanan Embrio
a. Straw embrio disimpan dengan menggunakan goblet dalam canister,
embrio harus selalu terendam penuh dalam Nitrogen Cair (LN2)
dengan suhu -196 oC pada container kriogenik (cryogenic) dengan
tujuan untuk menjaga kualitas embrio.
b. Setiap kontainer kriogenik dilengkapi dengan kartu petunjuk yang
menerangkan isi kontainer.
2.2.2.15 Evaluasi Sapi Donor Evaluasi sapi donor dilakukan untuk mengetahui
perkembangan embrio yang dihasilkan dan permasalahan yang terjadi
pada setiap individu donor. Pada donor yang mengalami gangguan
reproduksi akan diberikan rekomendasi pada Seksi Pemeliharaan
Ternak untuk selanjutnya dilakukan Kode Produsen Nomor Betina
10

Nomor Urut Embrio Nomor Semen / Pejantan Tanggal Pembekuan BET


80744 1.6.1 200LM0309 130114 STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR 2016 8 pemulihan. Donor yang tidak menghasilkan
embrio setelah 3 kali berturutturut dilakukan program produksi embrio
akan direkomendasikan ke Seksi Pemeliharaan Ternak untuk dilakukan
perawatan.

2.2.3 Produksi Embrio In Vitro


2.2.3.1. Persiapan
Media yang harus disiapkan antara lain media transportasi dan
penyimpanan ovari dari RPH, media untuk aspirasi oosit, maturasi
oosit, mencuci semen (sperma), mengencerkan semen, fertilisasi dan
untuk kultur.
2.2.3.2 Peralatan yang harus disiapkan
gunting, pinset, alkohol 70%, tissue steril, jarum 18G, cawan petri
bergaris, cawan petri 35x10 mm, spuit 5 ml, termos, sensi sarung tangan
plastik, inkubator CO2 , centrifuge, water bath, timbangan analitik dan
lain lain.
2.2.3.3 Pelaksanaan Produksi Embrio In vitro
2.2.3.3.1 Koleksi Ovarium
a. Ovarium dari sapi betina yang baru dipotong di RPH langsung
disimpan dalam media handling ovarium, pada suhu ruang dan diberi
kode betina yang dipotong.
b. Waktu transportasi ovarium dari RPH sampai ke laboratorium
maksimal sampai 8 jam. Selama dalam perjalanan ovarium disimpan
dalam termos supaya suhu stabil.
2.2.3.3.2 Aspirasi Oosit
a. Ovarium dibersihkan dan dicuci dari ligamen dan organ yang masih
menempel dengan media handling ovarium kemudian dimasukkan
dalam gelas piala dengan media yang sama, setelah itu gelas piala
diletakkan di atas plat penghangat supaya suhu tetap stabil pada
37,5°C.
11

b. Aspirasi oosit dari ovarium dengan menggunakan spuit 5ml dan


jarum 18G yang telah diisi media aspirasi, hasil aspirasi yang
diperoleh dikumpulkan dalam cawan petri bergaris untuk
memudahkan pencarian oosit.
c. Pencarian oosit dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo,
oosit dikumpulkan pada cawan petri 35x10mm yang berisi media
aspirasi. d. Penyeleksian oosit dilakukan dengan kriteria kualitas oosit
sebagai berikut :
• Kualitas A : oosit tertutup sel kumulus komplek yang tebal
• Kualitas B : oosit tertutup kumulus tipis
• Kualitas C : oosit tidak tertutup sel kumulus (denuded)
• Kualitas D : sel kumulus dan sitoplasma sudah rusak/degenerasi
(expanded)
e. Oosit dengan kualitas A dan B yang dilakukan maturasi.
2.2.3.3.3 Invitro Maturasi Oosit (IVM)
a. Mencuci oosit pada media TCM-199.
b. Oosit dengan kualitas A dan B dimasukkan dalam media maturasi
yang telah ditutup dengan mineral oil lalu dibilas untuk
menghilangkan sisa media aspirasi.
c. Setelah dibilas 1-2x dimasukkan pada drop media Maturasi yang
ditutup mineral oil, lalu disimpan dalam CO2 inkubator pada suhu
temperatur 38,5 oC dan kandungan CO2 2-5% selama 18 - 24 jam
2.2.3.3.4 Fertilisasi In vitro (IVF)
a. Menyiapkan media fertilisasi
b. Menyiapkan sperma yang akan digunakan untuk fertilisasi dengan
melakukan prosedur kapasitasi sperma sesuai dengan metode yang
digunakan.
c. Penentuan konsentrasi sperma sesuai dengan yang dipersyaratkan.
d. Cuci oosit yang telah dimaturasi dengan media pencuci oosit (Oosit
Washing Solution/OWS).
e. Fertilisasi dilakukan dengan cara memasukkan oosit yang telah
dimaturasi dan dicuci dengan OWS ke dalam drop sperma, lalu
12

dimasukkan ke dalam inkubator CO2, selama 5 – 18 jam. Hari


dilakukan fertilisasi dihitung sebagai hari ke-0.
2.2.3.3.5 Invitro Kultur / IVC
a. Oosit yang telah difertilisasi selanjutnya dicuci dengan media kultur
dan dipisahkan dari sperma, lalu dimasukkan ke dalam drop kultur (5
µl media/oosit) dan dimasukkan ke dalam inkubator CO2, selama 10
hari dengan pengamatan berkala.
b. Hari ke-2 setelah fertilisasi dilakukan pengamatan perkembangan
pembelahan embrio.
c. Pengamatan perkembangan Blastosis dilakukan pada hari ke 6-9
setelah fertilisasi.
2.2.3.3.6 Evaluasi Embrio
Evaluasi embrio merupakan penilaian kualitatif terhadap fase dan
kualitas embrio yang dikultur disesuaikan dengan standar yang berlaku.
Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebagai berikut :
a. Klasifikasi Embrio; Embrio yang dikultur diamati di bawah
mikroskop untuk dievaluasi fase dan kualitasnya yang ditentukan
berdasarkan standar yang berlaku. Penilaian kualitas embrio
berdasarkan kriteria zona pellucida yang rata warnanya,
kekompakan sel, persentase sel yang mengalami degenerasi,
permukaan trophoblast yang rata, berwarna khas, kekompakan sel,
dan ukuran banyaknya vesicles. Kualitas embrio dinilai
berdasarkan fase perkembangan (stage) dan kualitas (quality)
embrio. Dengan mengacu pada standar penilaian yang ditetapkan
oleh International Embryo Transfer Society (IETS). Adapun daftar
kode fase untuk penilaian perkembangaan embrio adalah sebagai
berikut:
Fase 1: Unfertilized
Fase 2: Embrio dengan 2 s/d 12 sel
Fase 3: Early Morulla
Fase 4: Morulla
Fase 5. Early Blastocysts
13

Fase 6: Blastocysts
Fase 7: Expanded Blastocysts
Fase 8: Hatched Blastocysts
Fase 9: Expanded Hatched Blastocysts Sedangkan kriteria untuk
kualitas embrio diuraikan sebagai berikut:
Kualitas 1: Excellent or Good
• Bentuk embrio simetris dan bulat (spherical) dengan blastomer
yang seragam baik pada ukuran, warna maupun kepadatannya.
• Embrio harus memiliki bentuk yang konsisten dengan perkiraan
faseperkembangan embrio itu sendiri. Bentuk irregular relative
minor
• Memiliki Minimal 85% material selular dalam keadaan intact
dan massa embrio hidup.
• Zona pelusida harus bulat, mulus, tidak menempel pada cawan
petri atau pipet
• Kualitas 2: Fair
• Secara umum memiliki bentuk yang tidak teratur (irregular)
dalam kategori sedang dalam hal massa embrio, ukuran, warna
dan kepadatan sel-sel individual.
• Memiliki sel intact dan massa embrio hidup minimal sebanyak
50%
Kualitas 3: Poor
• Embrio didominasi bentuk yang tidak teratur pada bentuk massa
embrio, ukuran, warna, dan kepadatan individu sel.
• Memiliki sel intact dan massa embrio hidup minimal sebanyak
25%
Kualitas 4: Dead or degenerating
• Embrio degenerasi
• Oosit
• embrio 1 sel: tidak hidup/mati. Embrio yang layak transfer atau
yang dibekukan lebih lanjut adalah embrio yang mencapai fase
perkembangan fase 6 (Blastocysts) sampai dengan fase 8
14

(hatched blastocyst) dan memiliki kualitas 1. Panen embrio


dilakukan pada hari ke 6, 7, 8, dan 9 setelah fertilisasi.
b. Embrio yang layak transfer dilakukan aplikasi TE pada resipien
atau dibekukan, sedangkan embrio yang belum layak transfer dan
masih hidup dilakukan kultur untuk perkembangan lebih lanjut
sampai hari ke 9 setelah fertilisasi.
2.2.3.3.7 Pengkodean Straw Pengkodean Straw menggunakan kertas label
berwarna putih dengan sistem penulisan berdasarkan urutan informasi
yang diuraikan
III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Manajemen pemeliharaan kambing perah di PT Gizi Dewata Utama


dilakukan dengan sangat baik. Pakan yang diberikan yaitu berupa hijauan dan
konsentrat perbandingan 55 : 45, kandang yang digunakan untuk kambing yang
ada di perusahaan PT Gizi Dewata Utama menggunakan kandang panggung
dengan sistem koloni dan individu. Sanitasi dan sumber daya manusia yang cukup
baik karena selalu menjaga kebersihan dan kenyamanan ternak baik diluar
ataupun didalam kandang, proses pemerahan di PT Gizi Dewata Utama dengan
cara 2 metode yaitu dengan tangan / manual (hand milking) dan menggunakan
mesin pemerah susu dengan menghasilkan rataan 1,18 Liter/Hari pada 1 ekor
kambing

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan kepada PT Gizi Dewata Utama adalah


mengurai penumpukan feses padat yang dihasilkan ternak untuk dikembangkan
menjadi kompos dan biogas untuk mencegah kerusakan ekosistem serta menjaga
lingkungan sekitarnya agar penumpukan feses tidak terlalu banyak dan lebih
menguntungkan untuk harga jual.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa tengah. 2020. Transfer
Embrio (TE) Teknologi Peningkatan Kualitas Bibit Ternak Sapi.
https://disnakkeswan.jatengprov.go.id/read/transfer-embrio-te-teknologi-
peningkatan-kualitas-bibit-ternak-sapi

Morrel JM, Martinez R. 2009. Biomimetic techniques for improving sperm


quality in animal breeding: a review. J The Open And 1:1-9.

Mansour MM. 2009. Modification of hypo-osmotic swelling test to evaluate the


integrity of stallion sperm plasma membrane. Global Vet 3(4): 302-307.

Brito LF,Barth AD, Bilodeau-Goessel S, Panich PL, Kastelic JP. 2003.


Comparison of methods to evaluate plasmalemma of bovine sperm and
their relationship with in-vitro fertilization rate. Theriogenology
60(8):1539-1551.

Handayani et al. 2021. Analisis Komparatif Kualitas Semen Beku yang Telah dan
Belum Bersertifikasi Standar Nasional Indonesia. Jurnal Veteriner. Vol. 22
No. 2 : 207 – 215

Afriani et al. 2018. Manipulasi Embrio Pada Sapi. Andalas University Press.
Padang

Parera, H. 2014. Pengaruh Ukuran Ovarium Dan Diameter Oosit Terhadap


Kualitas Morfologi Oosit Sapi Bali-Timor Yang Dikoleksi Secara In Vitro.
Jurnal Kajian Veteriner : 2 (2) : 143-150.

Kaiin E M S, Said B, Tappa. 2008. Kelahiran anak sapi hasil fertilisasi secara in
vitro dengan sperma hasil pemisahan. Media Peternakan 31(1): 22-28.

Situmorang P, Endang T. 2004. aplikasi dan inovasi teknologi transfer embrio


(TE) untuk pengembangan sapi potong. Bogor. Lokakarya Nasional Sapi
Potong 2004.

Putri R D A, M Gunawan, E M Kaiin. 2015. Uji kualitas sperma sexing sapi


Friesian Holstein (FH) pasca thawing. PROS SEM NAS MASY BIODIV
INDON. Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407- 8050.
Halaman: 2057-2061 DOI: 10. 13057/psnmbi/m010835.

Tenriawaru.E.P. 2013. Kloning Hewan. Jurnal Dinamika 4 (1) : 49 – 61. ISSN


2087 – 7889.

Gunawan M, Fahrudin M, Boediono A. 2014. Perkembangan embrio sapi setelah


fertilisasi Menggunakan metode intracytoplasmic Sperm injection (icsi)
dan aktivasi Dengan strontium. Jurnal kedokteran hewan 8 (2) : 154-157.
44

Balai Embrio Ternak. 2016. Standar Operasional Prosedur Seksi Pelayanan


Teknis Produksi dan Aplikasi. Bogor.
https://betcipelang.ditjenpkh.pertanian.go.id
/site/images/WEB_BARU/Dokumentasi/SOP_PA.pdf

Anda mungkin juga menyukai