Anda di halaman 1dari 11

MISKONSEPSI

PADA KONTEN SISTEM PEREDARAN DARAH

HENNI RIYANTI

SISTEM PEREDARAN DARAH

MISKONSEPSI :
1. Diameter yang sempit pada pembuluh darah kapiler memperlambat laju aliran darah.
2. Pertukaran zat antara darah dan sel tubuh terjadi oleh aliran massa darah di pembuluh
kapiler.

Diameter yang sempit pada pembuluh darah kapiler memperlambat laju aliran darah

Gambar 1. Arah aliran darah

Fakta umum bahwa :


Darah mengalir sangat lambat disepanjang pembuluh kapiler dan hal tersebut
memfasilitasi terjadinya pertukaran zat dan materi melalui difusi antara darah dan cairan sel.

Baik guru maupun siswa telah mengetahui bahwa fakta tersebut benar adanya.
Namun ketika muncul pertanyaan apa yang menjadi penyebab aliran darah tersebut lambat,
maka sering terjadi miskonsepsi mengenai aliran darah tersebut.

Persamaan Fisika mengenai Debit Aliran


�� = �� �� ��
V = Debit Aliran (Darah) (m 3/s)
A = Total Luas Penampang Melintang (m2)
R = Kecepatan Aliran Darah (m/s)
Dalam sistem peredaran darah tertutup, harus disadari bahwa volume darah yang
mengalir dalam setiap penampang melintang sistem peredaran darah per unit waktu adalah
konstan atau tetap. Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa Total penampang
melintang berbanding terbalik dengan kecepatan aliran darah.
A >< R
Semakin besar A maka semakin kecil R
Berdasarkan persamaan tersebut, penyebab rendahnya kecepatan aliran darah
pada pembuluh kapiler adalah besarnya total luas penampang melintang pembuluh
darah kapiler.
Gambar 2.
Perubahan tekanan darah, ketahanan pembuluh darah, total penampang melintang,
kecepatan darah mengalir sepanjang sistem peredaran darah Din Yan Yap melakukan
penelitian mengenai konten sistem sirkulasi. Dalam
penelitiannya, Din memberikan pernyataan kepada responden berupa;

“Pada sistem sirkulasi mamalia, laju aliran darah paling rendah terjadi di pembuluh
darah kapiler. Hal tersebut disebabkan pembuluh kapiler yang sempit memberikan
ketahanan yang besar terhadap aliran darah”.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hampir keseluruhan responden


menyatakan bahwa kalimat pertama benar bahwa aliran darah pada pembuluh kapiler sangat
lambat. Namun muncul banyak opsi dari mereka untuk hal penyebab lambatnya aliran darah
tersebut.
- Sebanyak 46% responden menyatakan bahwa pernyataan yang diberikan sebenarnya
dapat diterima namun ada alasan yang lebih akurat mengenai penjelasannya yaitu
karena “penurunan tekanan darah yang cepat disepanjang kapiler yang sempit”
- Sebagiannya lagi menyatakan bahwa penyebabnya adalah “karena ketahanan yang
tinggi pembuluh kapiler terhadap aliran darah menyebabkan tekanan darah di
kapiler lebih rendah dari arteri dan vena”

Jawaban yang diberikan responden tersebut tentunya bukan menjadi penyebab utama
rendahnya kecepatan aliran darah di pembuluh kapiler.

Hubungan Kecepatan Aliran Darah, Tekanan Darah, dan Diameter Pembuluh Darah
Kekeliruan sering terjadi karena salah pendefinisian hubungan antara kecepatan aliran
darah, diameter pembuluh darah, ketahanan/resistensi, dan tekanan darah. Agar dapat
memahaminya, perhatikan gambar berikut ini.

Diameter Lebih Besar

Ketahanan Rendah,

Tekanan Tinggi,

Diameter sempit,
Ketahanan tinggi,
Tekanan rendah
Gambar 3. Aliran darah di pembuluh pada sistem peredaran darah

Arah Aliran Darah :


Dipompa keluar jantung – Aorta – Arteri Besar – Arteri Kecil – Arterior – Kapiler –
Venula – Vena – Vena Cava – Kembali ke Jantung.

Diameter pembuluh darah :


Diameter pembuluh darah aorta lebih besar dari pada arteri dan kapiler. Diameter
pembuluh darah dari aorta ke kapiler semakin menyempit.
Ketahanan / Resistensi :
Semakin menyempit diameter pembuluh darah maka ketahanannya semakin tinggi
terhadap aliran darah. Sehingga diameter pembuluh arteri yang lebih besar dari pada kapiler
memiliki ketahanan yang rendah. Pembuluh kapiler yang sempit memiliki ketahanan yang
tinggi terhadap aliran darah.

Tekanan Darah :
Ketahanan yang tinggi menyebabkan rendahnya tekanan darah. Sehingga ketahanan
pembuluh arteri yang rendah daripada kapiler menyebabkan tekanan darah pembuluh arteri
lebih besar dari kapiler.
Kesesuaian dengan prinsip Fisika:
Darah mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Sebagaimana darah mengalir
dari Aorta Tekanannya lebih tinggi dari arteri dan kapiler.

Hubungannya:
Diameter pembuluh darah besar → Ketahanan rendah → Tekanan darah tinggi
Diameter pembuluh darah sempit → Ketahanan tinggi → Tekanan darah rendah

Kesimpulan :
Diameter pembuluh darah yang sempit bukan penyebab rendahnya kecepatan
aliran darah pada pembuluh kapiler melainkan karena besarnya total luas
penampang kapiler.
Pertukaran zat antara darah dan sel tubuh terjadi oleh aliran massa darah di
pembuluh kapiler
Gambar 4. Ilustrasi pertukaran antara sirkulasi darah di pembuluh kapiler dan jaringan
sel

Kekeliruan sering terjadi mengenai hubungan antara pembentukan cairan


jaringan dan pertukaran materi pada jaringan kapiler. Terdapat cukup banyak informasi
yang tersedia di buku teks mengenai proses pembentukan dan penyerapan cairan jaringan di
pembuluh kapiler, dan guru telah menunjukkan pemahaman yang baik mengenai proses
tersebut.

Namun hanya sedikit bahkan tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai mekanisme
pertukaran materi antara darah dan jaringan sel. Padahal mekanisme tersebut merupakan
proses terpenting yang terjadi di pleksus kapiler. Sebagai akibatnya banyak guru yang
mengembangkan pandangan yang kurang tepat bahwa Pengangkutan materi antara
darah dan jaringan sel utamanya terjadi oleh aliran massa melalui sirkulasi cairan
jaringan di kapiler.
Penjelasan :
Hanya sedikit nutrisi, oksigen, dan zat sisa yang dibawa oleh aliran massa saat
pergerakan cairan. Proses tersebut hanya tambahan kecil dalam pertukaran materi di kapiler.
Sebaliknya perturakan materi tersebut utamanya disebabkan oleh proses difusi yang
menyumbang hingga 80 % dari nutrisi dan zat sisa metabolisme ditransfer antara darah dan
jaringan sel. Berdasarkan konsentrasi gradien, glukosa dan oksigen akan berdifusi dari darah
masuk ke dalam sel melalui dinding kapiler di sepanjang jaringan kapiler. Begitu juga zat
sisa metabolisme tubuh akan keluar sel dan masuk ke dalam darah di sepanjang kapiler
dengan arah yang berlawanan. Perhatikan Gambar 5 berikut.

Gambar 5. Pertukaran materi di dalam kapiler pleksus

Dinding kapiler yang sangat tipis dan luas permukaan kapiler yang sangat besar
memfasilitasi berlangsungnya proses difusi. Rendahnya laju aliran darah di sepanjang
kapiler memberikan waktu yang cukup memungkinkan difusi berlangsung.
Fungsi sirkulasi cairan jaringan di pleksus kapiler
Dalam jaringan kapiler, pergerakan cairan antara darah dan cairan jaringan
sesungguhnya ditentukan oleh dua kekuatan yang berlawanan yaitu
∙ perbedaan tekanan hidrostatik, dan
∙ perbedaan potensial osmotik antara darah dan cairan jaringan.

Gambar 6. Pembentukan cairan jaringan dari plasma di berbagai situasi


Normalnya pada bagian jaringan kapiler yang dekat dengan ujung arteri (Gambar
6A), tekanan darah jauh lebih tinggi daripada cairan jaringan sehingga perbedaan tekanan
hidrostatik melebihi perbedaan potensial osmotik antara kedua cairan. Akibatnya, beberapa
plasma disaring dari kapiler di bawah tekanan ke ruang interstisial untuk membentuk cairan
jaringan. Saat darah bergerak di sepanjang kapiler yang sempit, tekanan darah turun terus
menerus sehingga perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dan cairan jaringan menurun
dengan stabil, atau bahkan dapat berbalik.
Pada ujung vena dari jaringan kapiler, sebagian besar cairan jaringan terbentuk di
ujung arteri diserap kembali ke kapiler oleh proses osmosis, karena potensial osmotik cairan
jaringan biasanya lebih tinggi daripada darah (Gambar 6A).
Mekanisme ini menghasilkan pembentukan cairan jaringan plasma secara terus
menerus dengan penyaringan dan kembalinya cairan jaringan ke darah melalui osmosis.
Peredaran cairan jaringan ini penting untuk regulasi tekanan darah dan volume darah.
Misalnya, bila ada penurunan tekanan darah seperti karena perdarahan, cairan jaringan akan
terbentuk sedikit di ujung arteri dan lebih banyak cairan jaringan akan diserap kembali ke
dalam darah pada ujung vena jaringan kapiler. Aliran bersih cairan jaringan ke jaringan
kapiler menyebabkan kenaikan volume darah dan tekanan darah dipulihkan ke tingkat
normal dalam waktu singkat (Gambar 6B). Hal sebaliknya terjadi ketika tekanan darah atau
volume darah melebihi nilai normal.

Jika potensial osmotik darah meningkat, misalnya karena tingkat protein plasma
rendah, perbedaan osmotik antara darah dan cairan jaringan menurun. Hal ini menghasilkan
pembentukan cairan jaringan dari plasma seperti volume cairan jaringan yang terbentuk
lebih akan dikembalikan ke plasma (gambar 6C).

Karena volume cairan jaringan (sekitar 10 liter) tiga sampai empat kali lebih besar
dari volume plasma (sekitar 3 liter), cairan jaringan berfungsi sebagai reservoir yang dapat
memasok cairan tambahan ke sistem peredaran darah atau mengeluarkan yang lebih.

Kesimpulan :
∙ Pertukaran zat antara darah dan sel tubuh terjadi oleh proses difusi berdasarkan
konsentrasi gradient materi.
∙ Mekanisme pembentukan dan penarikan cairan jaringan ini penting dalam
mempertahankan kestabilan volume plasma darah, terutama pada situasi yang
menghasilkan penurunan atau peningkatan volume plasma secara tiba-tiba.
∙ Selama pertukaran cairan antara darah dan jaringan, beberapa nutrisi atau zat
siswa mungkin dapat terbawa dengan aliran massa, namun pergerakan zat ini
adalah tambahan yang disebabkan oleh difusi yang terjadi sepanjang seluruh
kapiler.
DAFTAR PUSTAKA

Chi, M. T. H. (2005). Commonsense Conceptions of Emergent Processes : Why Some


Misconceptions Are Robust o t o y p o o t, 14(2), 161–199.

Kong, H. (2014). Teachers â€TM misconceptions of the circulatory system, (June).


https://doi.org/10.1080/00219266.1998.9655622.

Nemmar, A., Hoet, P. H. M., Vanquickenborne, B., Dinsdale, D., Thomeer, M., Hoylaerts,
M. F., … Nemery, B. (2002). Passage of Inhaled Particles Into the Blood Circulation in
Humans, 411–415.

Ozgür, S. (2013). The Persistence of Misconceptions about the Human Blood Circulatory
System among Students in Different Grade Levels, 8(2), 255–268.
https://doi.org/10.12973/ijese.2013.206a.

Pelaez, N. J., Boyd, D. D., Rojas, J. B., Hoover, M. A., Nancy, J., Boyd, D. D., & Rojas, J.
B. (2005). Prevalence of blood circulation misconceptions among prospective
elementary teachers, 6850, 172–181. https://doi.org/10.1152/advan.00022.2004.

Pressure, B., Treatment, L., & Collaboration, T. (2007). Blood pressure-dependent and
independent effects of agents that inhibit the renin – angiotensin system, 951–958.

Reiber, C. L., & Mcgaw, I. J. (2009). A Review of the “ Open ” and “ Closed ” Circulatory
Systems : New Terminology for Complex Invertebrate Circulatory Systems in Light of
Current Findings, 2009. https://doi.org/10.1155/2009/301284.

Significance, P. (1992). Blood Circulation, 1(1), 85–88.

Anda mungkin juga menyukai