Arab Pra-Islam
Arab Pra-Islam
Hum
MODUL
SEJARAH PERADABAN
ISLAM
PRIODE ARAB PRA-ISLAM
RAVICO, M.Hum
1
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PEMBELAJARAN
SEJARAH PERADABAN ISLAM; PRIODE ARAB PRA-ISLAM
Oleh
RAVICO, M.Hum
NIP.198808132018011001
Mengetahui,
Ketua Jurusan SPI Dosen Pengampu
2
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
KATA PENGANTAR
Ravico, M.Hum
3
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ................................................................................................ 3
DAFTAR ISI................................................................................................................. 4
BAB I SEMENANJUNG ARAB PRA-ISLAM
A. Geografi Semenanjung Arab .................................................... 5
B. Iklim di Semenanjung Arab ...................................................... 11
C. Demografi Arab ............................................................................. 13
D. Pembagian Masyarakat Arab .................................................. 16
1. Arab Bai’idah ............................................................................ 16
2. Arab Al-Arabiah ....................................................................... 17
3.Arab Mustari’bah ..................................................................... 19
E. Suku Masayarakat ....................................................................... 22
1. Suku Baduwi ............................................................................. 22
2. Suku Hadlar ............................................................................... 24
BAB II KEHIDUPAN ARAB PRA ISLAM
A. Kehidupan Agama ....................................................................... 27
B. Kehidupan Ekonomi .................................................................. 31
C. Kehidupan Sosial ......................................................................... 33
D. Kehidupan Politik ........................................................................ 35
BAB III KERAJAAN-KERAJAAN ARAB PRA ISLAM
A. Kerajaan Ma’in .............................................................................. 38
B. Kerajaan Saba ............................................................................... 39
C. Kerajaaan Himyar ....................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................46
4
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
BAB
SEMENANJUNG ARAB PRA-ISLAM
I
5
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
6
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
7
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
8
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
9
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
10
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
11
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
Semenanjung Arab sama sekali tidak memiliki satu pun sungai besar
yang mengalir sepanjang dua musim dan bermuara di laut. Ia juga
tidak memiliki aliran sungai yang bisa dilalui kapal. Sebagai ganti
sungai, Semenanjung Arab memeiliki jaringan wadi (danau) yang
menampung limpahan curah hujan yang cukup deras. Wadi-wadi ini
juga memiliki peran lain. Mereka menjadi penentu rute perjalan
khalifah dan Jemaah Haji.
12
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
C. Demografi Arab
Banyak ahli penelitian menyimpulkan, bahwa orang-oarang Arab
penduduk di Jazirah Arab berasal dari satu keturunan. Pada
ghalibnya mereka adalah orang-orang Badawi (nomaden) dan
sebagian besar hidup sebagai kabilah-kabilah pengembara, tidak
bermukim tetap dan tidak terikat dengan tanah pemikimannya
sebagaimana yang lazim berlaku di kalangan kaum tani. Mereka
menantikan kedatangan musim hujan (Husaini,1992:21).
Sejarah bangsa Arab telah mengalami kemajuan dalam
metode penelitiannya. Sejarah demografi bangsa Arab telah
diselidiki dengan berbagai pedekatan ilmu pengetahuan.
Penyelidikan pada perbandingan dan keterkaitan antara bahasa
Ibrani, Asyur, Babil, dan Punisia ternyata memiliki keterkaitan yang
sangat kuat. Data ini juga diperkuat dengan penyelidikan penelitian
yang bersandarkan pada ilmu biologi dan antropologi yang
menegaskan bentuk dan perawakan seperti rambut hitam, janggut
tebal, warna kulit dan lainnya. Penelitian ini menegaskan bahwa
bangsa Arab tergolong bangsa semit (bangsa Seam). (Hamka,2005:15).
13
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
14
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
15
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
16
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
2. Arab Al-Arabiah
Masyarakat priode kedua ialah masyarakat penghuni
negeri Yaman. Dalam sejarah kuno orang Yunani meneyebut
mereka Arabia felix yang berarti masyarakat Arab yang
bahagia. Semua masyarakat Arab yang hidup pada priode ini
umumnya disebut “al-Arab al-Aribah” (Arab asli atau sejati).
Mengingat kondisi alam yang subur. Yang termasuk dalam
wilayah Negeri Yaman adalah Hadramaut, Syahr, Oman,
Arudh, sebagian besar Hijaz, Tihamah, Najd dan lainnya.
Arab Aribah merupakan keturunan Qathan yang nasab
mereka berakhir pada Sam bin Nuh. Mereka terbagi ke dalam
beberapa kabilah yang terkenal yaitu kabilah Himyar dan
Kahlan. Kabilah Haimyar terdiri atas beberapa suku yaitu Zaid
al-Jumhur, Qudha’ah, dan Sakasik. Kabilah Himyar hijrah dari
Yaman dan tinggal di pinggiran Iraq (Hatta,201218). Di sisi
lain mengenai suku Qudha’ah masih menjadi perdebatan bagi
sejarawan.
17
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
18
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
19
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
20
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
21
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
E. Kehidupan Masyarakat
1. Suku Baduwi
Pada dasarnya masyarakat Arab berdasarkan pemukiman
yang mereka huni dibagi menjadi dua kategori utama yaitu: Al-
Baduwi dan Al-Hadlar. Kaum badawi adalah penduduk padang
pasir, mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap tetapi hidup
secara nomaden yang berpindah-pindah dari satu tempat ke
tampat yang lain untuk mencari sumber mata air dan padang
rumput baru. Mata penghidupan mereka adalah beternak
kambing, biri-biri, kuda dan unta. Kehidupan masyarakat
nomaden tidak banyak memberikan perluang untuk membangun
sebuah peradaban.
Menurut Goustav le Bon yang dikutip oleh Hamka (2005:20)
dalam bukunya “Sejarah Umat Islam” menegaskan bahwa “Badwi
Jazirah Arab memantangkan bercocok tanam, terutama
memananm gandum atau kayu yang berbuah, dan pantang pula
membuat rumah, mereka memandang perbuatan itu akan
mengokongkan kemerdekaan mereka.”
Orang Baduwi membatasi hidup menurut kebutuhan, dalam
hal makanan, pakaian, tempat tinggal dan berbagai ihwal
kebiasaan. Mereka tidak melampaui lebih dari yang dibutuhkan
dan tidak mencari hidup yang enak ataupun mewah. Mereka
membuat kemah-kemah dari bulu binatang dan wol, atau
membuat rumah-rumah dari kayu, lempung atau batu, yang tidak
dihiasi. Tujuannya hanya tempat bernaung dan tempat tinggal,
22
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
tak lebih dari itu. Mereka juga mencari tempat tinggal di gua-gua
(Khaldun, 1986:142-143).
23
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
24
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
25
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
26
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
A. KEHIDAUPAN BERAGAMA
1. Paganisme
Paganisme, Yahudi, Majusi dan Nasrani adalah agama
orang Arab pra-Islam (Abu Su'ud,2003:17). Pagan adalah
agama mayoritas mereka. Ratusan berhala dengan
bermacam-macam bentuk ada di sekitar Ka’bah. Ada sekitar
360 berhala yang mengelilingi berhala utama, Hubal, yang
terdapat di Ka’bah (Yatim,1997:9). Orang yang pertama kali
memasukan berhala dan mengajak menyembah adalah Amr
bin Luhayyi bin Qam’ah, nenek moyang bani Khuza’ah (Al-
Buthi,2005:20).
27
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
2. Agama Yahudi
Agama Yahudi dianut oleh para imigran yang
bermukim di Yathrib dan Yaman. Tidak banyak data sejarah
tentang pemeluk Yahudi di Jazirah Arab, kecuali di Yaman.
Dzū Nuwās adalah seorang penguasa Yaman yang condong ke
Yahudi. Dia tidak menyukai penyembahan berhala yang telah
menimpa bangsanya. Dia meminta penduduk Najran agar
masuk agama Yahudi, kalau tidak akan dibunuh. Karena
mereka menolak, maka digalilah sebuah parit dan dipasang
api di dalamnya. Mereka dimasukkan ke dalam parit itu dan
yang tidak mati karena api, dibunuh dengan pedang atau
dibuat cacat. Korban pembunuhan itu mencapai dua puluh
ribu orang. Tragedi berdarah dengan motif fanatisme agama
ini diabadikan dalam al-Quran dalam kisah “orang-orang yang
membuat parit”.
3. Agama Kristen
Adapun Kristen di Jazirah Arab dan sekitarnya
sebelum kedatangan Islam tidak ternodai oleh tragedi yang
mengerikan semacam itu. Yang ada adalah pertikaian di
antara sekte-sekte Kristen yang meruncing. Menurut
28
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
4. Agama Hanifiyah
Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam
datang selain agama di atas adalah Ḥanīfīyah, yaitu
sekelompok orang yang mencari agama Ibrahim yang murni
yang tidak terkontaminasi oleh nafsu penyembahan berhala-
berhala, juga tidak menganut agama Yahudi ataupun Kristen,
tetapi mengakui keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa
agama yang benar di sisi Allah adalah Ḥanīfīyah, sebagai
aktualisasi dari millah Ibrahim. Gerakan ini menyebar luas ke
29
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
30
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
B. KEHIDUPAN EKONOMI
Dengan posisi Mekkah yang sangat strategis sebagai pusat
perdagangan bertaraf internasional, komoditas-komoditas yang
diperdagangkan tentu saja barang-barang mewah seperti emas,
perak, sutra, rempah-rempah, minyak wangi, kemenyan, dan lain-
lain. Walaupun kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah pada
mulanya para pedagang Quraish merupakan pedagang eceran, tetapi
dalam perkembangan selanjutnya orang-orang Mekkah memperoleh
sukses besar, sehingga mereka menjadi pengusaha di berbagai
bidang bisnis (Mujahiddin,2003:13-14).
Perdagangan merupakan unsur penting dalam perekonomian
masyarakat Arab pra Islam. Mereka telah lama mengenal
perdagangan bukan saja dengan orang Arab, tetapi juga dengan non-
Arab. Kemajuan perdagangan bangsa Arab pra Islam dimungkinkan
antara lain karena pertanian yang telah maju. Kemajuan ini ditandai
dengan adanya kegiatan ekspor-impor yang mereka lakukan. Para
pedagang Arab selatan dan Yaman pada 200 tahun menjelang Islam
lahir telah mengadakan transaksi dengan Hindia, Afrika, dan Persia.
Komoditas ekspor Arab selatan dan Yaman adalah dupa, kemenyan,
kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis, dan anggur.
Sedangkan yang mereka impor dari Afrika adalah kayu, logam,
budak; dari Hindia adalah gading, sutra, pakaian dan pedang; dari
Persia adalah intan (Mughni,2002:15). Data ini menunjukkan bahwa
perdagangan merupakan urat nadi perekonomian yang sangat
penting sehingga kebijakan politik yang dilakukan memang dalam
rangka mengamankan jalur perdagangan ini.
Di lain sisi, Mekkah di mana terdapat ka’bah yang pada waktu
itu sebagai pusat kegiatan Agama, telah menjadi jalur perdagangan
internasional. Hal ini diuntungkan oleh posisinya yang sangat
31
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
32
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
Ukazh, Mijannah, dan Zul Majaz. Di antara tiga pasar ini, yang paling
besar dan paling banyak pengunjungnya ialah Ukazh. Pasar ini
dikunjungi orang-orang Arab dari berbagai daerah di seluruh Arab.
Pengunjung terbanyak berasal dari Qabilah (suku) Mudhar, karena
memang pasar ini terletak di daerah mereka (Tim
Kalimasda,2009:39).
33
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
34
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
D. KONDISI POLITIK
Sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus,
kecuali daerah Yaman yang terkenal subur. Ditambah lagi dengan
kenyataan luasnya daerah di tengah Jazirah Arab, bengisnya alam,
sulitnya transportasi, dan merajalelanya badui yang merupakan
faktor-faktor penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan
serta adanya tatanan politik yang benar. Mereka tidak mungkin
menetap. Mereka hanya bisa loyal ke kabilahnya. Oleh karena itu,
mereka tidak akan tunduk ke sebuah kekuatan politik di luar
kabilahnya yang menjadikan mereka tidak mengenal konsep negara
(Al-Dawri,2007:41).
Hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri-
sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka
tidak mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada mereka hanyalah
ikatan kabilah. Dasar hubungan dalam kabilah itu ialah pertalian
darah. Rasa asyabiyah (kesukuan) amat kuat dan mendalam pada
mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka
teraniaya maka seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit
membelanya. Semboyan mereka “ Tolong saudaramu, baik dia
menganiaya atau dianiaya “.Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini
mempunyai pemuka-pemuka yang memimpin kabilahnya masing-
masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas
eksistensi politiknya adalah kesatuan fanatisme, adanya manfaat
secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh
dari luar kabilah.
Sementara menurut Nicholson, tidak terbentuknya Negara
dalam struktur masyarakat Arab pra Islam, disebabkan karena
konstitusi kesukuan tidak tertulis. Sehingga pemimpin tidak
mempunyai hak memerintah dan menjatuhkan hukuman pada
anggotanya (Nicholson, 1997:81). Namun dalam bidang
35
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
36
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
37
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
A. KERAJAAN MA’IN
Kerajaan Ma’in berdiri sekitar tahun 1200-650 SM yang
terletak di Yaman Utara dengan ibukota Karna, Qarnawu atau
Qarnaw yang kemudian oleh ahli geografi Arab pertengahan
disebut Sayhad. Kata Ma’in berasal dari beberapa bahasa yaitu
dalam bahasa Inggris disebut Minea; bahasa Arab Al-Ma’iiniyyuun
atau Ma’iin, Ma’iniyah atau diucapkan Ma’in yang berarti ‘mata
air’. Juga terdapat dalam Injil disebut Ma’on, Me’un atau Me’in.
Beberapa peninggalan Kerajaan Ma’in yang masih tersisa yaitu
reruntuhan kota Shirwah dan Baraqisy. Selain itu, terdapat
beberapa prasasti yang berisikan dua puluh enam raja yang pernah
memimpin Kerajaan Ma’in serta ulisan terpahat mengenai
komunikasi orang-orang Ma’in dengan bangsa Mesir, Gazza, Ionia,
Siddon, Ammon dan Moab Yatrib.
38
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
B. KERAJAAN SABA
Kerajaan-kerajaan pertama yang berhasil diketahui, yang
berdiri di wilayah Arab Selatan pada zaman kuno adalah kerajaan
Saba dan Minea, yang selama beberapa abad hidup pada masa yang
sama. Kedua kerajaan itu pada awal berdirinya merupakan kerajaan
teokrasi (pemerintahan yang berlandaskan langsung pada hokum
tuhan/agama)dan kemudian berubah menjadi kerajaan sekuler.
(Hitti, 2002 : 66)
39
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
40
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
41
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
42
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
C. KERAJAAN HIMYAR
Kerajaan Ma’in berdiri sekitar tahun 1200-650 SM yang
terletak di Yaman Utara dengan ibukota Karna, Qarnawu atau
Qarnaw yang kemudian oleh ahli geografi Arab pertengahan disebut
Sayhad. Kata Ma’in berasal dari beberapa bahasa yaitu dalam
bahasa Inggris disebut Minea; bahasa Arab Al- Ma’iiniyyuun atau
Ma’iin, Ma’iniyah atau diucapkan Ma’in yang berarti ‘mata air’. Juga
terdapat dalam Injil disebut Ma’on, Me’un atau Me’in. Beberapa
peninggalan Kerajaan Ma’in yang masih tersisa yaitu reruntuhan
kota Shirwah dan Baraqisy. Selain itu, terdapat beberapa prasasti
yang berisikan dua puluh enam raja yang pernah memimpin
Kerajaan Ma’in serta ulisan terpahat mengenai komunikasi orang-
orang Ma’in dengan bangsa Mesir, Gazza, Ionia, Siddon, Ammon
dan Moab Yatrib.Zafar,(pada masa kasik di sebut sappar dan separ/
sevar, dalam kitab kejadian. 10;30), kota di bagian dalam
semenanjung, sekitar 100 Mil di sebelah timur laut Moha di atas
jalan menuju San’a adalah ibukota dinasti Himyar. Kota itu
menggantikan posisi Ma’rib, kota orang-orang Saba dan Qarnaw,
kota orang-orang minea. Reruntuhannya masih dapat dilihat di
puncak bukit dekat kota yarib.pada masa penyusunan teh
parripess rajanya adalah Kariba-il Watar (Charibael, dalam The
Periplus).
Raja dari periode Himyar pertama ini adalah seorang raja
feodal yang tinggal di puri, memiliki tanah luas dan mencetak uang
emas, perak dan perunggu, dengan menampilkan gambar wajahnya
43
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
44
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
45
MODUL: SEJARAH ARAB PRA ISLAM Ravico, M.Hum
DAFTAR PUSTAKA
Wilaela, Sejarah Islam Klasik. Riau: Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Kasim,
2016.
46