Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
TITO NUGROHO
1111114000019
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tito Nugroho
ii
iii
iv
ABSTRAK
Pengakuan menjadi salah satu faktor penting untuk sebuah negara dapat diakui eksistensinya baik
di tingkat kawasan ataupun internasional. Status sebuah negara tersebut akan lebih sempurna apabila juga
mendapatkan sebuah pengakuan secara de facto dari masyarakat internasional. Dalam hal ini negara
Palestina berkeinginan agar mendapatkan pengakuan internasional. Perjuangan Palestina yang diwakili
oleh Palestine Liberation Organization (PLO) dengan pemimpinnya Mahmoud Abbas akhirnya
mendapatkan status sebagai “Non-member Observer State” pada tahun 2012. Pengakuan dari PBB
tersebut menjadi jalan bagi Palestina untuk dapat menjadi negara yang berdaulat. Setelah pengakuan dari
PBB, secara berangsur-angsur Palestina mendapatkan pengakuan, salah satunya berasal dari Takhta Suci
(Vatikan).
Takhta suci mengakui negara Palestina berdasarkan dengan Perjanjian Komprehensif yang telah
ditandatangani oleh perwakilan Vatikan dan Negara Palestina pada tahun 2015. Perjanjian tersebut
berkaitan mengenai aspek-aspek penting yang terjadi pada kehidupan dan aktivitas Gereja Katolik di
Palestina. Dalam penelitian ini, Status Takhta Suci sebagai sebuah Entitas khusus dalam subjek
internasional yang mengakui Palestina sebagai sebuah negara menjadi suatu hal yang menarik untuk
dapat dibahas.
Selain itu, dalam penelitian ini menggunakan konsep pengakuan negara dan teori kebijakan luar
negeri untuk menganalisa pengakuan Takhta Suci terhadap negara Palestina. Dengan teori tersebut dapat
diketahui apa faktor kebijakan Takhta Suci mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Kebijakan tersebut
berasal dari faktor internal Takhta Suci yang menginginkan perdamaian di wilayah kota suci dan
melindungi kaum nasrani. Sedangkan, faktor eksternal yang melatarbelakangi adalah adanya opini
masyarakat yang menginginkan perubahan di wilayah tersebut dan pelanggaran hak asasi manusia di
Palestina yang harus segera dihentikan.
Kata kunci: Pengakuan, Takhta Suci, Vatikan, Palestina, Kedaulatan, PBB, PLO, Kebijakan Luar Negeri.
v
KATA PENGANTAR
SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, akal, dan pikiran kepada penulis
hingga tercapainya suatu titik puncak pendidikan yang penulis jalani. Berkat rahmat
dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang dijalani. Tidak lupa pula
Shalawat serta salam tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, atas
pedomannya penulis dapat merasakan nikmat pendidikan yang tak ternilai harganya
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari banyaknya bantuan yang diberikan
baik secara moril maupun materi yang tak bisa penulis sampaikan secara rinci. Pihak-
pihak yang sangat membantu penulis dalam menjalani segala kesulitan yang dihadapi
1. Penulis ucapkan terima kasih yang terbesar kepada keluarga tercinta yang
dengan sabarnya terus memberi semangat yang tak ternilai dan tergantikan
oleh penulis yaitu kepada mama tercinta (Ibu Nurbetty Bagindo) dan Papa
ini. Dengan penuh kesabaran dan semangat yang tak terhingga, sampai
vi
2. Penulis mengucapkan terima kasih pula kepada adik tersayang yang telah
memberikan dukungan secara moril kepada penulis (Tio Suryo Saputro) dan
sahabat penulis (Oriza Qaliqis, Reza Mahendra dan Kenny Oscar) dengan
3. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Syaifuddin Zuhri, S. IP., L.M. selaku Dosen Pembimbing penulis yang selalu
7. Terima kasih terucap untuk semua dosen yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis semenjak awal masuk universitas, khususnya Alm. Bpk Budi
Satari. Semua staf baik Universitas maupun Fakultas dan pak Jajang yang
vii
8. Terima kasih kepada sahabat dan teman angkatan HI 2011 khususnya IRIC
Nurjannah, Reta Marina P, Niken Aulia F, Desica Anna N, Hary Satria, Fikry
Agustian, Alif Auza, Faisal Farras, Andika Asyidik, Maria Ulfah, Masmuhah,
Devi Linda, Zara Sabrina yang telah mengisi hari-hari di masa perkuliahan
dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebut satu per satu,
10. Terima kasih penulis ucap kepada semua teman-teman SMA 6 Depok dan
SMA Widuri yang telah memberikan dukungan secara moril kepada penulis,
11. Penulis berterimakasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
Tito Nugroho
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………. ii
ABSTRAK ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI..................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
ix
BAB III PENGAKUAN TAKHTA SUCI (VATIKAN)
TERHADAP NEGARA PALESTINA
A. Takhta Suci (Vatikan) Sebagai Subjek Hukum
Internasional ........................................................................ 51
B. Sistem Takhta Suci (Vatikan) dalam Pengambilan
Kebijakan Luar Negeri ......................................................... 58
C. Upaya Hukum Takhta Suci dalam Mengakui
Negara Palestina................................................................... 61
BAB IV ANALISA MENGENAI TAKHTA SUCI (VATIKAN)
MENGAKUI PALESTINA SEBAGAI NEGARA
BERDAULAT TAHUN 2015
A. Konsep Pengakuan dalam Analisis Pengakuan
Terhadap Palestina ............................................................... 65
B. Kebijakan Luar Negeri Takhta Suci Mengakui Palestina
Sebagai Sebuah Negara........................................................ 70
1. Faktor Internal ................................................................ 72
a. Faktor Religius ......................................................... 72
b. Faktor Idiosinkratik .................................................. 73
2. Faktor Internal ................................................................ 75
a. Opini Masyarakat Internasional ............................... 75
b. Masalah Regional di Kawasan ................................. 76
c. Hak Asasi Manusia (HAM) ..................................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... xiv
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR SINGKATAN
AS Amerika Serikat
DK Dewan Keamanan
GC General Conference
PA Palestina Authority
UN Untid Nations
xii
UNESCO United Nation Educational Scientific and Cultural
Organization
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
terhadap Negara Palestina pada tahun 2015. Vatikan adalah sebuah negara yang
1929 antara Takhta Suci dan Italia yang diakui oleh masyarakat internasional,
1
Lateran Treaty, situs resmi Vatikan diakses dari
http://www.vaticanstate.va/content/dam/vaticanstate/documenti/leggi-e-decreti/Normative-Penali-e-
Amministrative/LateranTreaty.pdf, pada tanggal 5 Februari 2017
2
Holy See Press Office, Joint Statement on the occasion of the Signature of the
Comprehensive Agreement between the Holy See and the State of Palestine, diakses dari
https://press.vatican.va/content/salastampa/it/bollettino/pubblico/2015/06/26/0511/01117.pdf, pada
tanggal 5 Februari 2017
3
Holy See Press Office, Joint Statement on the occasion of the Signature of the
Comprehensive Agreement between the Holy See and the State of Palestine, diakses dari
https://press.vatican.va/content/salastampa/it/bollettino/pubblico/2015/06/26/0511/01117.pdf, pada
tanggal 5 Februari 2017
1
penting yang terjadi pada kehidupan dan aktivitas Gereja Katolik di Palestina.4
Perjanjian tersebut berlaku secara penuh pada tanggal 2 Januari 2016.5 Penelitian ini
Palestina adalah sebuah negara yang memiliki lebih dari 4,3 juta penduduk,
berada di kawasan Timur Tengah yang berbatasan langsung dengan Mesir, Yordania
6
dan Laut Mediterania. Wilayah Palestina atau sering disebut dengan Occupied
Palestinian Territories (wilayah Palestina yang diduduki Israel) secara garis besar
terdiri dari Tepi Barat (West Bank) termasuk Yerusalem Timur dan Jalur Gaza (Gaza
Strip).7 Wilayah tersebut didapatkan setelah Gaza terlepas dari pendudukan Israel.
Pada tahun 2007 Hamas diketahui mengambil alih Jalur Gaza dan saat itu membagi
wilayah Palestina secara politik dengan Fatah yang sebagian besar berkuasa di Tepi
Barat.8 Hingga pada tahun 2014 terdapat kesepakatan antara kedua kelompok untuk
membentuk pemerintahan dan wilayah yang saat ini menjadi negara Palestina.
4
Elisabetta Povoledo, Vatican Formally Recognizes Palestinian State by Signing Treaty,
diakses dari http://www.nytimes.com/2015/06/27/world/middleeast/vatican-palestinian-
state.html?_r=1, pada tanggal 5 Februari 2017
5
Vatican Radio, Holy See, State of Palestine Comprehensive Agreement enters into force,
diakses dari
http://en.radiovaticana.va/news/2016/01/02/holy_see,_state_of_palestine_agreement_enters_into_force
/1198477, pada tanggal 5 Februari 2017
6
William Foxwell Albright, Palestine, diakses dari
http://www.britannica.com/place/Palestine, pada tanggal 6 Desember 2017
7
BBC, “Palestinian territories profile”, diakses dari http://www.bbc.com/news/world-middle-
east-14630174, pada tanggal 10 Desember 2017
8
Fatah dan Hamas adalah dua partai utama politik Palestina. Fatah didirikan pada tahun 1958
dipimpin oleh Mahmoud Abbas dan Hamas didirikan pada tahun 1987 dipimpin oleh Khaled Mashaal.
Keduanya sempat terlibat konflik yang mengakibatkan perpecahan dari Otoritas Palestina pada tahun
2007, tetapi hubungan keduanya membaik pada tahun 2014.
2
Palestina dan Israel memiliki sejarah panjang dan hubungan yang cukup
antara dua bangsa dan dua identitas kelompok yang masing-masing mengklaim
wilayah yang sama untuk menjadi tanah air dan negara pemerintahan.10 Konflik
kedua negara tersebut diawali dari ketegangan antara pemukim Yahudi dan penduduk
11
lokal Arab, setelah disahkannya Resolusi PBB 181 (1947). Resolusi tersebut
Palestina menjadi negara Arab, negara Yahudi dan Kota Yerusalem.12 Beberapa
bulan setelah itu Pada tanggal 14 Mei 1948, saat Mandat Britania atas Palestina
oleh Negara Amerika Serikat dan disusul oleh Uni Soviet tiga hari kemudian.13
perbatasannya untuk mencakup sebagian dari wilayah Palestina. Pada tahun 1967
terjadi perang yang disebut The Six-Day War, secara simultan Israel menyerang
9
Aljazeera, Palestine: Country Profile, diakses dari
http://www.aljazeera.com/archive/2004/09/200841013342123720.html, pada tanggal 6 Desember2017
10
Herbert C. Kelman, The Israeli-Palestinian Peace Process and Its Vicissitudes, American
Psychologist Journal va. 62, No.4, 2007, hal. 287-303
11
Israel Ministry of Foreign Affairs, UN Partition Plan - Resolution 181 (1947), diakses dari
http://mfa.gov.il/MFA/AboutIsrael/Maps/Pages/1947%20UN%20Partition%20Plan.aspx, pada tanggal
6 Desember 2017
12
Israel Ministry of Foreign Affairs. UN Partition Plan - Resolution 181 (1947), diakses dari
http://mfa.gov.il/MFA/AboutIsrael/Maps/Pages/1947%20UN%20Partition%20Plan.aspx, pada tanggal
6 Desember 2017
13
Israel Ministry of Foreign Affairs, The Declaration of the Establishment of the State of
Israel, diakses dari
http://www.mfa.gov.il/MFA/ForeignPolicy/Peace/Guide/Pages/Declaration%20of%20Establishment%
20of%20State%20of%20Israel.aspx, pada tanggal 6 Desember 2017
3
Mesir, Yordania dan Suriah.14 perang tersebut membuat Israel dapat merebut
Yordan (Tepi Barat), menaklukan Yerusalem, dan telah menduduki Dataran Tinggi
Golan.15 Ribuan orang Arab Palestina segera pergi ke wilayah Timur dan Utara.
Perang kembali terjadi pada tahun 1973 yang disebut dengan Yom Kippur War,
Palestina pada tahun 1988, memproklamirkan sebagai Negara Palestina dari markas
besarnya di Aljir, Aljazair. Dengan itu Palestina diizinkan untuk dapat menduduki
Tepi Barat dan Jalur Gaza.18 Menyusul pada tahun 1993 proses perdamaian Israel-
dari Tunisia dan mengambil tanah di wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta
14
Charles K. Rowley, Jennis Taylor, The Israel and Palestine Land Settlement Problem,
1948-2005: An Analytical History, Public Choice (2006) 128:77–90
15
Charles K. Rowley, Jennis Taylor, The Israel and Palestine Land Settlement Problem,
1948-2005: An Analytical History, Public Choice (2006) 128:77–90
16
Aljazeera, “The War in October”, diakses dari
http://www.aljazeera.com/programmes/specialseries/2013/10/war-october-
2013102172128280627.html, pada tanggal 6 Desember 2017
17
Organisasi politik yang mewakili rakyat Palestina di dunia Arab. Organisasi Ini dibentuk
pada tahun 1964 untuk memusatkan kepemimpinan berbagai kelompok Palestina yang sebelumnya
telah dioperasikan sebagai gerakan perlawanan.
18
Britannica, "Palestine Liberation Organization (PLO)", diakses dari
http://www.britannica.com/topic/Palestine-Liberation-Organization, pada tanggal 6 Desember 2017
4
mendirikan Otoritas Nasional Palestina.19 Melalui perjanjian Oslo 2 (1995)
mengandaikan bahwa Israel dan Palestina tertarik untuk mendapat keuntungan dari
perdagangan, namun pada kenyataannya kerjasama antara kedua negara tersebut tidak
bisa berjalan dengan baik.20 Impian rakyat Palestina untuk mendapatkan pengakuan
tidak berjalan dengan begitu mulus. Butuh waktu yang cukup lama sampai pada
Negara Palestina saat ini mendapat pengakuan lebih dari 130 negara, banyak
1988.22 Disusul oleh pengakuan negara Swedia yang ada di kawasan Eropa pada
Oktober 2014, hal tersebut menegaskan bahwa Swedia menjadi anggota Uni Eropa
pertama di Eropa Barat yang telah mengakui negara Palestina.23 Setahun berselang,
tepatnya pada 26 juni 2015 diketahui bahwa Takhta Suci Vatikan telah memberikan
19
Charles K. Rowley . Jennis Taylor, The Israel and Palestine Land Settlement Problem,
1948-2005: An Analytical History, Public Choice,2006, hal. 128:77–90
20
Charles K. Rowley . Jennis Taylor, The Israel and Palestine Land Settlement Problem,
1948-2005: An Analytical History, Public Choice,2006, hal. 89
21
United Nation, General Assembly Votes Overwhelmingly to Accord Palestine „Non-
Member Observer State‟ Status in United Nations, diakses dari
http://www.un.org/press/en/2012/ga11317.doc.htm, pada tanggal 6 Desember 2017
22
Kabir Chibber, All the countries Including Sweden That Now Recognize Palestinian
Statehood, diakses dari http://qz.com/276164/all-the-countries-including-sweden-that-now-recognize-
palestinian-statehood/, pada tanggal 7 Desember 2017
23
Robert Rydberg, Sweden Becomes first EU Country to Recognise the Palestinian State,
diakses dari http://www.euronews.com/2014/10/30/sweden-becomes-first-eu-country-to-recognise-the-
palestinian-state/, pada tanggal 7 Desember 2017
5
Pengakuan tersebut didapatkan setelah sebelumnya Vatikan telah mengakui
Palestina secara de facto pada tahun 2012.24 Melalui Perjanjian Komprehensif yang
penting dari kehidupan dan aktivitas Gereja Katolik di Palestina.26 Hal tersebut
menegaskan bahwa Vatikan mengakui Negara Palestina, karena dalam isi perjanjian
Palestine”, yang secara tidak langsung telah mengakui Palestina sebagai sebuah
negara.27
Gallagher dan Menteri Luar Negeri Riad al-Malki dari Otoritas Palestina pada
upacara di Vatikan pada 26 Juni 2015.28 Pengakuan Takhta Suci Vatikan juga
diperkuat dengan pernyataan yang diberikan oleh Menteri Luar Negeri Vatikan,
Uskup Agung Paul Gallagher, Uskup Vatikan yang pada dasarnya melayani sebagai
24
Stephen Jewkes, Vatican Accord with Palestine Comes Into Effect, diaskses dari
http://www.reuters.com/article/us-vatican-palestinians-idUSKBN0UG0MA20160102, pada tanggal 5
Desember 2017
25
Stephen Jewkes, Vatican Accord with Palestine Comes Into Effect, diaskses dari
http://www.reuters.com/article/us-vatican-palestinians-idUSKBN0UG0MA20160102, pada tanggal 5
Desember 2017
26
Elisabetta Povoledo, Vatican Formally Recognizes Palestinian State by Signing Treaty,
diakses dari http://www.nytimes.com/2015/06/27/world/middleeast/vatican-palestinian-
state.html?_r=1, pada tanggal 5 Desember 2017
27
Jodi Rudoren and Diaa Hadi, Vatican to Recognize Palestinian State in New Treaty,
diakases dari http://www.nytimes.com/2015/05/14/world/middleeast/vatican-to-recognize-palestinian-
state-in-new-treaty.html, pada tanggal 7 Desember 2017
28
Jodi Rudoren and Diaa Hadi, Vatican to Recognize Palestinian State in New Treaty,
diakases dari http://www.nytimes.com/2015/05/14/world/middleeast/vatican-to-recognize-palestinian-
state-in-new-treaty.html, pada tanggal 7 Desember 2017
6
menteri luar negeri Paus, setelah menandatangani perjanjian komprehensif dan secara
“We have recognized the State of Palestine ever since it was given
mengakui Negara Palestina sejak PBB memberikan pengakuan dan itu sudah
29
Elisabetta Povoledo, Vatican Formally Recognizes Palestinian State by Signing Treaty,
diakses dari http://www.nytimes.com/2015/06/27/world/middleeast/vatican-palestinian-
state.html?_r=1 , pada tanggal 5 Desember 2017
30
Herb Keinon, Israel 'Disappointed' Vatican Reached Agreement Recognizing Palestinian
State, diakses dari http://www.jpost.com/Arab-Israeli-Conflict/Israel-disappointed-Vatican-reached-
agreement-to-recognize-Palestinian-state-402996, pada tanggal 6 Februari 2018
7
Fundamental antara Vatikan dan Negara Israel terjadi pada 30 Desember 1993.31
Pada awalnya Hubungan antara Vatikan dan Israel tidak berjalan baik karena
dirusak oleh masalah masa lalu, termasuk polemik doktrinal, pembantaian era Perang
Salib dan pembuangan paksa kaum Yahudi.33 Akan tetapi, Vatikan dan kaum Yahudi
Perjanjian tersebut menormalisasi hubungan antara Takhta Suci dan Negara Israel. Isi
dari Perjanjian membahas tentang kebebasan dalam beragama, hubungan hukum dan
fiskal.35 Hal tersebut tidak diragukan lagi akan memiliki dampak mendalam yang
31
Israel Ministry of Foreign Affairs, Israel-Vatican Diplomatic Relations, diakses dari
http://mfa.gov.il/MFA/ForeignPolicy/Bilateral/Pages/Israel-Vatican_Diplomatic_Relations.aspx, pada
tanggal 7 Desember 2017
32
Israel Ministry of Foreign Affairs, Israel-Vatican Diplomatic Relations, diakses dari
http://mfa.gov.il/MFA/ForeignPolicy/Bilateral/Pages/Israel-Vatican_Diplomatic_Relations.aspx, pada
tanggal 7 Desember 2017
33
Toni Johnson, Vatican-Israel Relations, diakses dari http://www.cfr.org/vatican-
city/vatican-israel-relations/p19344, pada tanggal 6 Februari 2018
34
Toni Johnson, “Vatican-Israel Relations”, diakses dari http://www.cfr.org/vatican-
city/vatican-israel-relations/p19344, pada tanggal 6 Februari 2017
35
Cardinal Achille Silvestrini, The Vatican and Israel, diakses dari
https://www.bc.edu/content/dam/files/research_sites/cjl/texts/center/conferences/Bea_Centre_C-
J_Relations_04-05/Silvestrini.htm, pada tanggal 6 Februari 2018
8
Hubungan kedua negara berjalan cukup baik hingga tahun 2015, terjadi
Pengakuan secara resmi oleh Takhta Suci terhadap Negara Palestina yang membuat
Palestina, Israel menganggap sikap Vatikan tersebut tidak akan dapat menyelesaikan
permasalahan yang terjadi di Timur Tengah.37 Sikap tersebut berlawanan dengan apa
yang disampaikan Paus Benedict XVI pada tahun 2009, dimana akan mendukung
solusi antara kedua negara.38 Juru bicara kementerian luar negeri Israel Emmanuel
This hasty step damages the prospects for advancing a peace agreement, and
36
Philip Pullella, Vatican signs first treaty with 'State of Palestine', Israel angered, diakses
dari http://www.reuters.com/article/us-vatican-palestinians-idUSKBN0P618120150626, pada tanggal
6 April 2018
37
Philip Pullella, Vatican signs first treaty with 'State of Palestine', Israel angered, diakses
dari http://www.reuters.com/article/us-vatican-palestinians-idUSKBN0P618120150626, pada tanggal
6 Februari 2018
38
Tim Butcher, Pope Benedict XVI calls for two-state solution on visit to Israel, diakses dari
http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/israel/5307882/Pope-Benedict-XVI-calls-for-
two-state-solution-on-visit-to-Israel.html, pada tanggal 6 Februari 2018
39
Siddhartha Mahanta, Israel Decidedly Unhappy With Vatican-Palestine Treaty, diakses dari
http://foreignpolicy.com/2015/06/26/pope-francis-israel-palestine-treaty/, pada tanggal 7 Desember
2017
9
Berdasarkan paparan di atas, masalah ini penting untuk diteliti karena Vatikan
sebagai sebuah Entitas khusus dalam subjek internasional mengakui Palestina sebagai
sebuah negara, meskipun terdapat beberapa negara yang menolak dan mengecam
keputusan tersebut. Salah satu negara yang mengecam keputusan tersebut adalah
Israel. Takhta suci juga diketahui berstatus sebagai pengamat di PBB sama seperti
pertanyaan mengapa Vatikan mengambil keputusan tersebut. Oleh sebab itu dalam
penelitian ini membahas alasan Vatikan mengakui Negara Palestina sesuai dengan
10
B. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber rujukan penelitian
11
D. Tinjauan Pustaka
Terkait dengan pengakuan yang dilakukan oleh Takhta Suci terhadap negara
yang memberikan pengakuan terhadap negara Palestina. Tulisan tersebut antara lain:
Pertama, berdasarkan dari Master Thesis yang yang dibuat oleh Gijs Norden
Western European States”. Dalam Thesis ini membahas mengenai konflik yang
terjadi antara Israel dan palestina, membuat beberapa negara di wilayah Eropa Barat
seperti Swedia telah secara resmi mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Perancis
dan Inggris telah mengakui secara simbolis Palestina oleh resolusi parlemen.
Sebaliknya Jerman belum membuat langkah resmi terhadap pengakuan Palestina. Hal
tersebut membuat perubahan kebijakan luar negeri kepada negara Eropa. Tentunya
Palestina.
September 2014 dan Desember 2014 saat negara lain tidak?. Menurutnya Topik ini
dapat ditempatkan dalam perspektif yang lebih luas dari penelitian dalam analisis
kebijakan luar negeri. Pengakuan negara merupakan topik yang muncul dari
kepentingan. Tetapi studi yang mempelajari tentang pengakuan, lebih fokus pada sisi
12
normatif dari pengakuan atau pada posisi hukum internasional yang sebagian besar
Dalam thesis ini Norden berfokus pada sudut pandang negara-negara yang
akan mengakui negara (baru) dan motif mereka untuk melakukannya. Kerangka teori
dari makalah ini terutama didasarkan pada pendekatan dari Bridget Coggins (2011)
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang motif negara-negara Eropa Barat
untuk mengakui negara Palestina. Jawaban spekulatif awal adalah bahwa negara-
negara Eropa Barat memilih untuk mengakui Palestina karena preferensi ideologis
mereka, biaya diplomatik rendah dan kemudian tidak ada kelompok kepentingan
yang hadir.
Penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
Penelitian yang dilakukan oleh Norden lebih luas, karena mencangkup negara-negara
yang ada di Eropa Barat. sedangkan penulis lebih berfokus kepada entitas Takhta
Suci dalam meneliti pengakuan terhadap Negara Palestina. Teori dan pendekatan
yang dipakai oleh Norden adalah pendekatan pada tingkat internasional. Sedangkan
konsep dan teori yang di inginkan oleh penulis adalah konsep kebijakan luar negeri
dan teori pengakuan negara, yang akan menjelaskan pemerintah Takhta Suci terhadap
13
Kedua, berdasarkan dari skripsi yang dibuat oleh Revy Marlina, Tahun 2015
Luar Negeri Swedia Mengakui Negara Palestina Tahun 2014”. Dalam skripsi ini
membahas mengenai negara Swedia yang mengakui secara resmi negara Palestina.
Pengakuan tersebut pertama kali dilakukan oleh Perdana Menteri Swedia yang baru,
yaitu Stevan Lofven dari partai Sosial Demokrat Swedia pada 3 Oktober 2014. Oleh
karena pengakuan tersebut, Swedia telah menjadi negara Uni Eropa pertama yang
antara Palestina dan Israel, berpengaruh dalam pengakuan Swedia terhadap negara
Palestina. Kedua negara tersebut memiliki sejarah yang cukup panjang, terdapat
PBB. Sampai pada November 2012 Palestina mendapatkan peningkatan status dari
PBB menjadi negara peninjau bukan anggota. Setelah itu banyak negara seperti
dan teori seperti liberalisme dan kebijakan luar negeri. Yang menarik dalam skripsi
ini adalah Swedia menjadi negara Uni Eropa pertama yang mengakui negara
Palestina. Tentu saja hal ini mendapatkan kecaman dari Israel. penelitian Marlina
14
akan berbeda dengan penelitian yang akan dibuat penulis karena Penulis memakai
Vatikan sebagai subjek Internasional bukan negara yang mengakui negara Palestina.
Penulis juga akan menggunakan konsep kebijakan luar negeri dan teori pengakuan
negara.
Ketiga, berdasarkan dari Master Thesis yang dibuat oleh Ronald Patrick
Stake, Tahun 2006 di Naval Postgraduate School California, dengan judul “The
Holy See and the Middle East: The Public Diplomacy of Pope John Paul II”.
Dalam thesis Tesis ini membahas mengenai perubahan dalam diplomasi Takhta Suci
sehubungan dengan Timur Tengah pada periode antara 1990 dan 2003. Kebijakan
yang ditempuh oleh perubahan ini adalah keputusan dari Paus Yohanes Paulus II dan
terlibat (1) membangun penuh hubungan diplomatik antara Takhta Suci dan Negara
Israel; (2) digelarnya Majelis khusus Sinode Para Uskup untuk Lebanon, berakhir di
kunjungan Paus ke Lebanon di Mei 1997; dan (3) menentang US memimpin perang
pemikiran ulang dari kepentingan Takhta Suci dalam terang perkembangan modern
Ajaran sosial Katolik. Dengan kata lain, ide-ide merupakan sebuah kepentingan.
kepentingan Takhta Suci dan substansi diplomasi Paus. Dalam membuat argumen,
tesis ini menganggap peran Takhta Suci dalam hubungan internasional; dan studi
15
kasus diplomasi Yohanes Paulus II sehubungan dengan Israel, Lebanon, dan perang
dengan Irak.
Dalam tesis ini Ronald menggunakan teori Kebijakan Luar Negeri yang
kepentingan dalam menanggapi perubahan politik. Pada intinya dari tesis ini adalah
dinyatakan cukup berbeda dengan apa yang ingin penulis buat, karena terrdapat
perbedaan yang sangat signifikan pada variabel yang ingin diteliti. Penulis lebih
memfokuskan penelitian kepada pengakuan dan hubungan antara Takhta Suci dan
16
E. Kerangka Pemikiran
Teori-teori membantu kita mengetahui fakta mana yang penting dan mana
yang tidak penting, yaitu, mereka menyusun pandangan kita atas dunia. Maka akan
lebih baik menggunakan teori-teori yang sangat tepat dalam keterbukaan dan
Secara umum Pengakuan adalah pernyataan dari suatu Negara yang telah
dan dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan hukum internasional
Pengakuan Menurut J.B Moore adalah sebagai suatu jaminan yang diberikan
kepada suatu Negara baru bahwa Negara tersebut telah diterima sebagai anggota
40
Robert Jackson dan Georg Sorensen, Introduction to International Relation, Oxford
University Press Inc, 1999, hal. 81
41
Lars Buur & Helene Maria Kyed, State Recognition and Democration in Sub-Saharan
Africa, (New York: Palgrave Macmillan), 2007, hal. 11-12.
42
J.B Moore, Digest of international Law, vol. 1, hal. 72.
17
Menurut Huala Adolf pengakuan adalah “Tindakan politis suatu negara untuk
hukum tertentu.” Adapun fungsi dari pengakuan tersebut untuk dapat memberikan
tempat yang seharusnya kepada sebuah negara baru atau pemerintah baru yang telah
Terdapat dua teori pokok dalam pengakuan terhadap sebuah Negara yaitu,
44
teori konstitutif dan teori deklaratif. Teori konstitutif berasumsi bahwa suatu
pengakuan, jadi hanya dengan pengakuanlah suatu negara baru itu dapat diterima
wajib bagi ada-tidaknya kepribadian hukum internasional pada suatu negara. Dengan
kata lain, tanpa adanya pengakuan dari negara lain, suatu negara bukan atau belum
43
Huala Adolf, SH, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1996, hal. 65
44
Huala Adolf, SH, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional , hlm. 67
45
L. Oppenheim & Lauterpacht, H, “International Law, A Treatise”, (London: 8 th Edition),
1961, hal. 125
18
Berbeda dengan penganut Teori Konstitutif, Teori Deklaratif menjelaskan
lainnya. Pengakuan tidak dapat menciptakan suatu negara baru, karena pada
hakikatnya sebuah negara lahir sebagai fakta yang murni dan membuat pengakuan
sebuah pernyataan dari negara lain dan tidak dapat mempengaruhi status dan
kedudukan negara baru dalam masyarakat internasional. Dalam hal ini J.G Starke
berpendapat bahwa teori deklaratif menyatakan bahwa sebuah negara atau kekuasaan
pada pemerintah yang baru sudah ada jauh sebelum terjadinya pengakuan. Pengakuan
merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari setiap negara dalam usahanya
untuk memenuhi tuntutan negara. Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan
46
Huala Adolf, SH, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1996, hal. 67
47
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, ed. Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, 1989,
hal. 66.
19
menggunakan dua jenis teori dasar dalam konsep pengakuan yang akan digunakan
kebijakan luar negeri adalah sebuah sikap atau aktivitas suatu negara dalam upaya
mengatasi masalah yang terjadi dengan dirinya dan lingkungan, juga memperoleh
negeri suatu negara terhadap negara lain. Faktor Internal adalah hal yang dimiliki
oleh suatu negara atau kondisi pada satu negara atau dinamika yang terjadi dalam
negara yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri pada negara tersebut. Secara
umum terdapat beberapa faktor seperti; faktor kebudayaan dan sejarah, pembangunan
ekonomi, struktur sosial, dan perubahan opini publik kebudayaan dan sejarah
mencakup nilai, norma, tradisi, pengalaman masa lalu dan idiosinkratik pemimpin.49
terjadi diluar negara yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.
48
J N Rosenau, Comparing Foreign Policy: Theories, Findings, and Method, Sage
Publications, 1974, hal. 21-32
49
James N. Rosenau, International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and
Theory, (New York : The Free Press, 1969), hal 167
20
Faktor eksternal tersebut meliputi; struktur hubungan di antara negara besar, pola-
pola aliansi yang terbentuk diantara negara dan faktor situasional eksternal yang
merupakan aktivitas yang memiliki tujuan dan tindakan yang dibentuk oleh para
pembuat keputusan untuk dapat mempertahankan atau merubah tujuan dan kondisi
dalam sebuah lingkungan suatu negara. Kebijakan tersebut dibuat untuk mencapai
tujuan yang bersifat domestik, seperti, kesejahteraan, keamanan, otonomi, dan status
dan prestige. Rencana atau strategi tersebut dibentuk oleh para pembuat kebijakan
suatu negara dalam menghadapi negara lain atau subjek internasional lainnya untuk
mencapai tujuan nasional.51 Dalam hal ini penulis melihat bahwa tujuan kebijakan
luar negeri Vatikan terhadap Palestina adalah untuk memperoleh kesejahteraan dan
perdamaian.
kebijakan luar negeri, yaitu; faktor internal (dometik) dan faktor eksternal. Faktor
internal tersebut terdiri dari (1) kebutuhan sosial-ekonomi suatu negara, (2)
karakteristik geografis dan demografis, hal ini yang menentukan lingkungan strategis
sebuah negara (3) Struktur pemerintahan, (4) Atribut Nasional, yang diartikan sebagai
karakter sebuah negara (5) Opini publik, yang diciptakan oleh media menjadi faktor
50
James N. Rosenau, International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and
Theory, hal. 167
51
K J Holsti, International Politics, A Framework for Analysis, New Jersey: Prentive Hall
Inc, 1992, hal. 269
21
yang berpengaruh dan, (6) Birokasi, yang mempengaruhi pembuatan kebijakan suatu
negara. 52
Selain itu faktor eksternal menurut Holsti terdiri dari (1) struktur sistem, yang
terdapat dalam sistem berbagai negara dan akan mempengaruhi pembuatan kebijakan,
(2) Struktur ekonomi dunia yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan karakter
ekonomi berbagai negara (3) Tindakan aktor-aktor lain, yang diartikan sebuah negara
dapat merespon atau berinisiatif dalam menjalankan kebijakan luar negeri terkait
dengan kebijakan negara lain, dan (4) masalah regional dan global, apabila terjadi
suatu masalah di negara lain akan berdampak juga ke negara lainnya bahkan ke
kawasan sehingga dapat menjadi masalah bersama, karena saling berhubungan dan
tersebut. Meskipun perilaku kebijakan luar negeri jarang disebabkan oleh satu orang
atau satu hal saja, akan lebih baik untuk menyelidiki berbagai faktor secara terpisah
negeri Vatikan terhadap Negara Palestina. Oleh karena itu, penelitian ini
52
K J Holsti, International Politics, A Framework for Analysis, hal. 271
53
K J Holsti, International Politics, A Framework for Analysis, hal. 272
54
Marijke Breuning, Foreign Policy Analysis:A Comparative Introduction, Palgrave
Macmillan division of St. Martin’s Press, 2007, hal. 9
22
memfokuskan beberapa faktor internal dan eksternal berdasarkan pemaparan
Rosenau. Faktor internal tersebut adalah ideologi yang dianut suatu negara (religious
thing) dan idiosinkratik. Pada faktor eksternal yaitu kebutuhan keamanan di kawasan,
tersebut penulis akan dapat menjelaskan latar belakang mengapa Vatikan mengambil
F. Metode Penelitian
dan berdasarkan fakta dari variabel.56 Metode kualitatif relevan untuk masalah sosial
tidak langsung dari data dokumen, buku, jurnal, majalah, surat kabar dan internet atau
studi pustaka. Pada data sekunder tersebut didapat dari beberapa sumber, antara lain:
International Relations and Security Network (ISN), serta Europe journal yang akan
55
Sanapiah Faisal, format-format penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 20.
56
Ibid, 32.
57
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), 112-
114.
23
Setelah data terkumpul, data akan diverifikasi dan direduksi kembali oleh
penulis. Pada proses tersebut data mulai dipahami, diolah dan dianalisa dengan
G. Sistematika Penulisan
Penelitian dalam skripsi ini dibagai menjadi lima bab dan pada beberapa bab
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan pernyataan masalah tentang topik yang
BAB II Status Palestina Sebagai sebuah Negara. Pada bab ini membahas
BAB III Pengakuan Takhta Suci (Vatikan) terhadap Negara Palestina. Bab ini
berisikan status Takhta Suci sebagai sebuah subjek hukum internasional. Terdapat
suci. Bagaimana upaya yang telah dilakukan Takhta Suci untuk dapat mengakui
24
BAB IV Analisa Mengenai Takhta Suci (Vatikan) mengakui Palestina sebagai
Negara Berdaulat Tahun 2015. Pengakuan yang didapatkan oleh Palestina merupakan
sebuah bentuk dukungan dari PBB dan negara internasional lainnya, bahwa Palestina
berhak untuk dapat menjadi sebuah negara yang berdaulat. pada bab ini terdapat
analisa kebijakan luar negeri Takhta Suci mengakui Palestina dengan menggunakan
pemimpin Takhta Suci dalam memberikan kebijakan dalam faktor internal. Isu yang
membahas mengenai masalah yang terjadi di kawasan dan Hak asasi manusia
menjadi faktor eksternal yang mendukung Takhta Suci mengakui Palestina menjadi
negara berdaulat.
25
BAB II
mata dunia internasional, tidak terkecuali dengan negara Palestina. Palestina adalah
salah satu negara yang sangat memperjuangkan pengakuan kedaulatan dari dunia
internasional sebagai sebuah negara yang merdeka. Hal tersebut melalui jalan
panjang dengan proses yang lama untuk dapat diakui sebagai sebuah negara berdaulat
yang merdeka, sampai saat ini pun Palestina masih memperjuangkan hak-hak nya
Palestina adalah negara Timur Tengah yang mencakup 6.220 km2 tanah di
Jalur Gaza dan Tepi Barat, saat ini terdiri dari wilayah yang disebut Pendudukan
Yordania, Mesir, Lebanon, dan Suriah. Ibukotanya adalah Yerusalem Timur, dengan
diperkirakan mencapai 4,55 juta orang, dengan kepadatan penduduk rata-rata 731
56
Embassy of the State of Palestine, Palestine: Country Profile, diakses pada situs
http://www.palestine-australia.com/about-palestine/country-profile/, diakses pada tanggal 3 November
2017
26
orang per km persegi. Kota terpadat adalah Kota Gaza, dengan mayoritas penduduk
anggota (Non-member Observer State) pada tahun 2012, Palestina harus melalui jalan
yang panjang untuk mendapatkan pengakuan tersebut.58 Hal ini bermula saat konflik
yang terjadi dengan bangsa Israel mulai timbul setelah Deklarasi Balfour59, gejolak
konflik antara keduanya dapat dilihat melalui ilustrasi gambar yang berada di bawah.
57
Aljazeera, Palestine: Country profile, Dipublikasikan pada tanggal 1 September 2004 pada
situs http://www.aljazeera.com/archive/2004/09/200841013342123720.html, diakses pada tanggal 3
November 2017
58
Colum Lynch and Joel Greenberg, “U.N. votes to recognize Palestine as „non-member
observer state”, diakses dari https://www.washingtonpost.com/world/national-security/united-nations-
upgrades-palestines-status/2012/11/29/5ff5ff7e-3a72-11e2-8a97-
363b0f9a0ab3_story.html?utm_term=.9a97060752e7, pada tanggal 3 November 2017
59
Sebuah pernyataan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris saat Perang Dunia I
yang mengumumkan dukungan untuk "tanah air nasional bagi orang Yahudi" di Palestina, yang saat
itu merupakan sebuah kawasan Utsmaniyah dengan populasi minoritas Yahudi.
27
Dari Ilustrasi di atas dapat dilihat konflik tersebut bermula dari bangsa Yahudi
pada 2 November 1917. Melalui Deklarasi Balfour tersebut terdapat persetujuan atas
gagasan untuk mendirikan sebuah negara oleh bangsa Yahudi di wilayah palestina.
Pada tahun 1947, Inggris yang pada akhirnya membuat keputusan untuk
memisahkan bangsa Arab dan Yahudi. 61 Proposal tersebut dikenal dengan Resolusi
PBB 181 II atau biasa disebut (United Nations Partition Plan), yang berisi
pembagian wilayah Palestina yg tidak adil sebesar 55% untuk bangsa Yahudi, dan
45% untuk bangsa arab, tentunya membuat bangsa arab tidak terima.62
Keputusan tersebut membuat bangsa Arab marah dan tidak terima. Kemudian
meletuslah perang pertama yang terjadi antara Israel dengan koalisi negara Arab
60
Encyclopedia Britannica, Balfour Declaration, diakses dari
https://www.britannica.com/event/Balfour-Declaration, pada tanggal 3 November 2017
61
Charles K. Rowley dan Jennis Taylor, The Israel and Palestine Land Settlement Problem,
1948–2005: An analytical history”, Public Choice, 2006, hal. 128:79
62
Charles K. Rowley dan Jennis Taylor, The Israel and Palestine Land Settlement Problem
hal. 79
28
dalam memperebutkan wilayah Palestina. Perang tersebut terjadi dari 15 Mei 1948
(Mesir, Yordania, Suriah, Lebanon) terjadi pada 5-10 Juni 1967, perang ini dikenal
dengan “Six Days War”. Pada perang Enam Hari itu, Israel dapat memenangkan
perang dan berhasil mendapatkan wilayah penting seperti Tepi Barat, Jalur Gaza,
Semenanjung Sinai, dan Dataran Tinggi Golan.64 Tidak sampai disitu konflik terus
berlanjut Pada tanggal 6 Oktober 1973, Presiden Sadat Mesir dan Presiden Asad dari
ini disebut sebagai perang “Yom Kippur”. Perang yang telah terjadi menyebabkan
membentuk organisasi perlawanan. Salah satu organisasi yang terbesar yang dibentuk
adalah Palestine Liberation Organization (PLO)66 pada 10 Juni 1964.67 Organisasi ini
63
Eko Marhaendy, Analisis Konflik Israel-Palestina: Sebuah Penjelajahan Dimensi Politik
dan Teologis, Makalah, hal. 11.
64
Manguluang, Pemberian Status “Non-Member Observer State” Kepada Palestina oleh
PBB dalam Upaya Penyelesaian Konflik dengan Israel Ditinjau dari Segi Hukum Internasional”,
Skripsi,” 2013, hal. 5
65
Charles K. Rowley dan Jennis Taylor, The Israel and Palestine Land Settlement Problem,
hal. 81
66
PLO (Palestine Liberation Organization) atau Organisasi Pembebasan Palestina adalah
sebuah lembaga politik resmi bangsa Arab Palestina yang didirikan pada tahun 1964, dan telah
mendapatkan pengakuan dari dunia ianternasional.
29
pertama kali dipimpin oleh Ahmad Shukeir, setelah itu diteruskan oleh Yasser Arafat
pengakuan dari Liga Arab dan dapat memperoleh kesempatan untuk dapat berbicara
Upaya PLO untuk dapat mendirikan negara yang merdeka mendapatkan jalan
terang, setelah PLO mendapatkan status sebagai pengamat Non-negara dari PBB
pada 22 November 1974.69 Perjuangan dan upaya bangsa Palestina ini kemudian
Forum Majelis Umum PBB, mengenai hak rakyat Palestina untuk merdeka dan hak
Pada akhir tahun delapan puluhan, Palestina kembali menarik perhatian dunia.
67
Badri Alzaky, Diplomasi Palestina menjadi Negara Pengamat Non- Anggota di PBB
Tahun 2011-2012, JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017, hal. 7
68
Badri Alzaky, Diplomasi Palestina menjadi Negara Pengamat Non- Anggota di PBB
Tahun 2011-2012, hal. 8
69
UN General Assembly 3237 (XXIX), Observer Status for the Palestine Liberation
Organization, Dipublikasi pada tanggal 22 November 1974, pada situs
http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=A/RES/3237(XXIX)&Lang=E&Area=RESOL
UTION, diakses pada tanggal 4 November 2017
70
Marcin Szydzisz, The Palestinian international identity after the UN resolution, The
Copernicus Journal of Political Studies nr 1 (3), 2013, hal. 113
71
Intifadah adalah gerakan perlawanan rakyat Palestina untuk merebut kembali tanah
Palestina, hal ini didorong oleh rasa tertindas dan kehilangan yang dirasakan oleh para penduduk
Palestina. Intifadah pertama dimulai pada 1987 dan berakhir pada 1993 dengan ditandatanganinya
Persetujuan Oslo dan pembentukan Otoritas Nasional Palestina.
30
Barat dan Jalur Gaza.72 Hal tersebut membuat Dewan Nasional Palestina (Palestine
Nasional Palestina dengan ini menyatakan, atas nama Tuhan dan atas nama orang-
orang Arab Palestina, telah berdiri Negara Palestina di tanah Palestina dengan
ibukotanya di Yerusalem”.74
tidak langsung membuat Palestina menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.
Setelah deklarasi negara Palestina, Majelis Umum PBB saat itu mengeluarkan sebuah
resolusi nomor 43/177 yang memutuskan mengganti untuk mengubah nama PLO
menjadi “Palestina” dengan tidak mengurangi statusnya dalam sistem PBB secara
resmi diakui dan diterima dunia.75 Hal tersebut diikuti oleh pengangkatan Yasser
Arafat sebagai presiden negara Palestina pada tahun 1989, membuat Palestina
Awal tahun 1993 dari sejumlah negosiasi yang telah dilakukan antara PLO
dan Israel terbentuk sebuah kesepakatan yang disebut dengan deklarasi prinsip (Oslo
72
UN, “Intifada (The Uprising) 1987-1993”, diakses dari
http://www.un.org/Depts/dpi/palestine/ch6.pdf, pada tanggal 4 november pukul 09.23
73
UN, “The Question of Palestine and the United Nations”, diakses dari
https://unispal.un.org/pdfs/DPI2499.pdf, pada tanggal 4 November 2017
74
Marcin Szydzisz, “The Palestinian international identity after the UN resolution”, The
Copernicus Journal of Political Studies nr 1 (3), 2013, hal. 116
75
Machnun Husein, “Prospek Perdamaian di Timur Tengah”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1995), hal. 5
76
Aljazeera, “President Yasser Arafat”, diakses dari
https://www.aljazeera.com/archive/2004/11/2008410101519774430.html, pada tanggal 15 januari
2018 pukul 22.17
31
Accords) yang pertama.77 Kesepakatan tersebut menciptakan sebuah Badan
Pada tahun 2005 setelah peristiwa intifadah kedua, Israel menarik secara
kontrol Otoritas Palestina ke seluruh jalur, sementara Israel terus mengontrol titik-
titik persimpangan, wilayah udara dan perairan di lepas pantai.79 Menyusul konflik
yang terjadi antar- Bangsa Palestina pada tahun 2006, Hamas mengambil alih kendali
Otoritas Palestina (PA) pada tahun 2005.82 Mahmoud Abbas, dalam kapasitasnya
sebagai ketua PLO juga telah mengusahakan Palestina agar segera mendapatkan
77
Rupert Sherman, “The Palestinian Authority and the Misunderstood State in International
Law”, Universitas Otago, Dunedin 2005, hal. 19
78
Rupert Sherman, hal. 19
79
BBC News, "Israel completes Gaza withdrawal", diakses dari
http://news.bbc.co.uk/2/hi/4235768.stm, pada tanggal 10 Februari 2018
80
Hamas dan Fatah adalah dua pihak fraksi utama yang ada di Palestina, ketegangan antara
Hamas dan Fatah terjadi pada 2005 setelah kematian pemimpin lama PLO Yasser Arafat yang
meninggal pada 11 November 2004, dan ketegangan keduanya membuat perang saudara yang terjadi
di Palestina.
81
Aaron D. Pina, “Fatah and Hamas: the New Palestinian Factional Reality”, CRS Report for
Congress. Hal. 5
82
Joel Beinin dan Lisa Hajjar, “Palestine, Israel and the Arab-Israeli Conflict A Primer”,
diakses dari https://www.merip.org/sites/default/files/Primer_on_Palestine-
Israel(MERIP_February2014)final.pdf, pada tanggal 10 Februari 2018
32
pengakuan. Salah satu yang dilakukan yaitu dengan mengajukan petisi kepada PBB
Pada bulan September 2011 Mahmoud Abbas membuat petisi kepada Dewan
Keamanan PBB dan meminta keanggotaan penuh untuk Palestina.84 Namun, hal
tersebut kembali gagal karena petisi tersebut tidak mendapatkan minimal Sembilan
suara yang dibutuhkan dan Amerika juga sudah bersiap untuk memveto agar petisi
dilakukan oleh Majelis Umum PBB, telah memutuskan untuk memberikan status
baru bagi Palestina sebagai Negara Pengamat Bukan Anggota (non-member observer
tersebut dengan jumlah suara 138 setuju, 9 menolak dan 41 abstain.86 Pemberian
status tersebut dapat dikatakan telah mempertegas status Palestina sebagai sebuah
83
Joel Beinin dan Lisa Hajjar, hal. 15
84
Aaron Eitan Meyer, “Mahmoud Abbas: Redefining Law and Settlements at the United
Nations”, diakses dari https://thelawfareproject.org/mahmoud-abbas-redefining-law-and-settlements-
at-the-united-nations/, pada tanggal 10 Februari 2018
85
Aaron Eitan Meyer, “Mahmoud Abbas: Redefining Law and Settlements at the United
Nations”, diakses dari https://thelawfareproject.org/mahmoud-abbas-redefining-law-and-settlements-
at-the-united-nations/, pada tanggal 10 Februari 2018
86
Resolusi Sidang Umum PBB no. 67/19
33
B. Status Palestina sebelum Diakui sebagai Sebuah Negara
Kepemilikan status pada sebuah entitas merupakan hal yang penting dalam
membantu sebuah entitas menjadi salah satu subjek hukum internasional, yang
nantinya dapat memiliki hak dan kewajiban untuk bisa berpartisipasi dalam segala
bentuk kegiatan internasional. Oleh sebab itu Palestina berjuang untuk mendapatkan
perjuangan rakyat Palestina yang terbentuk tanggal 2 juni 1964 pada sidang Dewan
Nasional Palestina (PNC).87 Tujuan dari didirikannya PLO adalah sebagai organisasi
ukur awal ketika membahas mengenai status Palestina, pada mulanya PLO hanya
yang penting dalam perkembangan status Palestina. Melalui PLO tersebut rakyat
Palestina secara sedikit demi sedikit dapat diakui eksistensinya sebagai sebuah
87
Abrar, “Dibalik Perubahan Sikap Organisasi Pembebasan Palestina tahun 1988”, Lontar
vol. 8, no. 1, hal. 41
34
bangsa. Usaha yang telah dilakukan oleh PLO mulai terlihat setelah mendapatkan
bangsa Palestina oleh Liga Arab pada tahun 1974. Tidak lama setelah itu, pada 22
satunya wakil resmi dari rakyat Palestina dalam memperjuangkan berdirinya negara
Palestina. Hal tersebut terjadi setelah keluarnya Resolusi Majelis Umum PBB No.
3237 yang isinya memberikan status peninjau kepada PLO.89 Dengan status tersebut
PLO mendapatkan kedudukan untuk berpartisipasi pada sidang dan konferensi yang
Langkah berikutnya yang dicapai oleh PLO adalah menjadi anggota penuh
dalam Liga Arab pada tahun 1976. Dengan adanya dukungan dari negara-negara
Arab, PLO pada akhirnya semakin percaya diri untuk dapat memproklamirkan
pengakuan dari banyak negara Arab. Namun, Berdirinya negara Palestina tersebut
88
Ita Mutiara Dewi dkk, “ Gerakan Rakyat Palestina dari Deklarasi Negara Israel sampai
Terbentuknya Negara Palestina”, Laporan penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas
Negere Yogyakarta, (2008), hal. 18
89
Lazuardhi Utama, “4-2-1969: Organisasi PLO Berdiri”, diakses dari
https://www.viva.co.id/berita/dunia/731612-4-2-1969-organisasi-plo-berdiri, pada tanggal 15 Februari
2018
90
UN, “The Question of Palestine and the United Nations”.
35
tidak langsung dapat mengubah status PLO di PBB yang sebelumnya berstatus hanya
tersebut terjadi karena status Palestina sebagai sebuah negara belum diakui
yang dirumuskan oleh Konvensi Montevideo tahun 1933, yang di dalamnya sebuah
negara adalah memiliki wilayah yang tetap, sebagian besar wilayah palestina masih
diduduki oleh negara Israel. Pemerintahan palestina saat itu juga masih
lainnya secara bilateral untuk mengakui Palestina sebagai sebuah negara dan menjalin
hubungan dengannya. Walau pengakuan bilateral telah banyak didapatkan, itu belum
bisa membuat Palestina memiliki status yang setara dengan negara lain pada
umumnya.
perdamaian dengan negara Israel yang mulai disponsori oleh negara-negara besar
91
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar , Hukum Internasional Kontemporer, (Bandung,
Refika Aditama, 2006), “berdasarkan Konvensi Montevideo 1933”, hal.105
36
seperti Amerika Serikat dan Rusia. Selanjutnya terjadi kesepakatan Perjanjian Oslo
dan penarikan mundur pasukan Israel dari wilayah yang ditetapkan oleh Resolusi
Dewan Keamanan PBB sebelum tahun 1976. lewat Perjanjian ini pula lahirlah
administratif atas sebagian wilayah Palestina di Jalur Gaza dan Jericho (Tepi Barat).92
Majelis Umum PBB, memutuskan untuk memberikan status baru bagi bangsa
dapat dikatakan sebagai sebuah kemajuan yang mempertegas status Palestina sebagai
sebuah negara dan kedepannya dapat membuka jalan baru bagi Negara Palestina.93
jalan yang berliku dan tidak mudah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di dunia. Kita ketahui juga PBB
92
Rupert Sherman, “The Palestinian Authority and the Misunderstood State in International
Law”.
93
Resolusi Sidang Umum PBB no. 67/19
37
merupakan organisasi internasional yang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
menggunakan berbagai cara setelah menempuh jalan kekerasan, PLO sebagai wakil
Palestina berdasarkan pertemuan Liga Arab yang dibuat kairo pada tahun 1964.94
pada tanggal 22 November 1974 mendapatkan pengakuan dari PBB. Majelis Umum
PBB pada saat itu menyetujui untuk membahas masukan mengenai permasalahan
bangsa Palestina. Yasser Arafat yang saat itu menjabat sebagai pemimpin PLO turut
diundang untuk dapat berpartisipasi dalam forum diskusi tersebut. Pada forum
tersebut Yasser Arafat yang diundang mendapatkan kesempatan untuk berpidato dan
masalah Palestina-Israel. Hal tersebut mendapatkan sambutan yang baik dari PBB
94
Badri Alzaky, “Diplomasi Palestina menjadi Negara Pengamat Non- Anggota di PBB
Tahun 2011-2012”, hal. 2
95
Riza Sihbudi, “Palestin dalam Pandangan Imam Khomeini”, (Jakarta: Pustaka Zahra,
2004), hal. 21.
38
Pada tanggal 15 November 1988, PLO melalui Dewan Nasional Palestina
dari pemerintahan Palestina, hal tersebut juga dinyatakan langsung oleh PBB dengan
Resolusi Sidang Umum no, 43/177.97 Selanjutnya Palestina diberikan hak-hak dan
Previlege tambahan untuk dapat ikut serta dalam forum-forum diskusi pada setiap
sidang umum, hak untuk mengajukan keberatan dan hak untuk menjawab apalagi
dengan hal yang menyangkut permasalahan Palestina yang sudah tercantum dalam
pemerintah Israel dan Amerika Serikat menunjukan keberatan. Pada saat itu,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Ekonomi, Sosial dan Budaya
PBB (UNESCO) pada 1989. Namun upaya ini tersendat karena Amerika Serikat
Direktur Jenderal WHO, Hiroshi Nakajima saat itu meminta untuk menunda
status keanggotaan WHO untuk Palestina. Nakajima mengatakan bahwa WHO tidak
96
UN, “The Question of Palestine and the United Nations”,
97
Resolusi Sidang Umum PBB No. 43/177
98
Resolusi Sidang Umum PBB No. 52/250
99
John Quigley, “Palestine Statehood and International Law”, Global Policy Essay, January
2013, hal. 3
39
akan bisa bertahan tanpa adanya kontribusi dari Amerika Serikat. UNESCO juga
mendapatkan boikot dari Amerika dan akan keluar dari organisasi apabila menerima
Palestina menjadi anggota. Dengan adanya ancaman serius yang diberikan oleh
Amerika Serikat tersebut, maka permintaan dari Palestina sementara tidak dapat
diterima.100
Sampai pada saat Presiden Yasser Arafat wafat tahun 2004, upaya untuk
Keinginan untuk mendirikan Negara Palestina yang berdaulat juga masih harus
melalui jalan yang panjang. Setelah meninggalnya Yasser Arafat, Mahmoud Abbas
yang juga berasal dari kelompok Fatah101 terpilih menjadi Presiden Palestina pada
januari 2005. Sebagai pemimpin Palestina yang baru, Mahmoud Abbas selaku
menginginkan peningkatan status agar negara Palestina bisa menjadi anggota penuh
100
John Quigley, “Palestine Statehood and International Law”, hal. 4
101
Fatah adalah sebuah organisasi politik dan militer dari Palestina yang didirikan pada tahun
1950 oleh pemimpinnya Yasser Arafat dan Khalil al-Wazir, organisasi ini bertujuan untuk merebut
wilayah Palestina dari cengkraman Israel melalui serangan yang dilakukan secara gerilya. Fatah
menjadi kekuatan yang dominan dalam dunia perpolitikan di Palestina. Pada akhir 1960-an Fatah
bergabung dengan PLO, menjadikan Yasser Arafat menjadi pemimpin dalam PLO dan Fatah. Diakses
dari https://www.bbc.com/news/world-middle-east-13338216, pada tanggal 20 Februari 2018
102
Clemens Verenkotte, Renata Permadi, “Pergantian Generasi di Fatah”, diakses dari
https://www.dw.com/id/pergantian-generasi-di-fatah/a-4557850, pada tanggal 20 Februari 2018
40
September 2011, secara resmi mengajukan permohonan kepada Sekjen PBB Ban Ki-
moon agar Palestina bisa menjadi negara anggota penuh PBB (full member state).103
pengakuan Palestina berdasarkan garis batas 4 Juni 1967 dengan Yerusalem sebagai
Ibu Kota Palestina”.104 Dengan ini diharapkan dapat menyerahkan masalah tersebut
persetujuan Dewan Keamanan (DK) PBB. Pasal 4 ayat (2) Piagam PBB
Melalui rapat Dewan Keamanan PBB yang digelar pada November 2011,
beberapa negara seperti Rusia, India, Lebanon, China, dan Brasil mendukung
Palestina, saat itu negara seperti Inggris, Prancis, dan Kolombia memilih untuk
sumber kegagalan saat itu terjadi karena negara seperti Gabon, Bosnia dan Nigeria
103
Shohib Masykur, “Dunia Mengakui Kemerdekaan Palestina”, Buletin Diplomasi
Multilateral Vol. II No. 1 Tahun 2013, hal. 13
104
UN, diakeses dari http://www.un.org/News/dh/infocus/middle_east/quartet-
23sep2011.htm, pada tanggal 20 Februari 2018
105
Jim Zanotti dan Marjorie Ann Browne, “Palestinian Initiatives for 2011 at the United
Nations”, CRS Report for Congress, hal. 2
41
tidak jelas menentukan sikapnya. Dengan kondisi ini, AS tidak perlu bersusah payah
status sebagai sebuah negara resmi dunia. Tak lama setelah Palestina gagal
mengajukan permohonan untuk masuk ke PBB, Palestina mulai menemui titik terang.
Setelah salah satu badan PBB, yaitu UNESCO (The United Nations Educational,
mendapatkan status keanggotaan penuh pada sidang General Conference (GC) ke-36
UNESCO pada 31 Oktober 2011. Sebanyak 107 negara dalam proses pemungutan
suara yang diadakan dalam salah satu sesi sidang menyetujui usulan keanggotaan
yang juga menjadi negara anggota DK PBB memilih opsi mendukung yaitu Perancis,
Brazil, RRT, Rusia, India, Afrika Selatan, Libanon, Gabon dan Nigeria. Sementara
sedangkan Jerman dan AmerikaSerikat (AS) memilih menolak.108 Kali ini UNESCO
106
Badri Alzaky, “Diplomasi Palestina menjadi Negara Pengamat Non- Anggota di PBB
Tahun 2011-2012”, hal. 4
107
Karl Vick, “Palestinian Statehood Gets Recognized by UNESCO: What‟s Next?”, diakses
dari http://world.time.com/2011/10/31/palestinian-statehood-gets-recognized-unescowhats-next, pada
tanggal 20 februari 2018 pukul 15.23
108
Karl Vick, “Palestinian Statehood Gets Recognized by UNESCO: What‟s Next?
42
mengabaikan ancaman dari Amerika Serikat dan mengakui Palestina menjadi
anggotanya.
pada Sidang ke-67 Majelis Umum PBB. Sidang tersebut membahas topik mengenai
memiliki tekad untuk dapat memiliki status keanggotaan penuh di PBB. Hal tersebut
anggota PBB dan organisasi regional seperti OKI untuk mendapatkan dukungan.109
di masa depan. Pengakuan ini juga dapat menjadi kesempatan Palestina untuk dapat
berpartisipasi dalam berbagai forum dan debat yang dibuat Majelis Umum PBB.
Observer State ini merupakan sebuah bentuk dukungan dan pengakuan masyarakat
109
Badri Alzaky, “Diplomasi Palestina menjadi Negara Pengamat Non- Anggota di PBB
Tahun 2011-2012”, hal. 11
43
D. Pengakuan dari negara-negara Internasional terhadap Palestina
Dalam upaya Palestina memperoleh pengakuan dari negara lain sebagai salah
satu syarat suatu negara menjadi berdaulat, hal tersebut membutuhkan proses yang
PBB.110 Hal ini menjadi pendorong untuk Palestina untuk memperoleh pengakuan
secara resmi dari negara lainnya. Sejak pengakuan palestina pada pertemuan PBB,
beberapa negra mulai memberikan pengakuan resmi terhadap Palestina seperti negara
110
VOAindonesia.com, PBB Akui Palestina Sebagai Negara Berdaulat, Artikel,
Dipublikasikan pada tanggal 30 November 2012 pada situs https://www.voaindonesia.com/a/pbb-akui-
palestina-sebagai-negara-berdaulat/1555724.html, diakses pada tanggal 1 Juli 2018
44
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa banyak negara yang telah mengakui
Palestina sebagai sebuah negara dan mayoritas negara tersebut berapa di kawasan
benua Eropa. Dalam setiap pengakuan yang diperoleh dari setiap negara terhadap
Oleh sebab itu, negara-negara tersebut melakukan perlu diketahui bagaimana negara-
secara resmi.
1. Swedia
Swedia sebagai negara pertama yang ikut megakui secara resmi status
kenegaraan Palestina. Hal ini telah dikemukakan oleh Margot Wallstrom yaitu
111
BBC, Swedia Resmi Akui Palestina Sebagai Negara Berdaulat, Artikel, Dipublikasikan
pada tanggal 30 Oktober 2014 pada situs
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/10/141030_swedia_palestina_pengakuan, diakses pada
Tanggal 1 Juli 2018
45
memandang bahwa jika pengakuan tersebut tidak diberikan maka dinilai takut
2. Irlandia
Irlandia. Hal ini diketahui dari adanya kecaman yang diarahkan oleh Israel
kepada Irlandia dan hal ini dianggap sebagai tujuan genosida yang dilakukan
Palestina.113
Namun, keputusan Irlandia dalam pengakuan ini didukung oleh banyak pihak
112
BBC, Swedia Resmi Akui Palestina Sebagai Negara Berdaulat, Artikel, Dipublikasikan
pada tanggal 30 Oktober 2014 pada situs
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/10/141030_swedia_palestina_pengakuan, diakses pada
Tnggal 1 Juli 2018
113
Jurnalislam.com, Lucu, Karena Akui Kedaulatan Negara Palestina, Irlandia Dikecam
Israel, Artikel, Dipublikasikan pada tanggal 15 Desember 2014 pada situs
https://jurnalislam.com/lucu-karena-akui-kedaulatan-negara-palestina-irlandia-dikecam-israel/, diakses
pada tanggal 1 Juli 2018.
114
RZ, Organisasi di Irlandia Desak Negaranya Akui Palestina, Artikel, Dipublikasikan pada
tanggal 28 Februari 2015 pada situs https://www.eramuslim.com/berita/organisasi-di-irlandia-desak-
negaranya-akui-palestina.htm, diakses pada tanggal 1 Juli 2018
46
mengikuti jejak Swedia dalam mendukung Palestina sebagai negara.115
Dengan banyaknya dukungan dari dalam dan luar negara akhir Irlandia
3. Prancis
kesalah besar.116 Peringatan itu datang muncul setelah parlemen Prancis akan
Prancis, negara lain tetap memberikan pengakuannya kepada Palestina dan hal
115
Jurnalislam.com, Lucu, Karena Akui Kedaulatan Negara Palestina, Irlandia Dikecam
Israel, Artikel, Dipublikasikan pada tanggal 15 Desember 2014 pada situs
https://jurnalislam.com/lucu-karena-akui-kedaulatan-negara-palestina-irlandia-dikecam-israel/, diakses
pada tanggal 1 Juli 2018.
116
Muhaimin, Israel Peringatkan Prancis Jangan Akui Palestina, Artikel, Dipublikasikan
pada tanggal 24 November 2014 pada situs https://international.sindonews.com/read/928158/43/israel-
peringatkan-prancis-jangan-akui-palestina-1416797121, diakses pada tanggal 1 Juli 2018
117
Muhaimin, Israel Peringatkan Prancis Jangan Akui Palestina, Artikel, Dipublikasikan
pada tanggal 24 November 2014 pada situs https://international.sindonews.com/read/928158/43/israel-
peringatkan-prancis-jangan-akui-palestina-1416797121, diakses pada tanggal 2 Juli 2018
47
dikeluarkan pengakuan dari Parlemen Prancis dengan suara mayoritas tersebut
4. Inggris
Palestina ialah agar Palestina dan Israel dapat mencapai perdamaian. Seperti
Palestina sama hal memberikan jalan perdamain lebih cepat. Selain itu,
predikat buruk, salah satunya karena pemerintah Tel Aviv dimana hal tersebut
118
BBC.com, Parlemen Prancis Akui Negara Palestina, Artikel, Dipublikasikan pada tanggal
2 Desember 2014 pada situs http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/12/141202_prancis_palestina,
diakses pada tanggal 2 Juli 2018
119
Denny Armandhanu, Parlemen Inggris Akui Kedaulatan Palestina,Artikel, Dipublikasikan
pada tanggal 14 Oktober 2014 pada situs
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20141014165913-134-6363/parlemen-inggris-akui-
kedaulatan-palestina, diakses pada tanggal 2 Juli 2018
120
Denny Armandhanu, Parlemen Inggris Akui Kedaulatan Palestina,Artikel, Dipublikasikan
pada tanggal 14 Oktober 2014 pada situs
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20141014165913-134-6363/parlemen-inggris-akui-
kedaulatan-palestina, diakses pada tanggal 2 Juli 2018
48
merupakan salah satu penyebab utama mandeknya perundingan damai yang
5. Vatikan
Palestina sebagai negara. Hal tersebut menjadi kekecewaan bagi Israel dan
pengakuan ini telah diberikan secara de facto oleh Vatikan sejak tahun 2012
dan hingga pada tahun 2015 Vatikan dan Palestina telah melakukan langkah
prosedural penandatangan.123
Langkah ini dibuat oleh Vatikan agar dapat mempercepat memiliki peran
yang lebih besar di Timur Tengah, tempat banyak orang Kristen melarikan
121
Denny Armandhanu, Parlemen Inggris Akui Kedaulatan Palestina,Artikel, Dipublikasikan
pada tanggal 14 Oktober 2014 pada situs
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20141014165913-134-6363/parlemen-inggris-akui-
kedaulatan-palestina, diakses pada tanggal 2 Juli 2018
122
Rinaldo, Meski Ditentang Israel, Vatikan Resmi Akui Negara Palestina, Artikel,
Dipublikasikan pada tanggal 3 Januari 2016 pada situs
https://www.liputan6.com/global/read/2403282/meski-ditentang-israel-vatikan-resmi-akui-negara-
palestina, diakses pada tanggal 2 Juli 2018
123
Rinaldo, Meski Ditentang Israel, Vatikan Resmi Akui Negara Palestina, Artikel,
Dipublikasikan pada tanggal 3 Januari 2016 pada situs
https://www.liputan6.com/global/read/2403282/meski-ditentang-israel-vatikan-resmi-akui-negara-
palestina, diakses pada tanggal 2 Juli 2018
49
diri karena konflik di negara-negara seperti Suriah dan Irak.124 Dengan
Dengan adanya pengakuan yang diberikan oleh negara lain, dapat menbantu
tersebut diharapkan dapat menjadi alat untuk Palestina terlepas dari konflik yang
masih terus terjadi dengan Israel dan menjadi solusi bagi kedua negara tersebut.
124
Suprapto, Tahta Suci Vatikan Akui Palestina, Kesepakatan Berlaku, Artikel,
Dipublikasikan pada tanggal 4 Januari 2016 pada situs
http://wartakota.tribunnews.com/2016/01/04/tahta-suci-vatikan-akui-palestina-kesepakatan-berlaku,
diakses pada tanggal 2 Juli 2018
125
BBC.com, Vatikan akui Palestina sebagai Negara, Artikel, Dipublikasikan pada tanggal
14 Mei 2015 pada situs
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/05/150513_dunia_vatikan_palestina, diakses pada tanggal
2 Juli 2018
50
BAB III
PALESTINA
dibentuk atau ditetapkan hanya berlaku untuk negara sebagai satu-satunya subjek
interasional terdiri atas negara dan non negara (oraganisasi internasional) meliputi
subjek hukum internasional sebagai suatu aktor internasional dengan hak dan
126
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional,
(Bandung: PT. Alumni, 2010). Hal. 97..
127
J. G Starke, Pengantar Hukum Internasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010). Hal. 77.
128
I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: Mandar Maju, 2003).
Hal. 3.
51
a. Individu atau perorangan yang disebut sebagia pribadi alam
internasional.129
Salah satu subjek hukum internasional adalah Takhta Suci (Vatikan) yang
samping itu, terdapat beberapa subjek hukum internasional, seperti negara, Palang
Dalam prakteknya Takhta Suci (Vatikan) memiliki posisi yang sama atau
sejajar dengan negara. Berdirinya Takhta suci sebagai subjek hukum internasional
berasal dari perjanjian antara Takhta Suci dengan Italia tentang pengembalian
tanah yang memiliki ukuran tertentu di Roma kepada Takhta Suci. Perjanjian
tersebut dilaksanakan pada 11 Februari 1929 atau dikenal dengan Laterant Treaty
129
I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: Mandar Maju, 2003).
Hal. 58.
130
Sugeng Istanto, Hukum Internasional, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, 2010). Hal. 23.
52
posisisnya yang sejajar dengan negara Takhta Suci (Vatikan) memiliki perwakilan
ditandatangani oleh Kardinal Gasparri dan Benito Mussolini, Presiden Italia pada
Perang Dunia II. Treaty tersebut mengandung beberapa dokumen penting, seperti
treaty of laterant, concordat between the Holy See and Italy, dan financial
Vatikan dan Takhta Suci. Ini penting mengingat sebagian besar masyarakat dunia
mengira bahwa Vatikan dan Takhta Suci sebagai hal yang sama atau hanya nama
lain.
untuk mengakui status Vatikan dan cara dalam penyelesaian masalah antara Italia
dengan Takhta Suci (Vatikan). Adapun garis besar dari isi perjanjian ini adalah,
sebagai berikut :
dalam Roma.
131
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional,
(Bandung: PT. Alumni, 2010). Hal. 100.
132
Agustinus Supriyanto, Diplomasi Takhta Suci sebagai Subjek Hukum Internasional
Sui Generis, Mimbar Hukum, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2006. Hal 295.
53
b. Negara Italia mengakuai agama resmi negara adalah Katolik, sebaliknya
bentuk ganti rugi atas masalah klaim hukum tentang Kota Roma dan
Kerajaan Kepausan.
memihak, dan tidak ikut campur dalam pihak yang berkonflik. Namun
akan ikut campur jika Takhta Suci diminta untuk menyelesaikan suatu
masalah.133
tetap.
b. Terdapat wilayah dengan ukuran tertentu dimana Takhta Suci terletak pada
dengan Paus sebagai kepala negara yang memiliki kekuasaan absolut atau
133
Treaty Between The Holy See and Italy, Dipublikasikan pada situs
http://www.vaticanstate.va/content/dam/vaticanstate/documenti/leggi-e-decreti/Normative-Penali-
e-Amministrative/LateranTreaty.pdf, pada 1 juli 2018
54
d. Memiliki kapasitas untuk melakukan hubungan internasional dengan aktor
Takhta Suci itu sendiri diambil dari Bahasa Latin, Sancta Sedes atau
Vatikan adalah salah satu negara dunia yang terletak di dalam Italia, yakni Kota
terdapat Sekretariat Negara, Dewan Urusan Umum Gereja, dan lembaga gereja
lainnya. Takhta Suci bisa juga dianggap sebagai institusi lembaga gereja yang
Gereja sebagai Kepala Gereja Roma dan berkuasa atas dunia juga. 136 Selain itu
Vatikan sebagai simbol agama Katolik di dunia yang kebijakan luar negerinya
134
M. Fauzu Tamam S, Subjek Hukum Internasional Takhta Suci Vatikan, Hukum
Internasional, Universitas Prof. DR. Moestopo, FISIP, 2015. Hal. 18.
135
Konferensi Waligereja Indonesia, Kitab Hukum Kanonik, (Jakarta: Penerbit Obor,
1991). Hal. 123.
136
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional,
(Bandung: PT. Alumni, 2010). Hal. 100.
137
Chao J, The Evolution of Vacation Diplomacy, (Taipei: Institut of Catholic History,
2000). Hal. 4.
55
Takhta Suci (Vatikan) sebagai subjek hukum internasional sudah
membuat aktor internasional ini memang layak untuk disebut sebagai salah satu
yang mengakui dan misi Vatikan yang menciptakan perdamaian dunia melalui
138
Robert A. Graham, Vatican Diplomacy: A Study of Chruch and State on The
International Plane. Princenton University Press, 160. Hal. 25.
139
Foreign and Commonwealth Office, The Holy See, Artikel, Dipublikasikan pada 2 Juni
2018 dari web.archive.org/web/20091021064108/http://www.fco.gov.uk/en/travel-and-
living-abroad/travel-advice-by-country/country-profile/europe/holy-see/, diakses pada tanggal 1
Juli 2018
56
Gambar di atas menjelaskan bahwa warna hijau yang terdapat di peta
Suci. Banyaknya negara yang membuka hubungan diplomatik dengan Takhta Suci
(Vatikan) merupakan bukti lain bahwa aktor ini patut dianggap sebagai subjek
dan Amerika. Sedangkan wilayah yang berwarna putih atau abu-abu menandakan
tidak adanya hubungan diplomatik antara Takhta Suci dengan wilayah tersebut.
dengan Takhta Suci, meliputi Afghanistan, Komoro, Brunei, Korea Utara, Arab
Saudi, Somalia, Vietnam, Tuvalu, Maladewa, Laos, Myanmar, Oman, dan negara
Asia lainnya.
57
memberikan bantuan, dan lainnya.140 Begitupun dengan pengakuan Palestina oleh
menegaskan bahwa organisasi ini tidak hanya berbicara pada kepentingan agama
Maka dari itu dapat dinyatakan bahwa Takhta Suci (Vatikan) sebagai
Takhta Suci sebagai subjek hukum internasional bersumber dari perjanjian atau
yang merdeka.
Negeri
dalam Gereja Katolik sebagai pusat pemerintahan Katolik juga. Selain itu Paus
gubernur. Dalam menjalankan sistem Takhta Suci dilakukan oleh seseorang yang
140
Agustinus Supriyanto, Diplomasi Takhta Suci sebagai Subjek Hukum Internasional
Sui Generis, Mimbar Hukum, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2006. Hal. 321.
58
berjumlah 2.750 di Kuria Romawi, 333 orang bekerja di luar negeri sebagai
Paus sebagai Kepala Negara Takhta Suci akan dibantu oleh beberapa
Swiss. Rohaniawan tersebut tersebar di beberapa bidang yang ada di Takhta Suci
untuk mengurusi berbagai kebutuhan atau masalah yang ada di dunia, khususnya
berkaitan dengan masyarakat Katolik. Selain itu Paus juga disebut sebagai Uskup
Roma, pemimpin spiritual Gereja Katolik, dan Kepala Negara Kota Vatikan.142
Dengan katan Paus memiliki kekuasaan atas Takhta Suci itu sendiri sebagai
Uskup Roma dan Kepala Negara Vatikan sebagai negara kecil dengan wilayah
tertentu.
pada 28 Februari 2013. Takhta Suci bisa dikatakan sebagian pemerintahan pusat
katolik yang bisa mengeluarkan kebijakan luar negeri dalam sistem internasional,
Suci bersifat monarki absolut atau kebebasan mutlak pada Paus sebagai Uskup
141
M. Fauzu Tamam S, Subjek Hukum Internasional Takhta Suci Vatikan, Hukum
Internasional, Universitas Prof. DR. Moestopo, FISIP, 2015. Hal. 13.
142
Anton Pasaribu, 264 Takhta Suci Paus Edisi Ke-2, (Bekasi: Krista Mitra Pustaka,
2004). Hl. 19.
143
Artikel diakses pada 2 Juli 2018 dari m.vatican.va/content/francescomobile/en/html
59
jawatan yang terbagi dalam beberapa bidang, seperti Sekretariat Negara, Sembilan
Namun lembaga kuria yang memiliki mobilitas dan intensitas tinggi untuk
berbagai doktrin Gereja-Katolik. Disamping itu ada juga Kongregasi bagi Para
Uskup dengan melakukan dan menentukan para uskup di dunia dan Kongregasi
dilakukan oleh Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian. Meskipun Paus
Kepausan. Perbedaanya adalah keputusan tetap di tangan Paus sebagai orang yang
144
Foreign and Commonwealth Office, The Holy See, Artikel diakses pada 2 Juni 2018
dari web.archive.org/web/20091021064108/http://www.fco.gov.uk/en/travel-and-living-
abroad/travel-advice-by-country/country-profile/europe/holy-see/
60
yang memiliki hak untuk mengaturnya adalah Pengawas Urusan Ekonomi Takhta
Suci. Lembaga keuangan ini didirikan pada 15 Agustus 1967 untuk mengatur dan
tertentu. Laporan keuangan terdiri dari pemasukan dan pengeluaran juga bagian
negara, 74 bersifat non-residensial, dan 106 sebagai misi yang sudah diakreditasi
dalam prosesnya akan dibantu juga oleh Bagian Hubungan Negara yang ada di
Dengan kata lain kita bisa mengasumsikan bahwa sistem Takhta Suci
yang mengurusi masalah dunia diatur oleh Sekretarit Negara. Di samping itu
pengambilan kebijakan luar negeri berada sepenuhnya di tangan Paus, yakni Paus
dari masukan atau tanggapan Dewan Kepausan yang berkonsentrasi pada berbagai
internasional.
61
menjadi negara merdeka. Dalam Proses perjuangannya Palestina membentuk
dari Takhta Suci (Vatikan) sebagai salah satu subjek hukum internasional.
2015. Dasar dari pengakuan Vatikan berasal dari kenyataan banyaknya orang
secara resmi pada 13 Mei 2015 sebagai hukum pertama dan pengakuan
diplomatik. Bersamaan dengan itu Vatikan sudah termasuk dalam 135 negara
pada 1984. Yasser Arafat adalah pemimpin PLO pada waktu itu yang sangat keras
145
Heru Andriyanto, Resmi Berlaku, Pengakuan Vatikan atas Negara Palestina, Artikel
diakses pada 1 Juli 2018 dari www.beritasatu.com/dunia/337521-resmi-berlaku-pengakuan-
vatikan-atas-negara-palestina.html
62
Israel-Palestina, kesetaraan beragama, hak asasi manusia, pendidikan, dan
lainnya.146
Vatikan melihat Palestina merupakan kota suci sebagai tempat kelahiran Yesus di
dari berbagai upaya hukum Takhta Suci. Hal itu dilakukan karena melihat sebuah
between The Holy See and State of Palestine pada 13 Mei 2015. Dalam perjanjian
63
kesepakatan untuk membuat komisi tertentu dikenal dengan Bilateral Permanent
Agreement between The Holy See and State of Palestine pada 13 Mei 2015. Kedua
64
BAB IV
Kemunculan atau kelahiran suatu negara di dunia harus melalui dua syarat,
yakni apa yang disebut sebagai de facto dan de jure. De facto itu sendiri berarti
Sedangkan de jure berarti adanya pengakuan yang diperoleh dari negara lain di
dunia.149 Dalam konteks ini secara spesifik akan membahas pengakuan negara
atau de jure, khususnya terkait pengakuan terhadap Palestina. Teori pengakuan itu
Masalah Palestina terletak pada de jure atau pengakuan dari negara lain.
komposisi masyarakat Palestina terdiri dari Islam, Kristen, dan pemeluk agama
lainnya. Mengacu pada kenyataan ini sebenarnya Palestina masih belum bisa
149
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Bandung: P.T Alumni, 2005, hal. 60.
65
Teori pengakuan negara terdiri dari teori konstitutif dan teori deklaratif.
kelahiran suatu negara. Kedua, teori deklaratif berbanding terbalik dengan teori
indikator dalam kelahiran suatu negara. Maksudnya bahwa ketika negara itu ada
dan muncul maka negara tersebut bisa langsung berpartisipasi dalam masyarakat
internasional.150
PBB pada tahun 2012 sudah dapat diakui sebagai sebuah negara yang berdaulat
meskipun dengan ada tidaknya sebuah pengakuan dari dunia internasional. syarat
berdirinya suatu negara dapat dilihat dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo, yaitu
kriteria untuk dapat disebut sebagai sebuah negara adalah adanya wilayah,
penduduk yang tetap, pemerintahan yang efektif, dan kemampuan untuk menjalin
150
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, hal. 62.
151
United Nation, General Assembly Votes Overwhelmingly to Accord Palestine ‘Non-
Member Observer State’ Status in United Nations,
66
Palestina diketahui memiliki wilayah berada di kawasan Timur Tengah
(wilayah Palestina yang diduduki Israel) secara garis besar terdiri dari Tepi Barat
(West Bank) termasuk Yerusalem Timur dan Jalur Gaza (Gaza Strip).152 Jumlah
penduduk Palestina memiliki lebih dari 4,3 juta jiwa pada tahun 2015.153
Liberation Organization (PLO) pada tahun 1964. Organisasi tersebut diakui oleh
PBB pada tahun 1974 sebagai perwakilan resmi bagi rakyat Palestina. Setelah
badan atau otoritas pemerintahan yang dapat mengatur secara eksklusif wilayah
penuh dalam Liga Arab pada tahun 1976, pemberian status non-member observer
152
BBC, “Palestinian territories profile”, diakses dari http://www.bbc.com/news/world-
middle-east-14630174 , pada tanggal 10 Desember 2017
153
William Foxwell Albright, Palestine, diakses dari
http://www.britannica.com/place/Palestine, pada tanggal 6 Desember 2017
154
Rupert Sherman, “The Palestinian Authority and the Misunderstood State in
International Law”, Universitas Otago, Dunedin 2005, hal. 19
67
state dari PBB dan salah satunya pengakuan sebagai negara berdaulat oleh Takhta
memenuhi syarat sebagai sebuah negara yang berdaulat berdasarkan dengan teori
deskriptifnya. Ditambah dengan adanya pengakuan dari negara lain membuat teori
sudah terpenuhi.
Negara yang sudah diakui oleh negara lain harus memiliki tiga ciri yang
umum dan legal secara konstitusi. Esklusivitas adalah pemerintah yang legal atau
resmi hanya ada satu dan tidak ada pemerintahan tandingan. Bersamaan dengan
konsekuensi, meliputi :
155
Rinaldo, Meski Ditentang Israel, Vatikan Resmi Akui Negara Palestina, Artikel,
Dipublikasikan pada tanggal 3 Januari 2016 pada situs
https://www.liputan6.com/global/read/2403282/meski-ditentang-israel-vatikan-resmi-akui-negara-
palestina, diakses pada tanggal 2 Juli 2018
68
d. Pemerintah yang diakui memiliki wewenang untuk menguasai harta yang
internasional, termasuk Takhta Suci bisa saja hanya mengakui negara tetapi tidak
memberikan pengakuan kepada entitias baru secara konstitutif dan belum tentu
pengakuan terhadap pemerintah yang sah atau legal dari kesepakatan masyarakat
dan wewenang tertentu. Selain itu negara yang sudah diakui oleh aktor lain
terdapat dimensi politik dan hukum. Nantinya negara tersebut secara resmi bisa
156
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Bandung: P.T Alumni, 2005, hal. 74.
157
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, hal. 70.
69
pengakuan Vatikan kepada Palestina sebagai bentuk pengakuan secara terang-
dihargai oleh negara lain dan bisa melakukan hubungan dengan aktor
internasional di dunia.
Negara
dan aktivitas suatu negara dalam upaya mengatasi dan memperoleh keuntungan
luar negeri suatu negara terhadap negara lain. Faktor Internal adalah hal yang
dimiliki oleh suatu negara atau kondisi pada satu negara atau dinamika yang
terjadi dalam negara yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri pada negara
tersebut. Secara umum terdapat beberapa faktor seperti; faktor kebudayaan dan
158
J N Rosenau, Comparing Foreign Policy: Theories, Findings, and Method, Sage
Publications, 1974, hal. 21-32
70
kebudayaan dan sejarah mencakup nilai, norma, tradisi, pengalaman masa lalu dan
idiosinkratik pemimpin.159
terjadi diluar negara yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu
besar, pola-pola aliansi yang terbentuk diantara negara dan faktor situasional
aspek, seperti keamanan, kesejahteraan, otonomi, dan status. Adapun Takhta Suci
positif jika memberikan pengakuan kepada Palestina. Hal tersebut nampak pada
159
James N. Rosenau, International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research
and Theory, (New York : The Free Press, 1969), hal 167
160
James N. Rosenau, International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research
and Theory, hal. 167
161
K.J. Holsti, 1992. Politik International: Suatu Kerangka Analisis, Bandung: Bina Cipta,
hal. 84
71
tersebutlah yang membuat Vatikan memutuskan kebijakan luar negerinya
berdasarkan dengan teori kebijakan luar negeri Rosenau. Hal tersebut dibagi
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Adapun secara spesifiknya kedua
1. Faktor Internal
lepas dari aspek agama sebagai dasar pembentukan Takhta Suci. Dengan kata lain
Intinya adalah hal yang diutamakan oleh subjek hukum internasional ini adalah
Dalam konteks ini faktor religius berkaitan dengan Takhta Suci sebagai
institusi agama dunia yang mewakili masyarakat Katolik secara global. Ditambah
masyarakat katolik juga sebagai pihak yang dirugikan dalam konflik Israel-
72
b. Faktor Idiosinkratik
persepsi dan pola pikir dalam melihat masalah untuk mengambil keputusan
idiosinkratik pada Paus Fransiskus sebab Takhta Suci tersebut bersifat Monarki
Absolut atau keputusan secara penuh ada di pemimpin suatu negara. Selain itu
juga kita bisa menyatakan keputusan Vatikan untuk pengakuan terhadap Palestina
merupakan hasil dari persepsi atau pola pikir Paus Fransiskus sebagai perwakilan
Faktor idiosinkratik itu sendiri terbentuk atas dasar beberapa faktor, seperti
pembelajaran yang sudah terjadi antara Takhta Suci dan Palestina berdasarkan apa
yang di putuskan oleh Paus terdahulu. Pada Oktober 1948, Paus Pius XXI
162
K. J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Bandung: Bina Cipta,
1992, hal. 42.
163
James N. Rosenau, Gavyn Boyd, dan Kenenth W. Thompson, World Politics: An
Introduction, (New York: The Free Press, 1976). Hal. 19
73
International Character di Yerusalem (wilayah internasional). Hal tersebut
Berdasarkan dengan afiliasi dan kerja sama yang terjadi antara Takhta
Suci (Vatikan) dan pemerintah Palestina sudah terjadi sejak tahun 2000 sesuai
adanya kota suci, Bethelem sebagai tempat penting bagi masyarakat Katolik.
Kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus berkaitan kuat
dengan cara pandang atau pola pikirnya yang dipengaruhi keyakinan Katoliknya
164
Nurul Achyar Fauzi, Sikap Irlandia Pasca Kemerdekaan Israel, Studi Kasus:
Konflik Israel-Palestina, Journal of International Relations, Volume 4, Nomor 2, 2018, hal. 215-
224
165
Vatican Radio, Holy See, State of Palestine Comprehensive Agreement enters into
force, diakses dari
http://en.radiovaticana.va/news/2016/01/02/holy_see,_state_of_palestine_agreement_enters_into_f
orce/1198477, pada tanggal 15 Juli 2018
74
2. Faktor Eksternal
anggapan dari dunia terhadap masalah yang sedang terjadi di dunia, khususnya
Opini tersebut terbentuk atas dasar kota suci yang terdapat pada Palestina yang
Fransiskus untuk menolak pembangunan tembok pemisah oleh Israel yang akan
harapan mereka atas keadilan dan perdamaian. Hal tersebut terjadi setelah Israel
memulai pembangunan tembok di atas tanah curian dari Palestina yang akan
tempat suci.166
Akses ke tempat-tempat suci menjadi sulit, warga Palestina di Tepi Barat dan
166
John L. Allen Jr., Christians nearly absent in Holy Land, diakses dari
https://www.ncronline.org/news/world/christians-nearly-absent-holy-land, pada tanggal 15 Juli
2018
75
Yerusalem Timur memiliki kartu tempat tinggal yang berbeda memerlukan izin
yang sulit diperoleh. Ditambah dengan adanya kasus di Tanah Cremisan, Beit
perlindungan. Takhta Suci juga menjadi bagian dari UNESCO yang secara
umat Katolik.
Palestina bukan hanya sebagai masalah politik atau kedaulatan negara melainkan
167
Sheren Khalel, Palestinians mourn final Cremisan Valley olive harvest, diakses dari
https://www.aljazeera.com/news/2016/10/palestinians-mourn-final-cremisan-valley-olive-harvest-
161031094433899.html, pada 15 Juli 2018
76
pengakuan, seperti Bilateral Permanent Working Commission 1984 dan Bilateral
sebagian besar masyarakat Katolik yang mengungsi ke negara sekitar. Selain itu
Vatikan juga melihat Israel yang membuat sebagian besar masyarakat Katolik
Palestina-Israel akan menjalar ke negara sekitar, seperti Irak, Iran, Suriah, dan
Tahta Suci (Vatikan) untuk membendung Israel agar tidak membunuh atau
kemanusiaan, khususnya HAM. Secara definisi HAM adalah hak mendasar dan
168
Leonard Hammer, The 2015 Compherensive Agreement Between The Holy See and
The Palestanians Authority: Discerning the Holy See Approach to International Relations in the
Holy Land, Oxford Journal of Law and Religion, Volume 6, 2017, hal. 163.
77
penting yang melekat pada setiap manusia sejak lahir hingga kematiannya, seperti
tempat tinggal, makanan, pakaian, dan lainnya. Secara global HAM diakui
sebagai sesuatu yang harus diikuti oleh negara di dunia yang dikenal dengan
Deklarasi Universal HAM. Deklarasi tersebut harus dihormati oleh seluruh aktor
implementasinya.169
Dalam konteks ini faktor situasional eksternal yang dapat berupa isu area
atau krisis kemanusiaan sebagian dari faktor eksternal sebuah negara melakukan
kebijakan. Dapat terlihat bahwa Tahta Suci bukan suatu entititas internasional
seperti pembunuhan, perusakan, dan kelaparan. Tahta Suci sebagai salah satu
memiliki peranan besar dalam penegakan HAM yang bernuansa agama ini.
telah diusir dari tanah mereka hanya karena pemimpin mereka yang tidak segan-
169
ICJR, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, diakses dari http://icjr.or.id/deklarasi-
universal-hak-asasi-manusia/, pada tanggal 15 Juli 2018
78
segan untuk menumpahkan darah orang-orang tak bersalah. Paus Fransiskus
menebarkan pesan untuk mencari perdamaian bagi Yerusalem dan untuk seluruh
Tanah Suci. Hal tersebut dengan melakukan perdamaian antar kedua negara
tersebut sehingga akan tercipta kerukunan dan keamanan bagi semua umat yang
ada di Palestina.170
yang diputuskan oleh Tahta Suci bisa dipandang sebagai komitmennya dalam
pengakuannya untuk Palestina tidak lepas dari faktor internal dan eksternal.
Dimana kedua faktor tersebut tidak lepas dari peranannya sebagai subjek hukum
ditegaskan bahwa kebijakan luar negeri yang diterapkan Vatikan tidak bisa
170
Nathasia, Paus Fransiskus Serukan Perdamaian di Yerusalem Pada Pidato Natal,
diakses dari https://www.idntimes.com/news/world/desy-27/paus-fransiskus-serukan-perdamaian-
di-yerusalem-pada-pidato-natal-c1c2/full, pada tanggal 15 Juli 2018
171
Elisabetta Povoledo, Vatican Formally Recognizes Palestinian State by Signing
Treaty, diakses dari http://www.nytimes.com/2015/06/27/world/middleeast/vatican-palestinian-
state.html?_r=1, pada tanggal 15 Juli 2018
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
masalah yang cukup penting untuk dibahas dan dimiliki oleh setiap negara di dunia.
Rights and Duties of State of 1933”, setiap negara yang sudah memenuhi persyaratan
dapat dianggap sebagai sebuah negara. Namun itu saja belum cukup, diperlukan juga
direnggut kebebasannya oleh bangsa Israel. hal tersebut bermula Setelah Deklarasi
Balfour pada tahun 1917, yang berisikan mengenai persetujuan atas gagasan
pendirian negara baru oleh bangsa Yahudi di wilayah palestina. Deklarasi tersebut
Konflik yang terjadi antara Bangsa Palestina dan Bangsa Israel tersebut
sampai saat ini masih terus berlanjut. Menyebabkan kesengsaraan dan kesedihan
80
yang terus-menerus kepada Bangsa Palestina. Ketidakadilan tersebut pada akhirnya
didirikan dengan tujuan meyatukan semua kelompok gerakan perjuangan untuk dapat
membebaskan rakyat Palestina dari pendudukan Israel. tidak lama kemudian PLO
hasil, pada tahun 2012 negara Palestina resmi diakui sebagai sebuah negara oleh
juga diikuti oleh negara-negara lainnya. Salah satu yang mengakui negara Palestina
adalah Takhta Suci Vatikan. Hal tersebut terjadi pada tahun 2015 ketika Perjanjian
berkaitan mengenai aspek-aspek penting dari kehidupan dan aktivitas Gereja Katolik
di Palestina.
Dari pengakuan yang telah diberikan oleh Takhta Suci tersebut dapat
Aspek agama yaitu kegiatan kaum katolik yang ada di Palestina menjadi faktor
81
internal , sedangkan opini masyarakat dunia dan masalah kemanusiaan yang terjadi
adalah sebuah faktor eksternal yang diketahui telah mempengaruhi Takhta Suci
82
Daftar Pustaka
A. Buku
- Flockhart, Trine Constructivism and Foreign Policy, in, Steve Smith, Amelia
Hadfield & Tim Dunne, Foreign Policy, Theories, Actors, Cases. Oxford, 2012
xiv
- Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum
Internasional, (Bandung: PT. Alumni, 2010).
- Pasaribu, Anton, 264 Takhta Suci Paus Edisi Ke-2, (Bekasi: Krista Mitra
Pustaka, 2004)
- Robert Axelrod dan Robert Keohane, World Politics, America: The Johns
Hopkins University Press, 1985
-. Rowley, Charles K dan Jennis Taylor, The Israel and Palestine Land
Settlement Problem, 1948-2005: An Analytical History, Public Choice, 2006,
xv
- Sihbudi, Riza, “Palestin dalam Pandangan Imam Khomeini”, (Jakarta:
Pustaka Zahra, 2004)
- Smith, Steve, dan John Baylis, The Globalization of World Politics, Oxford
University Press Inc. 1997.
- Uzer, Umut, Identity and Turkish foreign policy: The Kemalist Influence in
Cyprus and the Caucasus, New York: Palgrave Macmillan. 2011.
- Wendt, Alexander, Levels of Analysis vs. Agents and Structures: Part III,
Review of international studies 18. 1992.
B. Jurnal
xvi
- Badri Alzaky, Diplomasi Palestina menjadi Negara Pengamat Non-
Anggota di PBB Tahun 2011-2012, JOM FISIP Vol. 4 No. 1
- Herbert C. Kelman, “The Israeli-Palestinian Peace Process and Its
Vicissitudes”, American Psychologist Journal va. 62, No.4. (2007):
- John Quigley, “Palestine Statehood and International Law”, Global
Policy Essay, January 2013
- Leonard Hammer, The 2015 Compherensive Agreement Between The
Holy See and The Palestanians Authority: Discerning the Holy See
Approach to International Relations in the Holy Land, Oxford Journal of
Law and Religion, Volume 6, 2017
- Marcin Szydzisz, The Palestinian international identity after the UN
resolution, The Copernicus Journal of Political Studies nr 1 (3), 2013,
- Shohib Masykur, “Dunia Mengakui Kemerdekaan Palestina”, Buletin
Diplomasi Multilateral Vol. II No. 1 Tahun 2013
- Yuli Fachri, Politik Pengakuan dalam Hukum Internasional, Jurnal Antar
Bangsa, Volume 2, Nomor 2, Juli 2003
C. Skripsi
- Ita Mutiara Dewi dkk, “ Gerakan Rakyat Palestina dari Deklarasi Negara
Israel sampai Terbentuknya Negara Palestina”, Laporan penelitian
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negere Yogyakarta, (2008)
- M. Fauzu Tamam S, Subjek Hukum Internasional Takhta Suci Vatikan,
Hukum Internasional, Universitas Prof. DR. Moestopo, FISIP, 2015
- Manguluang, Pemberian Status “Non-Member Observer State” Kepada
Palestina oleh PBB dalam Upaya Penyelesaian Konflik dengan Israel
Ditinjau dari Segi Hukum Internasional”, Skripsi,”
xvii
D. Report
- Jim Zanotti dan Marjorie Ann Browne, “Palestinian Initiatives for 2011
at the United Nations”, CRS Report for Congress
E. Internet
xviii
- Aljazeera, “The War in October”, diakses dari
http://www.aljazeera.com/programmes/specialseries/2013/10/war-october-
2013102172128280627.html,
- Aljazeera, “President Yasser Arafat”, diakses dari
https://www.aljazeera.com/archive/2004/11/2008410101519774430.html
xix
- Britannica, "Palestine Liberation Organization (PLO)", diakses dari
http://www.britannica.com/topic/Palestine-Liberation-Organization
- Clemens Verenkotte, Renata Permadi, “Pergantian Generasi di Fatah”,
diakses dari https://www.dw.com/id/pergantian-generasi-di-fatah/a-
4557850
- Colum Lynch and Joel Greenberg, “U.N. votes to recognize Palestine as
„non-member observer state”, diakses dari
https://www.washingtonpost.com/world/national-security/united-nations-
upgrades-palestines-status/2012/11/29/5ff5ff7e-3a72-11e2-8a97-
363b0f9a0ab3_story.html?utm_term=.9a97060752e7
- Denny Armandhanu, Parlemen Inggris Akui Kedaulatan Palestina,Artikel,
Dipublikasikan pada tanggal 14 Oktober 2014 pada situs
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20141014165913-134-
6363/parlemen-inggris-akui-kedaulatan-palestina
- Embassy of the State of Palestine, Palestine: Country Profile, diakses pada
situs http://www.palestine-australia.com/about-palestine/country-profile/
- Encyclopedia Britannica, Balfour Declaration, diakses dari
https://www.britannica.com/event/Balfour-Declaration
- Foreign and Commonwealth Office, The Holy See, Artikel, Dipublikasikan
pada 2 Juni 2018 dari
web.archive.org/web/20091021064108/http://www.fco.gov.uk/en/travel-
and-living-abroad/travel-advice-by-country/country-profile/europe/holy-
see/,
- Gavin Jones and Steve Scherer, “Vatican agrees first treaty with State of
Palestine, solidifying relationship”, diakses dari
http://www.reuters.com/article/us-vatican-palestine-treaty-
idUSKBN0NY1Z620150514,
- Gavin Jones and Steve Scherer, “Vatican agrees first treaty with State of
Palestine, solidifying relationship”, diakses dari
xx
http://www.reuters.com/article/us-vatican-palestine-treaty-
idUSKBN0NY1Z620150514
- Heru Andriyanto, Resmi Berlaku, Pengakuan Vatikan atas Negara
Palestina, Artikel diakses dari www.beritasatu.com/dunia/337521-resmi-
berlaku-pengakuan-vatikan-atas-negara-palestina.html
- Inna Lazareva, “Vatican signs first treaty with 'the State of Palestine'”,
diakses dari
http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/palestinianauthori
ty/11702465/Vatican-signs-first-treaty-with-the-State-of-Palestine.html,
- Israel Ministry of Foreign Affairs, “UN Partition Plan - Resolution 181
(1947)”, diakses dari
http://mfa.gov.il/MFA/AboutIsrael/Maps/Pages/1947%20UN%20Partition
%20Plan.aspx,
- Israel Ministry of Foreign Affairs,” The Declaration of the Establishment
of the State of Israel”, diakses dari
http://www.mfa.gov.il/MFA/ForeignPolicy/Peace/Guide/Pages/Declaratio
n%20of%20Establishment%20of%20State%20of%20Israel.aspx
- Israel Ministry of Foreign Affairs, “Israel-Vatican Diplomatic Relations”,
diakses dari http://mfa.gov.il/MFA/ForeignPolicy/Bilateral/Pages/Israel
Vatican_Diplomatic_Relations.aspx
xxi
Desember 2014 pada situs https://jurnalislam.com/lucu-karena-akui-
kedaulatan-negara-palestina-irlandia-dikecam-israel/
- Kabir Chibber, “All the countries—including Sweden—that now
recognize Palestinian statehood”, diakses dari http://qz.com/276164/all-
the-countries-including-sweden-that-now-recognize-palestinian-
statehood/,
- Karl Vick, “Palestinian Statehood Gets Recognized by UNESCO: What‟s
Next?”, diakses dari http://world.time.com/2011/10/31/palestinian-
statehood-gets-recognized-unescowhats-next
- “Lateran Treaty”,
http://www.vaticanstate.va/content/dam/vaticanstate/documenti/leggiedecr
eti/Normative-Penali-e-Amministrative/LateranTreaty.pdf)
- Lazuardhi Utama, “4-2-1969: Organisasi PLO Berdiri”, diakses dari
https://www.viva.co.id/berita/dunia/731612-4-2-1969-organisasi-plo-
berdiri,
- Muhaimin, Israel Peringatkan Prancis Jangan Akui Palestina, Artikel,
Dipublikasikan pada tanggal 24 November 2014 pada situs
https://international.sindonews.com/read/928158/43/israel-peringatkan-
prancis-jangan-akui-palestina-1416797121
- William Foxwell Albright, “Palestine”, diakses dari
http://www.britannica.com/place/Palestine,
xxii
- Robert Rydberg, “Sweden becomes first EU country to recognise the
Palestinian State”, diakses dari
http://www.euronews.com/2014/10/30/sweden-becomes-first-eu-country-
to-recognise-the-palestinian-state/,
- Rinaldo, Meski Ditentang Israel, Vatikan Resmi Akui Negara Palestina,
Artikel, Dipublikasikan pada tanggal 3 Januari 2016 pada situs
https://www.liputan6.com/global/read/2403282/meski-ditentang-israel-
vatikan-resmi-a
- RZ, Organisasi di Irlandia Desak Negaranya Akui Palestina, Artikel,
Dipublikasikan pada tanggal 28 Februari 2015 pada situs
https://www.eramuslim.com/berita/organisasi-di-irlandia-desak-
negaranya-akui-palestina.htm
- Siddhartha Mahanta, “Israel Decidedly Unhappy With Vatican-Palestine
Treaty”, diakses dari http://foreignpolicy.com/2015/06/26/pope-francis-
israel-palestine-treaty/,
- Stephen Jewkes, “Vatican accord with Palestine comes into effect”,
diaskses dari http://www.reuters.com/article/us-vatican-palestinians-
idUSKBN0UG0MA20160102,
- Suprapto, Tahta Suci Vatikan Akui Palestina, Kesepakatan Berlaku,
Artikel, Dipublikasikan pada tanggal 4 Januari 2016 pada situs
http://wartakota.tribunnews.com/2016/01/04/tahta-suci-vatikan-akui-
palestina-kesepakatan-berlakukui-negara-palestina,
xxiii
- UN, “Intifada (The Uprising) 1987-1993”, diakses dari
http://www.un.org/Depts/dpi/palestine/ch6.pdf,
- UN, “The Question of Palestine and the United Nations”, diakses dari
https://unispal.un.org/pdfs/DPI2499.pdf,
- UN, diakeses dari
http://www.un.org/News/dh/infocus/middle_east/quartet-23sep2011.htm,
- Vatican Radio, “Holy See, State of Palestine Comprehensive Agreement
enters into force”, diakses dari
http://en.radiovaticana.va/news/2016/01/02/holy_see,_state_of_palestine_
agreement_enters_into_force/1198477,
- VOAindonesia.com, PBB Akui Palestina Sebagai Negara Berdaulat,
Artikel, Dipublikasikan pada tanggal 30 November 2012 pada situs
https://www.voaindonesia.com/a/pbb-akui-palestina-sebagai-negara-
berdaulat/1555724.html
xxiv