Anda di halaman 1dari 22

BAHAYA TINJA YANG LANSUNG DIBUANG DI

SUNGAI BAGI KEBERLANSUNGAN HIDUP: DUSUN


GADU KARYA, DESA SUNGAI LAKI, KECAMATAN
MEMPAWAH HULU, KABUPATEN LANDAK,
KALIMANTAN BARAT.
TUGAS UAS FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Dosen Pengampu:
Mikael Ardi, M.Fil

Disusun Oleh:
1. Krisostomos Dio
2. Resa Glara Pangarindu
3. Intan Rimawati
4. Antolius Boki

PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FALKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO AGUSTINUS HIPPO
NGABANG
2O24
Bahaya Tinja Yang Lansung Dibuang
Disungai Bagi Keberlansungan Hidup:
Dusun Gadu Karya, Desa Sungai Laki,
Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten
Landak, Kalimantan Barat.
1. Krisostomos Dio
2. Resa Glara Pangarindu
3. Intan Rimawati
4. Antolius Boki

Abstrak:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kembali pengaruh
pembuangan tinja langsung ke Sungai Laki di Dusun Gadu Karya, Desa Sungai
Laki, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Kami
melakukan wawancara dengan pelaku, korban, dan perwakilan instansi desa untuk
mengumpulkan data tentang persepsi, kesadaran, dan perilaku terkait pembuangan
tinja serta tanggapan dari pihak yang terlibat. Studi menunjukkan bahwa
pembuangan tinja langsung ke sungai memiliki efek yang signifikan terhadap
kesehatan pribadi, karena menyebabkan ketidaknyamanan saat mandi dan
meningkatkan risiko penyakit kulit yang menggangguSelain itu, penilaian kualitas
air menunjukkan bahwa air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus
jernih, bebas bau, dan bebas sampah. Salah satu alasan utama pelaku praktik ini
untuk membuang tinja langsung ke sungai adalah keterbatasan lahan dan lokasi
yang dekat dengan sungai. Namun, pelaku tidak menyadari efek negatif dari
tindakan ini dan aturan dan sanksi yang terkait dengan pembuangan tinja.
Tanggapan dari instansi desa menunjukkan bahwa praktik ini mengganggu
aktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Meskipun ada upaya dan program
pemerintah untuk meningkatkan kesadaran publik tentang bahaya pembuangan
tinja langsung ke sungai, masyarakat masih kurang menyadari bahayanya. Studi ini
memberikan gambaran lengkap tentang masalah pembuangan tinja ke sungai di
Dusun Gadu Karya. Ini menyoroti betapa pentingnya masyarakat menjadi sadar
dan dididik tentang masalah ini, dan bagaimana pemerintah dan lembaga terkait
harus mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikannya.

Kata kunci: Tinja, Sungai Laki, Air Sungai, Sanitasi, Pembuangan Limbah, Peran
Instansi Desa, Edukasi, Lingkungan

1
Abstract:
The aim of this study is to re-evaluate the impact of the direct discharge of
stools into the Laki River in Dusun Gadu Karya, River Laki Village, Mempawah
Hulu Prefecture, Landak District, West Kalimantan. We conducted interviews with
perpetrators, victims, and representatives of the village authorities to gather data on
perceptions, awareness, and behaviour related to the discharge of stools as well as
responses from the parties involved. Studies show that the discharge of stool
directly into the river has a significant effect on personal health, as it causes
discomfort while bathing and increases the risk of disturbing skin diseasesIn
addition, water quality assessments suggest that the water used for daily needs
should be clear, odour-free, and garbage-free. One of the main reasons the
perpetrators of this practice to throw stools directly into the river is the limitation of
land and location near the rivers. However, perpetrates are unaware of the negative
effects of these actions and the rules and sanctions associated with the discharge of
stool. The response from the village authorities indicates that this practice interferes
with the activities and well-being of the community. Despite government efforts and
programmes to raise public awareness of the dangers of direct discharge of stools
into the river, the public is still less aware of the risks. The study provides a complete
overview of the problem of the discharge of stool into the river in Dusun Gadu
Karya. It highlights how important it is for people to become aware and educated
about the problem, and how governments and related agencies should take real
action to resolve it.

Keywords: Sewage, Maki River, River Water, Sanitation, Dumping, Role of the
Village Authority, Education, Environment

1. Pendahuluan
Praktik sanitasi yang tidak aman, terutama pembuangan tinja
langsung ke sungai, telah menjadi masalah besar yang mengancam
kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan di banyak komunitas.
Sebanyak 62% rumah tangga di Kabupaten Landak masih membuang tinja
ke sungai pada tahun 2023, menurut data yang dikumpulkan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Landak (Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Landak, 2023). Hal ini menyebabkan pencemaran air sungai dan
membahayakan masyarakat. Di Dusun Gadu Karya, Desa Sungai Laki,
pembuangan tinja langsung ke sungai, yang merupakan sumber air utama
komunitas, menyebabkan banyak masalah.
Fenomena ini berdampak negatif secara langsung pada kesehatan
masyarakat dan ekosistem sungai yang mendukung kehidupan di daerah
tersebut. Efeknya terlihat pada kesehatan orang yang terpapar langsung air
tercemar dan kerentanan lingkungan terhadap pencemaran yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup berbagai kehidupan.

2
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari berbagai aspek
dan perspektif yang terkait dengan praktik pembuangan tinja ini dari tiga
sudut pandang yang saling terkait, yaitu korban, pelaku, dan instansi desa.
Dengan menggunakan pendekatan ini, kami berusaha untuk memahami
secara menyeluruh mengapa praktik ini masih dilakukan, bagaimana
berbagai pihak yang terlibat melihatnya, dan tindakan apa yang telah
diambil oleh instansi desa untuk menangani masalah ini.
Penelitian kami berfokus pada pengumpulan data yang akurat dan
representatif melalui wawancara dan observasi lapangan dalam upaya
meningkatkan pemahaman tentang praktik sanitasi yang tidak aman ini.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam penyusunan kebijakan
dan tindakan pencegahan yang lebih baik untuk menghentikan praktik
pembuangan tinja langsung ke sungai di Dusun Gadu Karya demi
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan.

2. Persoalan
Dalam penetian ini, kami akan membagi masalah menjadi tiga topik:
korban, pelaku, dan instansi desa. Yang kami soroti bagi korban adalah
dampak pembuangan tinja ke sungai terhadap kesehatan dan masyarakat
sekitar, pengujian kualitas air untuk kebutuhan harian, alasan pelaku
untuk melakukannya, kesadaran akan dampak negatif, dan pengetahuan
tentang aturan.
Inilah beberapa indikator pembahasan yang kami gunakan untuk
mengeksplorasi tiga topik yang telah kami sebutkan:

Korban:
1. Dampak Terhadap Kesehatan dan Masyarakat Sekitar:
Mengevaluasi bagaimana pembuangan tinja ke sungai berdampak
langsung pada kesehatan penduduk di sekitarnya. fokus pada
penyakit yang mungkin disebabkan oleh paparan air yang tercemar
dan dampak sosialnya terhadap masyarakat sekitar.
2. Pengujian Kualitas Air untuk Kebutuhan Harian: Menilai hasil
pengujian kualitas air sungai yang digunakan oleh penduduk lokal
untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum dan mandi
Pelaku:
1. Alasan di Balik Tindakan Pembuangan: Meneliti alasan pelaku
untuk membuang tinja ke sungai, apakah itu karena kebiasaan,
akses terbatas ke infrastruktur sanitasi, atau alasan lain.

3
2. Kesadaran akan Dampak Negatif: Mengevaluasi tingkat kesadaran
pelaku akan konsekuensi negatif dari pembuangan tinja ke sungai
bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
3. Pengetahuan tentang Aturan: Memeriksa seberapa jauh pelaku
memahami peraturan dan peraturan sanitasi, serta seberapa jauh
mereka memahami konsekuensi dari pelanggaran mereka.
Instansi desa:
1. Keterlibatan dan Respons Instansi: Menilai keterlibatan dan respons
instansi desa terhadap masalah pembuangan tinja ke sungai.
evaluasi tindakan yang diambil untuk menyelesaikan masalah,
membangun infrastruktur sanitasi, dan meningkatkan kesadaran
masyarakat.
2. Efektivitas Kebijakan dan Program Sanitasi: Mengevaluasi apakah
kebijakan dan program sanitasi yang diterapkan oleh instansi desa
telah berhasil atau tidak dalam mengurangi atau mencegah
pembuangan tinja ke sungai.

3. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode yang terdiri dari wawancara
dan observasi. Pertama, korban, pelaku, dan perwakilan lembaga desa
diwawancarai tentang masalah pembuangan tinja ke Sungai Laki di Dusun
Gadu Karya.
Sebagai korban langsung, Ibu Laura Santa Ursula, ditanya tentang
dampak pembuangan tinja langsung ke sungai terhadap kesehatannya dan
masyarakat sekitar sungai. Ibu Laura menjawab bahwa pembuangan tinja
langsung ke sungai sangat membahayakan kesehatannya, menyebabkan
gatal di seluruh tubuhnya dan berpotensi menyebabkan penyakit. Selain
itu, Ibu Laura menjelaskan bahwa air bersih tidak berbau dan mandi akan
membuat tubuh tidak lengket. Selain itu, ia menekankan betapa pentingnya
untuk menghindari membuang sampah langsung ke sungai agar sungai
tetap bersih dan tidak berbau.
Dalam wawancara dengan pelaku pembuangan tinja langsung ke
sungai, Ibu Selselia Sesel, diketahui bahwa motivasi utamanya untuk
melakukan tindakan tersebut adalah kekurangan lokasi untuk membuat
septi tank dan fakta bahwa sungai berada dalam jarak yang dekat. Mungkin
karena tidak menyadari dampak negatif dari membuang tinja langsung ke
sungai, Ibu Selselia Sesel tidak memberikan jawaban saat ditanya apakah
beliau menyadari dampak tersebut. Kemudian, tim penelitian memberi
tahu ibu tentang bahaya pembuangan tinja ke sungai. Ketika ditanya
tentang apakah Ibu Selselia Sesel mengetahui aturan pembuangan tinja dan

4
sanksi yang terkait dengan melanggarnya, diketahui bahwa desa tidak
menetapkan aturan, dan bahkan ada anggota staf yang melakukan
pembuangan tinja ke sungai. Situasi ini menunjukkan kurangnya
kesadaran hukum dan pengawasan.
Sebagai aparatur desa, Ibu Astrid Patricia Ursula menyatakan
bahwa masyarakat yang terus membuang tinja langsung ke sungai
mengganggu aktivitas masyarakat, terutama dalam hal kesehatan dan
kesejahteraan. Pihak desa telah melakukan sosialisasi, tetapi tampaknya
masyarakat tidak menghiraukan himbauan tersebut. Ketika ditanya
apakah ada program pemerintah untuk membangun toilet umum di desa
ini, Ibu Astrid Patricia Ursula menjawab bahwa ada, tetapi sayangnya toilet
umum yang telah dibangun tidak dirawat dengan baik oleh masyarakat.
Ibu Astrid Patricia Ursula mengatakan bahwa penyuluhan tentang bahaya
pembuangan tinja langsung ke sungai telah dilakukan secara berkala, tetapi
beberapa orang masih tidak peduli. Masyarakat tetap membuang tinja
langsung ke sungai, menunjukkan ketidakpatuhan terhadap informasi.
Tujuan wawancara dengan korban dan pelaku adalah untuk
mengetahui dampak langsung yang mereka alami dari pembuangan tinja
langsung ke sungai, termasuk masalah kesehatan mereka dan persepsi
mereka tentang kondisi sungai. Wawancara juga bertujuan untuk
mengetahui motivasi para pelaku untuk melakukan pembuangan tinja
langsung ke sungai. Di sisi lain, tujuan dari wawancara dengan perwakilan
dari instansi desa adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang
tindakan yang telah diambil untuk mengatasi masalah ini, serta rencana
sanitasi pemerintahan lokal di wilayah tersebut.
Selain itu, bagian penting dari pendekatan ini adalah observasi
langsung terhadap Sungai Laki. Observasi ini bertujuan untuk
mengevaluasi kualitas air, kebersihan sungai, dan dampak fisik dari
praktik pembuangan tinja. Melalui pengamatan langsung, akan dilakukan
pengukuran kualitas air, pengenalan sampah, dan evaluasi dampak
terhadap ekosistem sungai.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang
komprehensif tentang dampak sanitasi, faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku pembuangan tinja, dan potensi solusi atau saran untuk masalah
ini di Dusun Gadu Karya, Desa Sungai Laki, Kalimantan Barat. Hasil
penelitian ini akan diperoleh melalui kombinasi data yang diperoleh dari
wawancara dengan berbagai pihak terkait dan hasil observasi langsung di
sungai.

5
4. Penelitian Terdahulu
Rini Puspitasari, dkk. 2020. Pengaruh Buangan Tinja Terhadap
Kesehatan Masyarakat. Survei. Kuantitatif. Masyarakat yang tinggal di
sekitar sungai yang tercemar tinja memiliki risiko lebih tinggi terkena
penyakit diare, kolera, dan disentri. Penelitian ini menunjukkan bahwa
buangan tinja merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
penyebaran penyakit.
Rizky Dwi Rahmadani, dkk. 2020. Perilaku Masyarakat dalam
Pembuangan Tinja ke Sungai diKelurahan Rangkah, Surabaya. wawancara
dan observasi langsung kepada masyarakat di RW 8 RT 1 sampai dengan
RT 8, Kelurahan Rangkah. Kecamatan Tambaksari dengan besar sampel
sebanyak 617 KK. Penelitian deskriptif dengan desain penelitian
menggunakan cross sectional. Pembuangan tinja langsung ke sungai
menjadi cara bagi masyarakat yang belum memiliki septic tank, mencemari
lingkungan sungai. Rekomendasi yang diajukan adalah modifikasi
lingkungan dengan pemasangan septic tank yang berkapasitas besar untuk
menampung tinja dari seluruh masyarakat di RW 8 Kelurahan Rangkah
Kecamatan Tambaksari.
Alfan Aulia, dkk. 2021. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) Di Desa Kamal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. Survei.
Kuantitatif. Sebagian besar masyarakat di Desa Kamal masih memiliki
perilaku BABS (47%), sebagian besar masyarakat yang masih memiliki
pengetahuan rendah mengenai BAB (81,8%), adanya sikap BAB yang
kurang baik pada masyarakat (54,5%) serta masih terdapat masyarakat
yang tidak memiliki jamban (47%). Saran kepada masyarakat untuk untuk
meningkatkan kembali pengetahuan, komitmen, dan kepedulian untuk
tidak buang air besar melalui kegiatan penyuluhan yang disampaikan
lewat perkumpulan rutin warga.
Dari tiga penelitian ini, terlihat bahwa masalah sanitasi, terutama
yang berkaitan dengan perilaku sanitasi masyarakat dan pembuangan
tinja, merupakan masalah serius yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Rekomendasi yang diberikan meliputi
perubahan perilaku, perbaikan infrastruktur sanitasi, dan pentingnya
pendidikan dan kesadaran masyarakat akan sanitasi yang baik.

5. Hasil dan Pembahasan.


5.1 Dampak Kesehatan Pribadi
Pembuangan langsung tinja ke sungai memiliki dampak signifikan
terhadap kesehatan pribadi. Ketidaknyamanan saat mandi menjadi hal
yang umum dirasakan oleh individu yang terpapar air sungai yang

6
tercemar. Selain itu, potensi penyakit seperti infeksi bakteri menjadi
ancaman serius bagi mereka yang terpapar, menimbulkan reaksi kulit yang
tidak nyaman dan berpotensi mengganggu aktivitas sehari-hari. Buang
tinja ke sungai dapat memiliki dampak kesehatan pribadi yang serius. Tinja
yang dibuang ke sungai dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan
penyebaran penyakit seperti diare, Escherichia coli, dan penyakit
lainnya(Abdul Hakim, 2023).
Seorang korban, ibu Laura Santa Ursula warga dusun Gadu Karya,
mengungkapkan bahwa dia mengalami gatal-gatal saat mandi sebagai
akibat langsung dari pembuangan tinja langsung ke sungai. Tentunya, mari
kita jelaskan secara terperinci mengenai alasan ibu Laura mengalami gatal-
gatal saat mandi karena dampak pembuangan tinja ke sungai:
1. Tinja yang Dibuang ke Sungai: Tinja yang tercemar oleh air sungai
dapat menyebabkan gatal pada kulit Ibu Laura saat mandi. Zat-zat yang
terkandung dalam tinja dapat menyebabkan reaksi kulit yang
menyebabkan gatal. (kompas.com, 2012)Tinja pada dasarnya tidak
mengandung zat yang secara langsung menyebabkan gatal-gatal.
Namun, beberapa faktor terkait tinja dapat memicu rasa gatal:
a. Kontak Langsung dengan Kulit:
▪ Ekskresi Cacing Gelang: Telur atau cacing gelang dewasa
terkadang keluar bersama tinja. Jika tinja yang tercemar ini
bersentuhan dengan kulit yang lembab dan hangat di sekitar anus,
itu dapat menyebabkan gatal dan iritasi.
▪ Enterobius Vermicularis, atau cacing kremi: Cacing kremi betina
bertelur di sekitar anus pada malam hari, menyebabkan rasa gatal
yang sangat besar.
b. Reaksi Alergi atau Dermatitis Kontak:
Orang yang sensitif terhadap tinja dapat mengalami reaksi alergi
atau dermatitis jika terpaparnya. Reaksi ini dapat menyebabkan
kulit gatal, kemerahan, dan peradangan.
c. Masalah Pencernaan:
▪ Ketidakseimbangan bakteri usus: Gangguan mikrobiota usus
dapat menyebabkan kondisi seperti eksim atau psoriasis, yang
juga dapat menyebabkan gatal di area sekitar anus.
▪ Diare kronis juga dapat menyebabkan iritasi kulit sekitar anus
karena frekuensi buang air besar yang meningkat dan paparan
tinja yang lebih lama.
d. Faktor Kebersihan:

7
▪ Kebersihan yang Buruk: Kebersihan yang buruk pada area sekitar
anus dapat menyebabkan penumpukan sisa tinja yang mengiritasi,
menimbulkan gatal, dan bau tidak sedap.
▪ Penggunaan Produk Iritatif: Penggunaan produk pembersih atau
sabun yang terlalu keras atau mengandung bahan iritatif pada area
sekitar anus juga dapat menyebabkan peradangan dan gatal.
e. Kondisi Medis Lain:
▪ Hemoroid: Wasir dapat menyebabkan gatal dan
ketidaknyamanan, seperti benjolan di sekitar anus dan
perdarahan.
▪ Fistula Ani: Infeksi jangka panjang pada saluran yang
menghubungkan anus dan kulit dapat menyebabkan gatal, nyeri,
dan keluarnya cairan atau nanah.
Hindari menggaruk area sekitar anus jika Anda mengalami
gatal. Ini dapat memperburuk iritasi. Untuk mendapatkan diagnosis
dan perawatan yang tepat, segera konsultasikan dengan dokter
Anda. Hindari menggunakan produk kimia keras yang dapat
mengiritasi kulit dan jaga kebersihan dengan benar.
2. Kemungkinan Kontaminasi Air: Tinja dapat membuat air sungai
tercemar. Berbagai kuman dan bahan kimia di dalamnya dapat
menyebabkan iritasi kulit. Reaksi tersebut dapat menyebabkan reaksi
kulit alergi atau peradangan, yang dapat menyebabkan gatal dan
ketidaknyamanan. (Bella Nuroktaviani & Opini, n.d.)Zat-zat yang
terkandung dalam tinja yang berpotensi menyebabkan kontaminasi air
meliputi:
a. Bakteri: Bakteri dalam tinja dapat menyebabkan diare, kolera, dan
disentri.
b. Virus: Virus dalam tinja dapat menyebabkan penyakit serius seperti
hepatitis A, polio, dan rotavirus.
c. Parasit: Parasit dalam tinja dapat menyebabkan penyakit infeksi seperti
cacingan, malaria, dan schistosomiasis.
d. Senyawa Kimia Berbahaya: Senyawa kimia dalam tinja dapat
menyebabkan penyakit.
3. Dampak Terhadap Kesehatan Kulit: Bersentuhan dengan air yang
terkontaminasi oleh tinja bukan hanya meningkatkan risiko penyakit
infeksi, tetapi juga dapat menyebabkan peradangan, kemerahan, dan
rasa gatal yang mengganggu, menunjukkan betapa berbahayanya
bersentuhan langsung dengan air yang tercemar.
a. Infeksi kulit: Berbagai bakteri, virus, dan parasit yang terkandung
dalam tinja dapat menyebabkan infeksi pada kulit. Contohnya,

8
jamur yang terkandung dalam tinja dapat menyebabkan infeksi
jamur seperti kurap, panu, dan kudis. Kontaminasi tinja juga dapat
menyebabkan infeksi bakteri seperti impetigo, selulitis, dan
erysipelas.
b. Iritasi kulit: Zat kimia dalam tinja dapat menyebabkan kulit merah,
bengkak, dan gatal.
c. Penyakit kulit kronis: Risiko terkena eksim dan psoriasis dapat
meningkat jika Anda sering berada di dekat air yang tercemar tinja.
Untuk mencegah efek buruk air yang terkontaminasi tinja pada
kulit, sangat penting untuk menghindari bersentuhan langsung dengan
air yang tercemar. Jika Anda tetap bersentuhan dengan air yang
tercemar, segera bersihkan kulit dengan sabun dan air bersih untuk
mengurangi risiko infeksi atau iritasi. Menjaga kebersihan tangan dan
kulit setelah terkontaminasi adalah langkah pencegahan penting.
Dengan demikian, kesaksian ibu Laura memberikan pemahaman yang
mendalam tentang konsekuensi buruk yang dialami individu yang
terpapar langsung oleh air yang tercemar tinja. Efek ini bukan hanya
mengganggu kenyamanan fisik, tetapi juga dapat membahayakan
kesehatan kulit, memberikan pemahaman yang lebih mendalam akan
urgensi untuk mengatasi praktik pembuangan tinja yang tidak aman ini.
Pengalaman Ibu Laura menunjukkan bahwa kontaminasi tinja
dalam air sungai dapat membahayakan kesehatan kulit orang yang
terpaparnya. Dia mungkin mengalami gatal-gatal karena reaksi kulit
terhadap bahan-bahan dalam tinja, seperti bakteri dan bahan kimia lainnya,
yang dapat mengganggu fungsi dan kenyamanan kulit. Ini menunjukkan
betapa pentingnya mengatasi masalah pembuangan tinja langsung ke
sungai karena efeknya pada lingkungan dan kesehatan langsung orang-
orang yang terpapar.

5.2 Dampak Kesehatan Masyarakat Sekitar


Tidak hanya individu yang langsung terpapar air sungai yang
tercemar tinja, tapi masyarakat sekitar juga berisiko terkena dampak
negatifnya. Masyarakat yang tinggal di sekitar sungai yang terkontaminasi
tinja memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit diare, kolera, dan
disentri. Ini dapat menimbulkan beban kesehatan yang signifikan pada
masyarakat dan memerlukan perhatian yang serius dalam upaya
pencegahan penyakit menular.
Kesehatan masyarakat sekitar sangat terpengaruh oleh pembuangan tinja
langsung ke sungai. Berbagai patogen, seperti bakteri, virus, dan parasit,

9
ada di tinja manusia, dan dapat menyebabkan berbagai penyakit
(Rahmadani, 2020).
a. Penyakit diare: Diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air
besar yang encer dan sering, serta muntah.
b. Penyakit kolera: Kolera adalah penyakit yang ditandai dengan diare
yang sangat encer dan sering, serta muntah.
c. Penyakit disentri: Disentri adalah penyakit yang ditandai dengan diare
yang disertai dengan darah dan lendir.
d. Penyakit hepatitis A: Hepatitis A adalah penyakit yang menyebabkan
peradangan hati dan disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A yang
terkandung dalam tinja.
e. Penyakit polio: Penyakit polio menyebabkan diare pada anak-anak dan
disebabkan oleh infeksi virus polio yang terkandung dalam tinja.
f. Penyakit cacingan: Cacingan adalah penyakit yang menyerang sistem
saraf dan disebabkan oleh infeksi virus cacingan yang terkandung
dalam tinja.
g. Penyakit Schistosomiasis: Penyakit ini disebabkan oleh infeksi parasit
Schistosoma yang ditemukan dalam air tinja yang tercemar.
Tinja yang dibuang langsung ke sungai juga dapat menyebabkan
masalah kesehatan lainnya, seperti: infeksi telinga dan mata: anak-anak
yang bermain di sungai yang tercemar tinja berisiko terkena infeksi telinga
dan mata; infeksi saluran pernapasan: orang yang menghirup uap air dari
sungai yang tercemar tinja berisiko terkena infeksi saluran pernapasan.
Upaya-upaya berikut harus dilakukan untuk mengurangi dampak
pembuangan tinja langsung ke sungai terhadap kesehatan masyarakat
sekitar: pembangunan sanitasi yang layak: pemerintah dan masyarakat
harus bekerja sama untuk membangun sanitasi yang layak, seperti septic
tank atau IPAL; pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat: orang
harus dididik untuk tidak membuang tinja ke sungai; dan penegakan
hukum: pemerintah harus menindak tegas mereka yang membuang tinja
ke sungai. Masalah serius yang dapat mengancam kesehatan masyarakat
adalah pembuangan tinja langsung ke sungai. Akibatnya, hal-hal harus
dilakukan untuk mencegah hal ini terjadi.
Tidak boleh diabaikan bahwa pembuangan tinja ke sungai memiliki
dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat sekitar.
Mereka memiliki efek yang sangat beragam dan dapat menyebabkan
penyebaran berbagai penyakit berbahaya. Misalnya, air yang tercemar tinja
dapat menyebabkan diare, dehidrasi, dan infeksi saluran pencernaan.
Balita dan orang lain yang rentan berada pada risiko tinggi terkena dampak
ini, yang dapat mengancam jiwa dalam kasus ekstrim(Arifin, 2021). Selain

10
menimbulkan ancaman langsung terhadap kesehatan manusia, membuang
tinja ke sungai memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap
lingkungan. Ketika air dari tinja kontaminasi oleh kuman, orang yang
menggunakannya setiap hari berisiko terkena infeksi. Selain itu, perilaku
ini menyebabkan pencemaran lingkungan, yang dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem dan memengaruhi kualitas sumber daya air, yang
sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya. Selain itu, hal itu juga berdampak pada masalah produktivitas.
Ketika air yang terkontaminasi tinja menyebabkan penyakit di masyarakat,
produktivitas mereka dapat terganggu secara signifikan, yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup. Sangat penting
untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya buang tinja ke sungai karena
dampaknya yang luas. Langkah-langkah penting untuk melindungi
kesehatan masyarakat dan menjaga keberlangsungan lingkungan termasuk
mempromosikan praktik hidup bersih dan menyediakan fasilitas sanitasi
yang memadai.

5.3 Tanggapan
1. Dampak Pembuangan Tinja ke Sungai terhadap Kesehatan Pribadi dan
Masyarakat Sekitar.
Dua korban yang kami wawancarai pada tanggal 16 desember 2023
di dusun Gadu Karya mengungkapkan bahaya kesehatan pribadi
yang ditimbulkan oleh pembuangan tinja langsung ke sungai.
Korban pertama menunjukkan ketidaknyamanan saat mandi dan
kemungkinan penyakit sebagai efek utama. Korban kedua
menunjukkan kemungkinan infeksi bakteri yang dapat
menyebabkan reaksi kulit yang tidak nyaman.
2. Pengujian Kualitas Air untuk Kebutuhan Harian.
Korban pertama menekankan bahwa air harus bersih dan tidak
berbau untuk mandi dan tidak ada sampah di sungai sebagai tanda
kualitas air yang baik. Korban kedua menekankan bahwa air harus
bersih dan tidak berbau saat mencuci piring, yang merupakan tanda
kualitas air yang aman untuk keperluan sehari-hari.
3. Pelaku
Perilaku pembuangan tinja ke sungai disebabkan oleh kurangnya
lahan dan lokasi yang dekat dengan sungai. Tetapi pelaku tidak
benar-benar menyadari efek buruk dari tindakan ini..
4. Pengetahuan tentang Aturan dan Sanksi
Instansi desa tidak memberikan informasi yang jelas tentang aturan dan
hukuman pembuangan tinja. Meskipun organisasi tersebut mengklaim

11
telah mengirimkan himbauan kepada masyarakat mengenai larangan
membuang tinja langsung ke sungai, tidak ada rekaman yang memadai
yang menggambarkan detail terperinci dari himbauan tersebut. Tidak
ada aturan, sanksi, atau konsekuensi yang akan dihadapi oleh pelaku
yang melanggar himbauan ini. Akibatnya, respons pelaku terhadap
larangan tersebut seringkali tidak jelas. Hal ini menyebabkan pelaku
tidak memahami konsekuensi nyata dari tindakan mereka dan tidak
mendorong mereka untuk mengubah perilaku mereka setelah
membuang tinja ke sungai.
5. Instansi Desa
Tanggapan dari aparat desa menunjukkan bahwa perilaku ini
mengganggu aktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Namun,
meskipun telah disosialisasikan, kesadaran masyarakat tentang
masalah ini masih rendah.
6. Program Pembuatan WC Umum dari Pemerintah di Desa
Meskipun ada program pembuatan toilet umum, kurangnya kesadaran
masyarakat tentang cara menjaga fasilitas tersebut menghambat
keberhasilan program.
7. Penyuluhan tentang Bahaya Pembuangan Tinja Langsung ke Sungai:
Meskipun ada program penyuluhan, masyarakat kurang
menyadarinya, yang mengakibatkan kurangnya kesadaran akan
bahaya pembuangan tinja langsung ke sungai.

5.4 Upaya Mengatasi Dampak


Sikap dan langkah yang diambil oleh pelaku, baik individu maupun
instansi desa, memainkan peran penting dalam mengurangi dampak
negatif pembuangan tinja ke sungai. Kesadaran akan dampak negatif dari
tindakan tersebut menjadi kunci untuk mengubah perilaku. Program
pembuatan WC umum dari pemerintah dapat menjadi solusi, namun perlu
diimbangi dengan peningkatan kesadaran dan edukasi masyarakat tentang
pentingnya sanitasi yang baik.
Mengurangi efek buruk pembuangan tinja ke sungai membutuhkan
partisipasi aktif dari individu dan institusi, termasuk pemerintah desa.
Berikut adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan:
1. Pembangunan Toilet Umum:
Program pemerintah untuk membangun toilet umum dapat menjadi
langkah awal yang bagus. Mungkin lebih mudah untuk menghindari
pembuangan tinja sembarangan dengan toilet umum yang mudah
diakses. Aparatur Desa Sungai Laki telah melaksanakan langkah
proaktif dengan membangun fasilitas sanitasi berupa WC umum di

12
Dusun Gadu Karya. Langkah ini diambil untuk mencegah praktik
pembuangan tinja ke sungai yang dapat menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Meskipun demikian,
tantangan yang masih dihadapi adalah kurangnya kesadaran
masyarakat terkait kebiasaan membuang tinja langsung ke sungai.
Perilaku ini mungkin terjadi karena mereka merasa nyaman
melakukan tindakan ini tanpa menyadari dampak negatifnya terhadap
lingkungan dan kesehatan mereka sendiri. Penting untuk memahami
bahwa tindakan ini bukan hanya merugikan lingkungan sekitar, tetapi
juga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat itu sendiri,
menempatkan mereka dalam risiko penyakit dan kerusakan
lingkungan yang memiliki efek jangka panjang.
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
menggunakan fasilitas sanitasi yang telah disediakan. Dibutuhkan
kampanye pendidikan yang tidak hanya menekankan efek negatif dari
perilaku tersebut, tetapi juga menggali akar masalah yang mendorong
masyarakat untuk menggunakan metode yang kurang higienis.
Perlu dilakukan pendekatan yang lebih holistik, seperti kampanye
penyuluhan yang mengutamakan kesehatan dan kebersihan
lingkungan, serta partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan
fasilitas sanitasi. Membutuhkan pendekatan luas untuk mendorong
perubahan perilaku ini. Ini harus mencakup edukasi, peran dan
masyarakat, penghargaan terhadap praktik higienis, dan pemahaman
mendalam tentang kebiasaan dan pemikiran masyarakat setempat.
Mereka tidak hanya akan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
sanitasi yang baik, tetapi mereka juga akan membantu orang menjadi
kebiasaan yang berkelanjutan untuk menjaga lingkungan bersih dan
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
2. Kampanye Kesadaran Masyarakat:
Sangat penting untuk membangun kesadaran masyarakat tentang
pentingnya sanitasi yang baik melalui program pendidikan.
Kampanye ini dapat dilakukan secara langsung di komunitas melalui
seminar, leaflet, kampanye sosial media, dan kegiatan langsung.
Dalam wawancara dengan aparatur Desa Sungai Laki, Ibu Astrid
Patricia Ursula, pada tanggal 16 Desember 2023, dia mengatakan
bahwa meskipun telah mengimbau masyarakat untuk tidak
membuang tinja langsung ke sungai, upaya tersebut belum berhasil.
Dengan mempertimbangkan situasi ini, dapat disimpulkan bahwa
tidak hanya kampanye penyuluhan yang diperlukan, tetapi juga
kebijakan khusus yang dirancang khusus untuk menangani masalah

13
ini dengan cara yang lebih sistematis dan tegas. Peraturan khusus
dapat berfungsi sebagai alat penting untuk mengatasi masalah
pembuangan tinja ke sungai. Peraturan ini tidak hanya berfungsi
sebagai aturan formal, tetapi juga berfungsi sebagai upaya untuk
menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab bersama untuk
menjaga kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sangat penting
untuk memahami bahwa adopsi kebijakan ini harus dilakukan secara
hati-hati dengan mempertimbangkan pendekatan yang inklusif,
memastikan bahwa masyarakat terlibat secara aktif dalam penyusunan
kebijakan, dan menggunakan pendekatan yang tidak hanya represif
tetapi juga edukatif. Perlu ada diskusi yang lebih mendalam dan
mendalam tentang kebijakan ini agar dapat memenuhi kebutuhan dan
keadaan masyarakat setempat.
Diharapkan akan memberikan landasan hukum yang kuat untuk
mengontrol praktik pembuangan tinja ke sungai jika peraturan jelas
dan diterapkan secara konsisten. Namun, untuk memastikan bahwa
pentingnya dan keuntungan dari tindakan menjaga kebersihan
lingkungan ini dipahami dengan benar, kebijakan harus diterapkan
seiring dengan komunikasi dan metode edukasi.
3. Pelatihan dan Workshop:
Memberikan pelatihan dan workshop tentang sanitasi, termasuk
cara mengelola dan menjaga toilet, dapat membantu orang lebih
memahami pentingnya sanitasi yang baik. Karena keterbatasan lokasi
dan kedekatan sungai, ibu Seselia Sesel menjelaskan mengapa tinja
dibuang langsung ke sungai. Ini menunjukkan betapa pentingnya
solusi yang lebih luas dan terarah. Pelatihan dan pelatihan tentang
sistem pengolahan limbah seperti bio septi, septik tank aerasi, dan
septik tank resapan adalah solusi yang dapat diambil.Instansi terkait
dapat menyelenggarakan pelatihan untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang teknologi alternatif yang dapat digunakan
oleh mereka yang menghadapi keterbatasan tempat.
a. Bio Septi Tank: Pertimbangkan konsep bio septi tank, sistem
pengolahan limbah organik secara biologis yang menguraikan
limbah organik menjadi bahan yang lebih aman sebelum dibuang
atau digunakan kembali. Sistem ini dapat menjadi solusi yang ramah
lingkungan. Menurut (Ony Fristianto, 2006) Karena
mikroorganisme Starbio Plus menggunakan TSS sebagai sumber
nutrisi, yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
mereka, konsentrasi TSS menurun. Semakin banyak nutrisi yang
tersedia bagi mikroorganisme, semakin cepat pertumbuhan mereka,

14
tetapi pada titik tertentu, jumlah mikroorganisme mencapai
keseimbangan di mana pertumbuhan dan kematian seimbang.
Peningkatan jumlah mikroorganisme yang mati dapat disebabkan
oleh penurunan bahan organik dalam tinja. Ketika bahan organik
berkurang, mikroorganisme harus berjuang lebih keras untuk
bertahan hidup, mengakibatkan sebagian mikroorganisme mati.
Akibatnya, konsentrasi TSS mungkin meningkat karena ada
mikroorganisme yang mati di lingkungan.
b. Septik Tank Aerasi: Sistem ini menggunakan aerasi atau
penambahan udara ke dalam septik tank untuk mempercepat proses
penguraian limbah. Hal ini dapat membantu meningkatkan efisiensi
pengolahan limbah di daerah dengan lahan terbatas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bakteri kultur bakteri
efektif-4 (EM4) dengan sistem aerasi pada limbah cair domestik
rumah sakit menunjukkan peningkatan besar pada kadar BOD dan
TSS. Namun, nilai efisiensi yang dicapai masih di bawah ambang
batas yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (Eksa Agung Utomo et al., 2023).
c. Septik Tank Resapan: Alternatif lain adalah septik tank resapan yang
memungkinkan limbah untuk meresap ke dalam tanah melalui
sistem filtrasi, sehingga mengurangi dampak negatif pada
lingkungan sekitar. (Sudarmadji & Hamdi, 2013)Septic tank dengan
sistem resapan memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Mengolah limbah secara efektif: Septic tank dengan sistem
resapan mampu mengolah air limbah dengan memisahkan
padatannya dan mengurangi kandungan bahan organik serta
mikroba patogen.
2. Proses filtrasi alami: Dengan adanya bidang resapan, air
olahan dapat meresap ke dalam tanah sebagai proses filtrasi
dengan media tanah atau jenis media lainnya.
3. Cocok untuk berbagai jenis tanah: Sistem resapan dapat
diaplikasikan pada berbagai jenis tanah dengan kemampuan
serapan yang bagus, seperti tanah liat, padat keras, atau
berbatu
Pelatihan tentang penggunaan teknologi ini harus dilakukan
dengan pendekatan yang mudah dipahami dan praktis.
Pertimbangkan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat, serta
biaya, perawatan, dan keberlanjutan. Diharapkan dapat mengurangi
praktik pembuangan tinja ke sungai serta memberikan solusi yang
berkelanjutan untuk masalah sanitasi di wilayah tersebut dengan

15
menyediakan teknologi pengelolaan limbah yang sesuai dengan
kondisi lokal dan keterbatasan yang dihadapi masyarakat.
d. Kerja Sama dengan Institusi Pendidikan: Sekolah dan institusi
pendidikan memiliki kemampuan untuk mengajarkan anak-anak
dan remaja tentang pentingnya kesehatan. Ini dapat dicapai melalui
kegiatan ekstrakurikuler atau bahan pelajaran yang diajarkan di
sekolah.
e. Penegakan Peraturan: Untuk menghukum mereka yang melanggar
peraturan, peraturan tentang pembuangan tinja yang tidak
memadai harus diperkuat. Ini dapat meningkatkan kesadaran dan
ketaatan masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan mengatur pembuangan limbah. Peraturan
ini menguraikan persyaratan untuk mendapatkan izin pembuangan
limbah dan menekankan pentingnya mematuhi standar kualitas
lingkungan. Selain itu, peraturan ini menetapkan bahwa orang atau
perusahaan harus mendapatkan izin dari otoritas yang relevan,
seperti menteri, gubernur, bupati, atau wali kota, sesuai dengan
yurisdiksi masing-masing (Aryo Haris Saputro & Emmilia
Rusdiana, 2017).
f. Partisipasi Aktif Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam
perencanaan dan pelaksanaan program sanitasi dapat membuat
mereka merasa lebih terlibat dengan inisiatif ini. Ini dapat sangat
efektif jika masyarakat terlibat dalam menemukan masalah dan
mencari solusinya.
Salah satu cara penting untuk mengatasi masalah pembuangan tinja
ke sungai adalah melalui partisipasi aktif masyarakat. Partisipasi
masyarakat dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya sanitasi yang baik dan mendorong mereka untuk
menggunakan fasilitas sanitasi yang memadai.
Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dalam berbagai bentuk,
seperti:
a. Sosialisasi dan edukasi. Masyarakat dapat diajak untuk
mengikuti sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya sanitasi
yang baik dan bahaya pembuangan tinja ke sungai.
b. Partisipasi dalam perencanaan. Masyarakat dapat dilibatkan
dalam perencanaan program sanitasi, seperti menemukan
masalah dan mencari solusi.
c. Partisipasi dalam pelaksanaan. Masyarakat dapat dilibatkan
dalam pelaksanaan program sanitasi, seperti mengidentifikasi
masalah dan mencari solusi.

16
Partisipasi aktif masyarakat dapat sangat bermanfaat jika
masyarakat terlibat dalam menemukan masalah dan mencari
solusinya. Ini dapat meningkatkan rasa memiliki masyarakat
terhadap program sanitasi dan mendorong masyarakat untuk
mempertahankan fasilitas sanitasi yang telah dibangun.
Berikut ini adalah beberapa contoh partisipasi aktif masyarakat
dalam program sanitasi:
a. Desa Banyumanik, Kota Semarang, berpartisipasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan program sanitasi, berpartisipasi
dalam mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan
membangun fasilitas sanitasi .
b. Kecamatan Landak, Kabupaten Landak, berpartisipasi dalam
pelaksanaan program sanitasi, berpartisipasi dalam
pemeliharaan fasilitas sanitasi, seperti toilet, toilet umum, dan
fasilitas kesehatan lainnya.
Keberhasilan program sanitasi bergantung pada partisipasi aktif
masyarakat. Program sanitasi akan lebih efisien dan berkelanjutan
jika masyarakat terlibat.
Dampak buruk pembuangan tinja ke sungai harus menjadi
perhatian utama jika kita ingin merubah perilaku. Infrastruktur yang
memadai, metode pendidikan, dan kesadaran masyarakat sangat penting
untuk memperbaiki masalah sanitasi ini.

6. Penutup
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian dan diskusi ini adalah bahwa
pembuangan langsung tinja ke sungai memiliki efek yang signifikan
pada kesehatan masyarakat sekitar dan individu. Di antara efek ini
adalah masalah kulit, kemungkinan penyakit menular, dan berbagai
komplikasi kesehatan lainnya seperti infeksi telinga dan mata, serta
masalah pernapasan. Tinja yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan
gatal karena paparan langsung terhadap zat-zat dalam tinja, seperti
bakteri dan bahan kimia. Selain itu, air sungai yang tercemar tinja dapat
menyebabkan reaksi kulit seperti gatal, iritasi, dan infeksi.
Selain itu, ini berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar, karena
mereka sangat rentan terhadap diare, kolera, disentri, hepatitis A, polio,
cacingan, dan schistosomiasis. Hal ini juga dapat berdampak pada anak-
anak, menyebabkan infeksi telinga dan mata, serta masalah pernapasan
karena uap air tinja yang tercemar yang terinhalasi.

17
Serangkaian tindakan harus diambil untuk mengatasi dampak
buruk ini. Membangun toilet umum yang layak, memberikan
pendidikan tentang cara hidup bersih dan sehat, dan mengawasi
pembuangan tinja ke sungai adalah beberapa contoh tindakan penting
yang dapat diambil oleh pemerintah dan masyarakat.
Pembangunan toilet umum, program penyuluhan, dan fasilitas
sanitasi yang memadai adalah langkah awal yang baik. Namun,
kampanye pendidikan yang lebih efektif harus digunakan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang
baik. Keberhasilan dalam mengatasi masalah ini juga bergantung pada
partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemeliharaan fasilitas sanitasi.
Dibutuhkan upaya yang luas dan terkoordinasi dari berbagai pihak,
seperti pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat itu sendiri,
untuk mengatasi masalah ini. Hasilnya akan menjadi lingkungan yang
lebih sehat dan bersih.

6.2 Saran
1. Konstruksi Infrastruktur Sanitasi yang Berkualitas:
Untuk mengurangi pembuangan tinja langsung ke sungai,
pemerintah bersama masyarakat harus bekerja sama untuk
membangun dan memelihara fasilitas sanitasi yang memadai, seperti
septic tank atau toilet umum.
2. Pendidikan dan Kampanye untuk Meningkatkan Kesadaran:
Kegiatan langsung di komunitas, pelatihan, dan kampanye media
sosial harus ditingkatkan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik dan bahaya
pembuangan tinja ke sungai.
3. Pentingnya Penegakan Peraturan dan Sanksi:
Perlu ada aturan pembuangan limbah yang jelas dan dipatuhi secara
konsisten. Aturan ini harus menghukum orang yang melanggar dan
memperkuat larangan membuang tinja ke sungai.
4. Participasi Masyarakat:
Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemeliharaan fasilitas sanitasi sangat penting. Akan lebih mudah
untuk menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan
memperkuat tanggung jawab bersama untuk menjaga kesehatan
lingkungan dengan melibatkan masyarakat.
5. Pendidikan dan Pelatihan yang Lebih Mendalam:

18
pelatihan publik tentang sistem pengelolaan limbah alternatif seperti
bio septi, septik tank aerasi, dan septik tank resapan agar mereka
dapat digunakan dengan baik dalam kondisi dan keterbatasan saat ini.
6. Kollaboration with Educational Institutions:
melibatkan sekolah dan lembaga pendidikan dalam memberi tahu
anak-anak dan remaja tentang bahaya pembuangan tinja ke sungai
dan cara menjaga kebersihan.
7. Pengawasan dan Evaluasi Kontinuitas:
Perlu ada pengawasan terus-menerus terhadap pelaksanaan program
sanitasi. Evaluasi berkala harus dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana program yang sudah dijalankan berhasil.
8. Kemitraan dan Kolaborasi yang Baik:
Untuk mencapai tujuan sanitasi yang lebih baik, kerjasama
antarlembaga dan lintas sektor sangat penting. Ini mencakup kerja
sama antara pemerintah, LSM, dan sektor swasta untuk menyediakan
sumber daya dan pengetahuan yang diperlukan.
9. Lokal Kreatifitas dan Inovasi:
Menggalakkan ide inovatif dan solusi lokal untuk masalah sanitasi. Ini
dapat mencakup teknologi sederhana yang sesuai dengan lingkungan
dan tradisi lokal.

Daftar Pustaka
Abdul Hakim. (2023). Hidup sehat dengan stop buang air besar
sembarangan. Antara.
https://www.antaranews.com/berita/3726159/hidup-sehat-dengan-
stop-buang-air-besar-sembarangan
Arifin. (2021, April). Ini Bahayanya BAB Sembarangan Bagi Kesehatan.
Cimahikota.
Aryo Haris Saputro, & Emmilia Rusdiana. (2017). PENEGAKAN HUKUM
PASAL 104 JUNCTO 60 UNDANG - UNDANG NOMOR 32 TAHUN
2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP DIKAITKAN DENGAN PENCEMARAN
ALIRAN SUNGAI KEDUNGSUKO KABUPATEN NGANJUK. E-
Journal UNESA.
Bella Nuroktaviani, A., & Opini, S. (n.d.). Tinja yang Menyebabkan
Tercemarnya Sumber Air di Indonesia.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Landak. (2023). Hasil Survei
Pembuangan Tinja ke Sungai di Kabupaten Landak Tahun 2023. Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Landak.

19
Eksa Agung Utomo, Nurhayati, & Benjamin Lekatompessy. (2023).
EFISIENSI PENURUNAN KADAR BOD DAN TSS DENGAN
BAKTERI KULTUR EM4 PADA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT
DENGAN SISTEM AERASI. JURNAL TECHLINK, 6(02), 63–69.
https://doi.org/10.59134/jtnk.v6i02.177
kompas.com. (2012, May 31). 4 Kandungan Berbahaya dari Tinja.
Kompas.Com, 1–1.
https://lifestyle.kompas.com/read/2012/05/31/11250589/4.Kandun
gan.Berbahaya.dari.Tinja%20?page=all
Ony Fristianto. (2006). Efektifitas Starbio Plus dalam Menurunkan TSS dan
COD pada Tinja di Dalam Septic Tank. UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA.
Rahmadani, R. D. (2020). Community’s Feces Disposal Behavior in Rangkah
Village, Surabaya. Jurnal PROMKES, 8(1), 87.
https://doi.org/10.20473/jpk.V8.I1.2020.87-98
Sudarmadji, & Hamdi. (2013). TANGKI SEPTIK DAN PERESAPANNYA
SEBAGAI SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR. PILAR Jurnal Teknik
Sipil, 9(2).

20
Lampiran

Gambar 2 wawancara bersama korban


Gambar 1 wawancara bersama korban

Gambar 3 wawancara bersama pelaku Gambar 4 wawancara bersama instansi desa

21

Anda mungkin juga menyukai