Aqila Yasa Fauziningrat - Resume Manajemen Kep
Aqila Yasa Fauziningrat - Resume Manajemen Kep
MANAJEMAN KEPERAWATAN
Diajukan untuk memenuhi tugas Manajemen Keperawatan
Dosen pengampu: M.Sandi Haryanto, S.Kep,Ners, M.Kep
Nama : Fadhilah
Nafisah Npm : 1121035
Prodi : 3B Sarjana Keperawatan
2023
PERTEMUAN 1
A. Definisi Manajemen
Kegiatan yang sangat kompleks namun teratur serta memerlukan Kerjasama dengan
orang lain untuk mencapai hasil kegiatan yang maksimal.
B. Fungsi manajemen
Menurut Marquis and Huston fungsi manajemen ada 5 yaitu:
1. Planing
2. Organizing
3. Staffing
4. Actuating
5. Controlling
Proses manajemen keperawatan dapat juga di lihat dari pendekatan system terbuka
dimana massing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi serta
dipengaruhi oleh lingkungan.
C. Lima (5) Elemen Utama:
1. Input
2. Process
3. Output
4. Control
5. Feedback
D. Fungsi Manajemen dalam mendukung proses keperawatan
Pengkajian pengumpulan data
Diagnosis perencanaan, penforganisasian
Perencanaan pengorganisasian, ketenagaan
Implementasi ketenagaan, pengarahan
Evaluasi pengawasan
PERTEMUAN 2
Planning concept
perencanaan dalam proses manajemen pada dasarnya merupakan fungsi di mana seseorang
atau organisasi menetapkan tujuan atau sasaran dan bagaimana cara mencapainya. selain
itu juga merancangkan sumber daya yang digunakan serta Rentang waktu kapan suatu
tujuan itu diwujudkan.
A. ruang lingkup perencanaan
1. perencanaan dalam dimensi waktu
a. perencanaan jangka panjang :
penyelesaian dalam jangka waktu 10 sampai 25 tahun
perencanaan jangka bersifat prospektif ideal bersifat wajib dan
sebelum sepenuhnya ditampilkan secara kuantitatif
b. perencanaan jangka menengah
waktu penyelesaian antara 4-10 tahun
penjabaran dari uraian rencana jangka Panjang
ditampilkan sasaran yang diproyeksikan secara kuantitatif bersifat umum
c. perencanaan jangka pendek
waktu penyelesaian 1-3 tahun
bersifat operasional dan diproyeksikan secara kuantitatif
biasanya disebut sebagai anual plan atau anual operasional planning
2. ruang lingkup perencanaan dalam dimensi spasial
a. perencanaan nasional: perencanaan dalam sekalah negeri atau nasional
b. Perencanaan regional: perencanaan dalam sekalah wilayah atau daerah tertentu
c. perencanaan kawasan: perencanaan dalam batasan Fungsional suatu Kawasan
3. perencanaan dalam skala tingkatan
a. perencanaan makro seperti : angka kepuasan layanan rumah sakit, keamanan
Dan safety pelayanan rumah sakit, penurunan angka kematian, penurunan angka
kejadian infeksi dan lainnya.
b. perencanaan meso seperti : perencanaan penanganan pencegahan infeksi di setiap
unit layanan Rawat inap, Rawat jalan, IGD, ICU, laboratorium, Radiologi, dan
lainnya.
c. perencanaan mikro seperti : evaluasi berkala pada masing masing subtansi SDM
tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pencegahan infeksi pada pasien.
4. perencanaan dalam skala teknis
a. perencanaan strategis yaitu proses penentuan tujuan
b. perencanaan manajerial adalah perencanaan yang mengarahkan jalannya
pelaksanaan atau implementasi
c. perencanaan operasional adalah perencanaan yang menitikberatkan aspek
teknis di lapangan
5. perencanaan dalam skala jenis
a. perencanaan dari atas ke bawah (top down planning)
b. perencanaan dari bawah ke atas (bottom up planning)
c. perencanaan menyerong ke samping (Diagonal planning)
d. perencanaan mendatar (horizontal planning)
e. perencanaan menggelinding/bergulir (rolling planning)
f. perencanaan gabungan atas-bawah dan bawah-atas (top down and
bottom up planning)
6. urgensi perencanaan
a. perencanaan memberikan Arahan (planning provider Direction)
b. perencanaan mengurangi ketidakpastian planning rudeces uncertainty)
c. Meminimalisir pemborosan (planning minimuzes waste and redundancy)
d. menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam pengendalian (planning
establishe the goals or standars used in controlling)
B. persyaratan perencanaan sulit dan Saifulloh, 2005; cangara, 2014).
1. faktual dan realistis
2. logis dan rasional
3. leksibel
4. komitmen
5. komprehensif Atau menyeluruh
C. asas perencanaan
1. terkait tujuan dan sifatnya
a. ditunjukkan pada pencapaian tujuan
b. mengedepankan efisien, menggunakan sumber daya relatif minimal namun
dapat meraih hasil optimal atau maksimal
c. bersifat Priyo mer atau utama menjadi dasar untuk berjalanannya fungsi fungsi lain
manajemen
2. dalam penyusunan rencana
a. menjadi acuan atau patokan dalam menjalankan segala program atau aktivitas yang
dilakukan guna mencapai tujuan
b. sebagai dasar kebijakan pola kerja
c. memiliki acuan waktu
3. dalam proses perencanaan
a. berisi pemilihan alternatif program atau kegiatan paling efektif dan paling efisien
b. faktor hambatan atau keterbatasan
c. jangka waktu pencapaian tujuan
d. kelenturan atau fleksibilitas
e. ketepatan Arah
f. strategi kompetitif
D. Tahapan perencanaan
Definisi
Pemimpin
Orang yang mampu mempengaruhi anggota dan suatu organisasi dalam menetapkan
dan mencapai tujuan.
Kepemimpinan
Proses mempengaruhi aktivitas anggota dan suatu organisasi di dalam menetapkan dan
mencapai tujuan.
Manajemen
proses/seni dalam memberdayakan SDM dan SDA untuk mewujudkan tujuan organisasi
Faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan
1. Karakteristik bawahan
2. Sifat dan Pekerjaan
3. Lingkungan Pekerjaan
Pengertian Organisasi
Organisasi : kumpulan 2 org atau lebih dalam satu wadah yang memiliki tujuan-2 tertentu
Mengorganisir : proses pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan dengan pembagian
kerja oleh seorang manajer.
Manejer : orang yang ditugaskan untuk mengelola suatu kegiatan dalam organisasi
Kompenen pengorganisasian
a. Adanya pekerjaan
b. Tersedianya pegawai/karyawan
c. Terjalinnya hubungan kerja
d. Lingkungan kerja yang sehat
Personality/Kpribadian :
a. Adaptasi
b. Kreatif
c. Kooperatif
d. Siap
e. Rasa percaya diri
f. Integritas
g. Independen
Perilaku :
a. Kemampuan bekerjasama
b. Kemampuan interpersonal
c. Kemampuan diplomasi
d. Partisipasin social
e. Prestis
2. TEORI PERILAKU
Lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan manajer
Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi ( Vetsal, 1994 )
GAYA KEPEMIMPINAN
A. MENURUT TANNENBAU & WARRANT H SCHIMTDT
Terdapat 2 titik ekstrim : atasan dan bawahan
Dipengaruhi oleh factor manajer, bawahan dan situasi
B. MENURUT LIKERT
1. Sistem Otoriter-Eksplotatif
a. Mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahan
b. Komunikasi satu arah, dan adanya motivasi lewat ancaman/hukuman
2. Sistem Benevolent-Authoritative (
a. Mempercayai bawahan smpai tingkat ++
b. Memperbolehkan komunikasi ke atas,
c. Memperhatikan ide bawahan/mendelegasikan wewenang )
d. Ancaman/hukuman ( tidak selalu )
3. Sistem Konsultatif
a. Kepercayaan terhadap bawahan lebih besar
b. Memberikan insentif pada bawahan atau kadang hukuman/ancaman
c. Komunikasi 2 arah
d. Menerima keputusan spesifik yang dibuat bawahan
4. Sistem Partisipatif
a. Kepercayaan penuh terhadap bawahan
b. Memanfaatkan ide bawahan
c. Komunikasi 2 arah
d. Menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja
Teori Y :
a. Asumsi bawahan senang bekerja
b. Bisa menerima tanggung jawab
c. Mampu mandiri
d. Mampu berimajinasi dan kreatif
Definisi
Kolaborasi adalah hubungan kerja di antara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien dalam melakukan diskusi tentang diagnosis, melakukan kerja sama dalam
asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung
jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu
pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.
Tujuan Kolaborasi
• Membahas masalah tentang klien dan untuk meningkatkan pemahamam tentang
kontribusi setiap anggota tim serta untuk mengidentiikasi cara meningkatkan mutu
asuhan klien.
• Agar hubungan kolaborasi dapat optimal, semua anggota profesi harus mempunyai
keinginan untuk bekerja sama. Perawat dan tim medis lain merencanakan dan
mempraktikkan sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas
lingkup praktik dengan berbagai nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang
lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga, dan Masyarakat.
Manfaat Kolaborasi
• ebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien, dengan tujuan
memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi klien.
• Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan penyelesaian masalah atau isu.
• Memberikan model yang baik riset kesehatan.
• Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efisiensi sumber daya
• Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja
• Meningkatkan kohesivitas antar tenaga Kesehatan professional
• Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga Kesehatan professional
• Menurut Oandasan, et al., (2006) dan Schadewaldt (2015), kolaborasi interprofesi
akan meningkatkan kualitas perawatan kepada pasien, masa pengobatan yang lebih
pendek, biaya perawatan yang lebih murah, serta mengurangi beban dan stress kerja
pada tim profesi kesehatan. Sedangkan hasil penelitian Hughes dan Fitzpatrick (2010)
menunjukkan bahwa kerjasama interprofesi berhubungan dengan berkurangnya angka
mortalitas, meningkatkan kepuasan kerja, dan mengurangi biaya perawatan.
Model Praktik Kolaborasi
1. Model Praktik Kolaborasi tipe I menekankan komunikasi dua arah, tetapi tetap
menempatkan dokter pada posisi utama dan membatasi hubungan antara dokter dan
pasien.
2. Model Praktik Kolaborasi tipe II lebih berpusat pada pasien, dan semua pemberi
pelayanan harus saling bekerjasama, juga dengan pasien. Model ini tetap melingkar,
menekankan kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tidak ada satu
pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus menerus.
Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif, (Lindeke dan Sieckert, 2005)
1. Kerjasama: menghargai pendapat dan terbuka terhadap pendapat dn perubahan
kepercayaan
2. Asertifitas: mendukung pendapat dengan keyakinan dan adanya kesepakatan untuk
dicapa
3. Tanggung jawab: mendukung suatu keputusan dari hasil kesepakatan dan terlibat
dalam pelaksanaanny.
4. Komunikasi: setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai perawatan pasien dan isu yg relevan utk membuat keputusan klini
5. Otonomi: kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya
6. Koordinasi: efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan
Prinsip Kolaborasi
• Kolaborasi keperawatan merupakan bekerja sama dalam tim kesehatan dalam upaya
perawat mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang dibutuhkan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam menentukan bentuk pelayanan keperawata
• Menguasai/Memahami masalah pasien
• Mampu melakukan komunikasi efektif
• Memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan masalah pasien
• Mampu berfikir kritis
• Mampu mengambil keputusan
Tahapan proses kolaborasi interpersonal
• terlaksananya praktik kolaboratif dan interdisplin dapat dicapai melalui proses
perubahan dengan menggunakan empat fase perubahan: sensitisasi, eksplorasi,
implementasi, dan evaluasi. Fase-fase perubahan tersebut menciptakan lingkungan
untuk sebuah budaya praktik interdisipliner.
• fase sensitisasi, tantangan yang ada pada proses ini yaitu terdapat proses perubahan
ketidakseimbangan kekuasaan dan berbagai nilai-nilai yang ada.
• fase eksplorasi profesional kesehatan mengeksplorasi peran dari masing-masing
anggota tim interdisiplin yang telibat dan mencari klarifikasi atau kebenaran dari nilai
masing-masing profesi untuk memasukannya ke dalam praktik kolaboratif interdisplin.
• Pada fase implementation, tim profesional kesehatan bekerja dengan pasien mereka
untuk memperoleh pemahaman tentang bagaimana kedua kekuasaan dapat dibagi dan
peran masing-masing anggota dapat dihargai.
• Pada tahap akhir, evaluasi, semua anggota tim menilai dampak kolaborasi mereka
pada kepuasan pasien dengan partisipasi mereka.
Empat faktor yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi kolaborasi perawat
dokter
1. pemicu kolaborasi (Collaboration triggers)
Ada dua tipe pemicu kolaborasi, yaitu
• Krisis perawatan pasien (Patient care crises) adalah perubahan akut status
pasien, perubahan yang dirasakan oleh perawat dan dokter yang mengancam
kehidupan atau potensial berakibat buruk.
• Krisis sikap (Affective crises) adalah pengalaman emosi yang mendasari
perawat dan dokter menjadi khawatir dan mengalami kerentanan emosi.
2. perilaku fasilitatif (Facilitative behaviors),
3. dampak pada perawat dan dokter (Infact on the involved profesional),
4. kompetensi kolaboratif (Collaborative competence).
Elemen-Elemen Kolaborasi
• Multiple provider : kerja sama yang meliputi satu atau lebih pemberi pelayanan
kesehatan dan dapat lebih dari satu jenis grup profesi.
• Service Koordinasi: pendekatan umum yang digunakan untuk menjamin asuhan dan
pelayanan dalam disiplin ilmu yang sama dan beberapa disiplin ilmu dalam bidang
kesehatan.
• Communication: berkomitmen untuk saling memberikan informasi pada grup pemberi
pelayanan kesehatan.
faktor-faktor yang berhubungan dengan kolaborasi
• persepsi tentang kolaborasi (B=0,351)
• komunikasi (B=0,247)
• saling pengertian antar profesi (B=0,236)
• pendekatan professional (B=0,121).
Indikator Proses Kolaborasi
• Kontrol Kekuasaan
• Lingkungan Praktik
• Kepentingan Bersama
• tujuan Bersama
PERTEMUAN 7
PENGARAHAN
DEFINISI
Merupakan proses penerapan rencana manajemen untuk menggerakkan anggota kelompok
untuk mencapai tujuan dari beberapa arahan, Marquis (2013).
MAKNA PENGARAHAN
5W + 1 H ( WHAT, WHO,WHEN, WHERE, HOW).
TUJUAN
1. Meningkatkan kerjasama yang efisien
2. Meningkatkan suasana kerja yang kondusif
3. Mengarahkan kemampuan staf
4. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaannya
TUJUAN PENGARAHAN
MANAJEMEN KONFLIK
1. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaannya
2. Menciptakan kerja sama yang efisien
3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4. Mengusahan lingkungan kerja yang bisa membuat motivasi kerja lebih meningkat
5. Membuat organisasi lebih dinamis.
PENGARAHAN
1. Kepemimpinan
2. Motifasi
3. Komunikasi
INDIKATOR dalam pengarahan YANG BAIK
1. Komunikasi
Tappen (1995) adalah suatu pertukaran perasaan, pikiran, pendapat dan pemberian
nasehat antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. Marwansyah (2010),
menyatakan komunikasi merupakan pertukaran pesan antar manusia dengan tujuan
pemahaman yang sama.
Ada Tiga Tingkatan : Interpersonal. Intrapersonal dan public
Jenisnya : verbal dan non verbal
2. Delegasi
Pendelegasian kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang lain yang bertujuan agar
aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk delegasi
diruang perawatan antara lain kepala ruang mendelegasikan tugas kepada ketua
tim/perawat primer atau penanggung jawab shift. Sedangkan, ketua tim/perawat
primer
mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana agar kegiatan pendelegasian dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Koordinasi adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer agar terdapat
suatu komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan
kepentingan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai
Kesumaniaya (2010), menyatakan ada beberapa teknik khusus untuk membantu
manajer dalam delegasi :
a. Tetapkan tujuan
b. Tegaskan tanggungjawab dan wewenang
c. Berikan motivasi dan dorongan bawahan dengan beberapa kebutuhan
d. Delegasi definisikan tanggung jawab, wewenang;
a) Berikan iklim yang wajar utk delegasi
b) Hetahuilah kapan delegasi itu dibatalkan
c) Berpeganglah pada pekerjaan yang rampung
3. Supervisi
supervisi merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk memastikan kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi keperawatan, fokus utamanya bukan pada
kegiatan pemeriksaan yang mencari-cari kesalahan, melainkan pada kegiatan supervisi
ini lebih mengarah pada pengawasan partisipatif.
4. Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan.
Motivasi suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan
memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Disimpulkan
motivasi suatu dorongan proses psikologis yang menimbulkan perilaku tertentu dan
ikut menentukan intensitas, arah, ketekunan dan ketahanan pada perilaku tersebut
sesuai tujuan yang ditetapkan.
Peran Manager dalam Memotivasi
• Mempunyai harapan yang jelas terhadap staf dan komunikasikan
• Harus adil dan konsisten terhadap semua staf
• Mengakomodasikan kbutuhan dan keinginan staf thd tujuan organisasi
• Peran Manager dalam Memotivasi
• Mengembangkan konsep kerja Tim
• Mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan organisasi
PERTEMUAN 8
CONTROLING (PENGENDALIAN) MANAJEMAN
Dimensi Mutu
Persepsi mutu ialah pandangan sesorang terhadap stimulus yang diterima dari panca indra,
sehingga nantinya akan dapat memberikan penilaian atas pelayanan yang mereka terima
maka para konsumen aakan merasa puas akan pelayanan yang telah mereka terima
(walgito,2010)
1. Bukti fisik /tangible
2. Kehandalan/ reliability
3. Daya tanggap /responsiveness
4. Jaminan / assurance
5. Empati / Emphaty
Faktor – faktor dalam pelaksanaan pelayanan prima, Gultom (2006)
• Ability / kemampuan
• Attitude / sikap
• Appearance / penampilan
• Attention / per!atian
• Action / tindakan
• Accountability / tanggung jawab
PERTEMUAN 9
JENJANG KARIR PERAWAT PROFESIONAL
JENJANG KARIR
Jenjang Karir adalah sistem utk meningkatkan kinerja & professionalisme, sesuai dgn bidang
pekerjaan melalui peningkatan kompetensi.
MANFAAT JENJANG KARIR
• Memberi kesempatan u/ kemajuan profesional dlm posisi asuhan langsung pasien
• Meningkatkan tumbuh kembang profesional seseorang
• Menarik dan menahan perawat di instansi
• Menyediakan mekanisme u/ menghargai keahlian seseorang
• Menyediakan kerangka kerja u/ penyusunan alat evaluasi kinerja
• Meningkatkan kepuasan kerja
• Memberi dampak positif pd asuhan pasien
TUJUAN JENJANG KARIR PROFESIONAL PERAWAT
1. Meningkatkan moral kerja dan mengurangi kebuntuan karir (dead end job/career) .
2. Menurunkan jumlah perawat yg keluar dari pekerjaannya (turn over).
3. Menata sistem promosi berdasarkan persyaratan dan kriteria yg telah ditetapkan,
sehingga mobilitas karir berfungsi dgn baik & benar.
PRINSIP PENGEMBANGAN
1. Kualifikasi: dimulai dari lulusan D-III Kep
2. Penjenjangan: mempunyai makna tingkatan kompetensi utk melaksanakan asuhan
keperawatan yg akontabel dan etis sesuai batas kewenangan
3. Penerapan askep: fungsi utama perawat klinik adl memberi asuhan keperawatan
langsung sesuai standar praktik dan kode etik pengembangan karir perawat
4. Kesempatan yang sama: setiap perawat klinik mempunyai kesempatan yg sama utk
meningkatkan karir sampai jenjang karir professional tertinggi
5. Standar profesi: dlm memberi askep mengacu pd standar praktik kep. dan kode etik
kep.
6. Komitmen pimpinan: pimpinan sarana kesehatan harus mempunyai komitmen yg
tinggi thd peningkatan karir
PENJENGANGAN KARIR PROFESIONAL PERAWAT SECARA UMUM
1. Perawat Klinik (PK
2. Perawat Manajer (PM)
3. Perawat Pendidik (PP)
4. Perawat Peneliti/Riset (PR)
PERTEMUAN 10
MANAJEMEN KONFLIK
“Ketika Anda mengalami konflik dengan seseorang, ada satu faktor yang bisa membedakan
antara konflik yang merusak dan konflik yang memperkuat hubungan yaitu “SIKAP” Anda.”
PENGERTIAN KONFLIK
Nardjana (1994): konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang
berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain.
Pickering (2001): keadaan perilaku yang konflik dilihat dari fungsi:bertentangan
JENIS KONFLIK
Konflik dilihat dari fungsi :
Functional conflict (konflik yang fungsional) : konflik yang mendukung tujuan
kelompok, memperbaiki kinerja kelompok
Dysfunctional conflict (konflik yang disfungsional) : konflik yang merintangi
tercapainya tujuan kelompok
Diihat dari orang yang terlibat didalamnya:
Konflik dalam diri individu
Konflik antar individu
Konflik antara individu dan kelompok
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik antar organisasi
Konflik antar individu dalam organisa
SEBAB KONFLIK
Komunikasi
Informasi tidak lengkap, tidak dipahami, sulit dimengerti, mendua, gaya individu manajer
yang tidak konsisten
Struktur
Perebutan kekuasaan/kepentingan, persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang
terbatas, saling ketergantungan antar kelompok
Pribadi
Perbedaan nilai-nilai dan persepsi, emosi
TIPE-TIPE SITUASI KONFLIK
Konflik Vertikal, konflik terjadi antara atasan & bawahan
Konflik Horizontal, terjadi antara sesama karyawan atau kelompok yang berada
pada hierarkhi yang sama
Konflik Garis Staff, konflik terjadi antara staf pada bidang tertentu.
Konflik Peranan, terjadi bila komunikasi antar anggota tidak kompetibel bagi
pemegang peranan.
3 hal pokok dalam konflik
Konflik berkaitan dengan perilaku terbuka, bisa muncul karena adanya
ketidaksetujuan antar individu & kelp yang dibiarkan memuncak.
Konflik muncul karena ada 2 persepsi yang berbeda.
Adanya perilaku yang dilakukan secara sadar oleh salah satu pihak untuk
menghalangi tujuan pihak lain.
MANAJEMEN KONFLIK
Mengelola konflik berarti kita harus meyakini bahwa konflik memiliki peran dalam
rangka pencapaian sasaran secara efektif & efisien.
Mengelola konflik perlu skala prioritas, agar tidak menimbulkan kekacauan dalam
koordinasi & integrasi antar fungsi/divisi dalam organisasi
CARA PENGELOLAAN KONFLIK
Memahami masalah
Diagnosis
Menyepakati solusi
Pelaksanaan solusi
Evaluasi
STRATEGI MENGATASI KONFLIK ANTAR PRIBADI
Strategi Kalah-kalah (lose-lose strategy)
Biasanya individu yang bertikai mengambil jalan kompromi atau membayar orang
yang terlibat konflik atau menggunakan jasa pihak ketiga sebagai penengah.
2 tipe campur tangan pihak ketiga:
Arbitrasi (arbitration): setelah mendengarkan kedua belah pihak maka pihak ke tiga
berlaku sbagai hakim
Mediasi (mediation): menjadi mediator, tidak punya wewenang
langsung, rekomendasi tidak mengikat
STRATEGI MENGATASI KONFLIK
Strategi menang-kalah (win-lose strategy)
Satu pihak menang, yang lain kalah
Strategi menang-menang (win-win
strategy)
Penyelesaian ini dipandang manusiawi
Menciptakan interaksi yang membangkitkan rasa aman, perasaan dihargai, kondusif
Menolong memecahkan masalah sumber konflik
STRATEGI MENGATASI KONFLIK DALAM ORGANISASI
Pendekatan Birokratis
Dilakukan pada konflik yang terjadi karena struktur birokratis yang
bersifat vertikal
Dilakukan dengan cara hirarki struktural
Pendekatan Intervensi Otoritatif dalam Konflik
Lateral
Pada konflik latera
Biasanya diselesaikan sendiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan
Bila buntu, manajer melakukan intervensi otokratif
Pendekatan Sistem
Mengkoordinasikan penyelesaian konflik yang dipandang sebagai kesatuan sistem
yang saling berhubungan
Reorganisasi struktural: merubah struktur organisasi
PERTEMUAN 11
• kepala ruangan
• pengawas keperawatan
• kepala seksi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala (supervise hanya dilakukan
sekali bukan supervise yg baik).
• Tujuan
Tujuan memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga bawahan akan
memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil
yang baik.
• Teknik
• Suportif
• Manajerial
Manfaat Supervisi
Bagi perawat pelaksana
• Timbul perasaan dihargai dan meningkatkan percaya diri
Bagi manajer
• Memfasilitasi staf dalam mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalisme
→kualitas mutu dapat
tercapai Kualitas dan
keamanan pasien
• Meningkatkan kualitas dan keamanan
Pembelajaran
• Mendidik (membimbing), identifikasi masalah dalam askep, meningkatkan motivasi,
memantau kemajuan pembelajaran
Elemen Proses Supervisi
• Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai dan
mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
• Fakta empiric dilapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan dan menetapkan
kesenjangan.
• Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki.
Model-Model Supervisi
• Development
Dalam model development supervisi meliputi 3 kegiatan yaitu kegiatan change agent,
counselor, dan teaching
• Academic
Dalam model academic supervisi meliputi 3 kegiatan yaitu kegiatan educative, supportive
dan manajerial
• Experimental
Dalam model ini proses supervisi klinik keperawatan meliputi training dan mentoring
• Model 4S
Model supervisor dikembangkan dengan 4 strategi yaitu structure, skills, support, dan
sustainability
Supervisior yang efektif
• Mengobservasi dan merefleksikan praktek keperawatan yang sudah dilakukan oleh
perawat pelaksana.
• Memberikan umpan balik yang konstruktif.
• Melakukan advokasi antar tim pemberi layanan kesehatan atau dengan lembaga lain.
DEFINISI
Hand Over →komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh
perawat pada pergantian shift jaga
timbang terima → cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien (Nursalam, 2015)
Timbang terima shift jaga perawat →sebuah pelimpahan wewenang serta tanggung jawab
utama dalam memberikan perawatan kepada pasien antar shift jaga di rumah sakit.
TUJUAN TIMBANG TERIMA
1) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
3) Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim
perawat.
4) Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan
5) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
6) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
7) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
RONDE KEPERAWATAN
DEFINISI
Suatu kegiatan yg bertujuan u/ mengatasi masalah keperawatan pasien yg dilaksanakan oleh
perawat selain melibatkan pasien u/ membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
KARAKTERISTIK
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi Bersama
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer u/
meningkatkan kemampuan dlm mengatasi masalah.
TUJUAN
1. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yg berorientasi pd masalah
pasien
5. Menilai kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan dlm menilai hasil kerja
7. Meningkatkan kemampuan u/ memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
MANFAAT RONDE KEPERAWATAN
1. Masalah pasien dpt teratasi
2. Kebutuhan pasien dpt terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yg professional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim
5. Perawat dpt melaksanakan model asuhan keperawatan dgn tepat dan
benar KEGUNAAN BAGI PASIEN
1. kondisi fisik dan mental pasien terpantau hari ke hari
2. memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
3. Mencegah Terjadinya komplikasi
4. Meningkatkan kepuasan
5. Menumbuhkan cara berpikir yg kritis.
6. Meningkatkan cara berpikir yg sistematis
7. Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
8. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
9. Menumbuhkan pemikiran ttg tindakan keperawatan yg berorientasi pd masalah klien
10. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
11. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
12. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
TYPE RONDE KEPERAWATAN
1. Matron nurse
2. Nurse management rounds
3. Patient comport nurse
4. Teaching rounds
DANIEL (2004) WALKING ROUND :
1. nursing round (dilakukan antara perawat dgn perawat.)
2. interdisciplinary rounds (dokter dgn perawat)
3. physician-nurse rounds (berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat,
ahli gizi serta fisioterapi, dsb.)
KRITERIA PASIEN
Mempunyai masalah keperawatan yg belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan Pasien dgn kasus baru atau langka
Metode :
1. Diskusi
Alat Bantu :
Sarana diskusi
Status/dokumentasi keperawatan pasien
Materi yg disampaikan secara lisan
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN REONDE KEPERAWATAN
Pp
penetapan pasien
Persiapan Pasien, Informed Consent, Hasil Pengkajian / Validasi data
penyajian masalah
validasi data
pp, konselor, KARU
lanjutan diskusi di ners station
Kesimpulan & Rekomendasi Solusi masalah
KETERANGAN
A. Praronde :
a) Menentukan kasus dan topik (masalah yg tdk teratasi dan masalah yg langka)
b) Menentukan tim ronde
c) Mencari sumber dan literature
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
f) Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yg mendukung, asuhan keperawatan yg
dilakukan dan hambatan selama perawatan
Pelaksanaan Ronde :
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yg difokuskan pd masalah keperawatan dan
rencana tindakan yg akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yg perlu didiskusikan
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yg akan dilakukan.
B. Pasca Ronde :
1) Evaluasi, revisi dan perbaikan
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya.
PERAN MASING-MASING ANGGOTA TIM :
1) Peran perawat primer dan perawat pelaksana
2) Menjelaskan data pasien yg mendukung masalah pasien
3) Menjelaskan diagnosis keperawatan
4) Menjelaskan intervensi yg dilakukan
5) Menjelaskan hasil yg didapat
6) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yg diambil
7) Menggali masalah-masalah pasien yg belum terkaji.
PERAN PERAWAT KONSELOR :
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional
Tindakan
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yg telah dipelajari.
KRITERIA EVALUASI :
Struktur
a. Persaratan administratif (Informed consent, alat dan lainnya)
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dlm kegiatan ronde sesuai peran yg telah ditentukan.
Hasil
Pasien merasa puas dgn hasil pelayanan
Masalah pasien dpt teratasi
Perawat dpt ;
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis
b) Meningkatkan cara berpikir yg sistematis
c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yg berorientasi pd
masalah pasien
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
PERTEMUAN 14
DISCHARGER PLANNING
DEFINISI
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian,
persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang
merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup
untuk menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri dirumah.
TUJUAN
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial.
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
c. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien. Discharge planning yang
dijalankan oleh perawat sebenarnya hanya berpusat pada jadwal kontrol rutin dan nutrisi
pasien. Pemberiannya pun hanya spontan dan tanpa disertai format discharge planning. Dari
data di atas dapat menunjukkan masih kurang optimalnya pemberian discharge planning di
ruang perawatan.
PROSSES DISCHARGER PLANNING
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya, dan
ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge planning atas tiga fase. yaitu
akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian utama medis
berfokus pada usaha discharge planning. Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan
pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai
dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase
pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan
pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.
Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut:
1) Pengkajian
a) Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan menggunakan
riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care giver, fokus pada
pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien.
b) Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan
berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah.
c) Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor
lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan.
d) Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain.
e) Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan kesehatan
di luar rumah sakit.
f) Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan
pembatasi.
g) Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhan
setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis,
perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah).
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan
untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan
memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Adalah
penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau potensial.
3) Perencanaaan:
Hasil yang diharapkan Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana
pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD,
yaitu:
a) Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b) Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.
c) Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien
pulang.
d) Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan.
e) Outpatient referral Peningkatan perawatan yang continue
f) Diet
Klien diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.
IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh pengajaran yang
diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang (Discharge
summary). Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan
perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis pembedahan,
pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien.
EVALUASI
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses discharge
planning.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien berada di
rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA DISCHARGE PLANNING
Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui apa yang
telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status
kesehatan pasien. Discharge Planning harus disesuaikan dengan:
a. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan
b. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit.
c. Disusun oleh tim.
RONDE KEPERAWATAN
DEFINISI
Suatu kegiatan yg bertujuan u/ mengatasi masalah keperawatan pasien yg dilaksanakan oleh
perawat selain melibatkan pasien u/ membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
KARAKTERISTIK
a) Klien dilibatkan secara langsung
b) Klien merupakan fokus kegiatan
c) Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi Bersama
d) Konselor memfasilitasi kreatifitas
e) Konselor membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer u/
meningkatkan kemampuan dlm mengatasi masalah.
TUJUAN
1. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yg berorientasi pd masalah
pasien
5. Menilai kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan dlm menilai hasil kerja
7. Meningkatkan kemampuan u/ memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
MANFAAT RONDE KEPERAWATAN
1. Masalah pasien dpt teratasi
2. Kebutuhan pasien dpt terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yg professional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim
5. Perawat dpt melaksanakan model asuhan keperawatan dgn tepat dan benar
KEGUNAAN BAGI PASIEN
1. kondisi fisik dan mental pasien terpantau hari ke hari
2. memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya.
3. Mencegah Terjadinya komplikasi
4. Meningkatkan kepuasan
5. Menumbuhkan cara berpikir yg kritis.
6. Meningkatkan cara berpikir yg sistematis
7. Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
8. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
9. Menumbuhkan pemikiran ttg tindakan keperawatan yg berorientasi pd masalah klien
10. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
11. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
12. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
TYPE RONDE KEPERAWATAN
1. Matron nurse
2. Nurse management rounds
3. Patient comport nurse
4. Teaching rounds
DANIEL (2004) WALKING ROUND :
1. nursing round (dilakukan antara perawat dgn perawat.)
2. interdisciplinary rounds (dokter dgn perawat)
3. physician-nurse rounds (berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat,
ahli gizi serta fisioterapi, dsb.)
KRITERIA PASIEN
Mempunyai masalah keperawatan yg belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan Pasien dgn kasus baru atau langka
Metode :
1. Diskusi
Alat Bantu :
Sarana diskusi
Status/dokumentasi keperawatan pasien
Materi yg disampaikan secara lisan
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN REONDE KEPERAWATAN
Pp
penetapan pasien
Persiapan Pasien, Informed Consent, Hasil Pengkajian / Validasi data
penyajian masalah
validasi data
pp, konselor, KARU
lanjutan diskusi di ners station
Kesimpulan & Rekomendasi Solusi masalah
KETERANGAN
A. Praronde :
g) Menentukan kasus dan topik (masalah yg tdk teratasi dan masalah yg langka)
h) Menentukan tim ronde
i) Mencari sumber dan literature
j) Membuat proposal
k) Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
l) Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yg mendukung, asuhan keperawatan yg
dilakukan dan hambatan selama perawatan
Pelaksanaan Ronde :
4) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yg difokuskan pd masalah keperawatan dan
rencana tindakan yg akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yg perlu didiskusikan
5) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
6) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yg akan dilakukan.
B. Pasca Ronde :
3) Evaluasi, revisi dan perbaikan
4) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya.
PERAN MASING-MASING ANGGOTA TIM :
8) Peran perawat primer dan perawat pelaksana
9) Menjelaskan data pasien yg mendukung masalah pasien
10) Menjelaskan diagnosis keperawatan
11) Menjelaskan intervensi yg dilakukan
12) Menjelaskan hasil yg didapat
13) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yg diambil
14) Menggali masalah-masalah pasien yg belum terkaji.
PERAN PERAWAT KONSELOR :
6) Memberikan justifikasi
7) Memberikan reinforcement
8) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional
Tindakan
9) Mengarahkan dan koreksi
10) Mengintegrasikan konsep dan teori yg telah dipelajari.
KRITERIA EVALUASI :
Struktur
a. Persaratan administratif (Informed consent, alat dan lainnya)
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dlm kegiatan ronde sesuai peran yg telah ditentukan.
Hasil
Pasien merasa puas dgn hasil pelayanan
Masalah pasien dpt teratasi
Perawat dpt ;
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis
b) Meningkatkan cara berpikir yg sistematis
c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yg berorientasi pd masalah
pasien
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja