Anda di halaman 1dari 60

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBUATAN ALAT JIG

WELDING ROTATOR KAPASITAS MAKSIMUM 16 TON

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menjadi Pegawai Fungsional
di PT. WIKA INDUSTRI & KONTRUKSI

Oleh :
Muhamad Rai Anggara Putra
Mangement Trainee

BIRO ENGINEERING
PT. WIKA INDUSTRI & KONTRUKSI
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah saya ucapkan Kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan nikmat kesehatan, dan kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai.
Makalah yang berjudul “PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBUATAN ALAT
JIG WELD ROTATOR KAPASITAS MAKSIMUM 16 TON” ini dimaksudkan
sebagai satu syarat untuk menyelesaikan program management trainee di PT. WIKA
Industri & Konstruksi.
Makalah ini berisikan perancangan desain yang optimal dalam pembuatan dan
rotator, serta analisa manfaat dari penggunaan alat ini bagi pabrik baja PT Wika Industri
& konstruksi.
Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Joko Trisnanto selaku Manager biro Engineering sekaligus
merupakan mentor bagi penulis yang selalu membrrikan ilmu dan nasehat.
2. Teman-teman Biro Engineering yang membantu menyumbang pikiran serta
meluangkan waktunya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Ayah, Ibu dan adik-adik saya yang selalu memberikan doa dan
menyemangati sehingga terselesaikan makalah ini.
4. Seluruh karyawan PT. WIKA Industri dan Konstruksi yang selalu
membantu dan menyemaangati penulis dalam menyelesaikan tugas dan
pekerjaan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik dari pembaca sekalian sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga tugas ini bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Jakarta, 10 April 2019

Muhamad Rai Anggara Putra

1
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ........................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4

1.2 Tujuan Makalah .................................................................................................. 5

1.3 Ruang Lingkup Materi ....................................................................................... 5

1.4 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 5

BAB II ........................................................................................................... 7

LANDASAN TEORI .................................................................................... 7


2.1. Sistem Transmisi dan Daya Motor ..................................................................... 7

2.2. Sistem Kelistrikan ............................................................................................ 20

2.3. Teori Posisi Pengelasan .................................................................................... 22

2.4. Rangka .............................................................................................................. 26

BAB III........................................................................................................ 29

METODOLOGI .......................................................................................... 29
3.1 Metodologi Penelitian ...................................................................................... 29

3.2 Parameter Perancangan .................................................................................... 30

3.3 Pemodelan Alat ................................................................................................ 31

BAB IV ....................................................................................................... 33

ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................................. 33


4.1 Pemodelan dan Design Jig Weld Rotator ......................................................... 33

4.2 Analisa Design & Perhitungan Sistem Transmisi Jig ...................................... 36

4.3 Perencanaan Sistem Transmisi Jig ................................................................... 41

2
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
4.4 Estimasi Pemanfaatan Alat terhadap Biaya, Mutu , Dan Waktu ...................... 47

BAB V ......................................................................................................... 51

MANAJEMEN RESIKO ............................................................................ 51


5.1 Manajemen Resiko ........................................................................................... 51

5.2 Tujuan Manajemen Resiko ............................................................................... 51

5.3 Langkah – langkah dalam Manajemen Resiko ................................................. 51

BAB VI ....................................................................................................... 25

KESIMPULAN & SARAN ........................................................................ 25


6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 25

6.2 Saran ................................................................................................................. 25

3
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada Industri Manufaktur & Fabrikasi baja, Proses produksi yang baik dan
berstandar memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
produk-produk yang memiliki kualitas dan standar tinggi, serta dapat memenuhi
ekspektasi customer baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari produk. Dalam
proses produksi tentunya akan menemui berbagai permasalahan yang dapat
menghambat produksi. Hambatan yang dapat terjadi salah satunya meliputi waktu
pengerjaan produksi yang lama dan kualitas produk yang dihasilkan tidak sesuai
design yang diharapkan. Lamanya waktu produksi dan kualitas yang tidak sesuai
disebabkan banyak factor mulai dari tahap persiapan benda kerja, proses
pengelasan, persiapan peralatan penunjang beserta perencanaan manpower,
ketersedian tempat/space serta masih banyak lagi.
Peningkatan kualitas dan waktu produksi dapat dicapai salah satunya
dengan penggunaan alat bantu terhadap suatu proses produksi, diantaranya
adalah: jig and Fixture, mold, dan dies (Prassetiyo, 2010). Penggunan alat bantu
produksi akan mempermudah proses pengerjaan, mempercepat proses produksi,
menghasilkan produk atau komponen yang seragam dan berkualitas, menghemat
biaya produksi serta memberikan rasa aman bagi operator.
Dalam memenuhi permasalahan produksi tersebut, diperlukan suatu alat
khusus yaitu Jig Weld Rotator yang dapat membantu proses produksi khususnya
dalam proses pengelasan benda benda yang berukuran sangat besar. Alat tersebut
didesain agar dapat menopang serta memutar benda kerja , diharapkan dengan
adanya alat tersebut waktu dalam mempersiapkan benda kerja yang akan dilas
menjadi lebih cepat dan efisien, membantu kerja dan rasa aman dari welder dalam
berbagai posisi pengelasan (1G-6G), kebutuhan manpower dan peralatan
penunjang pada persiapan benda kerja dapat dikurangi dan tentunya memercepat
produksi.

4
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
1.2 Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Merancang dan menentukan desain Jig Weld Rotator yang tepat serta sesuai
agar dapat menopang dan memutar benda kerja sesuai derajat yang diinginkan.
2. Memberikan informasi detail perancangan & perhitungan alat dan system
transmisi yang akan digunakan.
3. Memberikan informasi pengaruh penggunaan alat terhadap efektifitas waktu
kerja dalam proses pengelasan serta potensi penghematan biaya yang akan
terjadi.

1.3 Ruang Lingkup Materi


Agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan maksimal, ruang lingkup
pembahasan yang akan dibahas adalah :
1. Jig Weld Rotator akan diproduksi dan diterapkan pada pabrik baja PT Wika
Industri Konstruksi dengan kapasitas up to 16 Ton Benda Kerja.
2. Proses perhitungan dan perancangan alat tersebut menggunakan dua metode
yaitu secara manual dan software (static simulation).
3. Kualitas material yang digunakan dan proses pengelasan yang terjadi pada alat
tersebut dianggap dalam keadaan baik.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang yang dihadapi, tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian yang dilakukan, ruang lingkup dari pembuatan
makalah yang dilakukan, serta sistematika penulisan.

5
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan landasan pengetahuan, konsep maupun teori dari
berbagai literatur yang digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam
penyelesaian makalah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Pada bab ini berisikan urutan langkah dan metode-metode yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah, data-data yang dibutuhkan
serta pengolahan data-data tersebut sesuai dengan metode yang telah
ditentukan.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN


Pada Bab ini berisi tentang analisa perhitungan teknik yang meliputi
sistem struktur dan transmisi dalam perancangan alat, perbandingan
nilai ekonomi dan mutu pada proses produksi jika ditinjau dari segi
efektifitas waktu, cost, dan benefit yang diperoleh, serta identifikasi
seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko yang akan timbul.

BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan mengenai hasil dari penulisan
makalah yang telah dilakukan dan saran yang dapat dijadikan usulan
agar lebih baik dalam pengembangan perusahaan selanjutnya.

6
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
BAB II
LANDASAN TEORI

Perancangan alat jig weld rotator ini menggunakan beberapa teori dasar. Antara
lain untuk bagian utamanya yaitu sistem transmisi dan daya, kelistrikan, pengelasan, dan
rangka

2.1. Sistem Transmisi dan Daya Motor


Sistem Transmisi yang digunakan dalam perancangan alat ini sebagai berikut:
a) Poros
b) Bearing
c) Coupling
d) Gearbox (worm gear type)

2.1.1 Poros
Poros merupakan suatu bagian stationer yang berputar (rotational dinamis),
biasanya berpenampang bulat dan terpasang elemen - elemen seperti roda gigi,roda gila
dan elemen pamindah daya lainnya. Poros dapat menerima beban – beban lentur, tarik,
tekan atau putaran yang bekerja sendiri – sendiri atau berupa gabungan satu dengan yang
lainnya. Definisi yang pasti dari poros adalah sesuai dengan penggunaan dan tujuan
penggunaan. Dibawah ini terdapat beberapa definisi dari poros :
a. Shaft adalah poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke
mekanisme yang digunakan. Dibawah ini adalah gambar sketsa shaft, bisa
dilihat pada gambar 2.21

7
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Gambar 2.1 Sketsa Shaft

Dibawah ini adalah gambar shaft, bisa dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.2 Shaft


Keterangan :

menghubungkan poros keluaran transmisi ke


Slip yoke
sambungan universal (universal joint) depan
mengikat slip yoke pada poros penggerak
Front Universal Joint
(drive shaft)
memindahkan gaya putar dari sambungan
Drive shaft universal depan ke sambungn universal
belakang (rear Universal joint).
melenturkan sambungan yang
Rear Universal Joint menghubungkan sumbu penggerak dengan
yoke deferensial
memegang sambungan universal belakang dan
Yoke rear memindahkan gaya putar ke rangkaian gigi
sumbu roda belakang

b. Axle adalah poros yang tetap dan mekanismenya yang berputar pada poros
tersebut, juga berfungsi sebagai pendukung. Dibawah ini adalah gambar
sketsa axel shaft, bisa dilihat pada gambar 2.3

8
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Gambar 2.3 Sketsa Axel Shaft
Dibawah ini adalah gambar axel shaft, bisa dilihat pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Axel Shaft


c. Spindle adalah poros yang terpendek terdapat pada mesin perkakas
danmampu atau sangat aman terhadap momen bending. Dibawah ini adalah
gambar sketsa axel spindle, bisa dilihat pada gambar 2.25

Gambar 2.5 Sketsa Axel Spindle

Dibawah ini adalah gambar axel spindle, bisa dilihat pada gambar 2.6

Gambar 2.6 Axel Spindle

d. Line Shaft adalah poros yang langsung berhubungan dengan mekanisme yang
digerakkan dan berfungsi memindahkan daya dari motor penggerak ke
mekanisme tersebut. Dibawah ini adalah gambar line shaft, bisa dilihat pada
gambar 2.7

9
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Gambar 2.7 line shaft
Dibawah ini adalah gambar sketsa line shaft, bisa dilihat pada gambar 2.8

Gambar 2.8 Sketsa line shaft

e. Jackshaft adalah poros yang pendek, biasanya dipakai untuk


dongkrak “JACK” mobil.

Dibawah ini adalah gambar jackshaft, bisa dilihat pada gambar 2.9

Gambar 2.9 Jackshaft


f. Flexible adalah poros yang juga berfungsi memindahkan daya dari dua
mekanisme, dimana perputaran poros membentuk sudut dengan poros yang lainnya,
daya yang dipindahkan rendah. Dibawah ini adalah gambar flexible, bisa dilihat pada
gambar 2.30

10
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Gambar 2.10 Flexible
Poros pada umumnya dibuat dari baja yang telah diberikan heat treatment. Poros
yang dipakai untuk meneruskan daya dan putaran tinggi umumnya dibuat dari baja
paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan.
Poros dapat dibedakan menjadi 2 macam :
a. Poros Lurus
Adalah sebatang logam yang berpenampang lingkaran berfungsi memindahkan putaran
atau mendukung beban-beban yangdidukung pada poros ini adalah beban puntir dan
bending.
b. Poros Bintang
Adalah sebatang logam yang berpenampang lingakaran danterdapat sirip yang
menyerupai bintang. Poros dihubungkan denganroda gigi tanpa menggunakan pasak.

- Tegangan geser maksimum (σ max )


0.5 𝑠𝑦𝑝
σ max = Psi
𝑁

- Diameter poros
√16 𝑥 √𝑀𝐵2 + 𝑇 2
d= 𝑠𝑦𝑝
√𝜋 𝑥 0.5 𝑥
𝑁

Dimana :
d= diameter poros (inch)
MB= momen bending yang diterima poros (lb. in)
T= momen torsi m yang diterima poros
N = Safety Factor
Syp = Yield ( tegangan luluh )

Poros pada umumnya dibuat dari baja yang telah diheatreatment. Poros yang
dipakai pada untuk meneruskan daya dan putaran tinggi umumnya dibuat dari baja
paduan dengan pengerjaankulit yang sangat tahan terhadap keausan.

11
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
2.1.2 Bearing
Bearing adalah suatu komponen yang berfungsi untuk mengurangi gesekan pada
machine atau komponen-komponen yang bergerak dan saling menekan antara satu
dengan yang lainnya. Dibawah ini adalah gambar komponen bearing, bisa dilihat pada
gambar 2.31

Gambar 2.11 Komponen bearing


Bearing digunakan untuk menahan / menyangga komponen-komponen yang bergerak.
Bearing biasanya dipakai untuk menyangga perputaran pada shaft, dimana terjadi sangat
banyak gesekan.
Fungsi bearing:
 Mengurangi gesekan, panas dan aus.
 Menahan beban shaft dan machine.
 Menahan radial load dan thrust load.
 Menjaga toleransi kekencangan.
 Mempermudah pergantian dan mengurangi biaya operasional.
Pada GearShaft yang beroperasi pada machine, shaft tersebut menahan beban machine
yang bervariasi dan beban tersebut harus ditanggung oleh bearing. Beban dari berat
shaft dan gear 90 derajat dari centerlineshaft disebut RADIALLOAD. Sedangkan arah
dari gerakan shaft ke kiri dan ke kanan karena putaran disebut THRUSTLOAD. Bearing
menahan RadialLoad dan ThrustLoad untuk menjaga supaya shaft tetap berputar.
Jenis-Jenis Bearing
Bearing dibagi menjadi dua bagian yaitu:
 SolidBearing
 Anti-frictionBearing.
Solid Bearing

12
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Pada solidbearing,shaft berputar pada permukaan bearing. Antara shaft dan bearing
dipisahkan oleh lapisan tipis oli pelumas. Ketika berputar pada kecepatan operasional
shaft ditahan oleh lapisan tipis oli bukan oleh bearing.
Yang termasuk SolidBearing:
 Sleeve/Bushing Bearing
 Spit-half Bearing.
SleeveBearing
Bentuk yang sangat sederhana dari solidbearing adalah SleeveBearing atau juga
disebut bushings. Sleevebearing umumnya dipakai pada shaft nya roda yang bergerak
dari awal. Camshaft ditahan pada posisinya oleh sleevebearing pada engineblock. Shaft
yang ditahan oleh bearing disebut Journal, dan penahanan ke bagian luarnya oleh
sleeve. Bila Journal dan Sleeve terbuat dari logam (steel), dengan pelumasan yang
bagus memungkinkan sangat sedikit kontak yang terjadi antara dua permukaan. Sleeve
dari bearing kebanyakan dilapisi dengan Bronze, atau Babbitt metal.
Bronzesleevebearing umumnya digunakan pada pompa dan motor elektrik.
SolidBearing dilapisi dengan metal yang lebih lunak dari shaft sehingga apabila terjadi
perputaran antara keduanya, maka yang mengalami keausan adalah bearing, dan bukan
shaft. Sleevebearing umumnya menggunakan pelumasan bertekanan yang melewati
lubang pada Journal.
Split-half Bearing
Tipe lain dari SolidBearing adalah Split-half Bearing. Split-half Bearing lebih
banyak dipakai pada outomotiveengine yaitu pada Crankshaft dan connecting rod.
Crankshaftrodbearingcaps menggunakan split-half bearing yang menempel pada
rodpiston. Bearing ini dapat diganti bila sudah aus. Split-half bearing umumnya diberi
tambahan lubang oli, sering berupa alur yang berfungsi untuk mengalirnya oli yang
akan melumasi seluruh permukaan bearing. Split-half Bearing juga mempunyai locking
tabs (bagian yang menonjol) yang akan ditempatkan pada notches (coakan) pada
bearingcaps. Tabs ini berfungsi untuk mencegah bearing bergerak horisontal pada
shaft. Split-half bearing biasanya terbuat dari dua tipe metal, permukaan bearing
menggunakan aluminum yang lebih lunak dari logam dan menghantarkan panas yang
baik.

13
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Manfaat dari solidbearing adalah:
 Biaya penggantian lebih murah.
 Menahan berat Radial Load.
Anti Friction Bearings
AntiFrictionBearing digunakan pada benda-benda yang berputar, untuk mengurangi
gesekan dan memperkecil gesekan awal pada permukaan bearing yang rata/datar.
AntiFrictionbearing terdiri dari:
 Ball bearing
 Roller bearing,
 Needlebearing
Anti friction bearing tersusun dari beberapa komponen yaitu: Inner race, Outer race,
Balls atau roller dan Cage.
 Inner raceatau Cone: cincin baja yang dikeraskan dengan diberi alur untuk
pergerakan roller atau ball di bagian luarnya, sering dipasang pada shaft yang
berputar sebagai penyangga bearing.
 Outer race: Outer race hampir sama dengan Inner race, outerrace adalah cincin
baja yang dikeraskan dengan alur untuk pergerakan ball atau roller di bagian
dalam.
 Balls atau Rollers: Di antara Inner race dan outer race ada komponen yang
berfungsi mengurangi gesekan yang dilakukan oleh balls, rollers atau
taperedrollers. Balls dan Rollers ini terbuat baja yang dikeraskan. Balls atau
rollers bergerak bebas di antara inner dan outer race.
 Cage: Letak cage antara inner race dan outer race yang digunakan untuk menjaga
jarak ball atau roller yang satu dengan yang lainnya.
Rumusan yang digunakan antara lain:
𝐶 𝑏
L10 = (𝑃)

Dimana:
L10 = rating life in millions of revolutions
C = basic load rating, lb
P = equivalent liad, lb
10
b = 3 for ball bearing, 3 for roller bearing
14
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
106 𝐶 𝑏
L10 =60.𝑛 (𝑃)

Dimana:
n = rotational speed, rpm
P = XVFr + Yfa
Dimana:
P = equivalent load, lb
Fr = radial load, lb
Fa = trust load,lb
V = a rotation factor: 1 for inner ring rotation, 1,2 for outer ring rotation.
X = a radial load factor
Y = a trust factor
P = VFr

2.1.3 Coupling
Kopling (Clutch) adalah suatu bagian yang mutlak diperlukan pada kendaraan di
mana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder Engine.
pada tahap pertama engine dihidupkan tanpa digunakan tenaganya olehm karena itu
engine pada tahap pertama harus dapat berputar dahulu dan kemudian memindahkan
tenaganya perlahan-lahan pada roda belakang sehingga kendaraan akan bergerak
perlahan-lahan dan juga engine harus bebas (tidak berhubungan) bila mengganti gigi
transmisi.
Oleh karena hal tersebut maka diperlukan pemasangan clutch yang letaknya di
antara engine dan transmisi yang berfungsi untuk menghubungkan dan membebaskan
putaran engine. Bila tenaga dari satu engine yang sedang berputar di pindahkan pada
roda-roda penggerak pada waktu kendaraan sedang berhenti, kendaraan akan melompat
apabila tenaga terlalu besar dan mesin akan mati bila tenaga engine terlalu kecil, juga
kendaraan tidak dapat bergerak dengan lembut.
- Jenis Kopling

Jenis kopling dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :


1. Kopling dengan menggunakan gigi
15
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Kopling jenis ini banyak digunakan untuk hubungan gigi transmisi jenis
Syncronmesh.

Gambar 2.12 Kopling menggunakan gigi (kopling dog)

2. Kopling Gesek
Kopling gesek (Friction Clutch) adalah proses pemindahan tenaga melalui
gesekan antara bagian penggerak dengan yang akan digerakkan. Konsep kopling ini
banyak digunakan pada sistem pemindahan tenaga kendaraan.

Gambar 2.13 Kopling Gesek

3. Kopling Tekanan Hidrolis


Kopling hidrolis banyak digunakan pada kendaraan pada kendaraan dengan
transmisi otomatis. Proses kerjanya memanfaatkan tekanan hidrolis, dan pemindahan dari
satu kopling ke kopling yang lainnya, dilakukan dengan mengatur aliran hidrolisnya.
16
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Gambar 2.14 Kopling Hidrolik

2.1.4 Worm Gearbox


Pada dasarnya system transmisi gearbox merupakan alat atau mekanisme
mentransmisikan daya transmisi dengan memakai system transmisi roda gigi adalah
pemindahan daya yang dapat memberikan putaran tetap maupun putaran berubah
sehingga banyak dipergunakan baik berskala besar maupun kecil.

Keterangan :
i = Reduksi putaran
nin = Putaran masuk dari motor listrik (rpm)
nout = Putaran keluar dari gearbox

Ciri-ciri roda gigi cacing (worm gear) :

17
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
a) Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar a, biasanya sudut yang

dibentuk kedua sumbu sebesar 90°.

b) Kerjanya halus dan hampir tanpa bunyi.

c) Umumnya arah transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran dari roda

cacing ke cacing (mengunci sendiri).

d) Perbandingan reduksi bisa dibuat sampai 1 : 150.

e) Rodagigi cacing efisiensinya sangat rendah, terutama jika sudut kisarnya kecil

2.1.5 Torsi
Torsi adalah kekuatan yang menghasilkan rotasi. Hal ini menyebabkan objek
untuk memutar Torsi terdiri dari gaya yang bekerja pada jarak. Torsi seperti bekerja
diukur adalah pound-feet (lb-ft). Namun torsi tidak seperti tempat kerja, mungkin ada
meskipun tidak terjadi.
Untuk menghitung torsi.[2]

T = F x r ………………………………………………………..…………(6)

T = torsi (lb-ft)
F = gaya (lb)
r = jarak (kaki)
Menghitung beban penuh Torsi:

18
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Beban penuh torsi adalah torsi untuk menghasilkan daya dinilai dengan kecepatan penuh
motor. Jumlah torsi motor menghasilkan pada daya pengenal dan kecepatan penuh dapat
ditemukan dengan menggunakan grafik konversi tenaga kuda-ke-torsi. Bila
menggunakan tabel konversi, menempatkan tepi lurus sepanjang dua kuantitas yang
diketahui dan membaca kuantitas yang tidak diketahui pada baris ketiga.

Untuk menghitung bermotor torsi beban penuh.[2]


T = HP x 5252 / (rpm) ………………………………………………...…….(7)
T = torsi (lb-ft)
HP = daya kuda
5252 = konstan
rpm = putaran per menit

2.1.6 Daya Motor


Daya motor merupakan salah satu parameter dalam menentukan performa motor.
Pengertian dari daya itu adalah besarnya kerja motor selama kurun waktu tertentu
(Arends&Berenschot 1980: 20) Sebagai satuan daya dipilih watt. Untuk menghitung
besarnya daya motor 4 langkah digunakan rumus :

Dimana :
P = Daya (Watt)
n = Putaran mesin (rpm)
T = Torsi (Nm)
Torsi atau momen putar motor adalah gaya dikalikan dengan panjang lengan (Arends &
Berenschot 1980:21), pada motor bakar gaya adalah daya motor sedangkan panjang
lengan adalah panjang langkah torak. Bila panjang lengan diperpanjang untuk
menghasilkan momen yang sama dibutuhkan gaya yang lebih kecil, juga sebaliknya bila
jaraknya sama tapi gaya diperbesar maka momen yang dihasilkan akan lebih besar pula.
Ini berarti semakin besar tekanan hasil pembakaran di dalam silinder maka akan semakin
19
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
besar pula momen yang dihasilkan. Torsi maksimum tidak harus dihasilkan pada saat
daya maksimum pada saat yang bersamaan. Torsi (momen) sangat erat hubunganya
dengan efisiensi volumetrik dari motor itu, artinya momen sangat tergantung pada jumlah
bahan bakar yang dapat dihisap masuk kedalam silinder dan kemudian dibakar , karena
semakin banyak bahan bakar yang dapat dibakar berarti semakin tinggi atau besar pula
gaya yang dihasilkan untuk mendorong torak. Torsi motor akan maksimum pada saat
efisiensinya juga maksimum. Besarnya momen putar untuk motor 4 langkah dapat
dihitung dengan rumus:

Dimana :
T = Torsi (Nm)
P = Daya (Watt)
n = Putaran mesin (rpm)
Bila dikehendaki momen putar yang besar, maka dayanya (P) harus besar pula, sedangkan
pada saat itu frekwensi putarnya (n) harus rendah. Hal demikian dapat dicapai dengan
suatu motor yang volume langkahnya besar dan frekwensi putarnya rendah. Momen putar
besar ini diperlukan untuk mencapai daya maksimum motor (Arends & Barenschot
1980:22). Pada saat torsi motor mulai turun daya motor bisa tetap naik, hal ini bisa terjadi
karena peningkatan daya motor juga disebabkan oleh frekuensi putaran lebih tinggi. Daya
akan terus meningkat sampai pada frekuensi putaran mesin yang lebih tinggi tidak mampu
lagi memperbaiki derajad isianya yang lebih memburuk. Setelah dayanya mencapai titik
maksimum akan menurun dengan cepat.

2.2. Sistem Kelistrikan


2.2.1 Motor Listrik
Motor listrik ini berfungsi sebagai sumber energi ( daya ) mesin yang
ditranmisikan melalui pulley dan sabuk. Dimana untuk menggerakan motor penggerak
tersebut diperlukan sumber arus listrik.

20
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Motor Listrik
Keuntungan :
- Getaran yang ditimbulkan halus
- Tidak menimbulkan suara yang bising
Kerugian :
- Tidak dapat dibawah kemana mana- mana
- Tergantung keadaan listrik

Gambar 2.15 Motor listrik

Jika P adalah daya yang dibutuhkan untuk menggerakan poros, maka berbagai macam
faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam suatu perencanaan.

Untuk mencari daya motor listrik agar dapat menggerakan poros maka
digunakan persamaan :

…...................................................(2.15)

Dimana :
P = Daya yang dibutuhkan ( Watt )
T = Torsi ( Nmm )
21
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
n = Kecepatan ( rpm )

Jika faktor koreksi adalah fc, maka daya yang direncanakan adalah :
Pd = fc . P ( w ) ……………...……….................................(2.16)

Dimana :
P = Daya ( kw )
Fc = Faktor koreksi

Tabel 2.1 Faktor – faktor koreksi daya yang akan ditranmisikan :

2.3. Teori Posisi Pengelasan


Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan gerakan
arah daripada elektroda sewaktu mengelas. Adapun pisisi mengelas terdiri dari empat
macam yaitu:
a. Posisi di Bawah Tangan, Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang
dilakukan pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan
elektroda las sekitar 10º - 20º terhada garis vertikal dan 70º - 80º terhadap benda
kerja.

Gambar 2.16 Posisi 1G

b. Posisi Datar (Horisontal), Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga


mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda

22
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5º - 10º
terhada garis vertikal dan 70º - 80º kearah benda kerja.

Gambar 2.17 Posisi 2G

c. Posisi Tegak (Vertikal), Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah
pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling
sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil
dengan kemiringan elektroda sekitar 10º - 15º terhada garis vertikal dan 70º - 85º
terhadap benda kerja.

Gambar 2.18 Posisi 3G

d. Posisi di Atas Kepala (Over Head), Posisi pengelasan ini sangat sukar dan
berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu
diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara lain: Baju las, sarung tangan, sepatu
kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas
juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5º - 20º terhada garis vertikal dan 75º - 85º
terhadap benda kerja.

23
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Gambar 2.19 Posisi 4G

Penempatan benda kerja disesuaikan dengan permintaan, dalam hal ini adalah
menyesuaikan posisi pengelasan. Penempatannya apakah posisi
1F, 2F, 3F, 4F, 5F, 6F
1G, 2G, 3G, 4G plate
1G, 2G, 5G, 6G, 6GR (pipa)
contoh posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut :

fillet joint (T-joint)

butt joint

24
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
2.3.1 Analisa Pengaruh Variabel Ergonomi pada Posisi Pengelasan
terhadap Waktu ( Journal

Proses pengelasan terdiri dari beberapa fase, yaitu membawa objek,


mengambil dan memposisikan elektroda, mengelas, menurunkkan eletroda,
memposisikan sambungan, bergerak di seputar sambungan.
memindahkan sambungan, mengganti elektroda, dan membuat pengaturan
pada objek Berdasarkan hasil observasi lapangan masing masing proses memiliki rata-
rata waktu sebagai berikut :
1. Persiapan t = 87 detik
2. Memposisikan alat las t = 5 detik
3. Menurunkan alat las t = 5 detik
4. Mereposisi sambungan t = 1 menit
5. Bergerak t = 9 detik
6. Mengatur alat 10.5% total waktu

Untuk mengembangkan model ergonomi, dan mendeteksi sebaran error data yang
dikumpulkan akan menggunakan teknik least squares linear regression, teknik ini
untuk mendapatkan model prediksi kebutuhan waktu per masing-masing kerja
kedepan. Manfaat dari model ini berguna untuk menentukan kebutuhan pekerja dari
masing-masing dimensi pekerjaan pengelasan kedepan.
Teknik least squares linear regression, diterapkan pada penelitian ini karena asumsi
regresi linear yaitu data berdistribusi normal terpenuhi dalam penelitian ini. berikut
adalah

tabel 2.2 gambaran deskriptif dan uji normalitas data penelitian.

25
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa rata-rata waktu kerja untuk posisi
pengelasan datar baik panjang 30,50,80 dan 100 mm maupun untuk ketebalan
plat 8,10 dan 12 mm adalah sebesar sebesar 48.03 menit per kerja, dan
overhead sebesar 42.3 menit per kerja. indikasi ini menunjukan bahwa posisi
vertikal adalah posisi pengerjaan yang mengkonsumsi waktu kerja terbesar
kemudian diikuti oleh overhead, horizontal dan terakhir posisi dengan konsumsi
waktu kerja terkecil adalah posisi datar.
Rule of thumb nilai skewness sebesar ± (1) menunjukan bahwa data
berdistribusi normal (Spss 13 result coach, 2004). Berdasarkan hasil table 1.
menunjukan bahwa nilai skewness seluruh variabel yaitu datar (0.265),
horizontal (0.240), vertical (0.013), overhead (0.160) dan panjang serta
ketebalan plat masing-masing sebagai variabel dikotomi memiliki sebaran
normalitas (0.00) yang kesemuanya berada dibawah titik cut off ± (1), sehingga
disimpulkan data berdistribusi normal.

2.4. Rangka
Rangka mesin ini sendiri sangat penting untuk menunjang kinerja dari mesin
tersebut. Dimana kerangka ini harus dapat menopang mesin dengan kuat. Dengan
alternatif bahan yang ada, alternatif model Square pipe merupakan alternatif yang terbaik
untuk membuat kerangka mesin ini. Karena untuk pembuatannya lebih mudah dan dapat
menopang mesin dengan baik.

26
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Gambar 2.20 Square pipe

Untuk mencari bahan yang sesuai dengan tentu kita harus mengetahui terlebih
dahulu berapa beban yang akan diterima oleh kerangka tersebut dan dapat mengetahui
berapa beban yang diterima di setiap kaki, sehingga nantinya dapat
menopang benda dengan aman.
a). Menghitung berat kerangka

Rangka berfungsi sebagai tempat dudukan dari rangkaian alat yang


akan digunakan. Berat rangka dalam keadaan normal tanpa beban adalah :

W=V.ρ
V = p . l . t........................................................................ (2.31)
Dimana : W = Berat kerangka (kg)

V = volume kerangka (cm


p = panjang kerangka (cm)
l = lebar kerangka (cm)
t = tinggi kerangka (cm)

2.4.1 Baut dan Mur


Baut dan mur berfungsi untuk mengikat antar rangka. Adapun jenis baut dan mur
yang digunakan dalam kontruksi ini menggunakan bahan Fc35 .Untuk menentukan jenis

27
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
dan ukuran baut dan mur harus memperhatikan berbagai factor seperti sifat gaya yang
bekerja pada baut, cara kerja mesin, kekuatan bahan, dan lain sebagainya. Adapun gaya –
gaya yang bekerja pada baut dapat berupa :
1. Beban statis aksial murni
2. Beban aksial bersama beban puntir
3. Beban geser

Tegangan geser yang terjadi pada baut pengikat :

……………………... (2.30)

Dimana :
𝜎𝑔 = tegangan geser ( N /𝑚𝑚)
F = beban ( N )
A = luas penampang baut ( mm )

28
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metodologi Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk merumuskan perancangan alat jig weld rotator
Dalam proses analisis dilakukan beberapa langkah yang yang ditunjukkan oleh diagram
alir pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan

29
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
3.1.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Variabel Biaya
Variabel biaya disini merupakan estimasi pengeluaran biaya dari masing
masing part yang dipilih untuk nantinya dapat diterapkan pada perancangan
alat. Efisiensi biaya akan dilihat dari besarnya biaya investisasi yang
dikeluarkan dan penghematan biaya dari penggunaan alat tersebut.
2. Variabel Mutu
Variabel mutu merupakan keuntungan dari sisi tercapainya spesifikasi awal
yang dibutuhkan dengan mengutamakan aspek keamanan & fungi pada alat.
3. Variabel Waktu
Variabel waktu disini merupakan estimasi efisiensi waktu pada salah satu
bagian proses produksi yang akan diperoleh dengan menerapkan penggunaan
alat ini

3.2 Parameter Perancangan


Dalam Perancangan alat ini diperlukan informasi awal sebagai referensi bentuk
dan dimensi pada saat proses pemodelan alat. Berikut parameter awal yang dijelaskan
pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Parameter Awal Perancangan

Parameter Range
Berat Benda Kerja 0 - 18 Ton
Tinggi Benda Kerja 0-3m
Lebar Benda Kerja 0-1m
I, H, WF, U, round,
Bentuk Benda Kerja
irregular Shape
Panjang Benda Kerja 0 - 12 m
Kecepatan Alat (n) 0,5 - 1 Rpm

30
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Parameter pada tabel 3.1 berasal dari referensi produksi yang dihasilkan oleh PT
Wika Industri Kontruksi. Sehingga dalam penyusunan perancangan nanti mengikuti dari
kriteria tersebut

3.3 Pemodelan Alat


Berikut Pemodelan alat yang akan dirancang pada software :

Gambar 3.2 Pemodelan alat

Tabel 3. 2 Keterangan alat

No. Part Fungsi


Sebagai penahan dan Dudukan
1 Disc Jig
Benda kerja
2 Benda Kerja Benda yang akan diproduksi
3 Frame Jig Sebagai Dudukan dari disc Jig
Memutar Disc Jig dengan putaran
4 Bagian Transmisi Jig
tertentu

31
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Dalam Perancangan alat tersebut ada 4 part utama yang akan dirancang dalam
pembentukan alat tersebut. Secara mekanisme alat tersebut cukup sederhana yaitu
memutar benda kerja sesuai derajat benda kerja yang diinginkan oleh welder dengan
kecepatan putaran jig yang rendah, sehingga membuat pekerjaan produksi menjadi lebih
mudah dan efisien dalam pengerjaannya.

32
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari pemodelan desain alat yang telah
dilaksanakan dengan menggunakan rancangan dan analisis FEA software autodesk
inventor dalam menentukan desain optimal dan Estimasi pengehematan biaya, mutu dan
waktu yang akan dihasilkan dalam penggunaan alat ini . Perhitungan analisis yang
dilakukan dibagi menjadi dua bagian perencanaan. Bagian pertama yaitu analisa struktur
jig dengan menggunakan profil utama baja H-shape dan plat roll dan bagian kedua yaitu
analisa sistem transmisi yang terdiri dari motor, bearing, poros, coupling, dan gearbox.

4.1 Pemodelan dan Design Jig Weld Rotator


Pemodelan dan rancangan design struktur Jig menggunakan aplikasi software
Autodesk Inventor dimana pada keseluruhan part menjadi 3 part utama yaitu disc jig,
assembly disc jig dengan frame jig, dan assembly total jig dengan system transmisi. Pada
Alat ini terdiri dari 3 part utama yaitu disc jig/cekam, sistem transmisi, dan frame support
jig. Berikut rancangan design alat pada gambar dibawah ini.

gambar 4.1 Assembly Rotary Jig Weld

33
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
gambar 4.2 Struktur Disc Jig

Pada gambar 4.1 Part Disc Jig/ Cekam ini berfungsi untuk memutar benda kerja,
sehingga pada saat alat ini berputar, benda kerja tetap pada posisi yang stabil/tidak
mengalami pergeseran.

gambar 4.3 Sistem Transmisi Pulling Roll

Pada gambar 4,2 Sistem penggerak utama yaitu menggunakan pulling roll untuk
memutar disc jig. Pulling roll diputar dengan menggunakan motor AC dengan rpm
tertentu sesuai dengan kapasitas Disc Jig. Pulling roll berfungsi untuk mentransmisikan
daya putar ke disc jig, putaran dari pulling roll di reduksi oleh disc jig, dikarenakan
perbedaan diameter diantara keduanya. Perbedaan diameter tersebut mengakibatkan rasio

34
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
kecepatan putar menjadi kecil, sehingga kecepatan putaran pada disc jig akan menjadi
lebih kecil.

Gambar 4.4 Frame Support Jig

Pada gambar 4.3 frame support jig berfungsi sebagai penahan beban dari disc jig
dan transmisi pulling roll. Pada bagian tersebut terdapat beberap slot lubang baut yang
berfungsi agar disc jig dan transmisi pulling roll dapat bergeser posisi menyesuaikan
dengan kondisi panjang benda kerja yang akan digunakan.
Berat total untuk masing-masing part dijelaskan pada tabel dibawah ini

Tabel 4.1 Spesifikasi berat part

Type Weight

Box Girder 16 Ton

Assembly Free Disc Jig 1,317 Ton

Assembly Fixed Disc


2,392 Ton
Jig

Transmisi Pulling Roll 0,541 Ton

Frame Support Jig 14,156 Ton

35
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
4.2 Analisa Design & Perhitungan Sistem Transmisi Jig
Untuk Analisa design meliputi beberapa bagian utama pada alat ini yaitu bagian
disc, bagian transmisi, dan assembly total jig weld rotator yang akan dijelaskan pada
subbab dibawah ini.

4.2.1 Analisa Design pada Bagian Disc Jig


Analisa pada bagian disc jig meliputi 2 posisi pembebanan yaitu pada
posisi beban 90° dan 180°. Berikut hasil analisa displacement design dengan
pembebanan 90° pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.5 Analisa Displacement Beban 90° pada disc jig

Pada gambar 4.5 diatas disc jig pada kondisi diam/static diberikan beban
setengah dari box girder sebesar 8 ton, sehingga gaya yang diterima oleh disc jig
yaitu:
𝐹 =𝑀×𝑔

𝐹 = 8000 𝑥 9,81 = 78480 𝑁

Dimana:
F = Gaya box girder (N)
M = Massa box girder (kg)
G = Percepatan gravitasi (m/s2)

36
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Sehingga dengan memasukan data pada simulasi software, diperoleh
rincian hasil analisa pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Data Hasil Analisa beban 90° disc jig


Name Minimum Maximum
Volume 303170000 mm^3
Mass 2379.89 kg
Von Mises Stress 0.000159988 MPa 111.646 MPa
1st Principal Stress -21.5763 MPa 69.0655 MPa
3rd Principal
-99.3202 MPa 11.7328 MPa
Stress
Displacement 0 mm 0.965092 mm
Safety Factor 2.23923 ul 15 ul

Dari data table 4.2 diperoleh informasi bahwa defleksi / displacement yang
terjadi pada disc jig sangat kecil dengan displacement maksimum sebesar 0,96
mm dan safety factor minimum untuk part ini yaitu 2,24 SF dan pada gambar 4.5
juga diketahui daerah defleksi terbesar (warna paling merah pada gambar) ada
pada bagian sisi atas disc.

Sedangkan hasil analisa displacement design pada kondisi beban 180°


sebagai berikut:

Gambar 4.6 Analisa Displacement Beban 180° pada disc jig

37
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Pada gambar 4.6 diatas disc jig pada kondisi diam/static diberikan beban
setengah dari box girder sebesar 8 ton, sehingga gaya yang diterima oleh disc jig
yaitu:

𝐹 =𝑀×𝑔

𝐹 = 8000 𝑥 9,81 = 78480 𝑁

Dimana:
F = Gaya box girder (N)
M = Massa box girder (kg)
G = Percepatan gravitasi (m/s2)

Sehingga dengan memasukan data pada simulasi software, diperoleh


rincian hasil analisa pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Data Hasil Analisa beban 90° disc jig


Name Minimum Maximum
Volume 305093000 mm^3
Mass 2394.98 kg
Von Mises Stress 0.000113112 MPa 54.4645 MPa
1st Principal Stress -13.6745 MPa 34.8598 MPa
3rd Principal Stress -68.2641 MPa 6.3792 MPa
Displacement 0 mm 0.46526 mm
Safety Factor 3.80064 ul 15 ul

Dari data table 4.3 diperoleh informasi bahwa defleksi / displacement yang
terjadi pada disc jig sangat kecil dengan displacement maksimum sebesar 0,46
mm dan safety factor minimum untuk part ini yaitu 3,8 SF dan pada gambar 4.6
juga diketahui daerah defleksi terbesar (warna paling merah pada gambar) ada
pada bagian sisi atas centering clamp. Hal ini terjadi perbedaan dimana hasil
defleksi/displacement pada beban 180° lebih kecil dibanding beban 90°.

38
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
4.2.2 Analisa Design pada Bagian Transmisi
Pada Analisa ini beban yang diterima oleh transmisi yaitu beban dari disc
jig dan beban dari box girder/ benda kerja. Sehingga beban total yang akan
diterima oleh bagian transmisi berdasarkan persamaan dibawah ini:

𝐹 = (𝑀1 + 𝑀2 ) × 𝑔

𝐹 = (8000 + 2350) × 9,81

F = 101533,5 𝑁

Dimana:
F = Gaya Total (N)
M1 = Massa box girder (kg)
M2 = Massa Disc Jig (kg)
G = Percepatan gravitasi (m/s2)

Berdasarkan data gaya diatas, maka diperoleh hasil simulasi pada gambar
dibawah ini.

Gambar 4.7 Analisa Displacement pada bagian transmisi

39
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Tabel 4.4 Data Hasil Analisa Bagian Transmisi
Name Minimum Maximum
Volume 285169000 mm^3
Mass 2198.87 kg
Von Mises Stress 0 MPa 59.0453 MPa
1st Principal Stress -15.8346 MPa 57.6523 MPa
3rd Principal Stress -58.0507 MPa 13.3281 MPa
Displacement 0 mm 2.82293 mm
Safety Factor 4.23404 ul 15 ul

Dari data table 4.4 diperoleh informasi bahwa defleksi / displacement yang
terjadi pada bagian transmisi cukup kecil dengan displacement maksimum sebesar
2.82 mm dan safety factor minimum pada part ini yaitu 4.2 SF dan pada gambar
4.7 juga diketahui daerah defleksi terbesar (warna paling merah pada gambar) ada
pada bagian sisi samping dari rubber lagging pulling roll.

4.2.3 Analisa Design pada Assembly Jig weld Rotator


Pada analisa ini dilakukan simulasi menggunakan beban 90° pada
assembly total alat. Beban total yang terdiri dari beban dari benda kerja ( Box
Girder), Disc Jig digunakan dalam analisa ini. Pada Alat ini terdapat 2 tumpuan
utama yang secara langsung menahan beban total yaitu di bagian transmisi dan
poros utama. Berdasarkan dari beban beban tersebut, maka dapat diperoleh hasil
simulasi pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.8 Analisa Displacement pada Assembly Jig Weld Rotator


40
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Tabel 4.5 Data Hasil Analisa Assembly Jig Weld Rotator
Name Minimum Maximum
Volume 3.08045E+09 mm3
Mass 24095.9 kg
Von Mises Stress 0.000000125253 MPa 108.611 MPa
1st Principal Stress -38.0843 MPa 76.1318 MPa
3rd Principal Stress -130.062 MPa 26.2493 MPa
Displacement 0 mm 2.92931 mm
Safety Factor 2.3018 ul 15 ul

Dari data table 4.5 diperoleh informasi bahwa defleksi / displacement yang
terjadi pada bagian transmisi cukup kecil dengan displacement maksimum sebesar
2.92 mm dan pada gambar 4.8 juga diketahui bahwa tetap daerah defleksi terbesar
(warna paling merah pada gambar) ada pada bagian sisi samping dari rubber
lagging pulling roll, berarti tumpuan pada bagian transmisi menerima distribusi
tegangan dan defleksi terbesar dibandingkan dengan part utama lainnya.

4.3 Perencanaan Sistem Transmisi Jig


Perencanaan sistem transmisi jig meliputi perhitungan torsi dan daya motor yang
dibutuhkan, pemilihan jenis motor dan gearbox, pemilihan bearing dan coupling, serta
spesifikasi Pulley yang akan digunakan untuk dapat memutar beban total yang ada pada
jig.

4.3.1 Perhitungan Torsi dan Daya Motor


Dalam merancang system transmisi perlu diketahui torsi total yang ada
pada alat tersebut. Dimana beban total yang ada sangat besar, sehinnga akan besar
juga torsi yang dihasilkan oleh alat tersebut. Berikut persamaan dalam
menentukan nilai torsi.

Pada Posisi diam/statis torsi yang terjadi pada Jig weld rotator sebagai berikut:

𝑇=𝐹𝑥𝑅
𝑇=𝑀𝑥𝑔𝑥𝑅

41
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Dimana :
T = Torsi (Nm)
F = Gaya Total (N)
M = Massa Total ( Massa Benda kerja + Massa Disc Jig) (kg)
G = Percepatan gravitasi (m/s2 )
R = Jarak dari pusat benda (Disc jig dan benda kerja) ke pusat rotasi /
penggerak (m)

Karena pada alat ini menggunakan 2 disc jig , maka


Massa Total = M ass. fixed disc jig + Mbenda kerja+ M ass. free disc jig
= 2392 + 16000 + 1318
= 19710 kg

Sehingga, 𝐹=𝑀𝑥𝑔
𝐹 = 19710 𝑥 9,81 = 193355 𝑁

Pada alat ini deketahui jarak antara pusat massa/benda dengan pusat
putaran/rotasi berjarak R = 2 meter, sehingga nilai torsi sebagai berikut.

𝑇=𝐹𝑥𝑅
𝑇 = 193355 𝑥 2

𝑻 = 𝟑𝟖𝟔𝟕𝟏𝟎 𝑵𝒎

Pada perencanan transmisi ini digunakan 4 penggerak motor yang masing


bernilai daya yang sama. Sehingga dalam menentukan daya motor, torsi yang
digunakan dalam perhitungan sebagai berikut.

𝑇
𝑇𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
4
𝑇 = 386710/4
𝑻 = 𝟗𝟔𝟔𝟕𝟕. 𝟓 𝑵𝒎
42
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Pada perencanaan alat ini diharapkan putaran yang dihasilkan oleh alat
ini sebesar n = 0,8 rpm. Maka daya motor yang digunakan sebagai berikut:

𝑇𝑥𝑁
𝑃=
5252
Dimana:
P = Daya Motor (HP)
T = Torsi Total
N = Putaran per menit (Rpm)

96677.5 𝑥 0,8
𝑃=
5252

𝑷 = 14,72 HP / 10,97 KW
4.3.2 Perencanaan Kapasitas Motor dan Gearbox
Berdasarkan data pada subbab 4.3.1 diperoleh daya yang dibutuhkan yaitu
10,97 KW, sedangkan di katalog motor tersedia kapasitas 11 kw. Maka dalam
perencanaan ini dipilih kapasitas motor 11 KW dengan putaran motor 750 Rpm
(8 Pole)
Agar putaran motor dapat diperlambat menjadi 0,8 rpm maka diperlukan
adanya reducer/ gearbox. Berikut skema reduksi kecepatan putaran pada motor.

Gambar 4.9 Skema Reduksi kecepatan putaran pada motor


43
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Pada gambar 4.9 terlihat bahwa terjadi 2 kali proses reduksi kecepatan
putaran (RPM), yang pertama reduksi menggunakan gearbox jenis WPA dengan
ratio i = 60. Kemudian setelah itu reduksi roda gesek menggunakan perbedaan
ratio diameter antara pulling roll dengan disc jig, dimana diameter pulling roll
yaitu 0,3 meter dan disc jig yaitu 4 meter. Sehingga dalam perencanaan system
transmisi dipilihlah kapasitas motor 11 kw 750 rpm dengan gearbox tipe WPA
ratio i =60.
Berikut gambar motor dan gearbox yang akan digunakan:

Gambar 4.10 Motor 11 Kw dan Gearbox WPA size 175 (i:60)

4.3.3 Perencanaan Bearing dan Coupling


Pada Perencanaan di bagian transmisi, diperlukan adanya penggunaan
bearing dan coupling. Dimana pada perencanaan ini menggunakan pulley dengan
diameter poros 65 mm, sehingga diperlukan bearing yang dapat menahan beban
berat dan torsi poros yang diterima, serta dengan diameter dalam bearing 65 mm
Berdasarkan catalog bearing digunakanlah bearing type fyh UCF 213
dengan diameter 65 mm dengan kapasitas basic load 57,2 KN. Berikut gambar
jenis bearing:

Gambar 4.10 Bearing Fyh UCF 213


44
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Sedangkan untuk meneruskan daya dan torsi dari poros motor ke gearbox
atau dari gearbox ke pulley diperlukan adaya coupling. Pada perencanaan
coupling kali ini akan menggunakan coupling type FCL dengan menyesuaikan
diameter poros dari motor, gearbox, dan pulley. Maka dipilihlah coupling type
FCL-160 dengan max bore diameter 45 mm dan FCL-250 dengan max bore 65
mm . berikut gambar coupling dibawah ini.

Gambar 4.11 Coupling FCL-200

4.3.4 Perencanaan Pulley (Pulling roll)


Penggunaan pulley pada bagian transmisi ini berperan sangat penting
dikarenakan selain mentransmisikan daya dan torsi dari gearbox, pulley juga
berfungsi untuk mereduksi putaran dari disc jig. Dengan mekanisme roda gesek
dan adanya perbedaan diameter antara pulley dan disc yang menyebabkan disc jig
berputar dengan kecepatan rpm rendah.
Berdasarkan perencanaan disc jig diharapkan dapat berputar dengan
kecepatan 0,8-0,9 rpm. Berikut perhitungan diameter pulley yang akan
digunakan:

𝐷𝑝 𝑁𝑑
𝑟= =
𝐷𝑑 𝑁𝑝

Dimana:
Dp = Diameter pulley (m)
Dd = Diameter Disc Jig (m)
45
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Np = Kecepatan Putaran Pulley (Rpm) (
Nd = Kecepatan Putaran Disc jig(Rpm)

Maka,
𝑁𝑑
𝐷𝑝 = 𝑥 𝐷𝑑
𝑁𝑝

0,8
𝐷𝑝 = 𝑥4
12,5
𝐷𝑝 = 0,256 𝑚

Sehingga diperlukan minimum diameter untuk pulley yaitu 256 mm.


Untuk Coating/ lagging lapisan luar dari pulley menggunakan rubber dengan
ketebalan 20 mm. Berikut gambar pulling roll dibawah ini

Gambar 4.12 Pulley

46
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
4.4 Estimasi Pemanfaatan Alat terhadap Biaya, Mutu , Dan Waktu
Aplikasi dari penggunaan alat ini pastinya akan memberikan beberapa manfaat
yang secara langsung berpengaruh terhadap perusahaan baik dalam jangka waktu dekat
dan jangka waktu yang lama. Berikut perbandingan pemanfaatan alat ini dari segi
keefektifan waktu dan Manpower produktivitas kerja dibanding cara konvensional.

Tabel 4.6 Estimasi Reduksi Waktu & Manpower


Alternatif Metode
No. Time Hours Metode Alat Jig Weld Time Hours
Metode Manual (min) (min)
Rotator
a. Baja dirantai dengan a. Baja dirantai dengan
Step. menggunakan sling dan Step. menggunakan sling dan
diangkat secara vertikal diangkat secara vertikal
1 +/-30 +/-30
b. 2 Manpower (Crne b. 2 Manpower (Crne
Rqr. operator & Welder/helper) Rqr. operator & Welder)
untuk positioning untuk positioning
a. Baja diderek dengan
a. Baja diderek dengan
rantai atau sling,
rantai atau sling, diangkat
diangkat dan
Step. dan ditempatkan kembali Step.
ditempatkan kembali
pada posisi pengelasan ke-
2 +/-30 pada posisi pengelasan 0
2.
ke-2.
b. 2 Manpower (Crne
Rqr. operator & Welder/helper) Rqr. b. 0 Manpower
untuk positioning ke 2
a. Baja diderek dengan
a. Baja diderek dengan
rantai atau sling,
rantai atau sling, diangkat
diangkat dan
Step. dan ditempatkan kembali Step.
ditempatkan kembali
pada posisi pengelasan ke-
3 +/-30 pada posisi pengelasan 0
3.
ke 3.
b. 2 Manpower (Crane
Rqr. operator & Welder/helper) Rqr. b. 0 Manpower
untuk positioning ke 3
a. Baja diderek dengan
a. Baja diderek dengan
rantai atau sling,
rantai atau sling, diangkat
diangkat dan
Step. dan ditempatkan kembali Step.
ditempatkan kembali
pada posisi pengelasan ke-
3 +/-30 pada posisi pengelasan 0
4
ke 4
b. 2 Manpower (Crane
Rqr. operator & Welder/helper) Rqr. b. 0 Manpower
untuk positioning ke 4
Step. a.Proses Painting Step. a.Proses Painting

1 b. 2 Manpower (Crne +/-30 0


Rqr. Rqr. b. 0 manpower
operator & Welder)

Total Hours +/-150 Total Hours +/-30

47
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Pada Tabel 4.6 terlihat dengan Penggunaan alat ini dapat mereduksi waktu dan
manpower proses pengerjaan. Dari estimasi tersebut terlihat waktu yang bisa dihemat
sebesar 150 min- 30 min = +/-120 min per pengerjaan 1 weld beam. Dikarenakan waktu
dan MP yang dibutuhkan untuk positioning baja pada saat proses welding sudah tidak
ada apabila menggunakan metode alat jig weld rotator.
Dengan mengacu pada proses table 4.6 diatas saving yang bisa dilakukan untuk
penghematan waktu yang dihasilkan selama +/- 120 min sebagai rincian.
- Biaya Helper/jam = Rp. 10.625,-
- Biaya Operator/jam = Rp. 11.875,-
Kebutuhan Manpower untuk merepositioning benda kerja yaitu 1 helper
dan 1 operator, sehingga untuk proses repositioning benda kerja dapat
dihasilkan saving sebesar =
Rp. (10.625+11.875) x 120 min( 2 Hours) = Rp. 45.000
- Actual tanpa menggunakanan alat membutuhkan waktu +/- 150 min,
sehingga butuh cost sebesar =
Rp. (10.625+11.875) x 150 min( 2,5 Hours) = Rp. 56.250
- Dengan menggunakan alat membutuhkan waktu +/- 30 menit, sehingga
butuh cost sebesar =
- Rp. (10.625+11.875) x 150 min( 2,5 Hours) = Rp. 11.250

- Saving yang diperoleh = Rp. 56.250 - Rp. 11.250 = Rp. 45.000


Sehingga untuk menghasilkan 1 weld beam pada proses repositioning dapat
menghemat pengeluaran sebanyak Rp. 45.000 (savings 80 % cost) untuk manpower yang
digunakan pada saat proses repositioning benda kerja.
Untuk memutar jig ada dua metode yang bisa digunakan yaitu menggunakan cara
manual tanpa motor atau menggunakan motor.

48
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Tabel 4.7 Perbedaan kondisi jig
Rotator Jig tanpa Rotator Jig dengan
No. Kondisi Tanpa Alat (Jig)
Motor Motor

Biaya operasional hoist


Butuh Biaya pengadaan alat Biaya Operasional hoist
untuk menarik

1 Biaya Butuh biaya manpower tambahan


Biaya manpower (helper, Biaya manpower (helper,
(Helper, Rigger, operator hoist)
operator) hanya pada saat operator) hanya pada saat
untuk setiap repositioning benda
menaruh benda kerja ke jig menaruh benda kerja ke jig
kerja

Tidak ada kontak langsung,


Terjadi kontak langsung Terjadi Kontak Langsung pekerja
hanya kontak antara pulley
antara manusia dan alat Pada proses repositioning benda
dengan jig (Meningkatkan
pada saat berputar kerja ( Rasa tidak aman muncul)
Rasa Aman dalam bekerja)

2 Safety tidak ada sistem kontrol


ada sistem kontrol safety Tidak ada sistem control safety
safety

Menjaga kestabilan dan Menjaga kestabilan dan Untuk benda kerja yang tinggi
keamanan material benda keamanan material benda apabila dibolak-balikan sangat
kerja pada saat diputar kerja pada saat diputar membahayakan kestabilan benda
/dibolak-balikkan /dibolak-balikkan kerja

Perlu waktu tambahan Banyak waktu produksi terbuang


untuk mengatur posisi Tidak ada waktu tambahan ( Waktu pada proses
hoist agar bisa memutar repositioning, penempatan benda
kerja, alokasi kerja MP
tambahan)
Putaran tidak stabil Putaran stabil
3 Waktu

Adanya waktu tunggu Adanya waktu tunggu karena


Frekuensi penggunaan hoist
karena menunggu giliran frekuensi penggunaan hoist terlalu
hanya sekali untuk banyak dan menggangu jalur
penggunaan hoist untuk
repositioning produski lain yg lebih
memutar benda kerja membutuhkan hoist

Dari tabel 4.7 terlihat perbedaan dimana jig dengan motor memliki kelebihan dari
segi biaya, safety, dan waktu meskipun perlu adanya investasi untuk pengadaaan motor
dan lainnya. Berikut estimasi biaya pengadaan transmisi motor sebagai berikut.

49
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Tabel 4.8 Estimasi Biaya Menggunakan Sistem Transmisi Motor

No. Sistem Transmisi Qty Spesifikasi Total

Motor AC 3- ABB Motor / IDR ABB Motor / IDR


1 4
Phase Yuema Motor 12,000,000.00 Yuema Motor 48,000,000.00
WPA Gearbox IDR WPA IDR
2 Gear Box 4
Size 175 7,500,000.00 Gearbox 30,000,000.00
IDR IDR
3 Bearing UCF 213 8 Cast Iron Cast Iron
1,290,000.00 10,320,000.00
IDR IDR
4 Drive Pulley 4 Vendor Vendor
100.00 20,000,000.00
IDR IDR
5 Gear Coupling 4 FCL-250 FCL-250
1,200,000.00 4,800,000.00
IDR IDR
6 Gear Coupling 4 FCL160 FCL-160
385,000.00 1,540,000.00
7 Panel Control 1
IDR
Estimasi Total B iaya
114,660,000.00

50
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
BAB V
MANAJEMEN RESIKO

5.1 Manajemen Resiko


Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang akan membawa
akibat yang tidak diinginkan atas: tujuan, strategi, sasaran, dan atau target perusahaan.
Sedangkan yang di maksud dengan manajemen resiko adalah proses pengorganisasian
dan kultur yang diarahkan ke identifikasi, assessment dan pemberian
tanggapan/perlakuan terhadap risiko. PT. WIKA Industri & Kontruksi sepakat untuk
menerapkan dan mengembangkan Manajemen Risiko di seluruh tingkat perusahaan, agar
risiko usaha dapat dikelola secara tepat dan terpadu, untuk memastikan sasaran usaha
dapat dicapai secara optimal..

5.2 Tujuan Manajemen Resiko


Tujuan dari Prosedur Sistem Manajemen Resiko ini adalah mengarahkan
dan memberi panduan tentang manajemen resiko untuk diterapkan di PT. WIKA
Industri & Kontruksi. sehingga dapat lebih meningkatkan jaminan tercapainya tujuan
dan sasaran perusahaan.

5.3 Langkah – langkah dalam Manajemen Resiko


a. Perancanaan Manajemen Resiko
Menetapkan bagaimana pendekatan dan rencana aktivitas manajemen resiko pada
suatu proyek.
b. Identifikasi resiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha.
Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangat lah vital. Salah satu aspek penting
dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak
mungkin.
Untuk keperluan identifikasi dan mengelola resiko yang dapat menyebabkan
sebuah pengembangan melampaui batas waktu dan biaya yang sudah dialokasikan maka
perlu diidentifikasikan tiga tipe resiko yang ada yaitu:
51
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
1. Resiko yang disebabkan karena kesulitan melakukan estimasi.
2. Resiko yang disebabkan karena asumsi yang dibuat selama proses
perencanaan.
3. Resiko yang disebabkan adanya even yang tidak terlihat (atau tidak
direncanakan).
c. Pengukuran Resiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran
resiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity
(kerusakan) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas
terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan
pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah
sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.
Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang
terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko. Kesulitan dalam pengukuran resiko
adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu resiko karena informasi statistik
tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi
dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil.
Dampak adalah efek biaya, waktu dan kualitas yang dihasilkan suatu resiko.
Di PT. WIKA Industri & Kontruksi. Tingkat resiko digolongkan menjadi 4
(empat) tingkat sebagai berikut (berurutan mulai dari yang tertinggi)
1. Resiko Ekstrim (E)
2. Resiko Tinggi (T)
3. Resiko Moderat (M)
4. Resiko Rendah (R)
Untuk memutuskan ke dalam tingkat mana suatu resiko harus digolongkan
maka lebih dulu harus ditentukan:
1. Rating akibatnya (bila resiko itu terjadi).
2. Rating probabilitas terjadinya..

52
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Akibat yang ditimbulkan bila suatu resiko terjadi dibagi ke dalam 5 (lima) rating
berikut (berurutan mulai dari yang tertinggi):
1. Malapetaka
2. Sangat Berat
3. Berat
4. Agak Berat
5. Tidak Berat
Probabilitas terjadinya suatu resiko yang dapat menimbulkan akibat yang
diuraikan di atas dibagi ke dalam 5 (lima) rating berikut (berurutan mulai dari yang
tertinggi):
1. Sangat Besar
2. Besar
3. Sedang
4. Kecil
5. Sangat Kecil
Tabel 4.1 Analisa resiko berdasarkan pada Matriks Analisa Resiko
Akibat
Probabilitas Tidak Agak Sangat
Berat Malapetaka
Berat Berat Berat
Sangat Besar T T E E E
Besar M T T E E
Sedang R M T E E

Kecil R R M T E

Sangat Kecil R R M T T

Kriteria untuk masing-masing rating (rating akibat resiko dan rating probabilitas
terjadinya resiko) yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut

53
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Tabel 4.2 Kriteria Rating Akibat Negatif yang berhubungan dengan Biaya
Rating
Tidak Agak Berat Sangat Malapetaka
Berat Berat Berat
Biaya
melampaui < 1% 1%<X< 2% < X < 5% < X < > 10%
anggaran 2% 5% 10%
(per item
pekerjaan)*

*Biaya melampaui anggaran dihitung sebagai berikut:


Resiko sebelum mitigasi : adalah prediksi biaya yang timbul bila
resiko terjadi dibandingkan dengan anggaran biaya untuk item yang ditinjau.
Resiko setelah mitigasi : adalah biaya yang timbul untuk mitigasi ditambah
sisa resiko yang timbul dibandingkan dengan anggaran biaya untuk item
d. Penanganan resiko
1. High probability, high impact: resiko jenis ini umumnya dihindari ataupun
ditransfer.
2. Low probability, high impact: respon paling tepat untuk tipe resiko ini
adalah dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi resiko
serta kembangkan contingency plan.
3. High probability, low impact: mitigasi resiko dan kembangkan
contingency plan.
Low probability, low impact: efek dari resiko ini dapat dikurangi, namun biayanya dapat
saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini mungkin lebih baik untuk
menerima efek dari resiko tersebut.

54
Muhamad Rai Anggara Putra - MT
Unit Kerja : PT. Wijaya Karya Industri & Konstruksi
Kegiatan : Pekerjaan Perancangan dan Operasional Alat Jig weld Rotator pada Industri fabrikasi Baja
Tabel 4.4 Daftar Resiko

Resiko
Faktor Pengendali Rating Rating Level Prioritas
No
Proba Risiko Akibat Probabilitas Risiko Risiko
Penyebab Peristiwa Akibat
bilitas

 IK (Instruksi Kerja)
Disc jig dan Operasional alat
Operator lupa
Putaran Disc Jig benda kerja ikut  Vendor, Kontraktor, Agak
1. menekan tombol 30 % Owner Sedang Moderat 2
melebihi 180° terjatuh dari  Training Operator berat
stop pada saat
rotator  Safety Device

Benda Kerja
Pengaturan Benda Kerja  IK (Instruksi Kerja)
jatuh dan Operasional alat
centering dan bergeser/ tidak
2. terkena 50 %  Vendor, Kontraktor, Berat Besar Tinggi 1
fleksibel clamp stabil pada saat Owner
kerusakan  Training Operator
tidak sesuai jig berputar
akibat benturan
Putaran menjadi
tiba2 cepat,  IK (Instruksi Kerja)
Disc Jig Berputar Operasional alat
Permukaan Pulley Benda kerja Agak
3. Sendiri/ slip pada 20 %  Training Operator Sedang Moderat 3
aus/licin/ terkana beban  Safety Device Berat
saat motor stop  IK (instruksi kerja)
puntir
Maintenance alat
mendadak

M. Rai Anggara Putra - MT


PT. WIKA Industri & Konstruksi
Unit Kerja : PT. Wijaya Karya Industri & Konstruksi.
Kegiatan : Pekerjaan Perancangan dan Operasional Alat Jig weld Rotator pada Industri fabrikasi Baja
Tabel 4.5 Rencana Tindak Lanjut Resiko

Hasil Tindak Lanjut


Sebelum Rencana Tindak Lanjut
No Risiko tindak Lanjut Waktu Tindak
Tingkat
Risiko Tindak Lanjut Lanjut s/d Status Penanggung Jawab
Risiko
saat
 IK (Instruksi Kerja)
Disc Jig Keluar Operasional alat Operator, Production
1. Lintasan/ Putaran Moderat  Vendor, Kontraktor, Moderat Approval client Diterima Engineer, Designer,
Owner
melebihi 180°  Training Operator SHE
 Stopper dan Sensor
Benda Kerja  IK (Instruksi Kerja)
Operasional alat Operator, Production
bergeser/ tidak
2. Tinggi  Vendor, Kontraktor, Ekstrim Approval client Diterima Engineer , Designer,
stabil pada saat Owner
 Training Operator SHE
jig berputar
Disc Jig Berputar  IK (Instruksi Kerja) Operator, Production
3 Sendiri/ slip pada Moderat Operasional alat Moderat Approval client Diterima Engineer, Designer,
 Training Operator
saat motor stop  Brake System & SHE

M. Rai Anggara Putra - MT


PT. WIKA Industri & Konstruksi
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa software dan perhitungan manual, dapat ditetapkan
spesifikasi desain optimal dan engineering estimate dari keseluruhan part jig weld
rotator (Data terlampir)
2. Berdasarkan analisa dan estimasi perbandingan waktu dan manpower, dengan
menggunakan alat ini dapat menghemat waktu +/-50 % pada proses fit up dan
setting benda kerja, serta dapat menghilangkan MP +/- 2 orang untuk masing-
masing (Helper, operator, dan fitter), Memberikan alternative metode kerja baru
yang lebih aman dan lebih efisien bagi hasil benda kerja dan Manpower yang
terlibat didalamnya. Serta untuk menghasilkan 1 weld beam pada saat proses
repositioning dapat menghemat pengeluaran sebanyak Rp. 45.000 untuk setiap
satu manpower yang gunakan.
3. Jig dengan penggerak Motor dan pulley memberikan manfaat yang lebih baik dan
efisien dari segi safety, biaya, dan waktu pengerjaan dibandingkan menggunakan
metode penggerak lainnya (Manual dengan crane, tidak menggunakan rotary jig)

6.2 Saran
1. Diharapkan penggunaan dari alat jig weld rotator untuk kedepannya dapat
diterapkan pada semua pabrik baja di PT. Wika Industri & Konstruksi.
2. Perlu adanya pelatihan bagi operator dan tim produksi di pabrik, agar lebih
memahami secara teknis dari operasional alat ini dan dapat meminimalisir human
eror karena kesalah pahaman dalam mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
3. Perlu dibuatkan adanya Instruksi kerja dan manual operation dari alat jig weld
rotator.
4. Diharapkan dengan adanya alat ini, dapat menambah fitur baru yaitu robot
pengelasan yang dapat ditambahkan dalam alat ini.
5. Diharapkan penggunaan alat ini dapat di komersilkan untuk dijadikan produk jual
ke berbagai perusahaan baja.

M. Rai Anggara Putra - MT


PT. WIKA Industri & Konstruksi
DAFTAR PUSTAKA

[1] Childs, Peter R.N. (2004) . Mechanical Design, Second Edition, United
Kingdom : Elsevier LTD.
[2] Budynas, Richard G., J.Keith Nisbett. (2011) . Shigley’s Mechaical
Engineering Design, Ninth Edition, New York : McGraw-Hill Companies,
Inc.
[3] Sritomo Wignjosoebroto. (2003). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu
(Teknis Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja). Institut
Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
[4] Haryani, Rina. (2009). Analisis Ergonomi Dengan Time Motion Study
Terhadap Perbaikan Metode Kerja Pada Pekerjaan Las Di Galangan
Kapal. Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
[5] Wiryosumarto, Harsono dan Toshie Okumura (1985). Teknologi Pengelasan
Logam, cetakan ketiga. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai