Anda di halaman 1dari 36

SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah
Hasil Eksplorasi Analisis Eksplorasi
No. yang telah
Penyebab Masalah Penyebab Masalah
diidentifikasi
1 Minat belajar Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan
peserta didik  Hamdu, dkk, (Suci, 2019: 142- analisis terhadap hasil
yang masih 143), menyatakan bahwa minat kajian literatur dan hasil
sangat adalah sebagai sebab yaitu wawancara, serta
rendah kekuatan pendorong yang dikonfirmasi melalui
memaksa seseorang menaruh observasi dapat
perhatian pada orang situasi atau diketahui bahwa
aktifitas tertentu dan bukan pada penyebab munculnya
yang lain, atau minat sebagai masalah rendahnya
akibat yaitu pengalaman efektif minat belajar peserta
yang distimular oleh hadirnya didik adalah:
seseorang atau sesuatu obyek,  Kurangnya kreativitas
atau karena berpartisipasi dalam guru saat mengajar
suatu aktifitas.  Pengelolaan kelas
Sumber : guru kurang optimal
Artikel Jurnal Pendidikan Islam Vol.17
No.2 2019: 141-158
 Cara mengajar guru
Link : https://bit.ly/3CKPgQf masih konvensional,
tidak dipadukan
 Latri Aras, dkk. (2022: 106) dengan media dan
mengemukakan bahwa Tinggi model pembelajaran
rendahnya minat belajar siswa yang inovatif
dipengaruhi oleh tingkat kreativitas
guru. Jadi, dapat dipahami bahwa
kreativitas guru secara langsung
dapat mempengaruhi minat belajar
siswa yang timbul melalui proses
pembelajaran.
Sumber :
Artikel Jurnal Pengembangan Pendidikan
Dasar Vol.6 No.1 Februari 2022: 101-111
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Menurut Fadilah (Salim, dkk.,


2020: 42), menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi
minat belajar yaitu, motivasi, sikap
terhadap guru dan pelajaran,
keluarga, fasilitas sekolah, dan
teman pergaulan, minat belajar
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
saling berhubungan erat dan tidak
dapat berdiri sendiri.
Sumber :
Artikel Jurnal Persepsi Siswa Tentang
Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar.
Jambura Guidance and Counseling Journal
Volume 1 Nomor 1 (Mei-Okt 2020),
halaman 40-48
Link : https://bit.ly/3CKPgQf
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah
Muhammad Arzak mengemukakan
bahwa penyebab minat belajar
peserta didik rendah yaitu tidak
efektifnya proses KBM di kelas,
pengaruh gadget dan guru tidak
kreatif dalam mengelola kelas.

Guru harus meningkatkan


kualitasnya, memaksimalkan
fasilitas pembelajaran, memilih
model pembelajaran yang inovatif
dan memanfaatkan media
pembelajaran yang menarik.

 Guru
Fahryanto mengemukakan bahwa
pembelajaran di kelas yang
monolog dan monoton
menyebabkan minat belajar
peserta didik rendah.

Guru sebaiknya menerapkan


model pembelajaran yang inovatif
dengan mengaitkan beberapa
pendekatan, menggunakan
metode, media dan strategi
pembelajaran yang variatif.

 Teman Sejawat
1. Vera Tri Utami mengemukakan
bahwa faktor yang
menyebabkan minat belajar
peserta didik rendah yaitu cara
mengajar guru kurang menarik
bagi siswa karena masih
bersifat konvensional, peserta
didik bergaul dengan orang
yang malas belajar, adanya
masalah yang dialami peserta
didik baik itu masalah
dilingkungan pertemanan
maupun lingkungan keluarga
dan penggunaan media
pembelajaran inovatif belum
optimal.

Guru sebaiknya berinovasi dan


menerapkan model-model
pembelajaran inovatif dan
mengupayakan agar
pembelajaran bisa berbasis TIK
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

agar minat belajar peserta didik


meningkat.
2. Ningsi Wulandari
mengemukakan bahwa
rendahnya minat belajar
peserta didik disebabkan
karena guru kurang mampu
mengelola kelasnya dengan
baik.

Guru sebaiknya diberikan


pelatihan khusus untuk
mengembangkan pengetahuan
dan kreatifitasnya dalam
mengelola kelas.

 Pengawas Sekolah
Ramli mahmud mengemukakan
bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan minat belajar
peserta didik kurang yaitu adanya
pengaruh Handphone, metode
mengajar guru yang terasa
membosankan bagi peserta didik,
hubungan dengan guru kurang
baik, dan tugas rumah yang terasa
lebih penting dibanding pelajaran
sekolah.

Guru sebaiknya meningkatkan


kualitasnya, memaksimalkan
fasilitas pembelajaran, memilih
metode yang tepat, memanfaatkan
media pembelajaran, senantiasa
melakukan evaluasi pembelajaran
dan membangun hubungan
dengan orang tua peserta didik.

 Pakar
1. Agus Supramono
mengemukakan bahwa faktor
penyebab minat belajar peserta
didik rendah yaitu pengemasan
pembelajaran guru kurang
variatif dan kurang dipadukan
dengan media pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan
siswa, faktor lainnya juga
diakibatkan karena pelibatan
peserta didik dalam
pembelajaran kurang optimal.

Hal tersebut dapat diatasi


SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

dengan penggunaan media


pembelajaran berbasis
teknologi. Pada saat
penggunaan teknologi peserta
didik sangat antusias dalam
pembelajaran.

2. Asrianto mengemukakan bahwa


rendahnya minat belajar
peserta didik dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti:
 Peserta didik terganggu
gadget dan kebanyakan
bermain game
 Pengelolaan kelas guru
belum optimal
 Cara mengajar guru kurang
menarik
 Guru belum mampu
memilih metode, model, dan
media pembelajaran yang
dapat mengaktifkan siswa
saat belajar
 Suasana belajar yang
menegangkan dan tidak
menyenangkan
 Sikap guru yang cuek
terhadap peserta didik
 Pembelajaran berpusat pada
guru sehingga peserta didik
menjadi pasif

Upaya yang dapat dilakukan


guru agar dapat menumbuhkan
minat belajar peserta didik,
yaitu:
 Guru mengoptimalkan
pembelajaran dengan
menggunakan metode,
model dan media
pembelajaran yang inovatif
dan menarik
 Guru harus mampu
mengelola kelas dengan baik
agar pembelajaran di kelas
menarik dan menyenangkan
 Guru melakukan
pendekatan persuasif
kepada peserta didik
 Guru tetap menjaga
keaktifan peserta didik dan
selalu melibatkannya dalam
proses KBM
 Guru memanfaatkan
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

teknologi saat pembelajaran

2 Peserta didik Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan


belum lancar  Masykuri (2019) menyatakan analisis terhadap hasil
membaca dan bahwa Faktor yang mempengaruhi kajian literatur dan hasil
belum bisa siswa belum memiliki keterampilan wawancara, serta
perkalian membaca adalah rasa malas untuk dikonfirmasi melalui
dengan lancar belajar, suasana lingkungan observasi dapat
kurang mendukung, juga pengaruh diketahui bahwa
siswa tidak masuk taman kanak- penyebab munculnya
kanak. masalah belum lancar
Sumber : membaca dan perkalian
Skripsi Analisis Kesulitan Membaca pada peserta didik
Permulaan pada Siswa Kelas I MI
Pesantren Pembangunan Cibeunying
adalah:
Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap  Peserta didik malas
Tahun 2017/2018 untuk belajar dan
Link : https://bit.ly/3CKPgQf tidak adanya
pengulangan saat
 Ali dan Asrial (2022: 3), berada di rumah
mengemukakan bahwa  Penggunaan media
Pemanfaatan media dapat pembelajaran belum
membantu guru untuk mengatasi maksimal
kesulitan membaca. Berbagai  Guru lebih
macam media pembelajaran bisa mengutamakan
digunakan untuk membantu penghafalan daripada
dalam proses peningkatan pemahaman konsep
kompetensi kognitif peserta didik.  Guru kurang
Satu diantara media tersebut mengoptimalkan
adalah buku cerita bergambar. kegiatan literasi dan
Cerita bergambar memiliki daya pemanfaatan
tarik yang diharapkan mampu perpustakaan
membuat peserta didik berfikir ataupun pojok baca
secara konkret serta
mengembangkan logika berfikirnya
karena gambar-gambar yang
terdapat di dalam buku cerita
tersebut dapat dilihat secara nyata
oleh peserta didik.
Sumber :
Artikel Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar
Volume 1 Nomor 1 2002: 1-10
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Tiwi Mardika (2017: 32),


menyatakan bahwa Strategi yang
dilakukan guru untuk mengatasi
siswa yang belum lancar membaca,
menulis dan berhitung ialah
dengan terus sabar memberikan
materi pembelajaran, mulai dari
dasar sampi siswa lancar,
membuatkan media-media yang
menarik yang membuat siswa lebih
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

semangat., selain itu kerjasama


orang tua untuk mengatasi siswa
yang belum lancar membaca,
menulis dan berhitung.
Sumber :
Artikel Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar
Volume 10 No.1 September 2017: 28-33
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Setyabukti (Nor, dkk., 2018: 68)


mengemukakan bahwa
pembelajaran matematika di
Indonesia memang masih
menekankan menghapal rumus-
rumus dan menghitung, hal
tersebut yang menyebabkan
kemampuan pemahaman peserta
didik kurang berkembang.
Sumber :
Artikel Jurnal Imiah Pendidikan
Matematika Vol.1 No.1 April 2018: 67-71
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Utari et al., 2019 (Ilham, dkk.,


2021: 98), menemukan bahwa
Faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar matematika
berasal dari faktor internal dan
faktor eksternal.
1) Faktor internal yang berasal
dari siswa meliputi IQ atau
intelegensi, sikap siswa dalam
belajar matematika, motivasi
belajar siswa yang masih
rendah, kesehatan tubuh yang
tidak optimal, dan kemampuan
pengindraan siswa yang
kurang.
2) Faktor eksternal yang berasal
dari luar siswa antara lain
kurangnya variasi mengajar
guru, penggunaan media
pembelajaran yang belum
maksimal, sarana prasarana di
sekolah, serta lingkungan
keluarga.
Sumber :
Artikel Journal for Lesson and Learning
Studies Vol.4 No.1 Tahun 2021: 96-101
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Martini Jamaris, 2015: 48


(Mukminah, dkk., 2021: 13)
mengatakan bahwa untuk
mengatasi kesulitan belajar
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

matematika yang dialami siswa di


sekolah dasar maka hal yang
penting yang harus dilakukan
adalah memberikan pengalaman
belajar secara konkret dan
melakukan beberapa pengajaran
remedial seperti:
1) pelatihan penguasaan tugas
dan keterampilan;
2) pelatihan penguasaan proses;
3) pelatihan perilaku.
Sumber :
Artikel Jurnal Pacu Pendidikan Dasar Vol.1
No.1 Edisi Juli 2021: 13
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah
Muhammad Arzak mengemukakan
bahwa faktor penyebab peserta
didik belum lancar membaca dan
perkalian yaitu kurangnya
perhatian guru maupun orang tua,
peserta didik kurang konsentrasi
saat belajar, kesulitan mengeja
huruf dan membedakan huruf dan
cara belajar matematika yang
kurang tepat yaitu lebih
mementingkan penghafalan
daripada pemahaman konsep.

Guru sebaiknya melakukan


pendekatan persuasif dan
membimbing peserta didik agar
bisa lancar membaca dan
memahami perkalian dengan baik,
guru juga bisa memanfaatkan
media yang beragam agar peserta
didik lebih tertarik dan
menganggap belajar itu
menyenangkan.

 Guru
Fahryanto mengemukakan bahwa
hal yang menyebabkan peserta
didik belum lancar membaca dan
perkalian yaitu:
1) Kurangnya perhatian orang tua
dan guru
2) Kurangnya konsentrasi
3) Peserta didik masih kesulitan
membedakan huruf
4) Kecanduan siswa terhadap
gadget
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

Yang perlu dilakukan guru untuk


mengatasi kelancaran membaca
bisa dengan memperkenalkan
kartu huruf dan kartu baca,
sedangkan untuk kelancaran
perkalian bisa dengan memberikan
pemahaman konsep terlebih
dahulu sebelum menghapal
perkalian.

 Teman Sejawat
1. Vera Tri Utami mengemukakan
bahwa kurangnya pembiasaan
literasi dan numerasi di sekolah
dan tidak adanya pengulangan
materi pada saat berada di
rumah menjadi penyebab dari
kurang lancarnya peserta didik
membaca dan perkalian.

Sebaiknya komunikasi guru


dan orang tua peserta didik
harus dibangun agar bisa saling
membantu dalam pencapaian
belajar peserta didik.

2. Ningsi Wulandari
mengemukakan bahwa peserta
didik kurang lancar membaca
dan perkalian karena peserta
didik kurang melakukan
pengulangan dan pembiasaan
dan guru kurang
memperhatikan masalah yang
dialami dari setiap peserta
didiknya.

Guru sebaiknya meluangkan


waktu memberi bimbingan
khusus pada peserta didik yang
kurang lancar membaca, guru
bisa memberikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari
yang bisa dipecahkan dengan
perkalian dan memberikan
materi perkalian dengan cara
yang lebih konkrit.

 Pengawas Sekolah
Ramli mahmud mengemukakan
bahwa peserta didik belum lancar
membaca dikarenakan adanya
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

kekeliruan terhadap beberapa


huruf, kurangnya pembiasaan
peserta didik untuk membaca,
guru juga kurang melakukan
pembiasaan literasi di sekolah dan
guru kurang variatif dalam
menggunakan metode pemahaman
membaca. Sedangkan peserta didik
belum lancar perkalian
dikarenakan metode guru untuk
pembelajaran perkalian kurang
tepat, seringkali guru hanya
menuntut peserta didik untuk
menghafal tanpa adanya
pemahaman konsep terlebih
dahulu.

Hal yang perlu dilakukan guru


untuk mengatasi hal tersebut yaitu
menggunakan model dan media
yang inovatif pada proses
pembelajaran, dengan seperti itu
akan menumbuhkan semangat
peserta didik untuk belajar
membaca dan perkalian,
menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan mendampingi
peserta didik belajar.

 Pakar
1. Agus supramono
mengemukakan bahwa faktor
yang menyebabkan peserta
didik belum lancar membaca
yaitu guru kurang menerapkan
prinsip-prinsip literasi di
sekolah dan sarana dan
prasarana yang tidak memadai
seperti tidak adanya pojok baca.
Sedangkan faktor yang
menyebabkan peserta didik
kurang lancar dalam perkalian
yaitu guru hanya memberikan
beban untuk menghafal
perkalian bukan pada
pemahaman konsep
bahwasanya perkalian itu
merupakan konsep dari
penjumlahan berulang.

Untuk mengatasi hal tersebut


sebaiknya guru mengadakan
program literasi 15 menit
sebelum memulai proses
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

pembelajaran dan
memfungsikan pojok baca,
bahkan guru harus
menciptakan lingkungan yang
mendukung literasi. Sedangkan
diperkalian, guru harus
memperkuat pemahaman
konsep.

2. Asrianto mengemukakan bahwa


peserta didik kurang lancar
membaca dikarenakan:
 Guru kurang
mengoptimalkan kegiatan
Literasi di sekolah
 Guru kurang memfungsikan
pojok baca maupun
perpustakaan
 Guru kurang menggunakan
alat peraga seperti kartu
huruf dan kata
 Guru tidak menggunakan
media pembelajaran yang
menarik
 Guru kurang menggunakan
metode dan model
pembelajaran yang relevan
 Peserta didik masih sering
lupa bentuk huruf dan sulit
membedakan beberapa
huruf saat membaca
 Peserta didik tidak
membiasakan diri belajar
membaca dan tidak adanya
pengulangan
 Peserta didik tidak TK

Asrianto juga mengemukakan


faktor yang menyebabkan
peserta didik belum lancar
perkalian yaitu:
 Peserta didik menganggap
pelajaran matematika itu
sulit
 Guru kurang memberikan
pemahaman konsep
 Peserta didik hanya belajar
saat berada di sekolah
 Metode pembelajaran yang
tidak sesuai
 Kurangnya konsep dasar
matematika peserta didik
 Guru kurang menggunakan
media pembelajaran
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

Upaya yang dapat dilakukan


guru untuk mengatasi hal
tersebut yaitu:
 Guru bisa menghadirkan
belajar huruf, kata, ataupun
kalimat dan belajar
perkalian melalui permainan
 Guru mengoptimalkan
penggunaan model dan
media pembelajaran yang
menarik
 Mengoptimalkan fungsi
perpustakaan dan pojok
baca
 Guru menekankan
pemahaman kosep perkalian
bahwasanya perkalian
adalah penjumlahan
berulang
 Guru membiasakan peserta
didik untuk berlatih
membaca dan perkalian

3 Kurangnya Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan


interaksi  Abu Achmadi dan Shuyadi, 1985 analisis terhadap hasil
antara guru (Eni dan Istikomah, 2016: 169) kajian literatur dan hasil
dengan mengatakan bahwa Interaksi wawancara, serta
peserta didik edukatif harus menggambarkan dikonfirmasi melalui
saat proses hubungan aktif dua arah dengan observasi dapat
KBM sejumlah pengetahuan sebagai diketahui bahwa
mediumnya, sehingga interaksi itu penyebab munculnya
merupakan hubungan yang masalah kurangnya
bermakna dan kreatif. Semua interaksi guru dengan
unsur interaksi edukatif harus peserta didik saat proses
berproses dalam ikatan tujuan KBM adalah:
pendidikan. Karena itu, interaksi  Kurangnya inisiatif
edukatif adalah suatu gambaran guru untuk
hubungan aktif dua arah antara berinteraksi dengan
guru dan anak didik yang peserta didik
berlangsung dalam ikatan tujuan  Peserta didik segan
pendidikan. terhadap guru
Sumber :  Guru kurang
Buku Psikologi Belajar & Mengajar.
Penulis: Eni Fariyatul Fahyuni dan
melibatkan peserta
Istikomah, 2016: 169 didik dalam
Link : https://bit.ly/3CKPgQf pembelajaran
 Metode mengajar guru
 Ridwan (2020), mengatakan bahwa kurang tepat
Tanpa adanya interaksi dengan
siswa guru tidak akan bisa
mengetahui apa saja yang dapat
membuat siswa semangat sehingga
kedekatan antara keduanya
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

haruslah ditingkatkan atau guru


berinisiatif untuk terlebih dahulu
berinteraksi dengan para
siswanya.
Sumber :
Artikel Jurnal Pola Interaksi Guru PAI
dengan Siswa dalam Meningkatkan Hasil
Belajar di SMA Negeri 1 Belang. Jurnal Al
Hikmah Vol. 2 No. 2, 2020: 160-172
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Zaifullah, dkk. (2021: 17),


menyatakan bahwa Interaksi guru
dan peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar merupakan dua
faktor yang tidak dapat dipisahkan
dan saling mempengaruhi satu
sama lain, karena hubungan
antara guru dan peserta didik
sangat menentukan dalam
melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Guru berfungsi sebagai
seseorang yang dapat mengatur
keberlangsungan proses
pembelajaran, salah satunya
adalah penggunaan metode
pembelajaran yang berdampak
besar terhadap proses
pembelajaran. Oleh karena itu
metode merupakan alat atau media
untuk menjalin engagement yang
lebih terstruktur dan terfokus.
Pemilihan metode pembelajaran
merupakan salah satu aspek
penting dalam proses
pembelajaran. Sehingga
antusiasme peserta didik dalam
belajar dapat meningkat dan
memberikan pengaruh positif
terhadap keberhasilan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
Sumber :
Artikel Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Vol.4 No.2 November 2021:
9-18
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah
Muhammad Arzak mengemukakan
bahwa faktor yang menyebabkan
kurangnya interaksi antara peserta
didik dengan guru yaitu guru
kurang berkomunikasi dengan
peserta didik, guru terkesan galak
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

dan tidak mau bersahabat dengan


peserta didik. Kalau dilihat dari
peserta didiknya, peserta didik
cenderung malu dan takut
bertanya kepada guru sehingga
menjadi pasif saat proses KBM.
Guru sebaiknya mengawali
pertemuan dengan baik, mencari
tahu apa minat dan bagaimana
karakter setiap peserta didik,
menggunakan metode belajar
sambil bermain, dan sering
melakukan diskusi kepada peserta
didik agar interaksi antar guru
dengan peserta didik dapat terus
berjalan.

 Guru
Fahryanto mengemukakan bahwa
kurangnya persiapan mengajar dan
metode pembelajaran berpusat
pada guru menjadi penyebab
kurangnya interaksi guru dan
peserta didik.

Guru sebaiknya melakukan


perencanaan pembelajaran dengan
membuat planning dalam
pembelajaran seperti menyiapkan
RPP, bahan ajar, media
pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Dalam penggunaan
metode sebaiknya menggunakan
metode yang bervariatif.

 Teman Sejawat
1. Vera Tri Utami mengemukakan
bahwa faktor yang
menyebabkan interaksi guru
dengan peserta didik kurang
yaitu kebanyakan peserta didik
segan terhadap guru.

Sebaiknya saat kepala sekolah


melakukan supervisi kepada
guru, setelah melihat interaksi
antar guru dan peserta didik
sangat kurang sebaiknya
memberi arahan dan masukan.
Guru yang memiliki masalah
dalam pembelajaran juga harus
lebih sering sharing kepada
rekan guru untuk mendapat
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

masukan.

2. Ningsi Wulandari
mengemukakan bahwa faktor
penyebab kurangnya interaksi
guru dengan peserta didik
karena guru hanya
menggunakan metode ceramah
saat mengajar dan guru hanya
sekedar memberi materi dan
tugas tanpa adanya interaksi
lain saat proses pembelajaran
berlangsung.

Guru sebaiknya lebih aktif saat


proses KBM, melakukan
pendekatan persuasif dan
selalu menciptakan suasana
kelas yang interaktif.

 Pengawas Sekolah
Ramli Mahmud mengemukakan
bahwa faktor yang menyebabkan
kurangnya interaksi guru dengan
peseta didik yaitu peserta didik
kurang menguasai materi, guru
terlalu banyak tugas sehingga
tidak mampu merancang
pembelajaran yang interaktif, sikap
tegas guru yang terkadang di salah
artikan sehingga peserta didik
menjadi pasif saat pembelajaran,
dan guru kurang mampu
menguasai kelas.

Sebaiknya sebelum memulai


pelajaran guru melakukan ice
breaking untuk mencairkan
suasana ketegangan dalam kelas,
guru harus menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan
interaktif, guru harus membuat
suasana belajar yang nyaman, dan
guru aktif berkomunikasi dengan
peserta didik di kelas maupun saat
berada diluar kelas.

 Pakar
1. Agus Supramono
mengemukakan bahwa hal yang
menyebabkan kurangnya
interaksi antar guru dengan
peserta didik yaitu guru kurang
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

mampu memahami kebutuhan


peserta didik, peserta didik
kurang terbuka kepada guru,
bahkan terkadang guru tidak
terlalu paham dengan bahasa
lokal tempat dia mengabdi
sehingga membuat interaksi ke
peserta didik tidak optimal.

Guru sebaiknya belajar bahasa


lokal sehingga mudah
berkomunikasi dengan peserta
didik, guru tidak boleh
menutup diri kepada peserta
didik, dan guru tidak hanya
berkomunikasi kepada peserta
didik saat berada di kelas,
namun saat berada diluar kelas
pun agar dapat memperkuat
bonding antara guru dengan
peserta didik.

2. Asrianto mengemukakan bahwa


faktor yang melatarbelakangi
kurangnya interaksi guru
dengan peserta didik yaitu:
 Cara mengajar guru yang
kurang menarik perhatian
peserta didik untuk
berinteraksi
 Guru kurang melibatkan
peserta didik dalam
pembelajaran
 Guru terlalu pasang wibawa
dan tidak memperhatikan
peserta didik
 Cara berkomunikasi guru
dengan peserta didik kurang
menarik
 Guru kurang menguasai
kelas atau pengelolaan
kelasnya belum optimal
 Peserta didik segan terhadap
guru bahkan terkadang
menganggap guru itu galak.

Upaya yang dapat dilakukan


oleh seorang guru untuk
mengatasi kurangnya interaksi
guru dengan peserta didik
yaitu:
 Guru sebaiknya menyapa
peserta didik dengan ramah
dan bersemangat
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

 Guru sebaiknya
menciptakan suasana kelas
yang rileks tapi tetap terarah
 Guru harus menghadirkan
ice breaking di setiap
pembelajaran
 Guru harus menggunakan
metode, model dan media
yang variatif yang bisa
membangkitkan keaktifan
peserta didik
 Guru harus lebih sering
melakukan diskusi dengan
peserta didik
 Guru harus selalu
berinovasi untuk
menciptakan kondisi dan
lingkungan yang
memungkinkan peserta
didik untuk bersosialisasi
mengembangkan dan
mengkomunikasikan
gagasannya kepada orang
lain, teman maupun guru.

4 Guru belum Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan


mengimpleme  Nurdyansyah dan Eni (2016: 21) analisis terhadap hasil
ntasikan menyatakan bahwa sebelum kajian literatur dan hasil
model-model menentukan model pembelajaran wawancara, serta
pembelajaran yang akan digunakan dalam dikonfirmasi melalui
yang inovatif kegiatan pembelajaran, ada observasi dapat
beberapa hal yang harus diketahui bahwa
dipertimbangkan guru dalam penyebab munculnya
memilihnya, yaitu: masalah guru belum
1) Pertimbangan terhadap tujuan mengimplementasikan
yang hendak dicapai. model-model
2) Pertimbangan yang pembelajaran yang
berhubungan dengan bahan inovatif adalah:
atau materi pembelajaran  Guru kurang
3) Pertimbangan dari sudut memahami sintaks
peserta didik atau siswa dari setiap model
4) Pertimbangan lainnya yang pembelajaran inovatif
bersifat nonteknis  Guru terlalu nyaman
Sumber : berada di zona model
Buku Inovasi Model Pembelajaran sesuai
pembelajaran
Kurikulum 2013. Penulis: Nurdyansyah
dan Eni Fariyatul Fahyuni, 2016: 21 konvensional
Link : https://bit.ly/3CKPgQf  Kurangnya rasa
keingintahuan guru
 Ninik dan Hafis (2012: 6-7) terhadap model-model
menyatakan bahwa dengan pembelajaran inovatif
pemilihan model pembelajaran,
diharapkan adanya perubahan dari
mengingat (memorizing) atau
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

menghafal (rote learning) ke arah


berpikir (thinking) dan pemahaman
(understanding), dari model
ceramah ke pendekatan discovery
learning atau inquiry learning, dari
belajar individual ke kooperatif,
serta dari subject centered ke
learner centered atau
terkonstruksinya pengetahuan
siswa.
Sumber :
Buku 29 Model-Model Pembelajaran
Inovatif. Penulis: Ninik Sri Widayati dan
Hafis Muaddab, 2012: 6-7
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Jusmawati, dkk. (2021: 89),


mengemukakan bahwa Solusi
dalam menghadapi kendala yang
dihadapi dalam menerapkan
Pembelajaran Inovatif, yaitu:
1. Guru harus selalu mengupdate
perkembangan zaman terkait
model pembelajaran inovasi dan
terus, mencoba untuk
melakukan hal yang baru
berdasarkan zaman.
2. Guru harus mampu membuat
rencana pembelajaran dengan
baik dan menetapkan waktu
berdasarkan fase sehingga
materi yang di ajarkan bisa
tersistematis dan tercapai
kompetensinya.
3. Guru harus lebih kreatif
merancang dengan
menggunakan fitur atau
aplikasi pembelajaran yang
terintegrasi dengan internet
sehingga memudahkan proses
pembelajaran.
4. Membiasakan peserta didik
menemukan masalah dan
menguji masalah tersebut
secara tim serta memecahkan
masalah tersebut secara tim
5. Sekolah memberikan
pembekalan dan evaluasi
mengenai pembelajaran inovatif
setiap tahun ajaran baru.
Sumber :
Buku Model-Model Pembelajaran Inovatif
di Sekolah Dasar. Penulis: Jusmawati, dkk.
2021: 89
Link : https://bit.ly/3CKPgQf
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah
Muhammad Arzak mengemukakan
bahwa penyebab guru kurang
mengimplementasikan model-
model pembelajaran inovatif yaitu
kurangnya waktu guru untuk
merancang pembelajaran yang
inovatif, terbatasnya pemahaman
guru dalam menerapkan
pembelajaran inovatif, dan
kemampuan peserta didik yang
berbeda-beda membuat guru
kebingungan untuk memilih model
pembelajaran inovatif yang tepat.

Yang perlu dilakukan guru untuk


mengatasi permasalah tersebut
yaitu dengan belajar mandiri atau
bertanya kepada teman sejawat
bagaimana cara menerapkan dan
apa saja model pembelajaran yang
sesuai dengan karakter peserta
didik masing-masing atau bahkan
mengikuti pelatihan/seminar
secara online maupun offline.

 Guru
Fahryanto mengemukakan bahwa
model-model pembelajaran inovatif
kurang diimplementasikan oleh
guru karena kurangnya
penguasaan guru terhadap model
pembelajaran inovatif dan
kurangnya memahami sintaks
disetiap model pembelajaran
inovatif.

Guru sebaiknya mempelajari dan


menguasai model pembelajaran
inovatif beserta sintaksnya.

 Teman Sejawat
1. Vera Tri Utami mengemukakan
bahwa penyebab guru belum
menerapkan model-model
pembelajaran inovatif karena
kurangnya pemahaman guru
tentang model-model
pembelajaran inovatif sehingga
guru masih menggunakan
metode ceramah.
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

Sebaiknya kerjasama antar


guru harus dibangun agar bisa
saling bertukar pikiran dan
saling memotivasi untuk bisa
menerapkan model-model
pembelajaran inovatif.
2. Ningsi Wulandari
mengemukakan bahwa faktor
penyebab guru belum
menggunakan model-model
pembelajaran inovatif yaitu
guru terlalu nyaman
menggunakan metode ceramah
karena terbilang mudah, guru
malas mengupdate ilmunya,
dan kurangnya waktu bagi guru
untuk mempersiapkan
pembelajaran yang lebih
matang.

Kepala sekolah seyogianya


sering mendampingi guru-
gurunya agar bisa mengetahui
permasalahan atau hambatan
apa saja yang dialami oleh guru
saat mengajar. Selain itu guru
harus mengupdate ilmunya
dengan mengikuti pelatihan.

 Pengawas Sekolah
Ramli Mahmud mengemukakan
bahwa kendala yang dialami guru
sehingga belum sempat
mengimplementasikan model-
model pembelajaran yaitu guru
terbiasa menggunakan model
pembelajaran yang monoton, guru
menganggap waktu yang terbatas
dalam menerapkan model
pembelajaran inovatif, dan
kurangnya rasa ingin tahu guru
terhadap model-model
pembelajaran.

Untuk mengatasi hal tersebut,


sebaiknya guru berusaha untuk
mempelajari model-model
pembelajaran inovatif.

 Pakar
1. Agus supramono
mengemukakan bahwa guru
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

belum mengimplementasikan
model-model pembelajaran
inovatif karena guru kesulitan
mengembangkan potensinya
karena kurang mencari tahu,
guru menutup diri akan hal-hal
baru dan menganggap bahwa
apa yang dia lakukan saat ini
sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik dalam
belajar. Hal lainnya juga
disebabkan karena kepala
sekolah yang kurang memberi
kesempatan kepada guru-
gurunya untuk
mengembangkan potensinya.

Sebaiknya guru membangun


motivasi dirinya untuk bisa
mengembangkan potensinya,
membuka diri akan hal-hal
baru karena banyak model yang
bisa diadaptasi sehingga
pembelajaran lebih variatif dan
pengemasan pembelajaran lebih
berwarna, sehingga bisa
menampung kebutuhan belajar
siswa dan sebaiknya kepala
sekolah juga memberikan
kesempatan kepada guru-guru
untuk mengikuti pelatihan
maupun pendidikan untuk
mengembangkan potensinya.

2. Asrianto mengemukakan bahwa


faktor penyebab guru belum
mengoptimalkan model-model
pembelajaran inovatif yaitu:
 Guru belum memahami
sintaks dari setiap model
pembelajaran inovatif
 Guru terlalu nyaman berada
di zona model pembelajaran
konvensional
 Guru mengandalkan buku
sebagai sumber belajar
 Guru belum terinspirasi
untuk menggunakan model
pembelajaran inovatif
 Guru menganggap bahwa
model pembelajaran inovatif
memerlukan waktu yang
lama untuk diterapkan
 Guru tidak memiliki waktu
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

untuk menyiapkan media


pembelajaran yang sesuai
dengan model pembelajaran
inovatif
 Kurangnya kesadaran guru
untuk menggunakan model
pembelajaran inovatif
 Guru tidak ingin menambah
kepusingan dengan selalu
memikirkan model
pembelajaran apa yang akan
disajikan untuk esok hari

Upaya yang dapat dilakukan


oleh seorang guru untuk
mengatasi hal tersebut yaitu:
 Guru sebaiknya mempelajari
sintaks dari setiap model
pembelajaran inovatif dan
belajar memahami cara
penerapannya
 Guru sebaiknya pandai
memanfaatkan barang-
barang yang ada di sekitar
untuk dijadikan media
pembelajaran yang sesuai
dengan model pembelajaran
inovatif yang akan
diterapkan
 Guru sebaiknya memahami
tujuan dari penggunaan
model pembelajaran inovatif
 Guru bisa belajar secara
online maupun offline,
mengikuti pelatihan maupun
seminar mengenai model
pembelajaran inovatif.

5 Pembelajaran Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan


di kelas  Tomei (Ridwan, 2019: 2), analisis terhadap hasil
belum menyatakan bahwa HOTS kajian literatur dan hasil
berbasis mencakup transformasi informasi wawancara, serta
HOTS dan ide-ide. Transformasi ini dikonfirmasi melalui
terjadi jika siswa menganalisa, observasi dapat
mensintesa atau menggabungkan diketahui bahwa
fakta dan ide, menggeneralisasi, penyebab munculnya
menjelaskan, atau sampai pada masalah pembelajaran di
suatu kesimpulan dan interpretasi. kelas belum berbasis
Manipulasi informasi dan ide-ide HOTS adalah:
melalui proses tersebut akan  Guru mengalami
memungkinkan siswa untuk kesulitan dalam
menyelesaikan permasalahan, pengimplementasian
memperoleh pemahaman, dan pembelajaran
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

menemukan makna baru. berbasis HOTS


Sumber :  Guru kurang
E-Book Pembelajaran Berbasis HOTS
memahami
(Higher Order Thinking Skills). Penulis:
Ridwan Abdullah Sani, 2019: 2 pembelajaran
Link: https://bit.ly/3e5SC5Y berbasis HOTS dan
penggunaan KKO
 Elok dan Oksiana (2015: 939),  Kemampuan peserta
menyatakan bahwa Keterampilan didik masih LOTS dan
berpikir kritis dapat ditingkatkan nilai akan rendah jika
dengan model pembelajaran. diterapkan
Namun demikian, tidak semua pembelajaran
model pembelajaran secara berbasis HOTS
otomatis dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis. Hanya
model pembelajaran tertentu yang
akan meningkatkan keterampilan
berpikir kritis. Model pembelajaran
yang dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis, paling
tidak mengandung tiga proses,
yakni
a) penguasaan materi,
b) internalisasi, dan
c) transfer materi pada kasus
yang berbeda.
Sumber :
Artikel Jurnal Kajian Moral dan
Kewarganegaraan Volume 02 Nomor 03
Tahun 2015: 936-950
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Yoki, dkk. (2018: 37-39),


menyatakan bahwa dalam praktik
pembelajaran yang berorientasi
pada keterampilan berpikir tingkat
tinggi atau HOTS, ada empat
macam pertanyaan yang menjadi
sarana penting bagi guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan
berpikir peserta didik. Pertanyaan
tersebut yaitu:
1) Pertanyaan Inferensial
2) PertanyaanInterpretasi
3) Pertanyaan Transfer
4) Pertanyaan Hipotetik
Sumber :
Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi
pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Penulis: Yoki Ariyana dkk, 2018: 37-39
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Subroto dan Sutaryadi (2018: 83),


mengemukakan bahwa
berdasarkan hasil penelitian yang
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

telah dilakukan, kendala guru


dalam menerapkan pembelajaran
berbasis HOTS yaitu:
1) Guru mengalami kesulitan
dalam merancang dan
menerapkan evaluasi
berbasiskan HOTS
2) Guru kesulitan dalam
penyampaian materi
pembelajaran berbasiskan
HOTS
3) Guru kesulitan dalam
merancang media pembelajaran
untuk menunjang kegiatan
pembelajaran berbasiskan
HOTS
4) Guru kesulitan dalam
merancang perangkat
pembelajaran berbasiskan
HOTS
5) Guru kesulitan dalam proses
penyusunan bahan ajar
berbasiskan HOTS
Sumber :
Artikel Jurnal Pendidikan Dasar dan
Pembelajaran. Volume 8 (1) Juni 2018: 78-
87
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah
Muhammad Arzak mengemukakan
bahwa pembelajaran HOTS belum
dioptimalkan karena pemahaman
guru mengenai pembelajaran
berbasis HOTS masih kurang dan
belum pernah mengikuti pelatihan
dalam merancang pembelajaran
berbasis HOTS.

Guru harus banyak menggali ilmu


dan mempelajari pembelajaran
berbasis HOTS dengan belajar
mandiri di youtube maupun
mengikuti pelatihan.

 Guru
Fahryanto mengemukakan bahwa
faktor penyebab pembelajaran
HOTS belum diimplementasikan
karena pembelajaran dan
kemampuan peserta didik yang
masih LOTS dan pemahaman guru
tentang KKO masih rendah.
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

Guru sebaiknya memahami Kata


Kerja Operasional (KKO) dalam
mengimplementasikan dalam
indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, langkah
pembelajaran, bahan ajar dan
evaluasi. Melatih siswa
menyelesaikan soal yang berbasis
HOTS (C4, C5, dan C6).

 Teman Sejawat
1. Vera Tri Utami mengemukakan
bahwa pembelajaran berbasis
HOTS belum dioptimalkan
karena guru belum mengerti
apa itu HOTS sehingga
penerapannya pun belum
maksimal.

Untuk mengatasi hal tersebut,


guru harus mencari informasi
mengenai HOTS dan mencari
narasumber seperti teman guru
lainnya, guru penggerak
ataupun kepala sekolah dari
sekolah lain yang bisa berbagi
pengalaman mengenai
pembelajaran HOTS.

2. Ningsi Wulandari
mengemukakan bahwa faktor-
faktor yang menyebabkan
pembelajaran di kelas belum
berbasis HOTS karena peserta
didik belum mampu menerima
pembelajaran berbasis HOTS
dan guru juga belum terlalu
paham mengenai pembelajaran
HOTS.

Guru sebaiknya banyak berlatih


dalam penerapan pembelajaran
HOTS agar peserta didik juga
ikut terbiasa.

 Pengawas Sekolah
Ramli Mahmud mengemukakan
bahwa kendala guru belum
menerapkan pembelajaran
berbasis HOTS karena guru kurang
memahami pembelajaran HOTS itu
sendiri, guru mengkhawatirkan
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

nilai peserta didik akan rendah,


guru kesulitan merancang
pembelajaran yang memancing
berpikir tingkat tinggi peserta didik
dan pengetahuan peserta didik
yang masih kurang terhadap
pembelajaran sehingga masih
menggunakan LOTS, sehingga
sangat tidak memungkinkan untuk
menerapkan pembelajaran HOTS.

Untuk mengatasi hal tersebut


sebaiknya guru belajar untuk bisa
merancang perencanaan dan
pembelajaran berbasis HOTS dan
guru harus terampil dalam
memanfaatkan dan
mengembangkan metode, model,
media dan sumber belajar yang
dapat menunjang tujuan
pembelajaran berbasis HOTS.

 Pakar
1. Agus Supramono
mengemukakan bahwa kendala
guru belum menerapkan
pembelajaran berbasis HOTS
dikarenakan guru pada saat
mengajar mengadaptasi dari
pembelajaran yang dia peroleh
saat mereka sekolah, masih
menggunakan LOTS.

Untuk itu, guru perlu


memahami dan mengetahui
cara penerapan pembelajaran
berbasis HOTS dan
mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi peserta
didik dengan membiasakan
pembelajaran HOTS di kelas.

2. Asrianto mengemukakan bahwa


kendala yang membuat guru
kurang bahkan belum
mengimplementasikan
pembelajaran berbasis HOTS
yaitu:
 Guru belum memahami
pembelajaran berbasis HOTS
 Guru terbiasa menggunakan
LOTS
 Guru belum memahami
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

penggunaan KKO
 Guru merasa sulit
menyesuaikan pembelajaran
sesuai kemampuan peserta
didik yang berbeda-beda
 Guru mengkhawatirkan nilai
peserta didik akan rendah
 Peserta didik belum siap
menerima pembelajaran
berbasis HOTS
 Minimnya sosialisasi
mengenai pembelajaran
HOTS

Upaya yang dapat dilakukan


oleh seorang guru untuk bisa
menerapkan pembelajaran
berbasis HOTS yaitu:
 Guru sebaiknya belajar
mengenai pembelajaran
HOTS dan cara penggunaan
KKO
 Guru sebaiknya belajar
merancang perencanaan dan
pembelajaran berbasis HOTS
 Guru sebaiknya terampil
dalam memilih metode,
model, media dan sumber
belajar yang mendukung
tujuan pembelajaran
berbasis HOTS
 Membiasakan peserta didik
dengan pembelajaran
berbasis HOTS

6 Guru belum Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan


mengimpleme  Menurut Association for analisis terhadap hasil
ntasikan Educational Communication and kajian literatur dan hasil
pemanfaatan Technology, 2004 (Alwi, 2021: 35) wawancara, serta
TIK dalam teknologi pendidikan adalah studi dikonfirmasi melalui
pembelajaran dan praktik etis dalam upaya observasi dapat
memfasilitasi pembelajaran dan diketahui bahwa
meningkatkan kinerja dengan cara penyebab munculnya
menciptakan, masalah guru belum
menggunakan/memanfaatkan, mengimplementasikan
mengelola proses dan pemanfaatan TIK dalam
sumbersumber teknologi yang pembelajaran adalah:
tepat. Tujuan utamanya masih  Kurangnya
tetap untuk memfasilitasi kompetensi dan
pembelajaran (agar efektif, efisien kepercayaan diri guru
dan menarik/ joyfull) dan dalam
meningkatkan kinerja). mengintegrasikan TIK
Perkembangan ilmu dan teknologi ke dalam
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

merupakan salah satu hasil pembelajaran


produktivitas manusia yang  Rendahnya
didapat dari pendidikan. kemampuan guru
Sumber : dalam menggunakan
Buku Teknologi Pendidikan di Abad Digital.
dan mengoperasikan
Penulis: Alwi Hilir, 2021: 35
Link : https://bit.ly/3CKPgQf TIK
 Guru takut
 Sri Lestari (2015: 128-129), menggunakan TIK
mengemukakan bahwa kendala karena takut
pemanfaatan TIK secara membuat kesalahan
terintegrasi dalam pembelajaran
antara lain:
1) Belum meratanya infrastruktur
yang mendukung pemanfaatan
TIK dalam pembelajaran
2) Adanya keterbatasan SDM
untuk mendukung
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran
3) Kurangnya rasa percaya diri
guru menggunakan TIK dalam
melaksanakan proses
pembelajaran
4) Guru takut gagal mengajar
melalui penggunaan TIK
5) Kurangnya kompetensi guru
dalam mengintegrasikan TIK ke
dalam pembelajaran
6) Terbatasnya jumlah guru yang
memiliki pengetahuan dan
keterampilan di bidang
penggunaan komputer dan
internet
7) Kurang antusiasnya guru
untuk melakukan perubahan
dengan mengintegrasikan
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran di kelas
8) Guru belum pernah
mendapatkan atau mengikuti
pelatihan/penataran di bidang
pemanfaatan TIK untuk
pembelajaran
9) Kurangnya kesadaran
individual guru untuk
mengembangkan potensi
dirinya agar bisa memiliki
kompetensi di bidang
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran
10)Belum berkembangnya
kesadaran guru tentang
pentingnya peranan TIK dalam
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

meningkatkan kualitas
pembelajaran
11)Kecenderungan guru yang
sudah merasa puas terhadap
materi pelajaran yang diberikan
secara tatap muka atau
langsung, sehingga
menyebabkan mereka tidak
mau atau malas mencari
informasi tambahan
Sumber :
Artikel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemanfaatan TIK oleh Guru. Penulis: Sri
Lestari Tahun 2015: 121-134
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Sutria, dkk. (2020: 522),


mengemukakan bahwa
problem/masalah guru dalam
penggunaan teknologi dalam
pembelajaran yaitu:
1) Guru beranggapan bahwa
penggunaan TIK dalam
pembelajaran dapat menguras
waktu yang cukup banyak
2) Terbatasnya jumlah infokus
3) Peserta didik kurang
memahami materi yang
disampaikan karena hanya
senang menonton dan melihat
gambar-gambar tanpa
memahami isi materi
4) Tidak tersedianya jaringan
internet
5) Belum tersedianya layar infokus
Sumber :
Artikel Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
Volume 4 Nomor 3 Mei 2020: 518-524.
Penulis: Sutria Ningsih, dkk.
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Siahaan, 2010 (Christina),


menyatakan bahwa pentingnya
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran mengingat potensi
TIK itu sendiri dalam memfasilitasi
dan mengoptimalkan proses belajar
siswa yang antara lain:
1) membuat konkrit konsep yang
abstrak, misalnya untuk
menjelaskan sistem peredaran
darah;
2) membawa obyek yang
berbahaya atau sukar didapat
ke dalam lingkungan belajar,
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

seperti: binatang-binatang
buas, atau penguin dari kutub
selatan;
3) menampilkan obyek yang
terlalu besar, seperti pasar,
candi borobudur;
4) menampilkan obyek yang tidak
dapat dilihat dengan mata
telanjang, seperti: mikro
organisme;
5) mengamati gerakan yang terlalu
cepat, misalnya dengan slow
motion atau time- lapse
photograhy;
6) memungkinkan siswa
berinteraksi langsung dengan
lingkungannya;
7) memungkinkan keseragaman
pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa;
8) membangkitkan motivasi
belajar siswa;
9) menyajikan informasi belajar
secara konsisten, akurat,
berkualitas dan dapat diulang
penggunaannya atau disimpan
sesuai dengan kebutuhan; atau
10)menyajikan pesan belajar
secara serempak untuk lingkup
sasaran yang sedikit/kecil atau
banyak/luas, mengatasi
batasan waktu (kapan saja)
maupun ruang di mana saja).
Sumber :
Artikel Jurnal Penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam
Peningkatan Kualitas Pembelajaran.
Penulis: Christina Ismaniati
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

 Sudi (2015: 16), menyatakan


bahwa Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) memiliki tiga
fungsi utama yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu:
1) Teknologi berfungsi sebagai alat
(tools)
2) Teknologi berfungsi sebagai
ilmu pengetahuan (science)
3) Teknologi berfungsi sebagai
bahan cran alat bantu untuk
pembelajaran (literacy)
Sumber :
Artikel Jurnal Peranan Perkembangan
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

Teknologi Informasi dan Komunikasi


dalam Kegiatan Pembelajaran dan
Perkembangan Dunia Pendidikan. Jurnal
Ilmiah AMIK Labuhan Batu Vol.3 No.3
September 2015: 16
Link : https://bit.ly/3CKPgQf

Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah
Muhammad Arzak mengemukakan
bahwa faktor yang menyebabkan
guru belum mengimplementasikan
TIK dalam pembelajaran yaitu
karena kepercayaan diri guru
kurang besar dalam
mengintegrasikan TIK, kompetensi
yang belum memadai atau
kurangnya pengetahuan guru
tentang TIK dan akses ke sumber
daya masih kurang (arus listrik
dan wifi di sekolah tidak normal).

Guru sebaiknya melek IT dan tidak


berhenti belajar, seperti halnya
mempelajari berbagai platform
pembelajaran sebagai media
pendukung.

 Guru
Fahraynto mengemukakan bahwa
guru belum mengimplementasikan
TIK dalam pembelajaran karena
kurangnya penguasaan guru
terhadap pengoperasian TIK dan
guru belum memahami
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran.

Guru sebaiknya mengikuti seminar


dan pelatihan TIK.

 Teman Sejawat
1. Vera Tri Utami mengemukakan
bahwa faktor yang
menyebabkan guru belum
mengoptimalkan penggunaan
TIK dalam pembelajaran yaitu
lokasi sekolah kurang memadai
untuk menerapkan
pembelajaran yang
menggunakan TIK, hal ini
disebabkan karena daya listrik
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

dan jaringan tidak ada, serta


kurangnya pemahaman guru
terhadap IT, guru menganggap
bahwa mereka sudah tua dan
tak perlu mempelajarinya.

Karena prasarana sudah


lengkap, jadi untuk mengatasi
hal tersebut, guru harus belajar
menggunakan TIK dan melek
terhadap perubahan zaman
pembelajaran seperti saat ini.

2. Ningsi Wulandari
mengemukakan bahwa hal yang
menyebabkan guru kurang
memanfaatkan TIK saat
pembelajaran berlangsung yaitu
terbatasnya pengetahuan guru
mengenai TIK dan hanya
terfokus pada penggunaan PPT
sederhana.

Guru sebaiknya lebih


memperdalam ilmunya
mengenai pemanfaatan TIK
dalam proses pembelajaran.

 Pengawas Sekolah
Ramli Mahmud mengemukakan
bahwa kendala yang dialami guru
sehingga belum mengoptimalkan
pembelajaran berbasis TIK yaitu
guru kurang terampil dalam
menggunakan IT, rata-rata guru
senior menganggap bahwa mereka
tidak perlu lagi mempelajari TIK,
guru GAPTEK sehingga
mengakibatkan kurangnya respon
guru akan teknologi, guru takut
menggunakan TIK karena takut
membuat kesalahan dan guru
kurang mengikuti pelatihan online
maupun offline.

Hal yang perlu dilakukan untuk


mengatasi hal tersebut yaitu guru
sebaiknya meningkatkan
kualitasnya dengan memotivasi diri
sendiri untuk bisa belajar
mengoperasikan TIK, guru harus
mampu memanfaatkan media
sosial dalam konteks pendidikan,
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

dan terbuka akan perubahan


teknologi dan informasi.

 Pakar
1. Agus Supramono
mengemukakan bahwa kendala
yang menyebabkan guru belum
mengimplementasiakan TIK
dalam proses pembelajaran
yaitu kurangnya dorongan dan
motivasi guru dari dirinya
sendiri untuk memanfaatkan
TIK, kurangnya tingkat literasi
teknologi guru, guru masih
tergolong GAPTEK dan sarana
prasarana sekolah yang belum
optimal.

Sebaiknya guru melek IT dan


memotivasi diri untuk belajar
kepada yang lebih paham
mengenai TIK agar bisa
membawa suasana belajar yang
menyenangkan bagi peserta
didik.

2. Asrianto mengemukakan bahwa


kendala yang dialami guru
sehingga belum
mengoptimalkan penggunaan
TIK dalam pembelajaran yaitu:
 Guru GAPTEK dipaksa
melek IPTEK
 Guru kurang terampil
mengoperasikan IT
 Kurangnya motivasi guru
untuk mempelajari IT
 Guru kurang mengikuti
pelatihan penggunaan TIK
dalam pembelajaran
 Guru menutup diri dari
perkembangan zaman
 Guru senior kurang
berminat mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan TIK karena
takut membuat kesalahan
 Guru hanya menggunakan
PPT sederhana.

Upaya yang dapat dilakukan


guru agar bisa menggunakan
TIK dalam pembelajaran yaitu:
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

 Guru sebaiknya
mengembangkan kreativitas
dan inovasinya melalui IT
 Guru sebaiknya mempelajari
dan tidak mau ketinggalan
dalam hal IT
 Guru mengikuti pelatihan
online maupun offline untuk
mendukung kualitas
pembelajaran
 Guru memperbanyak latihan
membuka dan
menggunakan IT dalam
pembelajaran
 Guru mencari tahu apa saja
media pembelajaran yang
berbasis TIK yang sesuai
dengan karakter dan
kebutuhan peserta didiknya
 Guru harus terbuka,
mendukung dan mengikuti
perkembangan IPTEK.
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

LAMPIRAN WAWANCARA
KEGIATAN EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH

Narasumber 1 Dokumentasi

Nama : Muhammad Arzak, S.Pd.


NIP : 19690105 198811 1 001
Jabatan : Kepala Sekolah
Unit Kerja : UPTD SPF SDN 21 Mattabulu
Kab. Soppeng

Narasumber 2 Dokumentasi

Nama : Fahryanto, S.Pd.


NIP : 19860424 200902 1 001
Jabatan : Guru Kelas
Unit Kerja : UPTD SPF SDN 21 Mattabulu
Kab. Soppeng
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

Narasumber 3 Dokumentasi

Nama : Vera Tri Utami, S.Pd.Gr.


NIP : 19940803 201903 2 016
Jabatan : Guru Kelas
Unit Kerja : UPTD SPF SDN 236 Taletting
Kab. Soppeng

Narasumber 4 Dokumentasi

Nama : Ningsi Wulandari, S.Pd.


NIP : 19940908 201903 2 015
Jabatan : Guru Kelas
Unit Kerja : UPTD SPF SDN 16 Liangeng
Kab. Soppeng

Narasumber 5 Dokumentasi

Nama : Ramli Mahmud, S.Pd.


NIP : 19620902 198203 1 004
Jabatan : Pengawas SD Gugus 4 Kab. Soppeng
Unit Kerja : Dinas Pendidikan & Kebudayaan
Kabupaten Soppeng
SUCITA IRADAH PUTRY - 2290224951122

Narasumber 6
Nama : Agus Supramono, S.Pd.Gr.
NIP : 19940817 201903 1 011
Jabatan : Guru Kelas
Duta Rumah Belajar Prov. Sulsel Tahun 2020
Unit Kerja : UPTD SPF SDN 140 Masumpu Kab. Soppeng

Dokumentasi

Narasumber 7

Nama : Asrianto, S.Pd., M.Pd.


NIP : 19760111 199903 1 003
Jabatan : Kepala Sekolah Penggerak
Kepala K3S Gugus 4 Kab. Soppeng
Instruktur K13
Unit Kerja : UPTD SPF SDN 5 Mattiropole Kab. Soppeng

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai