Anda di halaman 1dari 8

Do You Believe?

Nats: Yohanes 9:34-41

Gak gampang bagi kita yang bisa melihat untuk menyelami pikiran dan
perasaan saudara2 kita yang tunanetra.
Apalagi terhadap orang yang buta dan tuli sejak lahir, seperti Helen
Keller
Hidup dalam kegelapan dan kesunyian membuat Helen jadi pemarah dan
sering mengamuk.
Orang tuanya tidak mampu berkomunikasi dgn dia, mendidiknya dan
mengatasi kemarahannya.
Tetapi hidup Helen berubah ketika seorang guru perempuan datang, lalu
dengan sabar dan penuh kasih menolong Helen membaca dan menulis.
Sejak itu Helen Keller menjadi inspirasi bagi banyak orang sepanjang
zaman.

Yohanes memperlihatkan 4 jenis mata dalam teks kita.


Pertama: mata si pengemis yang buta sejak lahir, yang hari itu
mengalami perjumpaan dengan Yesus.
Saya mencoba menyelami pikiran dan perasaannya.
Orang yang seperti itu biasanya merasa bahwa dirinya tidak berharga,
hanya menjadi sampah masyarakat.
Menjadi pengemis, itu doang yang bisa dia kerjakan suka atau tidak
suka.
Telinganya mungkin sering dengar orang ngomongin dia, dengan nada
iba atau dengan sinis mempertanyakan: dosa dia atau dosa orang tuanya
yang membuat dia terlahir buta.

Kedua adalah mata para murid.


Mata yang penasaran, tapi juga mata yang judgmental kepada orang ini.
Sehingga pertanyaan mereka sangat abusive.
Mungkin mereka tidak berniat menuduh/menghakimi, mereka hanya
berespons seperti orang pada masa itu berespons saat melihat
penderitaan seseorang.
Ini dosa siapa?
Dosanya atau dosa orang tuanya?
Tetapi numpang nanya, apakah pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa
menolong kondisi dan situasi pengemis buta ini?
Tidak!
Justru sebaliknya, pertanyaan2 seperti itu akan mendatangkan guilty
feelings dan perasaan direndahkan.

Sebetulnya asumsi2 seperti ini adalah asumsi klasik sepanjang sejarah


manusia.
Bahwa penderitaan yang terjadi dalam hidup kita adalah akibat dosa kita
atau dosa orang tua kita.
Jika memang kebutaan itu karena dosa orang tuanya, maka persoalan
baru timbul: mengapa Tuhan menimpakan hukuman karena dosa orang
tua kepada anaknya?
Kenapa anak itu harus menerima akibat dari dosa orang tuanya?
Betapa tidak adilnya Allah itu!
Dan kalau kebutaan itu adalah akibat dosanya sendiri, ada masalah baru
lagi:
Sejak kapan dia berbuat dosa?
Di dalam kandungan ibunyakah?
Kalau dosanya dilakukan di usia dewasa, kenapa dia harus menerima
akibatnya sejak lahir?
Akhirnya kambing hitamnya siapa?
TUHAN.

Ketiga adalah mata Yesus yang melihat dan memandang orang buta ini
dengan kasih dan simpati.
Ayat 1 Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak
lahirnya
Caranya melihat berbeda dari yang lain.
Ia bukan hanya memandang akan hal-hal yang besar, tetapi juga
memandang dan memperhatikan burung yang kecil, bunga rumput yang
sederhana.
Bahkan semua yang paling hina dan sepele di mata manusia tidak pernah
dipandang hina olehNya.
Mata yang penuh dengan belas kasihan.
Mata yang mampu menyelami penderitaan dan kesusahan orang.

Terhadap pertanyaan murid-murid-Nya, Yesus memberi jawaban tegas


yang menentang paradigma masyarakat zaman itu!
Bukan dosanya dan bukan juga dosa orang tuanya.
Faktanya, si pengemis itu terlahir cacat.
Hidupnya tragis sekali.
Memang kita tidak bisa mengerti hal ini.
Ada hal-hal yang tidak kita bisa mengerti kenapa penderitaan tidak
henti-hentinya mendera orang yang sama.
Sampai kapanpun kita tidak akan dapat jawabannya.
Tetapi Yesus tidak pengen kita mencari tau penyebabnya.
Sebaliknya Yesus mengajar kita melihat fakta buruk itu bisa
mendatangkan kemuliaan bagi TUHAN.
(baca ayat 3)

Tapi realitasnya mudah atau susah?


Susah
Karena kita sudah menerima konsep bahwa kita baru bisa memuliakan
Allah dan bersyukur kalau hidup kita diberkati, nyaman dan serba lancar.
Yesus mengatakan bahwa lewat kebutaan itu kemuliaan Allah akan
dinyatakan!
Pekerjaan-pekerjaan Allah akan dinyatakan di dalam dia
Pada waktu si buta itu melihat maka kemuliaan itu dinyatakan.
Itulah tanda-tanda kedatangan Mesias yang dinanti-nantikan Isral.
Mesias yang dinubuatkan dalam PL adalah Mesias yang akan
mendatangkan pembaharuan!
Itulah sebabnya kedatangan Yesus disertai dengan berbagai macam
mujizat.
Tetapi mujizat itu juga menjadi satu cicipan, langit dan bumi yang baru
Di mana dalam kitab Wahyu tidak ada lagi orang buta dan timpang,
tidak ada lagi orang yang menangis, miskin buta dan telanjang,
tidak akan ada lagi orang yang dianiaya, tidak akan ada lagi orang yang
ditinggalkan.
Semua akan Tuhan jadikan baru.
Yang buta akan melihat, yang terhina akan dimuliakan, yang timpang
akan berjalan, yang tidak berpakaian akan dikasihi dan dilindungi oleh
Tuhan, dan bagi mereka yang dianiaya, keadilan Tuhan akan dinyatakan
atas mereka.
Mungkin tidak semuanya kita alami di dalam hidup kita yang sekarang.
Banyak orang Kristen sakit dan tidak sembuh.
Tetapi itulah yang akan kita alami kelak pada waktu Mesias itu datang
untuk kedua kalinya.

Yesus pun mencelikkan si pengemis buta itu.


Masalah selesai.
Tapi kalau tidak kontroversial, bukan Yesus namanya.
Masalah baru muncul.
Apa? Masalah penyembuhannya dilakukan di hari Sabat dan dengan cara
yang jelas melanggar aturan Sabat.
Yesus bisa gak hanya sekedar meniup mata si buta?
Yesus bsia gak hanya memegang matanya lalu berkata: sembuh!
Bisa.
Tapi Yesus meludah.
Mengaduk tanah dengan tanah dan ludah itu dengan jari-Nya.
Lalu mengoleskan adukan itu pada mata si buta lalu menyuruhnya mandi
di kolam Siloam.
Aturan sabat sudah dibuat sedemikian kompleks oleh ahli Taurat,
sehingga tindakan mengaduk tanah itu sudah sama dengan mengaduk
tanah untuk menanam.
Kenapa sih Yesus pake cara itu?
Apa Yesus ga capek menghadapi kepicikkan para pemimpin yang sok
saleh itu?
Tapi tujuan Yesus bukan itu.
Dia ingin melihat apakah iman si pengemis bertumbuh.
Apakah imannya teruji lewat sikap abusive dan tekanan sosial?
Ataukah dia akan menukarkan imannya dengan kenyamanan?

Saya seneng banget membaca perikop ini, karena banyak dialog yang
lucu.
Ayat 8-9.
Mungkin mereka gak bisa mengenali karena setelah matanya celik
mukanya jadi berubah ganteng.
Mereka nanya di ayat 10
Berbeda dengan orang lumpuh di Yohanes 5, yang tidak tahu siapa yang
menyembuhkan dia, orang buta ini mengatakan,
“Orang yang disebut Yesus itu menyembuhkan aku…” (ayat 11).
Itulah awal dari imannya kepada Kristus.
Maka dia dibawa ke hadapan orang2 Farisi (ay 13)
Bagaimana engkau yang tadinya buta sekarang bisa melihat? (ayat 15).
“Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku
dan sekarang aku dapat melihat”
Gotcha
“Orang ini tidak datang dari Allah sebab Ia tidak memelihara hari
Sabat.”
Tapi ada yang bela Yesus (ayat 16).
Akhirnya mereka melemparkan pertanyaan kepada si pengemis itu, “Apa
katamu tentang Dia?” (ayat 17).
Tanpa takut si pengemis dengan cerdas menjawab, “Ia adalah seorang
nabi”.
Karena orang Farisi sudah debat kusir membicarakan teologi yang bolak-
balik tidak ada juntrungannya, mereka tidak bisa menemukan alasan
bagaimana Yesus bisa menyembuhkan matanya yang buta.
(ayat 19) Akhirnya mereka panggil orang tuanya, “Inikah anakmu?
Bagaimana dia sekarang dapat melihat?”.
(ayat 20-21)
Kenapa gitu?
(Ayat 22) karena setiap orang yang mengaku Yesus sebagai Mesias akan
dikucilkan dari masyarakat.
Sekarang orang buta ini benar-benar sendirian di tengah tekanan dari
masyarakat.
Bahkan orang tuanya sendiri meninggalkan dia dan tidak berada di
sisinya pada saat-saat seperti itu.

Kemudian orang Farisi itu sekali lagi memanggil dia dan menekan dia
dan berkali-kali menanyakan hal yang sama, apa yang telah
diperbuatNya kepadamu?
Bagaimana Dia menyembuhkanmu?
Luar biasanya, di tengah tekanan iman, si pengemis ini masih bisa
ngelucu.
Dari tadi aku sudah bilang dengan jelas, kamu tidak mau dengar.
Sekarang tanya lagi hal yang sama.
Jangan-jangan kamu sebenarnya juga mau jadi muridNya?
Ayo ngaku (ayat 27).
Apa?
Kamu murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa (ayat 28).
Cruel sekali orang-orang2 yang rohani ini!

Bagi saya ini adalah kisah yang indah.


Ketika engkau berjumpa dengan Yesus, dan ketika imanmu dipertaruhkan
di hadapan tekanan massa dan engkau harus berdiri sendirian di tengah
pressure yang luar biasa, penghinaan dan ejekan atas imanmu, tindakan
pengucilan yang akan engkau alami dari lingkungan masyarakat,
keluarga dan orang-orang terdekat di sekitarmu meninggalkanmu
seorang diri, bagaimana sikap dan tindakanmu?
Pengemis ini sendirian menghadapi semua orang itu, namun justru
imannya bertumbuh.
Dari “aku dengar orang menyebut namaNya Yesus,”
lalu “aku tahu Yesus yang menyembuhkan mataku,”
kemudian “aku tahu Ia adalah seorang nabi yang diutus Allah,”
selanjutnya, “aku percaya Ia adalah Mesias,”
itu membuat dia akhirnya didorong dan diusir keluar.

Betapa indah Yohanes 9:35 mencatat, setelah Yesus mendengar bahwa


pengemis itu diusir keluar, Yesus mencari dia.
Yesus tidak meninggalkan orang ini sendirian.
Yesus hadir di sisinya dan memberinya keyakinan.
“Percayakah engkau kepada Anak Manusia?”
Jawabnya, “Aku percaya, Tuhan!” dan kemudian orang itu tersungkur ke
tanah, bersujud menyembah Yesus (ayat 36-38).

Puji Tuhan!
Mata orang ini pernah buta.
Tetapi setelah celik matanya dia tahu berkat anugerah Tuhan dan
sujudlah orang itu mengerti akan God’s grace dan memuliakan Tuhan.
Itulah sebuah iman yang progresif dari tidak tahu menjadi tahu dan
dinyatakan dengan sikap menyembah.

Tapi kisah masalah blm selesai


Orang2 Farisi mendengar kata-kata Yesus di ayat 39.
“Aku datang untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat,
dapat melihat, dan supaya yang dapat melihat menjadi buta” (ayat 39).
Orang-orang Farisi keki bangett, jadi maksud-Mu kami ini buta?
Maka Yesus menjawab mereka, kalau kamu mengaku dirimu buta, dosa
itu tidak ditanggungkan kepadamu.
Tetapi karena kamu mengaku melihat padahal engkau buta, maka
dosamu akan tetap.
Orang-orang Farisi ini secara fisik bisa melihat, namun setelah melihat
karya dan pekerjaan Tuhan hatinya bukan menjadi percaya tetapi
mereka mengeraskan hati tidak mau percaya, maka mereka akan tetap
berada dalam kebutaannya.
Dan itu adalah kebutaan yang lebih dahsyat daripada buta fisik karena
buta itu adalah buta rohani yang berakibat fatal dalam kekekalan.
Kebutaan rohani terjadi karena ignorance dan hati yang sengaja
dikeraskan.
Sudah melihat tetapi tidak menghargai itu berkat Tuhan; sudah
mengalami tetapi tidak mau melihat dan memuliakan Tuhan.
Itu bukan karena kurang tahu atau tidak mengerti, itu adalah sikap
memberontak.

Kisah ini adalah kisah yang sangat ironis karena ada mata orang yang
buta yang akhirnya bisa melihat dan mengenal Yesus Kristus setelah dia
sembuh.
Ada mata dari para murid yang lewat, yang hanya bisa membicarakan
dan mendiskusikan keadaan orang itu tanpa berusaha menolongnya.
Namun ada mata dari pemimpin-pemimpin agama yang sudah melihat
mujizat itu tetap mereka tidak bisa melihat Tuhan di dalam kebutaan
dan kemunafikan mereka.
Merenungkan peristiwa ini, betapa bersyukur kita yang boleh bertemu
dengan Yesus Kristus yang melihat kedalaman hati kita dengan mata
yang agung dan mulia.
Biar mata kita boleh melihat dan menyaksikan kebesaran kemuliaan
Tuhan yang menjamah hati dan menyentuh hidup kita dan menjadikan
mata kita celik, bersih, terang, fokus dan jelas sehingga kita bisa menata
melihat semua hal dengan tepat, dengan benar di dalam perspektif
anugerah Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai