Anda di halaman 1dari 1

Bahan PA II PEMAHAMAN ALKITAB

Yohanes 9 : 1-7
BULAN KESAKSIAN DAN PELAYANAN TAHUN 2023
“MELIHAT KEMALANGAN SEBAGAI PELUANG”

1. SAAT TEDUH

2. NYANYIAN PEMBUKA

3. DOA PEMBUKA

4. PEMBACAAN ALKITAB (Yohanes 9 : 1-7)

5. RENUNGAN

“Melihat Kemalangan Sebagai Peluang”

Sampah dengan segala masalah yang ditimbulkan seringkali dilihat sebagai sebuah
kemalangan. Banyak pihak berusaha untuk mencari sumber masalah dan mengecap
pihak-pihak yang menyebabkan sampah-samapah yang ada. Namun demikian, apakah
upaya lain selain mengecam pihak-pihak yang telah dianggap bersalah atas hadirnya
berbagai masalah sampah? Baiklah kiranya kita belajar dari bacaan kitab suci hari ini.
Dalam teks Yohanes 9: 1–7 diceritakan tentang orang yang buta sejak lahir. Dalam
kisah tersebut, diceritakan ada seorang buta sejak lahir yang dijumpai oleh Tuhan Yesus.
Murid-murid Yesus bertanya “Rabi siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau
orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Tentu pertanyaan ini lahir dari bingkai
pemahaman teologis para murid yang memahami bahwa kebutaan (sakit penyakit)
adalah buah dari dosa, sehingga bertanya siapa yang berbuat dosa.
Jika jemaat ada dalam pemahaman teologis yang sama maka sama seperti para
murid, jemaatpun juga akan bingung. Jika orang tuanya yang berdosa kenapa anaknya
yang menanggung akibatnya, dan bukan orangtuanya. Jika anaknya yang berdosa, kapan
anak itu berbuat dosa, sebab anak itu buta sejak lahir. Sungguh tidak terduga ternyata
jawaban Yesus justru bukan satu dari kemungkinan yang dipikirkan oleh para murid.
Sebaliknya Tuhan Yesus justru menyatakan keadaan itu dengan pernyataan “tetapi
karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia”. Tuhan Yesus seolah ingin
mengajak para murid untuk menggeser fokus pikiran mereka, dari siapa yang salah,
kepada apa yang bisa dilakukan dalam keadaan tersebut. Yesus mengajak kepada para
murid untuk melihat bahwa keadaan itu adalah peluang untuk menyaksikan karya kasih
Allah.
Dalam konteks persoalan sampah, tidak terlalu bermanfaat mencari siapa yang salah
atas semua keadaan ini. Bukankah akan lebih bermanfaat jika cara berfikir jemaat
bahwa, permasalahan sampah yang ada sebagai kesempatan bagi gereja dan orang-orang
percaya untuk memberikan kesaksian? Dengan dasar teologis, “supaya pekerjaan-
pekerjaan Allah dinyatakan” gereja bisa menjadi pelopor dalam karya pemulihan
ekologi.

Bahan Diskusi:
1. Kepeloporan seperti apa yang bisa dilakukan oleh Gereja?
2. Apa bentuk nyata tindakan kepeloporan itu?

6. PUJIAN DAN PERSEMBAHAN


7. DOA SYAFAAT DAN PENUTUP

8. NYANYIAN PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai