Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TEORI MOTIVASI

Disusun Oleh :

Anggita Auni (20030174001)

Niken Ayu Ningtiyas (20030174002)

Sofyan Rahardian Dewantoro (20030174006)

Ulinnuha Purwoningtiyas (20030174021)

Nur Hanifah (20030174031)

Alifia Rachma Putri (20030174041)

Cika Noviana Putri (20030174050)

Mata Kuliah :

Teori Belajar

Dosen Pengampu :
Drs. Ismail, M.pd.

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN
MATEMATIKA
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penyusunan
makalah yang berjudul “Teori Motivasi” dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang
“Teori Motivasi” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati
dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap proses
pembelajaran.

Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ismail, M.Pd., selaku dosen
pengempu mata kuliah Teori Belajar yang telah banyak membantu penyusun agar dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penyusun terima demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 28 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
A. Definisi Motivasi dan Motivasi Belajar .................................................................................. 3
B. Macam Macam Teori Motivasi .............................................................................................. 4
Teori Motivasi Abraham Maslow (Teori Kebutuhan) ........................................................... 4
Teori Motivasi Herzberg (Teori dua faktor) ............................................................................ 5
Teori Motivasi Douglas Mc Gregor .......................................................................................... 6
Teori Motivasi Vroom (Teori Harapan ) .................................................................................. 6
Teori Motivasi Achievement Mc Clelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) ....................... 7
Teori Motivasi Clayton Alderfer (Teori “ERG) ...................................................................... 7
Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku .............................................................................. 8
Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. ................................................................................... 9
C. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar ................................................................................. 10
D. Peranan Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ..................................................... 11
E. Pemberian Ganjaran Atas Kinerja, Upaya dan Perbaikan ............................................... 12
BAB III................................................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika seorang guru berdiri di dalam kelas dan memulai berbicara maupun bercerita
kepada para murid tentang mata pelajaran yang dibahas, tentunya guru berharap murid-
murid bisa antusias dengan pelajaran yang diterangkan dan bisa memahaminya dengan
baik. Guru menatap mata para siswa/i satu persatu dan bisa memperkirakan kemampuan
mereka dalam menangkap bahan pelajaran yang diberikan. Dalam hal ini pendidikan
dan pengajaran merupakan sebuah proses yang sadar akan tujuan. Tujuan bisa diartikan
sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan para siswa
setelah melaksanakan pengalaman belajar. Tercapai tidaknya tujuan pengajaran salah
satunya adalah terlihat dari prestasi belajar yang diraih oleh siswa/i. Dengan prestasi
yang tinggi, para siswa mempunyai indikasi berpengetahuan yang baik. Salah satu
faktor yang mempengaruhinya adalah motivasi yang diperoleh siswa/i dalam
pembelajaran dengan seorang guru.

Motivasi disini memegang peranan yang penting dalam proses belajar para siswa.
Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa-siswi atau
pun anaknya, maka secara otomatis dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan
dan hasrat untuk belajar yang tinggi serta mempunyai kepribadian yang lebih baik.
Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat
belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut di masa yang akan
datang. Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar,
terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negatif dari
lingkungan luar pada diri siswa. Selanjutnya motivasi ini dapat membentuk kebiasaan
siswa senang belajar, sehingga prestasi belajarnya pun juga akan meningkat.

Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar.
Semua pihak yang tersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah, guru, siswa, petugas
lainnya maupun orang tua siswa sangat mengharapkan terjadinya proses belajar
mengajar yang baik dan dijalankan secara optimal. Terjadinya proses belajar tersebut,
diharapkan para siswa kedepannya akan mampu meraih prestasi yang tinggi. Untuk itu,
selain menyempurnakan sistem pengajarannya, disekolah juga mengupayakan

1
terjadinya motivasi belajar kepada setiap para siswa. Motivasi dalam belajar memiliki
fungsi dan dilandasi oleh teori – teori yang mendukung agar siswa memiliki motivasi
dalam kegiatan pembelajaran dalam hal apapun. Oleh karena itu kami disini membahas
tentang poin atau hal apa saja yang terkandung pada teori motivasi belajar, serta
bagaimana peranan guru dalam meningkatkan motivasi belajar kepada para siswa-siswi
nya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari motivasi dan motivasi belajar?
2. Ada beberapa macam dari teori motivasi?
3. Bagaimana cara meningkatkan teori motivasi?
4. Bagaimana seorang guru dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar?
5. Bagaimana guru dapat memberikan ganjaran atas kinerja, upaya, dan perbaikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari motivasi dan motivasi belajar.
2. Untuk mengetahui ada beberapa macam dari teori motivasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan teori motivasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana seorang guru dapat meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar.
5. Untuk mengetahui bagaimana guru dapat memberikan ganjaran atas kinerja, upaya,
dan perbaikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Motivasi dan Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “Motive” yang berarti dorongan. Dalam bahasa
Inggris “to move”. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal,
maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.
Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang
membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan
melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status atau
uang atau bisa juga dikatakan seorang yang melakukan hobinya. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen diluar pekerjaan yang melekat di
pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti
status atau kompensasi.
Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang
(pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan (Frederick J.Mc.Donald dalam H Nashar, 2004:39). Tetapi menurut Clayton
Aldelfer dalam H.Nashar (20004:42) motivasi belajar adalah kecenderungan siswa
dalam melakuka kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai
prestasi hasil belajar sebaik mungkin.
Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan
kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik,
berprestasi dan kreatif (Abraham Maslow alam H.Nashar, 2004:42) motivasi
belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang
atau individu untuk bertindak atau mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah
laku pada diri siswa diharapkan terjadi.
Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk
belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar
siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-
kegiatannya.

3
B. Macam Macam Teori Motivasi
1. Teori Motivasi Abraham Maslow (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan
yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah.
Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow,
dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih
kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi.
Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum
kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting:
a) Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya).
b) Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya).
c) Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,
diterima, memiliki).
d) Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan
dukungan serta pengakuan)
e) Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami,
dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan;
kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari
potensinya).

Kebutuhan yang disebut fisiologis dan keamanan biasanya diklasifikasikan


dengan cara yang berbeda, misalnya dengan menggolongkannya sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya diklasifikasi sebagai kebutuhan
sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia, bahwa
sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang
lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa
kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat
pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.

Teori “klasik” Maslow semakin banyak digunakan, sehingga mengalami


“koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada
konsep “hierarki kebutuhan“ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah
“hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan atau secara analogi berarti anak

4
tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan
anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut
diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan
berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua. Dalam hal ini keamanan
sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan
terpenuhi, yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang
merasa aman, demikian pula seterusnya.

Dari penjelasan diatas, bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan


manusia semakin mengalami penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan
hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman
menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia
berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik,
seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa
dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan manusia dapat


digolongkan sebagai rangkaian bukan hierarki. Sehingga pemikiran Maslow
tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah
memberikan fondasi dan mengilhami bagi pengembangan teori – teori motivasi
yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

2. Teori Motivasi Herzberg (Teori dua faktor)


Herzberg seorang imuwan ketiga yang memberikan kontribusi penting
dalam pemahaman motivasi. Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor
yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan
menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebut faktor higiene dan
faktor motivator yaitu :
a) Faktor higiene (ekstrinsik) yaitu faktor yang bersumber dari luar diri
perilaku seseorang di dalam kehidupan seseorang. Faktor ini memotivasi
seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah
hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya.
b) Faktor motivator (Intrinsik) yaitu hal – hal yang mendorong berprestasi
yang bersumber dalam diri seseorang. Faktor ini memotivasi seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah

5
achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor
intrinsik).
3. Teori Motivasi Douglas Mc Gregor
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negatif) dan teori Y
(positif). Menurut teori x empat pengandaian yang dipegang manajer yakni :
a) Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja.
b) Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan
hukuman untuk mencapai tujuan.
c) Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d) Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua faktor yang
dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negatif ini mengenai kodrat manusia ada empat
teori Y yakni :
a) Karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat
dan bermain.
b) Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka
komit pada sasaran.
c) Rata-rata orang akan menerima tanggung jawab.
d) Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

4. Teori Motivasi Vroom (Teori Harapan )


Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation”
menyampaikan bahwa suatu teori disebutsebagai “ Teori Harapan”,menurut
teori ini bahwa motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai
oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan
mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang
sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka maka seseorang
akan berusaha untuk memperolehnya. Teori Vroom (1964) juga menyebutkan
tentang cognitive theory of motivation, menjelaskan mengapa seseorang tidak
akan melakukan sesuatu yang ia yakini maka ia tidak dapat melakukannya,
sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Sehingga menurut
Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen,
yaitu:

6
a) Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.
b) Instrumentalis yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil
dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan
outcome tertentu).
c) Valensi yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang
diharapkan.
5. Teori Motivasi Achievement Mc Clelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada
tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
a) Need for achievement (kebutuhan akan prestasi).
b) Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan
soscialneed-nya Maslow).
c) Need for Power (dorongan untuk mengatur).
Sejalan dengan tigal hal penting diatas, menurut Mc Clelland karakteristik
orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
1) Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan
moderat.
2) Menyukai kondisi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya
mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti keberuntungan.
3) Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
6. Teori Motivasi Clayton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam
teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E =
Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk
berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan
Clayton Alderfer menyampaikan teori motivasi ERG yang didasarkan pada
kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan
pertumbuhan (growth). Istilah tersebut akan tampak dua hal penting. Pertama,
secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang
dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan
identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness”
7
senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow
dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut
Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan
manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.
Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula
keinginan untuk memuaskannya.
b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin
besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.
c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih
tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih
mendasar. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih
tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada
gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan
dari situasi ke situasi.
7. Teori Penetapan Tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki
empat macam mekanisme motivasional yakni:
a) Tujuan – tujuan mengarahkan perhatian.
b) Tujuan – tujuan mengatur upaya.
c) Tujuan – tujuan meningkatkan persistensi.
d) Tujuan – tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat
digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada
kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti
sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa
kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari
perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang
turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlaku upaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang
menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang
mempunyai konsekuensi (akibat) yang menguntungkan dirinya dan
8
mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan
timbulnya konsekuensi (akibat) yang merugikan. Contoh yang sangat sederhana
ialah seorang juru TIK yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik
dalam waktu singkat. Juru TIK tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian
tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru TIK tersebut
menyenangi konsekuensi (akibat) perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan
hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha
meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan
komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya
diharapkan mempunyai konsekensi (akibat) positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya seorang pegawai yang datang terlambat berulang – ulang
mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan
sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagai
konsekuensi (akibat) negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada
modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk
modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang
harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya”
yang manusiawi pula.
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Menurut teori ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal
antara lain :
a. Persepsi seseorang mengenai diri sendiri.
b. Harga diri.
c. Harapan pribadi.
d. Kebutuhaan.
e. Keinginan.
f. Kepuasan kerja.
g. Prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain :
a. Jenis dan sifat pekerjaan.
b. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung.
c. Organisasi tempat bekerja.
9
d. Situasi lingkungan pada umumnya.
e. Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

C. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar


Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi sangat diperlukan. Motivasi
bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Ada beberapa bentuk dan
cara untuk meningkatkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, di antaranya
yaitu:
1. Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak
siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik.
Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada
rapot angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa
merupakan motivasi yang sangat kuat.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi
seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
3. Saingan/Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
siswa untuk belajar. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan
kelompok dapat mmeningkatkan prestasi belajar para peserta didik.
4. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Semakin mengetahui bahwa
grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi untuk terus belajar, dengan
suatu harapan hasilnya terus meningkat.
5. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini
merupakan motivasi, pemberiannya harus tetap. Dengan pujian yang tepat akan

10
memupuk suasana yang menyenangkan dan mepertinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
6. Memberi Ulangan
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena
itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus
diingat oleh guru, adalah yang terlalu sering melakukan ulangan (misalnya
setiap hari karena bisa membosankan para peserta didik

D. Peranan Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Siswa Untuk Belajar

Pendidikan sangatlah penting bagi semua orang, baik dari anak usia dini maupun
hingga orang dewasa. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan perilaku yang baik di
masyarakat kelak. Guru diibaratkan sebagai motivator dengan pembimbing perjalanan.
Proses belajar akan berhasil jika siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh karena itu,
seorang pendidik harus mampu menumbuhkan motivasi dalam belajar. Peran guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada
dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan dan mentransfer ilmu pengetahuan guru
juga bertugas untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa dipungkiri
bahwa semangat belajar seorang siswa dengan yang lain berbeda-beda, untuk itulah
penting bagi guru untuk selalu senantiasa untuk membertikan motivasi kepada siswa
supaya siswa senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi siswa yang
berprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal.

Proses pembelajaran akan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar.
Oleh karena itu guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa yang optimal. Guru
dituntut kreatif untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Adapun peran guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa sebagai berikut :

1. Menjadikan siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar

Guru memberikan arahan kepada siswa dengan memberikan ilmu pengetahuan dan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan siswapun mengerjakan tugas dengan baik dengan
tujuan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa dapat
menyelesaikannya dengan tuntas, contohnya: setelah guru memberikan materi kepada
siswa lalu guru memberikan pertanyaan dan siswa menjawab pertanyaan dengan tuntas.

2. Menciptakan suasana kelas yang kondusif

Kelas yang kondusif disini adalah kelas yang aman, nyaman dan selalu mendukung siswa
untuk bisa belajar dengan suasana yang tenang dan mendukung proses pembelajaran
dengan tata ruang sesuai yang diharapkan.

3. Menciptakan metode pembelajaran yang bervariasi

11
Metode pembelajaran bervariasi ini agar siswa tidak bosan dan jenuh dalam suatu
pembelajaran maka diciptakanlah pembelajaran yang bervariasi. Tujuannya agar siswa
selalu termotivasi dalam kegiatan proses pembelajaran.

4. Meningkatkan antusias dan semangat dalam mengajar

Kepedulian seorang guru dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat
penting untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Karena apabila guru tidak antusias
dan semangat dalam proses belajar mengajar maka siswa tidak akan termotivasi dalam
belajar.

5. Memberikan penghargaan

Pemberian penghargaan ini bisa berupa nilai, hadiah, pujian, dan sebagainya agar siswa
termotivasi akan belajar dan selalu ingin menjadi yang terbaik.

6. Menciptakan aktivitas yang melibatkan siswa dalam kelas

Dengan menciptakan aktivitas yang melibatkan siswa dengan teman-teman mereka dalam
satu kelas, bertujuan agar antara satu sama lain akan membagikan pengetahuan, gagasan,
atau ide dalam penyelesaian tugas invidu siswa dengan seluruh siswa di kelas.

Dari uraian di atas bahwa peran guru dalam memotivasi siswa dalam belajar ini
sangatlah penting, apabila guru tidak ikut serta dalam motivasi belajar siswa maka siswa
kurang kreatif dan tidak terpancing untuk bersikap aktif. Maka dari itu peran guru
sangatlah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dan tujuan utamanya untuk
mencapai prestasi dan meningkatkan mutu belajar dalam proses pembelajaran.

E. Pemberian Ganjaran Atas Kinerja, Upaya, dan Perbaikan

1. Pengertian Ganjaran

Ganjaran adalah menawarkan hadiah bagi peserta didik yang melaksanakan berbagai
perintah dan meninggalkan larangan. Ganjaran juga dapat diartikan sebagai alat
pendidikan represif yang menyenangkan, ganjaran disini diberikan kepada anak-anak yang
menunjukkan prestasi baik dalam prestasi belajarnya maupun prestasi kepribadiannya
seperti kelakuan baiknya, kerajinannya, dan sebagainya. Ganjaran disini merupakan salah
satu alat pendidikan, dimana alat ini untuk mendidik anak-anak agar anak merasa senang
karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Umumnya anak akan
mengetahui bahwa pekerjaan dan perbuatannya yang menyebabkan ia mendapatkan
ganjaran yang baik. Sebagai pendidik, bermaksud dengan adanya ganjaran tersebut
diharapkan anak lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi
yang telah dicapainya. Dengan kata lain anak menjadi lebih keras kemauannya untuk
bekerja atau berbuat baik lagi.

2. Jenis-Jenis Pemberian Ganjaran

12
Ganjaran adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajarnya peserta didik.
Ganjaran tidak hanya diberikan semena-mena, guru harus bisa memilah manakah ganjaran
yang baik diberikan kepada peserta didik. Sebagai alat pendidikan banyak sekali macam-
macam ganjaran, diantaranya:

a. Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang


diberikan oleh anak.

b. Guru memberikan kata berupa pujian seperti “Tulisanmu sudah baik, kalau terus
berlatih, tentu akan lebih baik lagi”.

c. Pekerjaan juga merupakan ganjaran, misalnya ketika anak sudah cukup baik
mengerjakan satu soal, kemudian diberikan soal tambahan yang lebih sukar.

d. Ganjaran tidak hanya perorangan bisa diberikan kepada seluruh kelas,

e. Ganjaran berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak, misalnya
pensil, buku tulis, permen, atau makanan lainnya.

Dari uraian di atas, ganjaran bisa dilakukan dari hal yang paling mudah dari
menggunakan isyarat tubuh, kata-kata pujian, pekerjaan/latihan, benda-benda, seni, wisata
berpendidikan dan lainnya. Selain itu macam-macam ganjaran menurut Alisuf Sabri
secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Ganjaran yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik berupa :

a. Pujian, adalah bentuk ganjaran yang paling mudah karena hanya berupa kata-kata
seperti baik sekali, bagus, atau dapat berupa kata-kata sugesif “lain kali hasilnya akan
lebih bagus lagi”,

b. Penghormatan, ganjaran yang berbentuk penghormatan ini ada dua macam, pertama
berbentuk semacam penobatan yaitu anak dapat ganjaran diumumkan di depan teman-
temannya, kedua penghormatan berbentuk pemberian kesempatan

c. Hadiah, ganjaran yang diberikan dalam bentuk barang seperti alat-alat keperluan
sekolah misalnya pensil, pulpen, penggaris atau dapat berbentuk barang seperti kaos, baju,
alat permainan dan sebagainya. Ganjaran dalam bentuk barang ini sering mendatangkan
pengaruh negatif dalam belajar

d. Tanda penghargaan, ganjaran yang bukan dalam bentuk barang tetapi bentuk
surat/sertifikat sebagai simbol atas prestasi yang dicapai oleh si anak.

3. Syarat-Syarat Pemberian Ganjaran

a. Saat memberi ganjaran guru harus mengenal betul murid-muridnya dan tahu
menghargai dengan tepat, karena ganjaran dan penghargaan yang salah dan tidak tepat
dapat membawa akibat yang tidak diinginkan.

13
b. Ganjaran yang diberikan kepada anak janganlah menimbulkan rasa cemburu atau iri hati
bagi anak yang lain.

c. Memberi ganjaran hendaknya hemat, terlalu sering memberi ganjaran atau penghargaan
akan menjadi hilang arti ganjaran itu sebagai alat pendidikan.

d. Ketika memberi ganjaran, janganlah menjanjikan terlebih dahulu karena hanya akan
membuat anak-anak berburu-buru dalam bekerja.

e. Pendidik harus berhati-hati saat memberi ganjaran, jangan sampai ganjaran yang
diberikan anak diterimanya sebagai upah yang dilakukannya.

Berdasarkan syarat-syarat di atas, dalam memberikan ganjaran seorang guru dan


pihak sekolah tentunya mengetahui siapa yang berhak diberikan ganjaran. Ganjaran disini
diberikan guru atau pihak sekolah dengan cara yang bijaksana agar tidak timbul iri hati
kepada peserta didik yang lain, yang tidak mendapatkan ganjaran.

4. Tujuan Pemberian Ganjaran

Tujuan pemberian ganjaran adalah untuk mendidik anak-anak agar dapat merasa
senang karena perbuatannya mendapatkan penghargaan, kemudian dengan adanya
ganjaran anak menjadi giat lagi dalam belajar, memperbaiki atau mempertinggi prestasi
yang telah dicapainya. Ganjaran juga menjadikan anak lebih keras lagi kemaunnya untuk
berbuat yang lebih baik lagi sehingga terbentuk kata hati dan kemauan yang baik dan lebih
keras lagi. Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian ganjaran adalah untuk lebih
mengembangkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ektrinsik, dalam artian
peserta didik melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran
peserta didik itu sendiri. Dan dengan ganjaran itu, juga diharapkan dapat membangun
suatu hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Uraian tersebut dapat
dijelaskan bahwa :

1) Ganjaran bertujuan untuk memotivasi anak agar anak selalu berbuat baik dan
menyadari anak bahwa disetiap perbuatan baiknya itu memiliki ganjaran.

2) Ganjaran bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah


dicapai peserta didik.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari serangkaian penjelaasan di atas maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
motivasi adalah suatu dorongan yang ada pada diri seorang individu yang menyebabkan individu
tersebut melakukan aktivitas atau kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Motivasi
tersebut bias akibat rangsangan dari luar (lingkungan) individu atau berasal dari dalam diri
individu (alamiah).

Terdapat beberapa jenis motivasi dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Berdasarkan
arah datangnya motif, diantaranya: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Selain itu jika
dipandang berdasarkan pengaruhnya terhadap cara seseorang dalam bertingkah laku, diantaranya
motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi, motivasi berkompetisi, dan motivasi berkuasa.
Disamping itu, berdasarkan sumber dan proses perkembangannya motivasi terbagi menjadi
motivasi primer dan motivasi sekunder.

Semua teori motivasi mengisyaratkan bahwa rangsangan adalah hal terpenting. Tidak
kalah penting keinginan seseorang untuk menerima rangsangan, tersebut karena hal itu
merupakan wujud kerelaan dan kesadaran dari individu serta keinginan untuk menanggapi
rangsangan tersebut kemudian menginterpretasikan dalam sebuah aktivitas dalam rangka
mencapai tujuan.

Selain itu peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran dirasa sangat penting. Hal
tersebut dikarenakan peranan motivasi sangat besar dalam menentukan hal-hal yang menguatkan
intensitas belajar, memperjelas tujuan belajar serta meningkatkan ketekunan belajar.

B. Saran

Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu pentingnya motivasi
dalam keberhasilan pendidikan seseorang, karena dapat meningkatkan semangat seseorang untuk
meraih tujuan dan cita – citanya. Oleh karena itu penyusun menyarankan agar setiap orang,
khususnya mahasiswa memilki motivasi dalam belajar agar dapat menyelesaikan study tepat
pada waktunya dan mendapatkan Indeks Prestasi yang memuaskan (Cumlaude).

15
DAFTAR PUSTAKA

Supiani. Teori Tepri Motivasi. URL :


http://supiani.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/1178/TEORI+TEORI+MOTIVASI.do .
Diakses 27 April 2021

Papermakalah.com. 2017. Makalah Motivasi Belajar. URL:


https://www.papermakalah.com/2017/10/makalah-motivasi-belajar.html . Diakses 27 April
2021

Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori Teori Motivasi. URL:


https://www.academia.edu/download/36863728/TeoriTeori%20Motivasi___AKHMAD_SUDR
AJAT__TENTANG_PENDIDIKAN.pdf. Diakses Pada 27 April 2021

Mulyana, Aina. 2020. Motivasi Belajar Siswa, Pengertian Bentuk dan Faktor yang
Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa. URL :
https://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/motivasi-belajar.html?m=1. Diakses pada 27 April
2021

Kurniawanto, Eva Yulius. 2020. Pengaruh Pemberian Ganjaran dan Hukuman terhadap
Motivasi Belajar Peserta Didik MTS- Swasta di Kabupaten Lampung Tengah. Tesis. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

Arianti.(2018) Peranan Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Didaktika Jurnal
Kependidikan, 12, 117-134.

16

Anda mungkin juga menyukai