Anda di halaman 1dari 3

KAJIAN ILMU FILSAFAT: Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi

Dosen Pengampu

Dr. Sumaryati, M.Hum.

Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Oleh :

Dhea Nabila Fathya (2207043009)

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2022
KAJIAN POKOK FILSAFAT ILMU

1. Ontologi Ilmu
Ontologi adalah kajian ilmu filsafat yang mempelajari hakikat sesuatu berdasarkan pada
“ada” dan “keberadaan”. Sesuatu itu baru bernilai ilmu jika hal tersebut ada dan disaksikan
keberadaanya. Ontologi terbagi menjadi 2 yaitu: pertama, ontologi umum berupa hakikat ilmu
yang dapat dijangkau oleh akal dan pikiran manusia kedua, ontologi khusus berupa hakikat ghaib
yang sifatnya metafisis (tidak terjangkau oleh akal dan pikiran manusia). “ada” dalam ontologi
dijelaskan dalam 3 bentuk antara lain:
1) Ada, dalam pikiran: konsep, teori, ide
2) Ada, dalam kenyataan: fakta/ terbukti kebenarannya, teori
3) Ada, dalam kemungkinan: prediksi, penemuan terbaru (discovery), kebaharuan (novelty)
Ciri khas dari ontologi ilmu adalah sebuah eksistensi (being), keberadaannya didukung
oleh data (reality), merupakan sebuah pokok atau dasar keilmuan (essence), membicarakan isi
dan makna dari sebuah ilmu (substance), dan sifatnya dinamis artinya berubah setiap saat dan
bergerak aktif menuju sebuah perkembangan (change & many). Ruang lingkup kajian ontologi
ilmu yaitu seluruh aspek kehidupan manusia yang dapat diuji seperti ide, nilai atau makhluk
hidup itu sendiri selagi hal tesebut ada dan dapat dinyatakan keberadaannya. Pembuktian atau
metodologi dalam pembuktian ontologi ilmu dapat dilakukan atas 2 cara (keduanya perlu
dipakai untuk mengkaji suatu ilmu) yaitu melalui Pembuktian A-Priori yang berarti tanpa
pengalaman atau bukti serta melalui Pembuktian A-Posteriori yang artinya melalui pengalaman
atau harus terbukti kebenarannya.

2. Epistimologi Ilmu
Berbeda dengan ontologi yang berfokus pada hakikat keberadaan suatu benda,
epistimologi merupakan ilmu tentang pengetahuan atau yang secara khusus membahas sumber
pengetahuan. Epistimologi terbagi menjadi 2 yaitu epistimologi umum yang membahas
pengetahuan secara luas (general) seperti: Psikologi Umum dan epistimologi khusus yang
membahas pengetahuan berdasarkan kekhususan atau ranah yang lebih spesifik seperti:
Psikologi Klinis, Psikologi Pendidikan dan lain-lain. Epistimologi sebuah ilmu hendaknya harus
terbukti kebenarannya agar penggunaannya tidak merugikan banyak orang. Epistimologi sebuah
ilmu harus mencakup 4 Teori Kebenaran antara lain:
1) Koherensi artinya pengetahuan tersebut harus selaras, terpadu, tidak ada kontradiksi antar
satu dengan yang lainnya
2) Korespondensi artinya pengetahuan harus menyesuaikan gagasan dengan kenyataan yang
akan dituju
3) Pragmatis, artinya sebuah pengetahuan harus bersifat memberi manfaat dan dapat
digunakan oleh banyak orang.
4) Performatis, artinya dengan adanya pengetahuan diharapkan terjadi perubahan baik itu pola
pikir, niat maupun perilaku pada seseorang.

3. Aksiologi Ilmu
Setelah Ilmu tersebut dapat dikaji keberadaanya dan didapat sumber pengetahuannya,
ilmu tersebut juga harus mengkaji aksiologi. Aksiologi merupakan kajian yang membahas tentang
nilai (value) dari sebuah pengetahuan. Ilmu dikatakan aksiologi jika dapat memberikan nilai-nilai
berupa norma yang dapat dimaknai penggunaanya.

RELEVANSI ANTAR KAJIAN POKOK FILSAFAT ILMU

Berdasarkan pada penjelasan kajian pokok diatas, Relevansi antara 3 kajian filsafat
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut dengan bahasan objek formal (manusia):
a. Ontologi
Manusia. Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang “ada” dan diakui “keberadaannya”.
Manusia ada karena dapat dilihat secara inderawi dan sifatnya yang nyata (being).
b. Epistimologi
Pengetahuan mengenai manusia. Manusia memiliki rangka tubuh yang tersusun atas kepala,
badan, lengan, kaki dan lain sebagainya yang dapat dikaji dengan pengetahuan biologis atau
Ilmu Biologi. Manusia memerlukan orang lain dalam kesehariannya, manusia tidak dapat
hidup sendiri dapat dikaji dengan pengetahuan Ilmu Sosial yang secara spesifik membahas
kondisi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat merasakan apa yang dirasakan
orang lain (empati), manusia dapat merasa marah, sedih, cemas, manusia memilki
kepribadian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, pengetahuan ini dapat
bersumber pada Ilmu Psikologi yang secara khusus mempelajari dinamika kejiwaan manusia
serta bagaimana manusia itu berperilaku terhadap sesuatu.
c. Aksiologi
Nilai moral (value) yang dapat diterima setelah mempelajari epistimologi. Setelah
mengetahui dari sumber pengetahuan bahwa manusia itu ternyata memiliki yang namanya
individual differences artinya kondisi manusia itu hakikatnya berbeda-beda. Ada manusia
yang menganggap sesuatu itu hanya masalah kecil namun manusia lain menganggap hal
tersebut adalah masalah besar. Aksiologi Ilmu berarti sumber ilmu tersebut haruslah
bernilai atau menghasilkan nilai moral agar penggunaanya tidak sia-sia dan
pengaplikasiannya berguna untuk orang banyak.

Anda mungkin juga menyukai