Pembimbing;
dr.Graciella Dhayinta
Disusun oleh:
Elfira Sutanto
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena matas rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan Diagnostik
Komunitas “Upaya Penurunan Prevalensi Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mata”. Diagnostik Komunitas ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas
Internship di Mata pada 24 Agustus 2023 - 23 Februari 2024. Dalam usaha
penyelesaian diagnostik komunitas ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. dr.Graciella Dhayinta selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya
untuk memberi bimbingan, masukan dan motivasi kepada kami.
2. Bpk. La Ode Muh.Arsyan, SKM selaku Kepala Puskesmas Mata.
3. Kepada semua pihak di Puskesmas Mata yang telah membantu dan
membimbing dalam menyelesaikan Mini Project ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan Diagnostik Komunitas, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
kami menerima semua saran dan kritikan yang membangun guna penyempurnaan
tugas ini.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Elfira Sutanto
Pembimbing
Dr.Graciella Dhayinta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah lima tahun
(balita) yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, sehingga
menyebabkan anak gagal tumbuh (pendek) tidak sesuai dengan usianya.
Kekurangan gizi pada anak dapat terjadi sejak dalam kandungan hingga
anak tersebut lahir, dan mengalami pertumbuhan, serta perkembangan.
Kondisi pendek (stunting) mulai dapat terlihat pada saat anak berusia 2
tahun. Dikategorikan pendek apabila nilai z-score kurang dari -2SD dan
dikategorikan sangat pendek apabila nika z-score kurang dari -3SD.
Indonesia menduduki peringkat ke-17 negara dengan prevalensi
balita stunting tertinggi dari 117 negara. Prevalensi stunting di Indonesia
masih cukup tinggi, yaitu 30,8%. Hal ini menunjukkan bahwa stunting
masih menjadi masalah yang harus di tangani.
Faktor Penyebab stunting dipengaruhi oleh pekerjaan orang tua,
tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, pendapatan, jumlah anggota rumah
tangga, pola asuh, dan pemberian ASI eksklusif, selain itu stunting juga
disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti pendidikan ibu, pengetahuan
ibu mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, umur pemberian MP-ASI,
tingkat kecukupan zinc dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor
genetik. Upaya menurunkan prevalensi stunting di Indonesia telah
dilakukan, salah satunya dengan dibentuknya Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2020 - 2024), dan diperkuat dengan
Peraturan Presiden No.72 Tahun 2021 yang bertujuan untuk menurunkan
prevalensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan
berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh,
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan serta meningkatkan
akses air minum dan sanitasi.
1
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Puskesmas Mata tahun 2023
prevalensi stunting mencapai 74 anak yang sebagian besar diduga akibat
kurangnya pengetahuan ibu akan gizi seimbang yang baik untuk balita. Hal
tersebut dibuktikan dengan masih adanya ibu dari balita stunting yang
memberikan susu kental manis sebagai asupan tambahan selain makanan
keluarga. Hal ini tidak sesuai dengan target yang tertuang dalam RPJMN
2020-2024 dimana pada tahun 2022 target prevalensi balita stunting
mencapai 18,4%.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
yang menjadi bahan laporan diagnosis komunitas adalah:
1. Evaluasi tercapainya presentase anak terdiagnosis stunting di
wilayah Puskesmas Mata
2. Evaluasi pengetahuan Ibu mengenai pemberian gizi seimbang untuk
balita
1.3.Tujuan Diagnosis Komunitas
1.3.1. Tujuan Umum
Menurunkan persentase anak yang terdiagnosis stunting di wilayah
Puskesmas Mata
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengevaluasi pengetahuan Ibu mengenai pemberian gizi
seimbang untuk balita
2. Mengidentifikasi faktor risiko terjadinya stunting
2
1.4.2. Manfaat Bagi Puskesmas
Puskesmas dapat menyusun strategi dan pendekatan yang berbeda
dalam melakukan promosi kesehatan mengenai stunting.
3
BAB II
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS
4
2.2.Pengambilan Data
Pra-penyuluhan:
Melakukan wawancara dengan pemegang program Gizi Puskesmas Mata mengenai data
stunting dan program apa saja yang dilakukan serta tindakan apa yang telah dilakukan(1 orang)
Membuat perizinan kepada pihak puskesmas untuk mengadakan penyuluhan dan penyuluhan
gizi seimbang dan stunting pada ibu balita stunting
5
2.3.Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan
wawancara mendalam dengan:
● Penanggung jawab program Gizi (1 orang)
6
2.5.Alur Pemecahan Masalah
Mengidentifikasi masalah
pada Puskemas Mata
Menentukan prioritas
Monitoring masalah di Puskesmas
dan evaluasi Mata
Penentuan
rencana Menentukan
penerapan penyebab masalah
Penetapan Menentukan
masalah alternatif
terpilih pemecahan masalah
7
2.6.Analisis Penyebab Masalah
Man ● Terdapat petugas pelaksana pelayanan gizi masyarakat Tidak ada masalah
sesuai SPM.
● Jumlah SDM puskesmas kecamatan sudah sesuai dengan
PMK No. 43/2019
Money Anggaran pada puskesmas didapatkan dari dana Bantuan Tidak ada masalah
Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan dana operasional puskesmas untuk stunting sudah
ada
Method ● Sudah ada program grebek stunting : mendiagnosis ● Belum ada PMT pemulihan
dan mencari faktor risiko (menilai tingkat
pengetahuan ibu, menilai PHBS, menilai jamban
sehat, menilai air bersih, ada tidak nya penyakit
penyerta, imunisasi, status gizi ibu saat hamil, pola
makan gizi seimbang)
● Sudah diberikan PMBA
● Sudah merujuk anak stunting ke bagian gizi
Material ● Sudah ada KMS dan KIA ● Tidak ada PMT
● Tidak ada media promosi digital tentang Stunting → ig,
youtube tidak ada
● Tidak ada grafik TB/U pada KMS sehingga sulit untuk
mendeteksi dini terhambatnya kenaikan tinggi badan pada
8
Input Kelebihan Kekurangan
anak.
● Tidak ada media edukasi seperti leaflet atau poster yang
menyinggung soal stunting
9
Input Kelebihan Kekurangan
● Posyandu mudah diakses dan dekat ● Tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi seimbang
● Ibu balita rajin membawa anak ke posyandu setiap kurang
bulan Faktor Anak
● Terdapat anak yang belum mendapatkan imunisasi
dasar lengkap
● Terdapat anak dengan penyakit penyerta seperti down
syndrome, dan lahir premature.
● Terdapatanemia karena kurang nya asupan gizi
seimbang
Faktor Lingkungan
● Terdapat keluarga yang tidak memiliki jamban sehat
● Terdapat keluarga dengan jumlah anak >2
● Terdapat keluarga yang tidak memiliki sumber air
bersih
Faktor Sosial Ekonomi
● Terdapat keluarga masuk kategori keluarga miskin
10
Input
Method
Terdapat 77 orang
balita stunting
Lingkungan
P1
Tidak ada masalah
P3
Faktor Ibu
Tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi seimbang
Tidak ada masalah kurang
Faktor Anak
Terdapat anak yang belum mendapatkan imunisasi
dasar lengkap
P2
Faktor Lingkungan
Terdapat keluarga yang tidak memiliki jamban sehat
Lintas Sektoral
Terdapat keluarga dengan jumlah anak >2
Proses Belum ada kerjasama lintaas sektoral Terdapat keluarga yang tidak memiliki sumber air
untuk pemberian PMT bersih
Faktor Sosial Ekonomi
Terdapat keluarga masuk kategori kelaurga miskin
11
Tabel 2. Identifikasi Penyebab Masalah dari Faktor Input, Proses dan Lingkungan dan Alternatif Pemecahan Masalah
Method ● Belum ada PMT ● Menyediakan PMT atau kerjasama lintas sektoral
Material ● Tidak ada media promosi digital tentang Stunting dan gizi ● Membuat media promosi digital tentang Stunting dan gizi
seimbang → ig, youtube tidak ada seimbang
● Tidak ada grafik TB/U pada KMS sehingga sulit untuk ● Menyediakan grafik TB/U di masing-masing posyandu agar
mendeteksi dini terhambatnya kenaikan tinggi badan pada mempermudah melihat perkembangan tinggi badan pada anak
anak. ● Membuat media promosi kesehatan
● Tidak ada media promosi kesehatan
P3 Evaluasi Evaluasi
Tidak ada masalah -
12
Indikator Kekurangan Alternatif
Kinerja
13
2.7.Alternatif Pemecahan Masalah
Identifikasi alternatif pemecahan masalah dapat dibantu dengan analisis
SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threat). Analisa ini
menggunakan prinsip mengurangi atau mengeliminasi factor risiko dengan
dilakukannya intervensi terhadap factor risiko kunci. Capaian kegiatan
program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di wilayah kerja Puskesmas
Mata yang masih rendah sehingga diperlukan inventarisasi factor kunci
secara internal dan eksternal baik dari segi positif dan negatifnya. Berikut
penentuan factor risiko dengan format SWOT :
Tabel 3. SWOT
14
Parameter Positif Negatif
Berdasarkan inventarisasi faktor resiko analisis SWOT pada permasalahan yang terdapat
di wilayah kerja Puskesmas Mata, maka strategi yang sesuai dengan prioritas masalah dan
dapat direalisasikan jangka panjang adalah strategi intensifikasi
15
2.8.Plan of Action
Tabel 5. Plan Of Action
1. Method Membuat variasi Terdapat variasi Sosialisasi Anak balita tidak Puskesmas Penanggun Puskesmas Januari Puskesmas
PMT PMT dalam 1 untuk merasa jenuh saat g Jawab 2024-
bulan misalnya menyiapkan mengonsumsi program seterusnya
(Susu+Biskuit+Rot PMT secara PMT tersebut. gizi
i) variasi Puskesmas
Kelurahan
2. Material Membuat media Terbentuknya Membuat Orangtua baik Puskesmas Orangtua Puskesmas Januari 2024 Puskesmas
promosi digital media promkes video edukasi, ayah maupun atau
tentang gizi digital tentang gizi poster, leaflet ibu memahami pengasuh
seimbang dan seimbang dan mengenai gizi seberapa balita
mencegah stunting mencegah stunting seimbang dan pentingnya
mencegah konsumsi gizi
stunting dan di seimbang
upload di terhadap
berbagai pertumbuhan
platform dan
digital perkembangan
(youtube ads, balita terutama
instagram, dll) di 1000
kehidupan
pertama
16
No Upaya Indikator kerja Sumber Target Penanggung
Kegiatan Tujuan pembiayaan sasaran jawab & sumber Waktu Lokasi
daya
3. Menyediakan grafik Terdapat Mencetak Memudahkan Puskesmas Posyandu Puskesmas Januari 2024 Posyandu
TB/U di masing- setidaknya 1 grafik grafik TB/U kader untuk Balita
masing posyandu TB/U di setiap dalam kertas mengevaluasi
agar mempermudah posyandu A3 lalu pertumbuhan
melihat dilaminating tinggi badan
perkembangan dan di sehingga kader
tinggi badan pada bagikan ke menjadi lebih
anak. seluruh aware
posyandu
4. P2 Pemberian protein Anak stunting Mensosialisasi Agar tidak ada Ketua RW Ketua RW Ketua RW Januari 2024 Puskesmas
hewani mendapatkan kan kendala dalam
protein hewani perencanaan pennyimpanan
setiap hari ini kepada bahan makanan
ketua RW dan (bahan menjadi
PKL busuk)
5. Lingkungan Memberikan Pemahaman ● Mengumpul Menambah Mandiri Orang tua Pemegang Januri 2024 Aula dan
edukasi mengenai orangtua balita kan pemahaman balita program gizi rumah
gizi seimbang dan mengenai gizi orangtua orang tua dengan puskesmas dan masing
memberikan seimbang balita dalam balita stunting dokter iship masing
contoh menu meningkat satu aula mengenai gizi balita
makanan dengan (pretest-posttest) dan seimbang stunting
bahan dasar yang melakukan
ekonomis. pembinaan
gizi
17
No Upaya Indikator kerja Sumber Target Penanggung
Kegiatan Tujuan pembiayaan sasaran jawab & sumber Waktu Lokasi
daya
seimbang
dan
pembinaan
door to door
bagi orang
tua balita
stunting
yang tidak
hadir
● Membuat
leaflet
mengenai
diet TKTP
6. Edukasi ibu Sudah dilakukan Membuat Menurunkan Mandiri Orangtua Pemegang Januari Puskesmas
untuk imunisasi pada media edukasi resiko angka balita program 2024
melakukan balita stunting berupa e- flyer infeksi yang dengan imunisasi
imunisasi dasar yang belum untuk dapat dicegah stunting puskesmas dan
yang tertinggal melakukan mengajak para dengan kader
imunisasi dasar ibu balita imunisasi yang
lengkap dengan stunting dapat menjadi
dan melakukan faktor risiko
imunisasi dasar stunting seperti
lengkap untuk TB
melakukan
catch-up
vaksinasi
18
No Upaya Indikator kerja Sumber Target Penanggung
Kegiatan Tujuan pembiayaan sasaran jawab & sumber Waktu Lokasi
daya
7. Melakukan Terdapat hasil Melakukan Mendiagnosis Puskesmas Balita Pemegang Januari Puskesmas
pemeriksaan pemeriksaan pengambilan anemia pada stunting program gizi dan 2024
darah rutin darah rutin darah untuk balita stunting yang petugas
untuk ● Anemia pemeriksaan yang terduga terduga laboratorium
mendiagnosis ● Tidak anemia darah rutin anemia anemia puskesmas
anemia
8.. Merujuk anak Anak sudah Anak dirujuk ke Peningkatan Puskesmas Balita Puskesmas Januari Rumah
dengan penyakit dirujuk ke dr. dr. spesialis gizi status gizi stunting 2024 sakit
penyerta pada spesialis gizi / balita stunting dengan
ahli gizi atau ahli gizi penyakit
dokter spesialis penyerta
gizi agar
dilakukan
perhitungan
AKG yang pas
serta dapat
dibuatkan menu
khusus sesuai
AKG tersebut
19
No Upaya Indikator kerja Sumber Target Penanggung
Kegiatan Tujuan pembiayaan sasaran jawab & sumber Waktu Lokasi
daya
9. Membuat media Tersedianya e- Membuat Agar orang tua Mandiri Orangtua Dokter iship Januari Puskesmas
promosi tentang flyer mengenai media edukasi lebih balita 2024
jamban sehat jamban sehat berupa e- flyer memperhatika dengan
dan sumber air dan sumber air tentang jamban n jamban dan stunting
bersih bersih sehat dan sumber air onset 2-5
sumber air yang tahun
bersih digunakan
untuk
mengurangi
risiko infeksi
seperti diare
yang menjadi
faktor risiko
stunting
10. Membuat media Tersedianya e- Membuat Agar PUS Mandiri PUS Dokter iship Januari Puskesmas
promosi tentang flyer mengenai media edukasi mengerti 2024
KB KB berupa e- flyer tentang KB
tentang KB dan
pencegahan
stunting
kedepannya
20
2.9 Realisasi Kegiatan
Tabel 6. Realisasi Kegiatan
Tempat Kegiatan
1. Tingkat pengetahuan ibu ● Melakukan pembinaan 02 -05 Balita Door to door ● Melakukan pretest
mengenai gizi seimbang gizi seimbang Desember dengan ● Melakukan pembinaan gizi
kurang menggunakan 2023 stunting seimbang dan membagikan
powerpoint leaflet TKTP
● Membagikan leaflet ● Melakukan sesi tanya jawab
mengenai TKTP ● Melakukan posttest
21
BAB III
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS
Peta Wilayah Kerja BLUD UPTD Puskesmas Mata Kota Kendari Kec.
Kendari
22
Jumlah Kelurahan
BLUD UPTD Puskesmas Mata Kota Kendari merupakan sebuah
puskesmas yang memiliki 5 wilayah kerja yaitu
1. Kelurahan Kendari Caddi
2. Kelurahan Kessilampe
3. Kelurahan Mangga dua
4. Kelurahan Mata
5. Kelurahan Purirano
Jumlah Penduduk
Penduduk adalah sekelompok orang yang tinggal atau menempati suatu
wilayah tertentu.pengertian penduduk secara umum adalah semua orang yang
berdomisili di wilayah geografis suatu negara selama jangka waktu tertentu serta
sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh peraturan negara.
Berdasarkan hasil pendataan terakhir jumlah penduduk di wilayah kerja
BLUD UPTD Puskesmas Mata Kota Kendari pada tahun 2022 adalah 19.579 jiwa,
yang terdiri dari 9.837 laki-laki dan 9.742 perempuan.
No Kelurahan IKS
23
b. Persebaran balita stunting dengan onset stunting 24-59 bulan
Tabel 12. Data persebaran balita stunting
19 20 10 13 12
24
e. Data kohort balita stunting
Faktor Risiko Stunting
Memiliki Perilaku Pengelolaan Memiliki Mengonsumsi Asupan Pemberian Imunisasi Rumah Riwayat Penyakit Status:
Nama jamban CTPS sampah akses air makanan gizi gizi ibu makan dasar sehat bumil penyerta Gakin
sehat bersih seimbang saat bayi dan lengkap KEK
hamil anak
tercukupi
An.A(34 Bulan)
An.A(36Bulan)
An.M(21 Bulan)
An.PA(24 Bulan)
An.N(25 Bulan)
An.MZ (18 Bulan)
An.D (33 bulan)
An.SY (15 Bulan)
An.AN(20 Bulan)
An. B(12 Bulan)
25
Indikator IKS:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
27
c. Alur diagnosis stunting di Puskesmas Kecamatan Mata
Konversi
BB
TB/U
TB
menggunakan
BB/U
< -2SD > -2SD
Pengukura
n ulang
Valid Tidak
Valid
Konseling
gizi
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
29
unntuk mengisi posttest mengenai diet gizi
seimbang.
30
4.2 Hasil
4.2.1 Hasil Wawancara
a. Penanggung jawab program gizi di Puskesmas Mata (1 orang)
Tabel.16 Hasil wawancara dengan pemegang program gizi di Puskesmas Mata
Pertanyaan Jawaban
Mengapa jumlah anak stunting di wilayah Mata 1. Penanganan stunting di setiap kelurahan berbeda-beda dan
masih melebihi target maksimal ? pelayanan belum merata.
2. Selama pandemi posyandu tutup dan baru mulai beroperasi
sekitar bulan Juni 2022.
3. Banyak ibu yang tidak membawa anaknya kontrol ke tenaga
kesehatan karena stigma yang mengatakan anaknya kurus atau
gizi buruk.
Apakah ada program khusus untuk menangani balita Ya, sudah ada. Program tersebut namanya Grebek Stunting,
stunting? pemantauan pertumbuhan, dan konseling gizi.
Apa saja yang dilakukan pada program Grebek Pada program Grebek Stunting dilakukan skrining awal serta menilai
Stunting tersebut ? beberapa faktor risiko seperti pengetahuan orang tua akan gizi
seimbang, penyakit penyerta anak, jamban sehat, sumber air bersih,
pola makan balita, status imunisasi, dan status kehamilan ibu apakah
ada riwayat KEK atau tidak.
Apakah program Grebek Stunting sudah dilakukan Sudah dilakukan ke semua kelurahan, terdiri dari cek BB TB, liat
di seluruh kelurahan wilayah Mata ? lingkungan, ventilasi, pembuangan sampah, WC, safety tank,
pengetahuan orang tua, BB lahir, penyakit penyerta, asupan makan,
usia pemberian ASI dan MPASI
31
Bagaimana cara puskesmas mendiagnosis Stunting ? Puskesmas mendiagnosis stunting dengan melihat data pengukuran
baik di posyandu atau di puskesmas
Intervensi apa saja yang sudah dilakukan untuk balita Intervensi yang sudah dilakukan program orang tua asuh, skrining, dan
stunting konseling gizi
Apa saja yang diberikan sebagai PMT ? Tahun 2023 tidak ada pemberian PMT
Apakah sudah ada media promosi digital yang Sudah ada tapi tidak berjalan sejak 2020 covid. Promosi tetap berjalan
dikeluarkan oleh program gizi ? namun secara langsung di posyandu dalam bentuk PPT
Apakah setiap orang tua balita memiliki KMS ? Rata rata sudah punya KMS, ibu yang KMS nya hilang kader
memberikan dalam bentuk fotokopi grafik BB/U sehingga tidak
terlihat pendek / tidak.
Apa saja perencanaan penanganan stunting di Kedepannya mau coba KPG lagi seperti yang di Bangka,
puskesmas saat ini? mengupayakan dalam bentuk edukasi untuk mencegah jatuh ke
kondisi stunting. Perbaiki PMBA dan PHBS.
Apakah sudah ada kerjasama dengan program lain Kerjasama lintas program dengan
untuk menangani masalah stunting ? - MTBS dengan KA
- Imunisasi
- Kesling
Bagaimana cara pelaporan data pengukuran Ada, balita yang di BGM dan di garis kuning tidak dilaporkan,
atropometri dari posyandu? apakah ada kendala ? ada juga yang salah ukur, tetapi divalidasi ulang lagi
Bagaimana peran kader dalam menanggulangi Kader mendampingi puskesmas, menjangkau langsung ke balita, dan
stunting? masak makanan. Belum pede untuk penyuluhan,
32
4.2.2 Hasil pre-test dan post-test
Tabel 18. Hasil pre dan post test
1 Ny. R 40 70
2 Ny. A 60 100
3 Ny. S 50 60
4 Ny. K 70 80
5 Ny. H 50 80
6 Ny. K 50 70
7 Ny. V 70 80
8 Ny. S 40 60
9 Ny.F 40 90
10 Ny. S 60 90
33
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov maka dapat dilihat bahwa data
pretest terdistribusi normal, sedangkan data post-test tidak terdistribusi normal.
Sehingga untuk melihat perbandingan pre dan post test dilanjutkan dengan uji
Wilcoxon.
4.2.4 Hasil uji perbandingan mann-whitney untuk hasil pre-test dan post-test
4.3 Pembahasan
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah lima tahun (balita)
yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, sehingga menyebabkan anak
gagal tumbuh (pendek) tidak sesuai dengan usianya. Kekurangan gizi pada anak
dapat terjadi sejak dalam kandungan hingga anak tersebut lahir, dan mengalami
pertumbuhan, serta perkembangan. Kondisi pendek (stunting) mulai dapat
terlihat pada saat anak berusia 2 tahun. Dikategorikan pendek apabila nilai z-
score kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek apabila nika z-score
kurang dari -3SD.
Upaya menurunkan prevalensi stunting di Indonesia telah dilakukan, salah
satunya dengan dibentuknya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN 2020 - 2024), dan diperkuat dengan Peraturan Presiden No.72 Tahun
2021 yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting, meningkatkan
34
kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi,
memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan
serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi.
Berdasarkan buku panduan Petunjuk Teknis Pendidikan Gizi Kemenkes
tahun 2018 adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memonitoring
kondisi stunting salah satunya pendidikan ibu mengenai gizi seimbang. Di Mata
sendiri pemantauan pendidikan ibu mengenai gizi seimbang telah dinilai pada
program yang disebut dengan Program Grebek Stunting. Dalam program ini
setiap petugas puskesmas akan meninjau ulang anak dari posyandu yang berada
pada garis kuning atau berada dibawah garis merah kemudian petugas
puskesmas akan bertanya mengenai beberapa hal yang salah satunya adalah
mengenai pengetahuan ibu mengenai gizi seimbang.
Berdasarkan hasil pemantauan tersebut maka ditemukan bahwa dari 31
orang ibu anak balita dengan onset stunting 2-5 tahun terdapat 20 (64,5%) orang
ibu anak balita yang tidak memahami konsep pemberian makanan gizi seimbang.
Maka berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa meningkatkan pemahaman
ibu mengenai gizi seimbang diduga mampu menurunkan angka stunting secara
signifikan sehingga dibuat plan of action (POA) dengan tema tersebut. Kegiatan
POA yang dilakukan adalah membuat media edukasi penyuluhan gizi seimbang
berupa powerpoint mengenai gizi seimbang dan leaflet mengenai diet tinggi
kalori dan tinggi protein (TKTP) serta melakukan penyuluhan mengenai topik
tersebut. Untuk menilai keberhasilan POA tersebut maka dilakukan penilaian
pre-test dan post-test.
Hasil perbandingan pre-test dan post-test menunjukkan adanya
perbandingan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
mengenai gizi seimbang. Adapun hasil rerata pre-test adalah 53.0 dan hasil rerata
post-test adalah 78,0. Berdasarkan hasil tersebut maka diduga penyuluhan
mengenai gizi seimbang cukup efektif untuk meningkatkan tingkat pengetahuan
ibu mengenai gizi seimbang. Oleh karena itu maka diharapkan bentuk POA ini
dapat terus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan sehingga diharapkan dapat
menurunkan angka stunting di area Mata.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Tabel 19. Kesimpulan dan Saran
Kurangnya pemahaman Upaya peningkatan ● Penyuluhan mengenai diet gizi Terdapat ● Melakukan pembinaan
ibu mengenai diet gizi pemahaman ibu seimbang dan TKTP untuk peningkatan kepada orang tua balita
seimbang mengenai gizi seimbang balita pemahaman Ibu melalui puskesmas 1x
● Membuat media promkes mengenai diet gizi sebulan
berupa PPT dan leaflet seimbang yang
dinilai berdasarkan
pre-test dan post-test
36
LAMPIRAN
37
38
39