FAKULTAS PSIKOLOGI
PENULISAN ILMIAH
Disusun Oleh:
NPM : 12519423
DEPOK
2022
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN EXTRAVERSION TERHADAP
NOMOPHOBIA TENDENCY PADA REMAJA PENGGEMAR K-POP
PENGGUNA MEDIA SOSIAL TWITTER
JL. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok, 16424, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh tipe kepribadian
extraversion terhadap nomophobia tendency pada remaja penggemar K-Pop pengguna
media sosial twitter. Peneliti mengadaptasi alat ukur No Mobile Phone Phobia
Quesionner (NMP-Q) yang dikembangkan oleh Yildirim & Correia pada tahun 2015 dan
Big Five Inventory (BFI) sub kepribadian extraverion ke dalam Bahasa Indonesia.
Analisis data dilakukan dengan teknik regresi linear sederhana untuk menguji pengaruh
tipe kepribadian extraversion terhadap nomophobia tendency.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
iii
1. Definisi remaja .................................................................................. 14
2. Karakteristik masa remaja ................................................................. 14
3. Tugas perkembangan masa remaja .................................................... 16
D. Penggemar K-Pop .......................................................................................... 16
1. Definisi .............................................................................................. 16
a. Definisi penggemar ....................................................................... 16
b. Definisi K-Pop .............................................................................. 17
c. Definisi penggemar K-Pop ............................................................ 17
E. Media Sosial Twitter...................................................................................... 17
1. Definisi media sosial ......................................................................... 17
2. Definisi twitter ................................................................................... 18
3. Definisi media sosial twitter .............................................................. 18
4. Dampak negatif media sosial............................................................. 18
F. Tipe Kepribadian Extraversion Pada Nomophobia Tendency ....................... 19
G. Hipotesis ........................................................................................................ 21
iv
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 29
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dari tahun sebelumnya, yaitu dari 1 Juli 2020 hingga 30 Juni 2021 terdapat sekitar
7,5 miliar tweet yang berhubungan dengan K-Pop. Jumlah tersebut memecahkan
rekor setahun sebelumnya sebanyak 6,1 miliar tweet, sejak 2010 hingga 2021 rata-
rata kenaikan jumlah cuitan tentang K-Pop mencapai 131% per tahun. (Febrianto,
2021). Selain itu, dilansir dari Kumparan (2017), 56% penggemar K-Pop
menghabiskan waktu 1-5 jam memantau media sosial untuk mencari tahu segala
informasi tentang idola nya, sebanyak 28% penggemar bahkan menghabiskan 6
jam lebih di jagat maya untuk melihat berbagai aktivitas sang idola. Kumparan
(2017) juga melakukan survei kepada 100 orang fans K-Pop. Hasilnya, sekitar 57%
dari mereka berada di usia remaja dan dewasa awal, 12-20 tahun. Sementara 42%
fans berusia 21-30 tahun, dengan satu persen di antaranya berusia di atas 30 tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khairil dan Yusaputra (2019)
Penggemar K-Pop memiliki ketergantungan dalam pemakaian media sosial
khususnya dalam mengakses hal terkait dengan K-Pop, ketergantungan ini
dipengaruhi oleh rasa puas yang dialami saat mengakses informasi yang dibutuhkan
tentang K-Pop pada individu. Andreassen, Pallesen dan Griffiths (2017)
menyatakan bahwa remaja lebih rentan mengalami adiksi sosial media
dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, dalam hasil penelitian dari Korean
Culture and Information Service (KOCIS) (dalam Anwar, 2021) yang dilakukan
kepada penggemar konten Korea Selatan menyatakan bahwa 66% penggemar
berada di usia remaja dan dewasa awal pada usia 20 tahunan. Pada survei yang
dilakukan oleh Rahmawati dan Halimah (2021), ditemukan bahwa sumber
kebahagiaan dan hiburan penggemar selebriti korea adalah ketika para penggemar
mengakses media sosial, para penggemar mengalami adanya perasaan ingin
mengakses ketika menonton idol group tertentu, serta saat kesulitan dalam mencari
informasi tentang idolanya. Hal tersebut memunculkan adanya keinginan untuk
terus menerus mengakses media sosial, sehingga seringkali hubungan dikehidupan
nyata terabaikan. (Rahmawati & Halimah, 2021).
Perkembangan zaman yang sudah sangat modern telah menciptakan berbagai
macam alat-alat teknologi dengan fitur-fitur yang semakin maju. Salah satu bukti
perkembangan teknologi masa kini adalah telepon genggam (smartphone) yang
3
tidak bisa kita lepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Laporan Newzoo (dalam
Pusparisa, 2021) melaporkan bahwa Indonesia menduduki posisi keempat
pengguna smartphone terbesar dengan total jumah 170,4 juta pengguna
smartphone. Perusahaan riset data reportal (dalam Jemadu & Prasatya, 2022)
menyebutkan bahwa jumlah perangkat seluler yang terkoneksi di Indonesia
mencapai 370,1 juta pada Januari 2022. Angka ini meningkat 13 juta atau 3,6 %
dari periode yang sama di tahun sebelumnya. We Are Social dan Hootsuite (2021)
mengumumkan jumlah pengguna media sosial secara global terus meningkat setiap
tahunnya. Pada Januari 2021, angkanya mencapai 4,2 miliar atau tumbuh 13,2%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dirinci, rata-rata lebih dari
1,3 juta pengguna baru di media sosial setiap harinya sejak 2020. Sementara itu, di
Indonesia media sosial juga sudah banyak digunakan oleh masyarakat. Menurut
Nuryama (2022) ada 191,4 juta pengguna media sosial di Indonesia pada Januari
2022, jumlah pengguna media sosial di Indonesia pada awal tahun 2022 setara
dengan 68,9% dari total populasi. Media sosial mencakup banyak aplikasi, salah
satunya adalah Twitter. Twitter adalah layanan bagi teman, keluarga, dan teman
sekerja untuk berkomunikasi dan tetap terhubung melalui pertukaran pesan yang
cepat dan sering. Pengguna dapat memposting tweet, yang dapat berisi foto, video,
tautan, dan teks (twitter.com). Nasrullah (2015) menyatakan kelebihan dari Twitter
yakni pengguna bisa menjalin jaringan dengan pengguna lain, menyebarkan
informasi, mempromosikan pendapat atau pandangan pengguna lain, sampai
membahas isu terhangat (trending topic) saat itu juga dan menjadi bagian dari isu
tersebut dengan turut berkicau (tweet) menggunakan tagar (hashtag) tertentu.
Simarmata, Iqbal, Hasibuan, Limbong, dan Albra (2019) menjelaskan beberapa
dampak buruk yang ditimbulkan oleh media sosial yaitu, hoaks dan fitnah
merajalela, banyak akun kloningan, banyak mata-mata, menimbulkan kecanduan,
dan munculnya tindak kejahatan.
Dengan kemudahan dan banyaknya fasilitas yang diberikan smartphone dalam
memenuhi kebutuhan manusia para pengguna lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk menatap layar smartphone. Smartphone menjadi benda yang
sangat penting bagi masyarakat jika dibandingkan dengan benda lainnya, hal
4
sudah dilakukan oleh Yoğurtçu (2018) yang menunjukan bahwa adanya hubungan
positif antara tipe kepribadian extraversion dengan nomophobia. Ada pula
penelitian yang dilakukan oleh Okoye, Harry, dan Obikwelu (2017) yang
menyatakan bahwa tipe kepribadian extraversion secara positif dan signifikan
memprediksi nomophobia. Penelitian yang dilakukan oleh Argumosa-Villar,
Boada-Grau, dan Vigil-Colet (2017) juga menyebutkan bahwa ada pengaruh positif
yang signifikan antara extraversion dan nomophobia. Rahmania dan Prastuti (2021)
juga berhasil menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara
tipe kepribadian extraversion dengan nomophobia. Sementara itu, Aurelia dan
Ningsih (2021) mendapatkan hasil penelitian bahwa subjek dengan tipe kepribadian
extraversion memiliki tingkat kecenderungan nomophobia dengan kategori tinggi.
Urgensi dalam penelitian ini adalah meningkatnya remaja penggemar K-Pop
di Indonesia yang menghabiskan waktu di media sosial twitter dan menyebabkan
masalah pada pembelajaran, pola tidur, kesehatan fisik dan kesehatan mental. Hal
ini bermaksud untuk mengurangi masalah pada pembelajaran, pola tidur, kesehatan
fisik dan kesehatan mental pada remaja penggemar K-Pop pengguna media sosial
Twitter. Maka dari itu peneliti tertarik untuk menguji pengaruh extraversion
personality terhadap nomophobia tendency khususnya remaja penggemar K-Pop
yang aktif pada media sosial Twitter. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
bukti yang empiris apakah pengaruh antara extraversion personality dan
nomophobia tendency pada remaja penggemar K-Pop pengguna media sosial
Twitter?
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh tipe
kepribadian extraversion terhadap nomophobia tendency pada remaja penggemar
K-Pop pengguna media sosial Twitter.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang berguna bagi seluruh
kalangan, baik manfaat teoritis maupun manfaat secara praktis.
7
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan di
bidang psikologi klinis dan psikologi kepribadian mengenai pengaruh tipe
kepribadian extraversion terhadap nomophobia tendency. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi tambahan di bidang psikologi
perkembangan mengenai nomophobia tendency pada remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Remaja
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi para
remaja dalam memahami bagaimana pengaruh tipe kepribadian extraversion
terhadap nomophobia tendency.
b. Bagi Orang Tua
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
para orang tua yang memiliki anak usia remaja dalam memahami
bagaimana pengaruh tipe kepribadian extraversion terhadap nomophobia
tendency.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi masyarakat umum terhadap pengaruh tipe kepribadian
extraversion terhadap nomophobia tendency pada remaja penggemar K-
Pop pengguna media sosial Twitter.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan masukan bagi
para peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang pengaruh tipe
kepribadian extraversion terhadap nomophobia tendency.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nomophobia Tendency
1. Definisi
a. Definisi Nomophobia
Menurut King, Valenca, Silva, Sanccasiani, Machado, dan Nardi (2014)
nomophobia adalah sebuah ketakutan modern yang disebabkan karena rasa tidak
mampu untuk berkomunikasi melalui ponsel atau internet. Roberts, Yaya, dan
Manolis (2014) mendefinisikan nomophobia sebagai ketakutan yang dialami
seseorang saat orang tersebut tidak dapat menggunakan ponselnya.
Yildirim dan Correia (2015) berpendapat bahwa nomophobia merupakan
fobia yang berkaitan dengan agoraphobia atau serangan panik. Carlisle (2017)
menyatakan bahwa nomophobia adalah istilah yang menggambarkan rasa
ketakutan tanpa smartphone. Sementara itu, Ormerod (2018) menyatakan bahwa
nomophobia adalah ketakutan yang dialami saat seseorang dipisahkan dengan
ponsel dan akunnya, bahkan hanya dengan waktu beberapa jam.
Berdasarkan definisi yang sudah dijelaskan oleh beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa nomophobia adalah ketakutan modern yang berkaitan dengan
agoraphobia yang dialami saat seseorang tidak dapat menggunakan ponselnya,
merasa tidak mampu untuk berkomunikasi melalui ponsel atau internet, dan saat
dipisahkan dengan ponsel dan akunnya bahkan hanya dengan waktu beberapa
jam.
b. Definisi Tendency
Walter (2008) mendefinisikan bahwa tendency adalah kemungkinan yang akan
terjadi atau memiliki karakteristik atau efek tertentu. Selain itu, Bull (2011)
menjelaskan bahwa tendency adalah keadaan jika seseorang memiliki
kecenderungan tertentu, mereka cenderung berperilaku atau bertindak dengan
cara tertentu.
8
9
Dari kedua penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tendency adalah
kemungkinan atau kecenderungan untuk berperilaku yang akan terjadi dengan
cara tertentu dan memiliki efek tertentu.
2. Dimensi Nomophobia
Menurut Yildirim (2014), terdapat empat dimensi nomophobia, yaitu:
a. Not being able to communicate
Hal ini akan terjadi ketika seseorang tidak dapat menghubungi dan dihubungi
orang lain dan tidak dapat menggunakan fasilitas yang memungkinkan untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
b. Losing Connectedness
Hal ini terjadi saat seseorang merasa kehilangan dan tidak mampu
berkomunikasi secara online dengan orang lain, serta tidak dapat memakai
fasilitas yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara online.
c. Not being able to access information
Hal ini terjadi ketika seseorang merasa kehilangan saat tidak ada koneksi
internet tersambung pada smartphone yang dimilikinya dan tidak terhubung
dengan seseorang secara online, terutama pada media sosial.
d. Giving up convenience
Hal ini terjadi ketika seseorang selalu memastikan bahwa mereka memiliki
baterai yang cukup pada smartphone yang mereka gunakan setiap saat, baterai
10
yang terisi di smartphone membuat seseorang merasa bebas dari stress dan rasa
cemas yang berlebih.
neurotisme yang tinggi akan mencemaskan ketika tidak dapat menghubungi atau
dihubungi orang lain dan tidak dapat menerima akses informasi melalui
ponselnya.
Berdasarkan penjelasan dari kedua tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi nomophobia antara lain adalah gender, usia, self-esteem,
extraversion personality, neuroticsm personality, faktor internal, faktor situasional, faktor
sosial, dan faktor eksternal.
a. Warmth (kehangatan)
Kehangatan (warmth) merujuk pada interaksi personal yang bersahabat, suka
bersosialisasi, dan tulus. Sebaliknya, individu yang dingin cenderung kaku,
pendiam, dan tidak dekat dengan orang kebanyakan.
b. Gregariousness (suka berkumpul)
Individu yang suka berkumpul cenderung menyukai keramaian dan dorongan
sosial.
c. Assertiveness (asertivitas)
Individu yang asertif biasanya memiliki kemampuan untuk memimpin,
bertanggung jawab akan suatu tugas, dan mampu mengungkapkan perasaan atau
keinginan dengan mudah.
d. Activity level (tingkat aktivitas)
Individu yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi biasanya lebih banyak
berhubungan dengan orang lain dikarenakan mereka memiliki tingkat aktivitas
yang tinggi.
e. Excitement seeking (pencarian kesenangan)
Individu dengan kepribadian extraversion biasanya disebut sebagai pencari
kesenangan.
f. Positive emotions (emosi positif)
Individu yang memiliki kepribadian extraversion cenderung memiliki emosi
yang positif.
Peneliti akan menggunakan alat ukur Big Five Personality (BFI) yang berisi 8
aitem sub kepribadian extraversion yang disusun oleh John dan Srivastava pada tahun
1999.
C. Remaja
1. Definisi Remaja
Menurut Zgourides (2000) masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa yang meliputi usia 12 hingga 19 tahun. Selama tahun-tahun
ini, pertumbuhan fisik, emosional, dan intelektual terjadi dengan kecepatan yang
memusingkan, menantang remaja untuk menyesuaikan diri dengan tubuh baru,
identitas sosial, dan memperluas pandangan dunia (Zgourides, 2000).
Menurut Santrock (2007) remaja adalah periode transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan
biologis, kognitif dan sosioemosional. Sedangkan menurut Smetana (2011) usia 11
sampai 13 tahun adalah usia remaja awal, lalu usia remaja pertengahan adalah sekitar
usia 14-17 tahun, terakhir adalah usia remaja akhir yaitu usia 18-21 tahun.
Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa
masa remaja adalah masa perkembangan serta peralihan antara masa anak-anak ke
masa dewasa yang mencakup perkembangan fisik, intelektual, dan emosi dengan
rentang usia sekitar 11 sampai dengan 21 tahun.
a. Menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita
i. Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia yang diperoleh
dari ilmu pengetahuan yang memadai.
D. Penggemar K-Pop
1. Definisi
a. Definisi Penggemar
Menurut Hills (2002), penggemar adalah seseorang yang menyukai atau
terobsesi pada artis tertentu, selebriti, film, program televisi, dan band. Selain itu,
Lewis (2002) menyatakan bahwa penggemar merupakan pengikut yang antusias
dalam bidang seni, olahraga, atau pengagum selebritis. Permana (2014),
menjelaskan bahwa seorang penggemar dapat diartikan sebagai pribadi yang
17
loyal, sangat antusias, dan menunjukkan ketertatikan dalam segala bidang yang
mereka sukai, penggemar dapat memilih bidang apa yang akan ia tekuni, seperti
olahraga, musik, acara televisi, hobi, atau lainnya.
Berdasarkan penjelasan tokoh-tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa
penggemar adalah seseorang yang dengan antusias menyukai atau terobsesi pada
artis tertenru, selebriti, film, program televisi, band, bidang seni, atau olahraga.
b. Definisi K-Pop
Park (2013) menjelaskan bahwa K-Pop didefinisikan sebagai aliran musik
populer yang berasal dari Korea Selatan, dan telah menjadi aliran musik pop
independen selama lebih dari dua dekade. Sementara itu, menurut Russel (2014)
K-Pop adalah singkatan dari Korean Pop, Korean Pop adalah sebutan untuk
musik yang berasal dari Korea Selatan dan menarik perhatian penggemar di
dunia.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa K-Pop adalah musik
bergenre pop yang berasal dari Korea Selatan.
2. Definisi Twitter
Menurut Nasrullah (2015) Twitter merupakan jenis media sosial microblogging yang
memfasilitasi pengguna untuk menulis dan mempublikasikan aktivitas serta atau
pendapatnya.
Hal ini dapat dilakukan oleh pasangan, keluarga, hingga orang-orang kantor,
dengan tujuan dan maksud tertentu. Ini membuat privacy seseorang sedikit terganggu
d. Kecanduan
Dengan berbagai fitur yang kekinian di media sosial akan semakin membuat
seseorang kecanduan. Apalagi dengan tidak update status sehari saja, bisa-bisa di
nilai oleh orang ketinggalan zaman.
e. Munculnya Tindak Kejahatan
Sosial media juga dapat menjadi sumber kejahatan yang dapat dilakukan oleh
pengguna yang tidak bertanggung jawab, misalnya penipuan.
Media sosial semakin lama menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan di
zaman modern. Akibat kemudahan dalam mengakses dan berbagai macam fasilitas pada
smartphone, pengguna smartphone menjadi kerap kali menggunakan smartphone nya
dalam intensitas yang tinggi. Dalam hal ini, ketika para pengguna smartphone sudah
mengalami keadaan takut dan cemas saat dipisahkan dari smartphone-nya bahkan hanya
dalam waktu beberapa jam berarti orang tersebut sudah dapat dikatakan mengalami
kecenderungan nomophobia (Ormerod, 2018).
Dalam hal ini tipe kepribadian extraversion telah disebutkan oleh Bianchi dan
Phillips (dalam Yildirim, 2014) sebagai faktor yang dapat menyebabkan kecenderungan
nomophobia. Menurut Sujalu, Ismail, Jumani, Emawati, dan Milasari (2021) dalam
bukunya mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan periode masa pertentangan
(konflik), baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang dewasa. Biasanya remaja
berusaha mengekspresikan dirinya sebagai orang dewasa, padahal secara fisik, mental,
dan emosional belum mampu menggunakan nalar serta berhipotesis. Menurut Jung
(dalam Kohnstamm, Halverson, Mervielde & Havill, 1998) tipe kepribadian extraversion
didefinisikan sebagai perputaran luar libido yang menunjukkan keterkaitan nyata subjek
dengan objek dalam arti gerakan positif dari minat subjektif terhadap objek. Sedangkan,
McShane dan Glinow (dalam Suyasa, Sari, & Putra, 2018) menjelaskan bahwa seseorang
yang memiliki tipe kepribadian extraversion cenderung lebih cepat berteman daripada
seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang rendah. Individu yang tingkat
extraversion-nya tinggi juga cenderung ramah, asertif, dan terbuka.
Seperti yang dijelaskan oleh McCrae dan Allik (2002), bahwa tipe kepribadian
extraversion mencerminkan kuantitas dan intensitas hubungan dengan lingkungan
seseorang (terutama sosial), dalam hal ini bersangkutan dengan dimensi nomophobia
menurut Yildrim (2014) yang salah satunya adalah not being able to communicate, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan pada tipe kepribadian extraversion dan
nomophobia tendency. Hal ini juga didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang
telah meneliti keterkaitan antara nomophobia tendency dan tipe kepribadian extraversion.
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Argumosa-Villar, Boada-Grau, dan
Vigil-Colet (2017) yang berjudul “Exploratory investigation of theoretical predictors of
nomophobia using the Mobile Phone Involvement Questionnaire (MPIQ)” penelitian
tersebut menghasilkan bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan antara
extraversion dan nomophobia. Penelitian yang dilakukan oleh Okoye, Harry dan
Obikwelu (2017) juga menyatakan bahwa tipe kepribadian extraversion berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap nomophobia.
Selain itu ada pula penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmania dan Prastuti
(2021) yang meneliti tentang peran dimensi kepribadian terhadap nomophobia
21
mahasiswa. Hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara
tipe kepribadian extraversion dengan nomophobia. Ada pula penelitian yang dilakukan
oleh Aurelia dan Ningsih (2021) hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian ini
adalah subjek dengan tipe kepribadian extraversion memiliki tingkat kecenderungan
nomophobia dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan
nomophobia lebih terlihat pada siswa yang memiliki kepribadian cukup aktif, enerjik,
banyak bicara, berani, dan mudah bergaul. Penelitian yang dilakukan oleh Armela dan
Guspa (2021) juga mendapatkan hasil bahwa tipe kepribadian extraversion memiliki
korelasi positif terhadap nomophobia. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Yoğurtçu
(2018) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian
extraversion dengan nomophobia.
Tipe Kepribadian
Extraversion (X) Nomophobia Tendency (Y)
Gambar 1
G. Hipotesis
22
23
1. Identitas responden
Identitas responden terdiri dari jenis kelamin, usia, pengguna media sosial
twitter, sudah berapa lama menggunakan media sosial twitter, sudah berapa lama
24
menyukai K-Pop.
Tabel 1
Sebaran Aitem No Mobile Phone Phobia Quesionner (NMP-Q)
Dimensi Aitem Total
Not being able to
10,11,12,13,1,15 6
communicate
Losing connectedness 16,17,18,19,20 5
Not being able to access
1,2,3,4 4
information
Giving up convenience 5,6,7,8,9 5
Total 12 12
Tabel 2
Penilaian (scoring) pada No Mobile Phone Phobia Quesionner (NMP-Q)
Bobot Penilaian Aitem
Pilihan Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 1 5
Setuju 2 4
Netral 3 3
Tidak Setuju 4 2
Sangat Tidak Setuju 5 1
26
Tabel 3
Sebaran Aitem Big Five Inventory (BFI)
Dimensi Big Five Jenis Aitem Total
Favorable Unfavorable
Extraversion 1, 11, 16, 26, 36 6, 21, 31 8
Total 5 3 8
Tabel 4
Penilaian (scoring) pada Big Five Inventory (BFI)
Bobot Penilaian Aitem
Pilihan Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 1 5
Setuju 2 4
Netral 3 3
Tidak Setuju 4 2
Sangat Tidak Setuju 5 1
26
1. Validitas
Menurut Neuman (2007) validitas adalah sesuatu yang menunjukkan keadaan
yang sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara konstruk, atau cara seorang
meneliti dengan cara merencanakan atau mengonsepkan sebuah ide dalam definisi
konseptual. Validitas yang digunakan pada penelitian ini merupakan validitas isi.
Validitas isi menurut Nisfiannoor (2009) adalah validitas yang digunakan untuk
menguji isi tes dengan analisa rasional atau logika melalui professional judgement
yaitu dosen pembimbing.
sebelumnya. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
sederhana dengan bantuan SPSS for Windows untuk menguji pengaruh tipe kepribadian
extraversion terhadap nomophobia tendency pada remaja penggemar K-Pop pengguna
media sosial Twitter.
DAFTAR PUSTAKA
Andreassen, C. S., Pallesen, S., & Griffiths, M. D. (2017). The relationship between
addictive use of social media, narcissism, and self-esteem: Findings from a large
national survey. Addictive Behaviors, 64, 287–293.
https://doi.org/10.1016/j.addbeh.2016.03.006
Argumosa-villar, L., Boada-grau, J., & Vigil-colet, A. (2017). Exploratory investigation of
theoretical predictors of nomophobia using the Mobile Phone Involvement
Questionnaire (MPIQ). Journal of Adolescence, 56, 127–135.
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2017.02.003
Arikunto, S. (2006). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Aurelia, C. & Ningsih, Y. T. (2021). Nomophobia dan Kepribadian Siswa SMA. Jurnal
Penelitian Psikologi, 12 (2).
Azwar, S. (2015). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2016). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bianchi, A., Phillips, J.G.. (2005). Psychological predictors of problem mobile phone use.
Cyber Psychology & Behavior, 8:39-51.
Bull, V. (2011). Oxford Learner’s pocket Dictionary, Fourth Edition. China: Oxfords
University Press
Carlisle, P. A. (2017). Nomophobia a rising trend in students. USA: Create Independent
Publishing Platform.
Cervone, D. & Pervin, L. A. (2012). Personality: Theory and research. USA: John Wiley
& Sons, Inc.
Eysenck, H.J., & Eysenck, S.B.G. (1991). Manual of the eysenck personality scales (EPS
adult). London: Hodder & Stoughton.
Goldberg, L. R. (1993). The structure of phenotypic personality traits. American
Psychologist, 48(1), 26–34.
Hanika, I. M. (2015). Fenomena phubbing di era milenia (ketergantungan seseorang pada
smartphone terhadap lingkungannya). Jurnal Interaksi, 4(1).
Hills, M. (2002). Fan cultures. London: Routledge.
John, O. P., Naumann, L. P., & Soto, C. J. (2008). Paradigm shift to the integrative Big
Five trait taxonomy. In O. P. John, R. W. Robins, & L. A. Pervin (Eds.), Handbook
of personality (3rd ed.). New York: The Guilford Press.
28
29
Kanmani A. S., Bhavani., & Maragatham, R.S. (2017). Nomophobia-an insight into its
psychological aspects in India. The International Journal of Indian Psychology, 4
(87), 5-15.
Khairil, M., Yusaputra, M. I., & . N. (2019). Efek ketergantungan remaja k-popers terhadap
media sosial di kota palu. Jurnal ASPIKOM, 4(1), 14.
https://doi.org/10.24329/aspikom.v4i1.484
King, A. L., Valença, A. M., Silva, A. C., Sancassiani, F., Machado, S., & Nardi, A. E.
(2014). “Nomophobia”: Impact of Cell Phone Use Interfering with Symptoms and
Emotions of Individuals with Panic Disorder Compared with a Control Group.
Clinical Practice & Epidemiology in Mental Health, 2835
Kohnstamm, G. A., Halverson, C. F. Jr., Mervielde, I., & Havill, V. L. (1998.), Parental
descriptions of child personality: Developmental antecedents of the Big Five? (pp.
21–48). Lawrence Erlbaum Associates Publishers
Lee, S., Kim, M., Mendoza, J. S., & Mcdonough, I. M. (2018). Addicted to cellphones:
exploring the psychometric properties between the nomophobia questionnaire and
obsessiveness in college students. Heliyon, 4 e00895.
Lewis, L. A. (2002). The adoring audience: Fan culture and popular media. London.
Routledge.
Margono. (2004). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta :Rineka Cipta.
Mariyati, L. I., & Rezania, V. (2022). Buku ajar psikologi perkembangan 1. Sidoarjo:
Umsida Press.
McCrae, R. R, Allik, J. (2002). The five factor model of personality across cultures. New
York : Kluwer Academic
Nasrullah, R. (2015). Media sosial perspektif komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Nasrullah, R. (2016). Teori dan riset media siber (cybermedia). Jakarta: Kencana.
Neuman, W. L. (2017). Basic of social reasearch : Qualitative and quantitative
approaches. Boston: Pearson Education Inc.
Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan statistika modern untuk ilmu sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan
pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nuryama, R. (2022). Jumlah Pengguna Media Sosial Di Indonesia Pada Tahun 2022.
TiNews.com.
Octavia, S.A. (2020). Motivasi belajar dalam perkembangan remaja. Yogyakarta:
Deepublish.
30
Teknologi Nomophobia
Smartphone Tendency
Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
Nomophobia Tendency
DEFINISI
DIMENSI
DEFINISI CIRI-CIRI
1. Warmth (hangat)
2. Gregariousness
Menurut McCrae dan Allik (2002), tipe (suka berkumpul)
kepribadian extraversion mencerminkan 3. Assertiveness
kuantitas dan intensitas hubungan dengan (asertivitas)
4. Activity level
lingkungan seseorang (terutama sosial) dan (tingkat aktivitas)
mengacu pada kecenderungan untuk mencari 5. Excitement seeking
kontak dengan lingkungan dengan energi, (pencari
kesenangan)
semangat, antusiasme, dan kepercayaan diri, 6. Positive emotions
dan untuk menjalani pengalaman secara (emosi positif)
positif
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Ukur