Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

UPAYA NON LITIGASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MOBIL


CONTAINER

“Makalah ini disusun guna memenuhi tugas matakuliah Penyelesaian Sengketa Bidang Non
Litigasi”

Dosen Pengampu:

Dr. Adhalia Septia Saputri, S.H., M.H.

Disusun oleh:

Kelompok 2 Kelas 7GBA1

1. Abdurrahman Hamam (201810115186)


2. Dhea Reihanun Najwa (202110115195)
3. Firly Khoirul Insan (202110115219)
4. Luthfy (202110115155)
5. Nanda Yunita (202110115211)
6. Nandana Noor Isyraf (202110115083)
7. Natasha Amelia (202110115156)
8. Rahma Wahyu Ardiany (202110115132)
9. Sri Pratiwi Lestari (202110115234)
10. Yanira Marwah (202110115022)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Makalah
Penyelesaian Sengketa Bidang Non Litigasi yang berjudul “Upaya Non Litigasi Dalam
Penyelesaian Sengketa Bisnis Mobil Container” dapat selesai pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca. Namun,
terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi tercipta makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bekasi, 23 November 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii
BAB 1 ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 6
A. Kronologi Kasus dan Penyelesaian ..................................................................................... 6
B. Tahapan Penyelesaian Kasus .............................................................................................. 7
BAB III .......................................................................................................................................... 12
PENUTUP...................................................................................................................................... 12
A. KESIMPULAN ................................................................................................................... 12
B. SARAN ............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 13

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menyelesaikan kasus Perdata, biasanya terdapat dua jalur yang menjadi
penawaran bagi pihak yang bersengketa jalur litigasi dan non-litigasi. Yang dimaksud dengan
Litigasi adalah bentuk penanganan kasus melalui jalur proses di peradilan baik kasus perdata
maupun pidana, sedangkan Non-Litigasi adalah penyelesaian masalah hukum diluar proses
peradilan. Non litigasi ini pada umunya dilakukan pada kasus perdata saja karena lebih bersifat
privat.

Non litigasi mempunyai beberapa bentuk untuk menyelesaikan sengketa yaitu:

1. Negosiasi

2. Mediasi

3. Arbitrase

Ketiga bentuk penyelesaian sengketa dilakukan oleh pihak yang merasa dirugikan atau
terjadinya perbedaan pendapat baik itu antara individu, kelompok maupun antar badan usaha.
Penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi dilakukan untuk menyelesaikan sengketa
dengan cara musyawarah mufakat dan hasil penyelesaian konflik atau sengketa secara
kekeluargaan dalam kesempatan kali ini saya akan membahas secara khusus terhadap cara
penyelesaian menggunakan Mediasi.

Dalam hal ini terdapat kasus non litigasi yaitu Pihak A melakukan perjanjian bisnis
dengan Pihak B. Pihak A sebagai pemodal pengadaan penyewaan mobil container, sedangkan
Pihak B sebagai pengelola yang menjalankan bisnis penyewaan mobil container tersebut. Pihak
A memberikan modal kepada Pihak B berupa 10 (sepuluh) mobil container kepada Pihak B.
Perjanjian bisnis ini dilakukan secara lisan dengan dihadiri teman dari Pihak A, yaitu : Pihak
C. Pihak A dan Pihak B sepakat bahwa Pihak A memberikan daftar harga sewa mobil container
kepada Pihak B seharga Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk 1 hari sewa. Umumnya para
penyewa dari beberapa perusahaan menyewa dalam waktu minimal 1 (satu) bulan.

4
Pihak B memberikan harga sewa mobil container kepada beberapa perusahaan seharga
Rp 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah), dan ini atas persetujuan Pihak A. Selama 3
(tiga) tahun lamanya, perjanjian ini berjalan lancar, namun mulai pada tahun ke-4 (empat),
Perjanjian ini mulai ada masalah. Pihak B tidak lagi menyetor tiap bulan kepada Pihak A.
Pihak B memberikan alas an bahwa alasan tidak menyetor karena uang hasil sewa mobil
container habis untuk keperluan semua servis mobil container. Saat dimintai bukti oleh Pihak
A mengenai bukti pembayaran servis mobil container tersebut, Pihak B selalu saja tidak dapat
membuktikan dan selalu memberikan alasan masih dalam proses pencarian bukti karena Pihak
B mengatakan tidak ingat bukti pembayaran servis mobil container tersebut disimpan di mana.
Akibat peristiwa ini, Pihak A mempunyai keinginan untuk menyelesaikan masalah ini secara
jalur hukum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami mengemukakan beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana kronologi kasus sengketa bisnis mobil container tersebut?
2. Apa saja tahapan penyelesaian kasus sengketa bisnis mobil container tersebut?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini antara lain:

1. Mengetahui kronolgi kasus sengeketa bisnis mobil container tersebut .


2. Mengetahui tahapan kasus sengketa bisnis mobil container tersebut.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kronologi Kasus dan Penyelesaian


• Pihak A melakukan kerjasama bisnis dengan pihak B

• Perjanjian bisnis tersebut dilakukan secara lisan dengan dihadiri teman dari pihak A, yaitu
pihak C.

• Perjanjian tersebut merupakan perjanjian bisnis sewa menyewa mobil container.

• Pihak A sebagai pemodal penganaan penyewaan mobil container.

• Pihak B sebagai pengelola yang menjalankan bisnis penyewaan mobil container.

• Pihak A memberikan modal kepada pihak B berupa 10 (sepuluh) mobil container kepada
pihak B.

• Pihak A dan pihak B sepakat bahwa pihak A memberikan daftar harga sewa mobil container
kepada pihak B seharga Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk 1 hari sewa.

• Pihak B memberikan harga sewa mobil container tersebut kepada beberapa perusahaan
dengan harga Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah), dan hal tersebut didasarkan oleh
persetujuan dari pihak A.

• Selama 3 (tiga) tahun lamanya, perjanjian tersebut berjalan dengan lancar.

• Mulai pada tahun ke 4 (empat), perjanjian mulai mengalami masalah yang dimana pihak B
tidak lagi menyetor tiap bulan kepada pihak A.

• Pihak B memberikan alasan tidak menyetorkan uang sewa bulanan mobil container karena
uang tersebut habis untuk biaya keperluan servis mobil container.

• Namun saat pihak A meminta bukti pembayaran servis mobil container tersebut, pihak B
selalu tidak dapat membuktikan dan selalu memberikan alasan masih dalam proses pencairan
bukti karena pihak B mengatakan bahwa ia tidak ingat bukti pembayaran servis tersebut
disimpan dimana.

• Akibat dari peristiwa tersebut, pihak A mempunyai keinginan untuk menyelesaikan masalah
ini secara jalur hukum.

6
Penyelesaiannya:

1. Membayarkan uang setoran pada tahun ke 4 secara menyeluruh

2. Jika tidak itikad baik maka akan diberikan surat somasi dan melanjutkan kasus tersebut
dalam upaya mediasi.

B. Tahapan Penyelesaian Kasus


Penjelasan mengenai mediasi

Menurut Pasal 1 angka 1 PERMA No. 1/2016, mediasi merupakan cara menyelesaian
sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan
dibantu oleh Mediator. Pihak A dan Pihak B yang sedang melakukan perjanjian bisnis sewa
menyewa mobil container berusaha menyelesaikan permasalahan mereka dengan bantuan
seorang mediator. Mengacu pada Pasal 1 angka 2 Perma 1/2016, mediator adalah hakim atau
pihak lain yang memiliki sertifikat mediator sebagai pihak netral yang membantu para pihak
dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Dalam kasus ini, Pihak A
ingin menyelesaikan masalahnya dengan Pihak B melalui mediasi. Berikut adalah tahapan
dalam penyelesaian sengketa non-litigasi dengan menggunakan mediasi:

1. Pihak A Mendaftarkan Kasusnya

Sebelum adanya proses mediasi, terlebih dahulu harus ada pelaporan mengenai kasus
persengketaan. Pelaporan ini dilakukan ke pengadilan negeri ataupun Pusat Mediasi Nasional
(PMN). Pihak A harus melampirkan berkas-berkas terkait kepada lembaga yang berwenang.
Setelah itu, mereka akan mengkaji dan mempelajari kasus tersebut untuk mengupayakan
penanganan lebih lanjut.

2. Melakukan Pemilihan Mediator

Setelah kasus yang Pihak A laporkan mendapatkan persetujuan, selanjutnya lembaga terkait
akan memproses kasus tersebut ke fase pra mediasi. Pada fase ini, Pihak A dan Pihak B akan
mendapatkan arahan agar mereka mau melakukan upaya perundingan. Selanjutnya pengadilan
dan para pihak juga akan berunding mengenai orang yang berperan untuk menjadi mediator.
Mediator dalam hal ini bisa yang berasal dari pengadilan ataupun dari pihak luar yang sudah

7
mendapatkan persetujuan dari para peserta. Jadi masing-masing peserta harus berkenan dengan
mediator yang akan mengawal jalannya perundingan.

3. Mediator Membahas Prosedur Mediasi dengan Pihak A dan Pihak B

Selanjutnya mediator terpilih akan melanjutkan proses pra mediasi. Mereka akan membahas
mengenai prosedur perundingan dengan para pihak terkait. Dalam pertemuan tersebut mediator
akan melakukan pembahasan mendetail mengenai inti permasalahan. Mereka juga akan
membahas mengenai kepentingan dan kebutuhan yang masing-masing pihak inginkan.
Prosedur ini akan membantu mediator untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan
apa yang akan ditangani.

4. Adanya Pertemuan Awal Mediator dengan Pihak-Pihak yang Bersengketa

Setelah terjadi pertemuan pertama, mediator juga berhak untuk melakukan pertemuan terpisah
dengan pihak-pihak yang bersengketa. Dalam hal ini, selaku pihak netral seorang mediator
butuh untuk mengumpulkan informasi awal. Informasi ini menjadi hal yang sangat penting
untuk menentukan langkah-langkah yang akan terjadi pada tahapan mediasi selanjutnya. Oleh
karena itu, mereka akan mendengarkan pendapat dan argumen dari masing-masing peserta
secara terpisah. Tujuannya yaitu untuk bisa melihat masalah dari berbagai perspektif. Sehingga
nantinya bisa menjadi lebih objektif dalam memberikan penilaian.

5. Pertemuan Mediasi

Tahapan mediasi kemudian akan berlanjut dengan mengumpulkan Pihak A dan Pihak B dalam
satu ruangan. Proses perundingan ini merupakan proses utama dari upaya mediasi. Pada
tahapan tersebut, baik Pihak A maupun Pihak B harus hadir secara langsung. Aturan mengenai
hal ini tertulis dalam PERMA (Peraturan Mahkamah Agung) no 6 tahun 2016. Berdasarkan
aturan tersebut disimpulkan mengenai aturan mediasi yaitu semua pihak harus terlibat secara
langsung dalam prosesnya tanpa menggunakan wakil. Apabila memakai jasa kuasa hukum
untuk mewakili proses perundingan maka hal itu harus berdasarkan alasan yang sah. Serta
didukung dengan surat kuasa yang sudah disetujui oleh pihak pengadilan.

6. Melalui Tahap Diskusi

Pada tahapan mediasi, pertemuan tersebut juga akan membahas secara menyeluruh mengenai
kasus yang terjadi. Masing-masing Pihak A dan Pihak B akan melontarkan pendapat, argumen,
sanggahan, hingga pertanyaan pada pihak lawan. Mereka juga akan mengajukan tuntutan
8
mengenai kasus sengketa yang berlangsung. Tuntutan ini mewakili keinginan dari masing-
masing pihak serta menjadi poin yang mempengaruhi hasil akhir perundingan. Dalam proses
tersebut para pihak yang bersengketa akan melakukan negosiasi untuk mencari alternatif
penyelesaian masalah. Pada prosesnya, mediator juga akan memandu untuk mencari alternatif
pengembangan masalah. Mediator juga akan membantu Pihak A dan Pihak B untuk
mengetahui kepentingan serta kebutuhan dari masing-masing pihak. Sehingga mereka bisa
menilai masalah dari berbagai perspektif. Tahapan mediasi pada umumnya akan bergulir
dengan waktu paling lama 30 hari setelah pengadilan memerintahkan adanya upaya
perundingan untuk kasus perdata. Dalam fase tersebut, Pihak A dan Pihak B setidaknya
melakukan 2 kali pertemuan untuk berdiskusi. Fase diskusi inilah yang menjadi penentu
berhasil atau tidaknya sebuah negosiasi.

7. Tahap Penyelesaian Mediasi

Setelah melalui fase diskusi, tahapan mediasi yang selanjutnya adalah penyelesaian. Berhasil
atau tidaknya proses perundingan bisa kita lihat dari hasil akhirnya. Apabila Pihak A dan Pihak
B merasa puas dengan hasil akhir diskusi, maka selanjutnya mereka akan menandatangani
perjanjian bersama. Perjanjian tersebut lalu akan melalui proses lanjutan agar menjadi kontrak
yang lebih mengikat dan sah di mata hukum. Namun apabila proses perundingan tidak berhasil,
maka mediasi pun akan berakhir. Para pihak akan mengundurkan diri dari proses tersebut dan
konflik pun dapat dibawa ke ranah hukum untuk melalui proses lanjutan.

Fungsi Mediasi :

1. Mempersatukan kedua kelompok atau individu

2. Menyelesaikan permasalahan dengan solusi terbaik bagi kedua belah pihak.

Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses
musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat perundingan atau musyawarah atau
konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau
penyelesaian selama proses mediasi berlangsung.

Kelebihan Mediasi :

1. Mediasi dapat dilakukan relatif cepat dibandingkan litigasi, rata-rata memakan waktu antara
1 hingga 2 hari

2. Jika kedua belah pihak setuju untuk melakukan mediasi, hal ini jelas menunjukkan kesediaan
untuk mencapai solusi yang dinegosiasikan.
9
Kekurangan Mediasi :

1. Keengganan salah satu atau kedua belah pihak untuk bekerja sama dapat membuat
keseluruhan proses hanya membuang-buang waktu, tenaga dan uang

2. Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan melalui mediasi maka biaya mediasi akan
terbuang percuma.

Dasar Hukum Mediasi :

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
yang merupakan hasil revisi dari Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008.

Akibat Hukum Mediasi :

Adapun akibat hukum bagi pihak yang tidak beriktikad baik adalah, sebagaimana tertulis dalam
Pasal 22 sebagai berikut:

1. Apabila Penggugat dinyatakan tidak beriktikad baik dalam proses Mediasi gugatan
dinyatakan tidak dapat diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara.

2. Penggugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik dikenai pula kewajiban pembayaran
biayamediasi.

Jenis Perkara Yang Dimediasi:

Semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan Tingkat Pertama wajib lebih dahulu
diupayakan penyelesaian melalui perdamaian dengan bantuan mediator;

Kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur pengadilan niaga, pengadilan hubungan
industrial, keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan keberatan atas
putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Sertifikasi Mediator:

Setiap orang yang menjalankan fungsi mediator pada asasnya wajib memiliki sertifikat
mediator yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga yang
telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung Republik Indonesia.

10
Keterampilan Mediator Dalam Proses Mediasi:

Sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengketa, forum penyelesaian sengketa mediasi dapat
menjadi pertimbangan anda untuk menyelesaikan sengketa;

Forum mediasi tidak mempunyai prosedur baku dan persyaratan baku. Mediasi justru
memecahkan kebakuan dari berbagai forum penyelesaian sengketa yang lain;

Kunci dari keberhasilan mediasi adalah fleksibilitas dan didukung oleh kemauan para pihak
untuk menyelesaikan sengketa;

Untuk menyelesaikan sengketa secara damai, para pihak yang akan menunjuk pihak ketiga
yang netral untuk melakukan serangkaian negosiasi yang disebut sebagai mediator;

Secara umum menjadi mediator dapat dilakukan oleh semua orang, namun tidak semua orang
dapat menjadi mediator yang terampil;

Untuk menjadi mediator yang terampil dibutuhkan kemampuan untuk tetap tenang tanpa
terpengaruh berbagai ajakan dari para pihak yang bersengketa.

Hal-Hal Yang Perlu Dihindari Oleh Mediator:

Mediator wajib menghindari penggunaan ancaman, tekanan, atau intimidasi dan paksaan
terhadap salah satu atau kedua belah pihak untuk membuat suatu keputusan

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan pada akhirnya diorientasikan
untuk memberdayakan mekanisme hukum selain proses pengadilan. Dengan demikian
diharapkan tidak terjadi win lose solution sebagaimana selama ini terjadi ketika masalah selalu
dibawa ke pengadilan. Satu pihak merasa menang sementara itu pihak lainnya merasa kalah.
Dengan adanya mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan diharapkan akan terjadi
win win solution karena keputusan penyelesaian diambil dengan kesadaran pernuh para pihak
dan dengan cara yang disepakati para pihak.

Mekanisme inilah yang perlu terus dilakukan ke depan sehingga dapat menghindari
“kemacetan keadilan” akibat buruknya praktek peradilan di Indonesia. Namun tantangan berat
juga terjadi ketika kesadaran hukum masyarakat masih rendah dan merasa belum puas dalam
penyelesaian sengketa ketika belum di bawa ke pengadilan. Hal ini merupakan tantangan
tersendiri menyangkut sikap mental dan kemauan untuk berubah menuju yang lebih baik.

B. SARAN

Semoga makalah ini dapat menjadi ajuan bagaimana cara menyelesaikan sengketa diluar
pengadilan dalam hal ini menggunakan mediasi ang pada sengketa bisnis mobil container
sesuai dengan peraturan yang ada pada Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2016
Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Iblam. (2023). Mengenal 7 Tahapan Mediasi dan Prosedurnya

Sulaiman. (2018). Makalah Penyelesaian Sengketa Non Litigasi.

https://pn-jakartaselatan.go.id/prosedur-mediasi.html

https://www.systech-int.com/insights/thoughts/mediation-advantages-and-disadvantages

https://ms-takengon.net/tentang-mediasi/

13

Anda mungkin juga menyukai