PENDAHULUAN
dengan ruang lingkup yang sangat luas. Keadaan ini terjadi karena transisi pola
penyakit yang terjadi pada masyarakat, pergeseran pola hidup, peningkatan sosial,
penyakit tidak menular maupun degeneratif akibat pergeseran pola gaya hidup
manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah penyakit gastritis yang terjadi
karena inflamasi pada lapisan lambung yang menjadikan sering merasa nyeri pada
bagian perut. Penyakit gastritis atau yang sering disebut maag adalah peradangan
Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola
mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (Hartati et al. ,
2014).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik,
difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh diperut (tengah),
tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah (Kusnadi & Yundari, 2020).
juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%), China (31%), Jepang
(14, 5%), Kanada (35%), dan Perancis (29, 5%). Di Asia Tenggara sekitar 583. 635
dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Persentase dari angka kejadian gastritis di
Indonesia menurut WHO adalah 40, 8%, dan angka kejadian gastritis di beberapa
daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274. 396 kasus dari 238. 452. 952
tahun 2019 mencatat bahwa kasus gastritis termasuk dalam sepuluh penyakit
Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 30. 154 (4, 9%) (Tussakinah et al. , 2018).
bahwa kasus gastritis termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia, yaitu
pada pasien rawat inap di RS maupun di Puskesmas Indonesia dengan jumlah kasus
Gastritis berada di tingkat ketiga di Provinsi Riau pada tahun 2018 yaitu
sebanyak 54. 325 kasus (11, 23%) (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2018).
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir,
Gastritis dan Duodentis pada tahun 2017 sebanyak 26. 867 (11, 75%), tahun 2018
terjadi peningakatan sebanyak 0, 16% dengan jumlah kasus sebanyak 20. 101 dan
pada tahun 2019 mengalami penurunan kasus sebanyak 1, 66% dengan jumlah 10.
168 kasus.
setelah penyakit infeksi saluran napas bagian atas akut dan hipertensi esseinsial.
Frekuensi penderita gastristis di Kabupaten Kampar yaitu 22. 688 jiwa. Adapun
distribusi frekuensi penyakit terbanyak di Kabupaten Kampar dapat dilihat pada Tabel
1. 1.
No Puskesmas Jumlah
1 Pantai Raja 1, 899
2 Kampa 1, 528
3 Kubang Jaya 1, 438
4 Pantai Cermin 1, 436
5 Salo 1, 381
6 Air Tiria 1, 292
7 Pandau Jaya 960
8 Tapung 914
9 Tambang 899
10 Pangkalan Baru 830
11 Batu Bersurat 825
12 Laboy Jaya 776
13 Simalinyang 773
14 Rumbio 703
15 Sawah 695
16 Sibiruang 681
17 Pulau Gadang 653
18 Tanah Tinggi 645
19 Gunung Sahilan 628
20 Petapahan 626
21 Sungai Pagar 587
22 Kuok 582
23 Lipat Kain 491
24 Batu Sasak 472
25 Suka Ramai 409
26 Gunung Sari 395
27 Sinrema Nenek 330
28 Gema 368
29 Bangkinang 280
30 Gunung Bungsu 123
31 Kota Garo 122
Jumlah 14, 775
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2022
Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa puskesmas Penghentian Raja
tahun 2022 , merupakan peringkat pertama dengan angka kejadian gastritis sebanyak
Berdasarkan data yang diperoleh dari 3 tahun yang lalu diwilayah kerja
puskesmas perhentian raja, pada tahun 2019 penyakit gastritis sebanyak 518
orang , angka kejadian pada tahun 2020 penyakit gastritis mengalami penurunan
yaitu sebanyak 59 orang, pada tahun 2021 penyakit gastritis mengalami peningkatan
sebanyak 924 orang, dan angka kejadian pada tahun 2022 mengalami peningkatan
Jumlah
Usia
No Nama Desa (16-23) Persentase
1 Lubuk Sakat 295 34,10%
2 Kampung Pinang 232 26,82%
3 Sialang Kubang 158 18,26%
4 Pantai Raja 121 13,98%
5 Hangtuah 59 6,82%
JUMLAH 865 100%
Sumber :Puskesmas Pantai Raja Tahun 2022
Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur. Kebiasaan
makan yang buruk dan mengkomsumsi makanan yang tidak hygien merupakan faktor
dimakan seperti makanan yang pedas (cabai atau merica) atau makanan yang
memiliki kadar lemak tinggi, sehingga produksi asam lambung tidak terkontrol
(Yuliarti, 2009).
Penyakit gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun jenis
usia produktif. Pada usia produktif rentan terserang gejala gastritis karna tingkat
kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang
merokok, stres, kopi, dan salah satu faktor yang menyebabkan gastritis yaitu
merokok. Hasil pengamatan menunjukan bahwa merokok ≥10 batang per hari
antara faktor agresif yaitu pepsin dan HCl dengan faktor defensif berupa
kortikosteroid, dan pola hidup yang buruk (Amrulloh & Utami, 2016).
Oleh karena itu, banyak golongan dalam obat ini sering disebut obat mirip
melalui 2 mekanisme, yaitu topikal dan sistemik. Kerusakan mukosa secara topikal
terjadi karena OAINS bersifat lipofilik dan asam, sedangkan efek sistemik OAINS
yaitu kerusakan mukosa yang terjadi akibat penurunan produksi prostaglandin secara
kebiasan makan yaitu waktu makan yang tidak teratur, serta terlalu banyak makan
merupakan salah satu fenomena gaya hidup pada masa kini. Jika ditanya mengapa
orang merokok, masing–masing pasti memiliki jawaban sendiri. Ada yang merasa
mengurangi rasa lapar, memperbaiki konsentrasi dan bisa pula orang merokok
lambung dapat bertahan terhadap keasaman cairan lambung karena beberapa zat
tertentu. Nikotin itulah yang menghalangi terjadinya rasa lapar itu sebabnya
seseorang menjadi tidak lapar karena merokok, sehingga akan meningkatkan asam
lambung dan dapat menyebabkan gastritis. Rokok dapat meningkatkan sekresi asam
2017).
Penanganan untuk mengatasi agar tidak terkena penyakit gastritis dan untuk
menyembuhkan gastritis pada dewasa agar tidak menjadi parah yaitu dengan banyak
makanan pedas dan panas,hindari stress,pengaturan dan ketentuan pola makan setiap
cerna bagian atas, hematemesis dan melena (anemia), ulkus peptikum perforasi
(Pradnyanita, 2019).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti didesa lubuk sakat wilayah
kerja UPT Puskesmas Pantai Raja pada tanggal 10 April 2023 terhadap 10 responden
didapatkan 40% responden memiliki riwayat gastritis dan 60% diantaranya memiliki
menyukai makanan pedas dan berbumbu, dan minuman yang mengandung soda ,
kopi, kebiasaan merokok, dan mempunyai pola makan tidak teratur . Aktivitas
sehingga mereka terlambat untuk makan dan hanya mengkonsumsi obat untuk
data dan informasi sementara yang diperoleh dari artikel maka penulis membuat
perumusan masalah yang sedang dihadapi dalam penelitian ini adalah “Hubungan
Pola Makan, Pemberian OAINS, dan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Gastritis
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Aspek Teoritis
pola makan, pemberian OAINS, dan perilaku merokok dengan kejadian gastritis
a. Bagi Responden
b. Bagi Perawat
c. Bagi masyarakat
dalam upaya menjaga Hubungan Pola Makan, Pemberian OAINS, dan Perilaku
Merokok
DAFTAR PUSTAKA