Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing:
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Bioteknologi Pakan
Ternak yaitu proses pembuatan Eco Enzim dari bahan-bahan limbah yang ada disekitar mulai
dari dedaunan, buah-buahan dan sayuran.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak sebagai Dosen Bioteknologi pakan
ternak yang sudah mempercayakan pembuatan laporan ini kepada penulis, sehingga sangat
membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang ditekuni.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi pengetahuannya
kepada penulis, sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu. penulis menyadari jika
laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran demi kesempurnaan dari makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................17
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................................17
5.2 Saran................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
LAMPIRAN.................................................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Limbah sayuran adalah limbah padat organik yang mengandung kadar air yang tinggi. Di
pasar tradisional dan rumah tangga sangat banyak ditemukan limbah sayuran. Macam-macam
limbah sayuran yang sering ditemui adalah sawi, kubis atau kol, kangkung, bayam, buncis,
wortel dan lain sebagainya. Pada limbah sawi, kadar air yang dikandung mencapai >95% dan
limbah kol >90%. Bila ditinjau dari kandungan nutrisi, limbah sayuran tersebut masih memiliki
kandungan nutrisi meskipun tidak sesempurna pada sayur yang masih segar serta sayuran yang
sudah mengalami pembusukan ataupun mengalami kerusakan sehingga tidak layak untuk
dikonsumsi. Limbah sayuran pasar merupakan bahan yang dibuang dari usaha memperbaiki
penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan (Muwakhid, 2005).
Sedangkan limbah buah-buahan yaitu berupa buah yang sudah mengelami pembusukan ataupun
yang sudah rusak sehingga tidak bisa dikonsumsi untuk manusia yang bisanya hanya dibuang
saja bisa juga berupa kulit dari buah yang sudah dikonsumsi. Limbah buah-buahan merupakan
bahan buangan yang biasanya dibuang secara open dumping tanpa pengelolaan lebih lanjut
sehingga akan menyebabkan gangguan lingkungan dan bau tidak sedap. Limbah buah-buahan
mengandung gizi yang rendah yaitu protein kasar 1-15% dan serat kasar 5-38% (Jalaluddin et al.,
2016).
4
Dari bahan-bahan limbah yang ada kita bisa memanfaatkannya dengan baik bisa
dimanfaatkan untuk berbagai macam olahan bisa lebih bernilia bisa dibuat pupuk organik, bahan
pakan ternak, Eco Enzim.dan masih banyak lagi oleh Karena itu jangan menganggap limbah itu
sesuatu yang tidak ada manfaatnya padahal masih bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang masih
bernilai.
Eco enzim adalah hasil fermentasi limbah organik dapur menjadi bahan yang mempunyai
bahnyak manfaat untuk alam dan manusia. Manfaat ekoenzim untuk pertanian adalah sebagai
filter udara, herbisida dan pestisida alami, filter air, pupuk alami untuk tanaman, dan dapat
menurunkan efek rumah kaca. Menurut Imron (2020) eco enzyme merupakan hasil dari
fermentasi limbah sampah organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula aren, gula merah,
atau gula tebu), dan air. Ciri ciri Eco-enzyme yang baik adalah warnanya coklat gelap dan
memiliki bau khas fermentasi asam manis yang kuat.Penemu dari eco enzyme adalah Dr.
Rosukon Poompanvong. Beliau adalah seorang pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand dan
sudah melakukan penelitian sejak tahun 1980-an. Lalu, eco enzyme diperkenalkan secara luas
oleh Dr. Joean Oon yang merupakan seorang peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia. Dr.
Rosukon Poompanvong membuat eco enzyme dari sampah organik rumah tangga agar bisa
bermanfaat sebagai pembersih organik, pestisida, dan lain sebagainya. Eco enzyme
menghasilkan produk yang ramah lingkungan, karena pada dasarnya, diolah dari bahan-bahan
organik. Eco enzyme mudah terurai dan tidak berbahaya bagi lingkungan maupun manusia.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip proses pembuatan eco enzyme sebenarnya mirip proses pembuatan kompos,
namun ditambah air sebagai media pertumbuhan sehingga produk akhir yang diperoleh berupa
cairan yang lebih disukai karena lebih mudah digunakan. Keistimewaan eco enzyme ini adalah
tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada pembuatan kompos,
bahkan produk ini tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi tertentu. Botol-botol
bekas air mineral maupun bekas produk lain yang sudah tidak digunakan dapat dimanfaatkan
kebali sebagai tangka fermentasi. Hal ini juga mendukung konsep reuse dalam menyelamatkan
lingkungan. Eco enzyme memiliki banyak manfaat seperti dapat digunakan sebagai growth
factor tanaman, campuran deterjen pembersih lantai, pembersih sisa pestisida, pembersih kerak
dan penurunan suhu radiator mobil (Astuti et al., n.d., 2020).
Limbah kulit buah yang difermentasikan dengan gula dan air menghasilkan Eco-Enzyme
yang kaya manfaat secara medis (Mavani et al., 2020). Selain itu, EcoEnzyme juga dapat
dimanfaatkan sebagai pembersih ramah lingkungan, aroma terapi, penurunan kadar toksik
lingkungan, agrikultur, dan ragam manfaat lainnya (Li et al., 2016) (Hemalatha & Visantini,
6
2020)(Rasit et al., 2019). Hal tersebut sejalan dengan prinsip GC yang dapat berkontribusi dalam
upaya antisipasi ataupun penanggulangan risiko dan bencana lingkungan. Penerapan prinsip GC
tersebut dapat meningkatkan citra sosial kimia, serta sebagai platform yang tepat untuk
mengajarkan tanggung jawab sosial (Armenta et al., 2019).
Pembuatan Eco Enzyme dapat berkontribusi dalam mencegah atau mereduksi resiko
pencemaran lingkungan, serta meningkatkan citra sosial kimia, sebagai media yang tepat untuk
mengajarkan tanggung jawab sosial. Meskipun, ada teks yang membantu guru untuk memahami
prinsip dasar GC, membahas cara mengenalkannya ke dalam proses pengajaran, dibutuhkan
bahan ajar spesifik mengenai penerapan GC untuk memperluas jangkauan bahan pedagogis dari
sub-disiplin ilmu kimia (Kurowska-Susdorf et al., 2019). Arifin dkk (2009) menyatakan bahwa
eco enzyme mendukung pertanian organic sebagai biopestisida maupun pupuk organic. Eco-
enzyme selama ini dihasilkan dari limbah sayur dan limbah buah menggunakan larutan gula
merah maupun molase.
Cairan yang dihasilkan melalui pengolahan eco enzyme, bisa digunakan dalam kegiatan rumah
tangga seperti, membersihkan rumah, membersihkan baju, dan bahkan bisa untuk mencuci buah
dan sayur. Dengan menggunakan eco enzyme, berarti menghindari penggunaan bahan kimia.
Contoh dari kegunaan eco enzyme dalam rumah tangga :
Menghilangkan bau busuk, jamur, dan kotoran yang ada di dapur maupun kamar mandi
Anti bakteri dan virus
Membantu mengusir serangga
Menghilangkan bau dari hewan peliharaan
7
Membantu menghilangkan kutu.
Cara aplikasi eco enzyme untuk bersih-bersih rumah yaitu, campurkan cairan eco enzyme
dengan air. Waktu penyimpanannya hanya 7 hari, hal ini dikarenakan, bakteri akan tumbuh pada
air dan merusak larutan pembersih.
Eco enzyme juga memiliki manfaat sebagai pupuk tanaman. Cairan eco enzyme berfungsi dalam
menyuburkan tanah dan tanaman, menghilangkan hama, serta dapat membantu meningkatkan
kualitas dari buah dan sayuran. Cara pengaplikasian eco enzyme yaitu dengan mencampurkan 30
ml cairannya dengan 2 liter air, kemudian semprotkan atau siram pada tanah atau tanaman.
Untuk menggunakan cairan eco enzyme, harus dicampurkan dengan air, hal ini dikarenakan, jika
menggunakan 100% cairan eco enzyme dapat mengubah tanah menjadi asam dan tanaman akan
terbakar dari dalam.
Eco enzyme sangat efektif dalam mengusir hama tanaman. Selain mengusir hama, eco enzyme
juga bisa digunakan untuk mengusir hewan-hewan di sekitar rumah yang cukup mengganggu,
seperti semut, lalat, kecoa, nyamuk, dan serangga lainnya. Cara pengaplikasian eco enzyme
untuk hama yakni, dengan cara mencampurkan 500 ml air ke dalam 15 ml cairan eco enzyme.
Lalu semprotkan pada area yang diinginkan.
Eco enzyme juga bermanfaat dalam melestarikan lingkungan. Kenapa demikian? Hal ini
dikarenakan, eco enzyme mengandung senyawa yang sangat baik bagi lingkungan. Hal ini sangat
berbeda dengan produk pembersih yang dijual secara komersial. Produk pembersih umumnya
mengandung senyawa kimia yang tidak bersahabat bagi manusia maupun lingkungan.
Senyawa kimia tersebut yaitu, amonia, klorin, fosfat, nitrat, dan senyawa lainnya. Dengan
menggunakan produk pembersih komersial, akan mencemari lingkungan, tanah, dan udara.
Sedangkan, penggunaan dari 1 liter cairan eco enzyme, diklaim oleh peneliti mampu
membersihkan air sungai.
8
5. Untuk menanggulangi pengebaran (PMK)
Eco enzyme merupakan cairan hasil fermentasi yang serbaguna dan dapat digunakan
untuk aktivitas rumah tangga, pertanian, dan bahkan peternakan. Pada dasarnya, eco enzyme ini
akan mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna. Dalam
contoh penanganan kasus Pernyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak berkaki empat
ini, kita bisa menggunakan hanya dengan sedikit eco enzyme yang dicampur air biasa dengan
perbandingan 1: 1.000. Bisa menghilangkan bau kandang dan menyemprot tubuh sapi agar
segera terhindar dari virus PMK. Dalam menanggulangi wabah PMK para peternak memberikan
penanggulangan ekstra untuk memberi kesembuhan kepada hewan ternaknya. Diantaranya ada
yang memberi larutan eco enzyme yang dipercaya dapat membantu meredakan luka pada hewan
ternak. Dikutip dari: Peternakan.sariagri.id Penggunaan eco enzyme ini mampu mengurangi
secara signifikan munculnya air liur yang berlebihan pada hewan ternak yang terpapar PMK.
Eco enzyme ini bisa dibuat sendiri karena bahan-bahannya mudah didapat di rumah
tangga yakni dari hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran
dicampur dengan gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan juga air. Bahan-bahan ini
kemudian difermentasi dalam bak plastik berpenutup rapat dalam jangka waktu paling sedikit 90
hari. Penyimpanan harus diletakkan di tempat yang bersih dan teduh. Disarankan untuk
meletakkan sebelah wadah diletakkan tanaman lidah mertua untuk menetralisir gas metana.
9
Pemilik hewan ternak terjangkit PMK dapat menggunakan eco enzyme untuk
membersihkan kandang ke lingkungan sekitar kandang untuk membantu memurnikan
ekosistem tanah sekitar kandang.
Untuk mensterilkan kandang atau kotoran hewan terjangkit PMK, dapat menggunakan
satu liter eco enzyme dengan seribu liter air. Mari jaga bumi dengan mengolah bahan
organik sisa menjadi eco enzyme yang sangat bermanfaat.
10
sapi lokal Thailand. Limbah nanas memiliki manfaat diantaranya dalam hal peningkatan
kepadatan kalori, nilai kecernaan dan pemanfaatan pakan dibandingkan dengan jerami
pangola (Suksathit, 2011).
Limbah Daun Jeruk Purur
Jeruk purut memiliki daun majemuk menyirip beranak daun satu dan tangkai daun
sebagian melebar menyerupai anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur sampai
lonjong, pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing, tepi
beringgit, panjang 8 – 15 cm, lebar 2 – 6 cm, kedua permukaan licin dengan bintik-bintik
kecil berwarna jernih, permukaan atas warnanya hijau tua agak mengkilap, permukaan
bawah hijau muda atau hijau kekuningan, buram, dan jika diremas baunya harum.
Bunganya berbentuk bintang dan berwarna putih kemerah-merahan atau putih kekuning-
kuningan. Bentuk buahnya bulat telur, kulitnya hijau berkerut, berbenjol-benjol, dan
rasanya asam agak pahit (Soepomo, 2012).
Daun jeruk purut mengandung tanin 1,8 %, steroid, triterpenoid, dan minyak atsiri
1 – 1,5 %. Kulit jeruk purut mengandung saponin, tannin, dan minyak atsiri 2 – 2,5 %
(Miftahendrawati, 2014). Daun jeruk purut juga digunakan sebagai bahan utama dalam
obat-obatan tradisional. Daun jeruk purut mengandung alkaloid, polifenol, minyak atsiri,
tanin, dan flavonoid.Jeruk purut memiliki efek farmakologis sebagai antiseptik dan
antioksidan (Miftahendrawati, 2014). Daun jeruk purut (C. hystrix D.C) mengandung
tannin 1,8%, steroid, triterpenoid, dan minyak atsiri dengan komposisi 1-sitronelal
sebagai komponen utama (81,49%) dan beberapa komponen lainnya yang penting adalah
sitronelol (8,22%), linalol (3,69%), dan geraniol (0,31%).
Kandungan sitronelal yang sangat tinggi menjadi salah satu kelebihan minyak
atsiri daun jeruk purut. Menurut Sait (1991) dan Knobloch et al.,(1989), sitronelal
memiliki aktivitas antibakteri yang relatif sangat tinggi. Berdasarkan penelitian
Suryaningrum (2009), minyak atsiri buah jeruk purut (C. hytrix D.C) mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Senyawa aktif
antibakteri dalam minyak atsiri daun jeruk purut adalah triterpenoid. Menurut
Luangnarumitchai et al.,(2007), minyak atsiri buah jeruk purut memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Propionibacterium acne dengan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration) sebesar2%.
11
BAB III
MATERI DAN METODE
Pratikum dilaksanakan setiap hari selasa pukul 10 sampai selesai seminggu sekali berlokasi
dilabor fakultas pertanian dan peternakan Universitas Muhammadiyah Bengkulu, awal kegiatan
pratikum dilakukan pada tanggal 22 november 2023. Kegiatan pratikum dilakukan sebanyak 8
kali sampai tanggal 9 januari 2024.
12
Alat penyaringan sari
Saringan
Corong
Botol c1000
Alat pH ukur
13
supaya proses fermentasi berjalan dengan lancar.
Cara kerja
Proses penyaringan sari dan pengukuran ph
1. Pada minggu ke 8 akan dilakukan penyaringan sari hasil fetmentasi eco enzim dan
pengukuran derajat keasaman pH
2. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran gas yang terkandung dengan
menggunakan kantong plastik untuk mengetahui berapa banyak jumlah gas yang
dihasilkan
3. Kemudian siapkan alat pengukur pH untuk mengukur keasaman bahan yang sudah
difermentasi
4. Masukkan alat pegukur kedala botol fermentasi usahakan alat tersebut terendam
sampai setengah bagian agar derajat keasamannya keluar setelah mengetahui derajat
pH nya catat ataupun foto hasilnya.
5. Seteah itu siapkan saringan, corong, dan botol c1000 sarung sari pisahkan dengan
bahan yang difermentasi menggunakan saringan.
6. Setelah itu masukkan sari yang sudah didaptkan kedalam botol c100 dan terakhir
beri label pada botol masing-masing setiap bahan.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Disini terdapat tahapan pemantauan mingguan terhadap perubahan yang terjadi pada bahan
pembuatan eco enzim sampai memperoleh hasil sari yang diinginkan.
15
penyimpanan pembuatan eco enzim dari bahan limbah ini terjadi berubahan
pada bentuk fisik bahan yang digunakan bentuknya sudah
sangat halus seperti lumpur dan warna dari airnya pun
kelihatan lebih jernih.
7. Minggu ketujuh masa Pada minggu ketujuh bahan yang difermentasi sudah menjadi
penyimpanan sangat halus hampir menyatu dengan air dan jumlah gasnya
mengurang kemudian warna nya sudah menjadi lebih cerah
dibandingkan sebelumnya.
8. Minggu kedelapan Pada minggu ini akan dilakukan pemisahan bahan serta air
minggu terakhir sari yang sudah difermentasi selama 2 bulan dan akan
penyimpanan sekaligus dilakukan juga pengukuran pH agar mengetahui derajat
pengambilan sari dari keasamannya. Ada beberapa alat yang dibutuhkan yaitu botol
eco enzim. c100, saringan, pH ukur dan plastik.
Pertama yang dilakukan seperti biasa yaitu mengukur
seberapa banyak gas yang dihasilkan menggunakan kantong
plastic setelah gasnya habis siapkan alat pH ukur kemudian
masukkan kedalam botol sampai terendam setengah dari alat
tersebut kemudian tulis berapa jumlah keasaman pH nya. Dan
setelah itu saring eco enzim menggunakan saringan kemudian
masukkan air yang sudah disaring kedalam botol c1000 dan
yang terakhir beri label pada botol tersebut.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Limbah organik adalah limbah yang dapat terurai secara alami oleh mikorba.
Berdasarkan asalnya, limbah organik adalah bahan-bahan yang berasal dari makhluk hidup
seperti sisa aktivitas manusia, hewan ataupun tumbuhan. Limbah organik jenisnya banyak dan
sangat beragam. Namun lebih spesifiknya, untuk kalangan rumah tangga, limbah organik ini
terdiri dari sisa-sisa makanan, sayursayuran, daging-tulang, dan buah-buahan.
Eco-enzyme adalah ekstrak cairan yang dihasilkan dari fermentasi sisa sayuran dan buah-
buahan dengan substrat gula merah atau molase. Prinsip proses pembuatan ecoenzyme sendiri
sebenarnya mirip proses pembuatan kompos, namun ditambahkan air sebagai media
pertumbuhan sehingga produk akhir yang diperoleh berupa cairan yang lebih disukai karena
lebih mudah digunakan dan mempunyai banyak manfaat. Dari bahan-bahan limbah yang ada kita
bisa memanfaatkannya dengan baik bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam olahan bisa lebih
bernilia bisa dibuat pupuk organik, bahan pakan ternak, Eco Enzim.dan masih banyak lagi oleh
Karena itu jangan menganggap limbah itu sesuatu yang tidak ada manfaatnya padahal masih bisa
dimanfaatkan untuk sesuatu yang masih bernilai.
Pembuatan Eco Enzyme dapat berkontribusi dalam mencegah atau mereduksi resiko
pencemaran lingkungan, serta meningkatkan citra sosial kimia, sebagai media yang tepat untuk
mengajarkan tanggung jawab social.
5.2 Saran
Kita bisa memanfaatkan limbah yang ada disekitar yang bisa dimanfaatkan untuk dirubah
menajadi pupuk ataupun untuk dijadikan suatu fermentasi yang lebih bermanfaat dari pada
dibuang begitu saja apalagi bahan limbah khsusnya limbah organic bisa dirubah menjadi pupuk
17
kompos serta dibuat fermentasi Eco Enzim yang masih banayak sekali manfaatnya bagi
kehidupan.
Kemudian dalam menjalanka suatu kegiatan itu harus bersungguh-sungguh jangan menganggap
suatu pekerjaan itu sebagai mainan saja tetapi harus diniatkan agar memproleh hasil yang
maksimal. Dan juga saat melakukan kegiatan praktikum harus memperhatikan apa yang dibilang
oleh pembimbing ataupun dosen yang mengajar agar ilmu yang mereka berikan bisa kita ambil
serta bisa diteriapkan dalam kehidupan sehari-hari.
18
DAFTAR PUSTAKA
Afdillah, Junaidi. (2021). Analisis Keputusan Konsumen Muslim Dalam Pembelian Produk
Makanan Ringan Di Kota Jambi. Jambi :Skripsi, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas
Jambi.
Al Akhyar, Agus Ali Imron. 2020. Mengunjungi Simbol-Simbol Sejarah Lokal Tulungagung,
(Yogyakarta:Mirra Buana Media).
Arifin, Zainal, Sudarti Sudarti, and Albertus Djoko Lesmono. "Pengaruh model quantum
learning disertai metode eksperimen terhadap hasil belajar fisika siswa di SMA Negeri
Kalisat." Jurnal Pembelajaran Fisika 4.4 (2016): 365-370.
Armenta, R.E., Guerrero, S. & Legarreta. 2009. Stability Studies on Astaxanthin Extracted from
Fermented Shrimp Byproducts. Journal of Agricultural and Food Chemistry 57(14):6095-
6099. doi: 10.1021/ jf901083d.
Astuti, A. P., Tri, E., Maharani, W., (2020) Semarang, U. M., Semarang, U. M., Semarang, U.
M., & Gula, V. (n.d.). Pengaruh Variasi Gula Terhadap Produksi Ekoenzim
Menggunakan Limbah Buah Dan Sayur. 470–479.
Audies, A, 2015. Uji efektifitas antibakteri ekstrak kulit nanas (Ananas comosus (L) Merr.)
Terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans penyebab karies gigi. Skripsi. Universitas
Andalas Padang.
Bayuseno, A. P. (2009). Penerapan dan pengujian model teknologi anaerob digester untuk
pengolahan sampah buah-buahan dari pasar tradisional. ROTASI, 11(2), 5-12.
Brata, Kamir R. dan Nelistya, Anne. (2008). Lubang Resapan Biopori (LRB). Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hemalatha, M., and P. Visantini. 2020. “Potential Use of Ecoenzyme for the Treatment of Metal
Based Effluent.” IOP Conference Series: Materials Science and Engineering 716(1). doi:
10.1088/1757-899X/716/1/012016.
Jalaluddin, Mohammad. "Using YouTube to enhance speaking skills in ESL classroom." English
for Specific Purposes World 17.50 (2016): 1-4.
Knobloch, K., et al., 1989, Antibacterial and Antifungal of Essential Oil Components, J. Ess.
OilRes,1 (3), 119-128.
Kurowska-Susdorf, Aleksandra, et al. "Green analytical chemistry: Social dimension and
teaching." TrAC Trends in Analytical Chemistry 111 (2019): 185-196.
19
Li, H. et al. 2016. Topical treatment of green tea polyphenols emulsified in carboxymethyl
cellulose protects against acute ultraviolet light B-induced photodamage in hairless mice.
Photochem. Photobiol. Sci., 15(10) : 1264–71. doi: 10.1039/C6PP00073H.
Luangnarumitchai, S., Lamlertthon, S., dan Tiyaboonchai, S., 2007, Antimicrobial Activity of
Essential Oils Against Five Strains of Propionibacterium acnes, Mahidol University
Journal of Pharmaceutical Sciences, Volume 34(1-4), 60-64.
Mavani HAK, Tew IM, Wong L, Yew HZ, Mahyuddin A, Ghazali RA, Pow EHN. 2020.
Antimicrobial ecacy of fruit peels eco-enzyme against enterococcus faecalis: an in vitro
study. Int. J. Environ. Res. Pub. Health 2020. 17: 1- 12.
Miftahendrawati, 2014, Efek Antibakteri Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) Terhadap
Bakteri Streptococcus mutans (in vitro), Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Hasanuddin Makassar, Makassar.
Murni, R., Suparjo, Akmal, B.L. dan Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah
Untuk pakan. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi.
Jambi.
Muwakhid, B. 2005. Isolasi, Seleksi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat isolat sampah
Organik. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.
Nurhamidah, N. et al. (2021) ‘Pengolahan Sampah Organik Menjadi Eco-Enzyme pada Level
Rumah Tangga menuju Konsep Eco-Community’, Andromeda: Jurnal Pengabdian
Masyarakat Rafflesia, 1(2), pp. 43–46. Available at:
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/andromeda/article/view/19241.
Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Metode Penelitian Komunikasi, Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rasit, N., L.H. Fern, & W.A. Ghani. 2019. Production and characterization of ecoenzyme
produces from tomato and orange wastes and its influence on the aquaculture sludge.
International Journal of Civil Engineering and Technology. 10(3): 967-980.
Sait, S. 1991. Protein minyak atsiri di Indonesia sebagai sumber bahan obat dalam prossiding
Forum Komunikasi Ilmiah Pengembangan Minyak Atsiri di Sumatera, Bukitnggi: 126-
134.
Soepomo. (2012). Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC.). Indonesia: Pusat Data & Informasi PERSI.
Suksathit, S., Wachirapakorn, C., and Opatpatanakit, Y. 2011. Effects of levels of
ensiledpineapple waste and pangola hay feed as roughage sources on feed intake,
nutrientdigestibility and ruminal fermentation of Southern Thai native
cattle.SongklanakarinJ. Sci.Technol. 33 (3), 281-289.
Suryaningrum, S., 2009, Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Buah Jeruk Purut Terhadap
Staphylococcus aureus dan Eschericia coli, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
20
LAMPIRAN
Bahan limbah kulit nanas sesuai kebutuhan Bahan daun jeruk purut sesuai yang
pembuatan eco enzym dibutuhkan saat pembuatan eco enzym
21
Eco enzym yang belum memiliki kandungan Eco enzym yang sudah memiliki kandungan
gas. gas
Derajat Ph yang diukur pada bahan daun jeruk Derajat Ph yang diukur pada bahan limbah
purut. kulit nanas.
22
Eco enzym yang sudah jadi dari bahan limbah Eco enzym yang sudah jadi dari bahan daun
kulit nanas jeruk purut.
23