KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN GIZI
TA. 2020/2021
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
Kode Dokumen : FR-JUR-002.02
Revisi :0
SILABUS
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN GIZI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
3. STANDAR KOMPETENSI :
a. Peserta didik mampu melakukan perencanaan sarana dan prasarana pelayanan gizi
(Kes.AG.01.025.01).
b. Peserta didik mampu melakukan produksi makanan yang memenuhi kecukupan gizi, biaya dan
daya terima (Kes.GM.02.027.01).
c. Peserta didik mampu melakukan pengadaan, distribusi bahan makanan serta transportasi
makanan (Kes.AG.02.032.01).
d. Peserta didik mampu melaksanakan program keamanan pangan & sanitasi dalam
penyelenggaraan makanan (Kes.AG.02.033.01).
4. KOMPETENSI DASAR :
a. Mampu melakukan kajian kebutuhan sarana peralatan yang berkaitan dengan pelayanan gizi.
b. Mampu merencanakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan gizi.
c. Mampu mendokumentasikan sarana dan prasarana dalam pelayanan gizi.
d. Mampu melakukan persiapan bahan makanan dan bumbu.
e. Mampu melakukan pengolahan makanan.
f. Mampu melakukan penyimpanan makanan matang.
g. Mampu melakukan evaluasi hasil pengolahan makanan.
h. Mampu memelihara keamanan pangan pada waktu kegiatan menangani pangan.
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 1
5. METODE : Diskusi, Penugasan, Praktek Laboratorium, Kunjungan (observasi)
6. EVALUASI :
Pada akhir mata kuliah ini akan dilakukan evaluasi dan dinilai berdasarkan beberapa penilaian:
a. Ujian Tengah Semester (UTS) : 30 %
b. Ujian Akhir Semester (UAS) : 70 %
✓ Sikap (absensi, disiplin, etika) : 10 %
✓ Responsi (laporan, tugas) : 10 %
✓ Keterampilan (skill) : 50 %
7. BUKU SUMBER :
a. Desrosier, N.W. Teknologi Pengawetan Pangan, Terjemahan oleh M.Mulyohardjo, UI Press,
1988.
b. Muhtadi, Tien R. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.Depdikbud-PAU P.G.IPB Bogor, 1992.
c. Winarno F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta, 1982
d. Somali,L. 1996, Pedoman Praktikum Pengawasan Mutu Produk Pangan, Jakarta
e. Cahyadi, W. 2006 Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Jakarta
8. JADWAL :
Pertemuan Ke Pokok bahasan / Sub Pokok Bahasan Metode Pengajar
1 Uji Mutu Susu (Uji Alkohol) C, P, D Tim Prak
2 Identifikasi Iodium C, P, D Tim Prak
3 Identifikasi Pewarna Sintetik C, P, D Tim Prak
4 Identifikasi Formalin C, P, D Tim Prak
5 Uji Peroksidase C, P, D Tim Prak
6 Uji Conradi C, P, D Tim Prak
7 Uji Kanji/ Tajin C, P, D Tim Prak
8 Uji Campuran Santan C, P, D Tim Prak
9 Uji Sukrosa C, P, D Tim Prak
10 Uji Amilum/ Pati C, P, D Tim Prak
11 Penentuan Asam Boraks C, P, D Tim Prak
12 Identifikasi Boraks C, P, D Tim Prak
13 Uji Fe dalam Tepung Terigu C, P, D Tim Prak
14 Kunjungan ke pabrik pengolahan pangan C, P, D Tim Prak
15 Kunjungan ke pabrik pengolahan pangan C, P, D Tim Prak
16 UAS Tim Prak
terang
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 2
PETUNJUK UMUM KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
1. Praktikan wajib memakai jas praktikum dan alas kaki atau sepatu yang tertutup.
3. Praktikan wajib membawa lap atau serbet atau keperluan lain yang dibutuhkan untuk praktikum.
4. Praktikan dilarang keras merokok, makan dan minum di dalam ruangan laboratorium.
5. Semua pekerjaan dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dengan uap beracun atau
merangsang harus dilakukan di dalam almari asam.
6. Hati-hati dengan semua pekerjaan pemanasan. Hindarkan percikan cairan atau terhisapnya uap
selama bekerja.
7. Jauhkan semua senyawa organik yang mudah menguap seperti : alkohol, eter, kloroform, aseton dan
spirtus dari api secara terbuka karena bahan-bahan demikian mudah terbakar. Sebaiknya gunakan
pemanasan dengan waterbath.
8. Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan lampu pembakar spirtus dengan korek api biasa.
Jangan nyalakan lampu spirtus dengan lampu spirtus lainnya yang sudah menyala untuk menghindari
terjadinya letupan api.
9. Matikan api pada lampu spirtus dengan menutup sumbunya. Jangan mematikan lampu dengan meniup
untuk mencegah terjadinya kebakaran atau letupan api.
11. Jangan sekali- kali menghisap pipet melalui mulut untuk mengambil larutan asam atau basa kuat,
seperti HNO3, HCl, H2SO4, Asam asetat glasial, NaOH, NH4OH dan lain-lain. Gunakan pipet dengan
karet penghisap untuk memindahkan bahan-bahan demikian atau bahan beracun lainnya ke dalam alat
yang akan digunakan.
12. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup untuk mencegah terjadinya
inhalasi bahan-bahan.
13. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia terutama asam atau basa pekat di meja atau di
lantai. Bila ini terjadi segera laporkan kepada dosen.
14. Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan kimia berbahaya : korosif atau beracun segara bilas dengan air
sebanyak-banyaknya. Selanjutnya segera laporkan kepada dosen.
15. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang mungkin sudah
terkontaminasi bahan kimia.
16. Buanglah cairan atau larutan yang telah selesai digunakan untuk percobaan melalui bak pencuci.
Selanjutnya bilas atau guyur dengan air sebanyak-banyaknya.
17. Selesai praktikum, tinggalkan meja dan alat kerja dalam keadaan bersih dan rapi seperti semula.
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 3
UJI MUTU SUSU
METODE : Uji Alkohol
TUJUAN : Untuk menentukan susu masih baik atau sudah mulai rusak
PRINSIP : Prinsip dasar pada uji alkohol merupakan kestabilan sifat koloidal protein
susu tergantung pada selubung atau mantel air yang menyelimuti butir-butir
protein terutama kasein. Apabila susu dicampur dengan alkohol yang
memiliki daya dehidratasi, maka protein akan berkoagulasi.
PROSEDUR : 1. Masukkan alkohol 50% / 70% / 80% ke dalam susu dalam jumlah yang
sama banyaknya (1:1) dengan menggunakan tabung reaksi.
2. Hasil analisa : Bila terjadi penggumpalan pada 70% alkohol berarti susu
sudah jelek/mulai rusak.
IDENTIFIKASI IODIUM
PROSEDUR : 1. Ambil 1-2 sendok teh (± 10 gram) garam yang akan diuji letakkan pada
selembar kertas putih.
2. Tetesi dengan larutan Test-Kit sebanyak 3-5 tetes pada permukaan
garam.
3. Perhatikan warna yang timbul.
4. Akan terbentuk warna kuning jika garam tidak mengandung iodium dan
berwarna hijau-kebiruan bila garam mengandung iodium.
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 4
IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIK
METODE : Kromatografi kertas
ALAT & BAHAN : 1. Gelas Piala (Beaker Glass)
2. Air destilata
3. Kertas saring ukuran 10 x 10 cm
4. Bahan yang dicurigai
PRINSIP :
PROSEDUR : 1. Larutkan zat pewarna yang dicurigai dalam air destilata dengan kosentrasi
1 mg/ml atau 1 gr/l.
2. Kemudian larutan tersebut diteteskan (spot) pada 2 cm dari ujung kertas
saring.
3. Selanjutnya kertas saring dimasukkan ke dalam gelas berisi air
secukupnya. (Diletakkan 1-1,5 cm dari dasar gelas)
4. Air akan terhisap secara kapiler atau merembes ke atas dan biarkan
merembes sampai ¾ tinggi gelas.
5. Kertas saring diangkat dan biarkan di udara.
6. Setelah kering, kertas dilipat dua dan dilipat lagi sehingga didapat 8
bagian antara spot dan batas pelarut.
7. Hasil analisa : zat pewarna tekstil praktis tidak bergerak pada tempatnya.
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 5
SAMPEL CAIR (MINUMAN)
1. Masukkan 1 tetes Reagent A dan Reagent B, dan 4 tetes Reagent B2 ke
botol uji atau tabung reaksi. Kocok sekitar 1 menit agar tercampur rata.
2. Masukkan 1 sendok makan (± 5 mL) cairan uji (airnya saja) ke dalam botol
uji atau tabung reaksi yang sudah berisi campuran reagent. Kocok
sebentar dan diamkan campuran sekitar 10-20 menit.
3. Bila warna cairan uji berubah menjadi ungu berarti cairan uji positif
mengandung pewarna sistesis merah (Rhodamine B).
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 6
IDENTIFIKASI FORMALIN
METODE : CARA I
PRINSIP :
𝑅𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐻2 𝑆𝑂4 + 𝐵𝑟𝑜𝑚 (1: 1) → 𝑊𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑈𝑛𝑔𝑢
ALAT & BAHAN : 1. H2SO4
2. Brom
3. Bahan yang dicurigai mengandung formalin
4. Tabung reaksi
PROSEDUR : 1. Ekstraksi bahan dengan benar.
2. Masukkan dalam tabung reaksi bahan yang telah diekstraksi.
3. Masukkan H2SO4 secara perlahan.
4. Masukkan brom secara perlahan dengan ujung pipet terendam dalam
larutan bahan.
5. Hasil analisa : terbentuknya warna ungu bahan positif mengandung
formalin (Makanan tidak boleh mengandung formalin)
METODE : CARA II
GUNA : Uji Penggunaan Formaldehide sebagai pengawet
PRINSIP :
𝐹𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑑𝑒ℎ𝑖𝑑 + 𝐻2 𝑆𝑂4 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡 → 𝐶𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 𝑈𝑛𝑔𝑢
ALAT & BAHAN : 1. H2SO4
2. Bahan yang dicurigai mengandung formalin
3. Tabung reaksi
PROSEDUR : Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 5 ml susu, 5 ml aquadest dan 5 ml H2SO4
pekat pelan-pelan melalui dindingnya. Perhatikan apakah terjadi cincin
berwarna ungu yang berarti positif dicampur formaldehid.
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 7
METODE : CARA IV (RAPID TEST / TEST KIT)
ALAT & BAHAN : 1. Formalin Test Kit
2. Bahan yang diduga mengandung Formalin
3. Air Panas
PROSEDUR : 1. Cincang/iris kecil-kecil/blender bahan yang akan diuji.
2. Ambil bahan sebanyak 10 gram (± 1 sendok makan).
3. Tambahkan 20 mL (± 2 sendok makan) air panas, aduk dan biarkan dingin.
4. Ambil 5 mL air campuran (airnya saja).
5. Tambahkan 4 tetes Reagent A dan 4 tetes Reagent B.
6. Kocok sebentar dan tunggu 5-10 menit
7. Amati perubahan warna yang terbentuk.
8. Jika terbentuk warna ungu berarti bahan yang diuji positif mengandung
formalin.
UJI PEROKSIDASE
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 8
UJI CONRADI
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 9
UJI CAMPURAN SANTAN
GUNA : Uji pemalsuan dengan santan
PRINSIP : Secara mikroskopis dapat dibedakan bentuk butir lemak
ALAT & BAHAN : 1. Mikroskop
2. Susu
3. Gelas Objek
PROSEDUR : 1. Bersihkan gelas obyek lalu teteskan 1 tetes susu, tutup dengan gelas
penutupnya lalu dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan
45x.
2. Bandingkan butir-butir lemak susu serta komponen-komponen lainnya.
3. Hasil : Butir lemak susu kecil-kecil dan rapat (Butir-butir lemak susu
terlihat homogen). Bila tidak rapat kemungkinan dicampur air. Bila
terdapat butir lemak yang lebih besar berarti terdapat campuran santan.
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 10
PENENTUAN ASAM BORAKS
TUJUAN : Untuk mengidentifikasikan atau menentukan adanya asam boraks di dalam
makanan.
PRINSIP : Larutan boraks akan memberikan warna yang khas pada kertas kurkumin
dalam suasana asam ketonida. Asam boraks dengan metanol dan asam akan
memberikan warna nyala hijau.
BAHAN - Serbuk kurkumin
- HCL
- Etanol 80%
- Metanil
- Larutan Na-Karbonat 10%
- H2SO4 pekat
- Bakso, mie basah, dll
ALAT Krus porselin
Penangas air
Cawan petri
Kertas saring
Kertas whatman no.2
Erlenmeyer
Corong
Cawan penguap
PROSEDUR : Pembuatan kertas kurkumin
1. Timbang serbuk kurkumin 1,5-2 gram, masukan ke dalam erlenmeyer
250mL, tambahkan 100mL etanol 80% dan kocok selama 5menit dan
saring. Tampung dalam cawan petri.
2. Celup dalam kertas whatman no.2 ke dalam cawan petri yang berisi
filtrat.
3. Keringkan dengan menggantungkan kertas whatman tersebut selama
1jam.
4. Setelah kering potong-potong dengan ukuran 6x1 cm dan simpan dalam
botol berwarna gelap, tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Identifikasi boraks
Timbang 5-10 gram contoh digerus.
1. Masukkan ke dalam krus porselen, tambahkan 10mL larutan Na.Karbonat,
aduk sampai rata.
2. Uapkan di atas penangas air sampai kering sambil sekali-sekali diaduk.
3. Arangkan di atas api kecil.
4. Pijarkan pada suhu 5500C sampai pengabuan sempurna.
5. Dinginkan dan tambahkan air panas 10mL, diaduk sambil dipanaskan di
atas penangas air.
6. Tambahkan HCl (1:1) sampai asam, kemudian saring.
7. Celupkan kertas kurkumin dan keringkan pada suhu kamar.
8. Boraks positif jika kertas kurkumin berwarna merah khas. Dengan
penambahan uap/ larutan NH4OH kertas akan berubah menjadi biru hijau
gelap.
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 11
PENENTUAN ASAM BORAKS
CARA LAIN :
1. Timbang 1-2 gram bahan contoh yang telah dihaluskan.
2. Masukan dalam cawan penguap, tambahkan 5mL metanol/etanol dan tambahkan 1mL asam
sulfat pekat (H2SO4).
3. Bakar ditempat yang gelap, perhatikan warna nyala.
4. Boraks positif (+) jika nyala berwarna hijau.
5. Lakukan untuk blanko pembanding.
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 12
IDENTIFIKASI Fe DALAM TEPUNG TERIGU
PROSEDUR : 1. Ambil tepung terigu ± 2 sendok makan, tempatkan ke dalam cawan petri.
2. Ratakan permukaan tepung terigu pada cawan petri dengan cara ditekan.
3. Setelah permukaan terigu rata teteskan larutan KSCN 10%, HCl 2 N, dan
H2O2 3% pada permukaan terigu dengan volume yang sama, lalu diamkan
10 menit.
4. Amati perubahan pada terigu (timbul spot-spot merah/tidak)
5. Hasil (+) : Jika terdapat spot-spot merah.
| Hanya untuk dipergunakan pada praktikum PMP Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 13