Anda di halaman 1dari 40

Kegawatdaruratan Koroner

Dr. Dian Andina Munawar (K), SpJP, MARS, PhD, FRACP, FACC, FESC
Dept of Cardiology, The University of Adelaide, Lyell McEwin Hospital, South Australia
Dept of Cardiology and Vascular Medicine, Universitas Indonesia
Binawaluya Cardiac Centre, Jakarta, Indonesia
Curriculum Vitae
• Education & Training
- 2020 - PhD in Medicine – University of Adelaide, South
Australia, Australia
- 2019-2020 - FRACP – cardiology training – Lyell McEwin
Hospital, South Australia, Australia
- 2015-2019 - Fellowship on Electrophysiology and Cardiac
Devices – Royal Adelaide Hospital, South Australia, Australia
- 2013-2014 – Fellowship on Interventional Cardiology,
Binawaluya Cardiac Centre, Jakarta, Indonesia
- 2009-2013 – Cardiology training, National Cardiac Centre,
Harapan Kita, Jakarta, Indonesia

• Position
- Lecturer – Department of Cardiology & Vascular Medicine,
Faculty of Medicine, University of Indonesia

• Award
- Awardee and Research scholarship from “Indonesian
Endowment Fund for Education”, Ministry of Finance, Republic
of Indonesia
Sindrom Koroner Akut

UAP + NSTEMI STEMI


(mengancam nyawa, (gawat darurat)
Belum tentu gawat darurat)
Diagnosis
• Nyeri angina yang berkepanjangan (> 20 menit) saat istirahat
• Sensasi tertindih atau berat pada retrosternal
• Menjalar ke lengan kiri, leher, atau rahang
• Disertai keringat dingin, mual, nyeri perut, sesak, dan/atau sinkop
• Angina kresendo
Faktor Risiko Mayor SKA

• Merokok
• Hipertensi
• Diabetes Mellitus
• Hiperkolesterolemia
• Riwayat PJK pada keluarga, usia 55
tahun pada keluarga garis pertama
• Riwayat PJK sebelumnya atau riwayat
penyakit vaskular perifer
Presentasi Nyeri
Diagnosis Banding Nyeri Dada

• PJK
• Diseksio Aorta
• Emboli Paru
• Kolesistitis Akut
• Perikarditis
• Costokondritis
• Spasme esofageal
• GERD
• Pneumothorax
• Dll….
UAP
• Definisi
• Unstable angina
• Sngina onset baru
• Angina pada istirahat
• Angina kresendo
• Mungkin ada perubahan EKG
• Biomarker negatif
NSTEMI
• Definisi
• NSTEMI
• Adanya peningkatan biomarker disertai:
• Nyeri angina
• Perubahan EKG iskemik
NSTEMI
• Biomarker:
• CK
• Meningkat 4-6 jam setelah onset MI
• Sampai puncak dan menurun pada 36-48 jam setelah MI
• CK Total merupakan biomarker tak spesifik
• CK-MB lebih spesifik pada jaringan jantung (namun juga terdapat di otot
skeletal)
• Ingat bawah ini hanyalah salah satu komponen dalam diagnosis NSTEMI
• Jika hanya CK saja, tidak cukup untuk mendiagnosis NSTEMI
• Troponin
• Meningkat 4-6 jam setelah onset MI
• Dapat bertahan sampai 2 minggu
• Sangat spesifik untuk kerusakan kardiak
• Namun fapat juga meningkat pada hipertensi
emergensi, gagal ginjal, CHF, miokarditis, penyakit kritis,
dll
NSTEMI
• Empat hal utama pada NSTEMI:
• Gejala
• Perubahan EKG
• CKMB
• Troponin
STEMI
• Definisi
• STEMI
• Adanya ST elevasi pada EKG, diserta nyeri angina, dan peningkatan
biomarker.
ST-Elevation MI
Terapi SKA
 Penghambat Platelet
1. Asam Asetilsalisilat/ASA (Aspirin)
• ASA menginaktivasi enzim COX (cyclooxygenase)
• Dosis loading oral (150–300 mg)

2. Penghambat P2Y12
- Clopidogrel (Dosis loading 300-600 mg, dan dosis
rumatan 75 mg/hari)
- Prasugrel (Dosis loading 60 mg dan dosis rumatan 10
mg/hari)
- Ticagrelor (oral 180 mg kemudian 90 mg dua kali sehari )
- Cangrelor (bolus 30 μg/kg dan infus 4 μg/kg/menit)
Penyekat-Beta
• Penyekat-beta secara kompetitif,
menghambat efek sirkulasi katekolamin
pada miokardium dan menurunkan
konsumsi oksigen miokardium, dengan cara
menurunkan laju jantung, tekanan darah,
dan kontraktilitas miokardium.

Nitrat
• Menurunkan preload dan afterload, meningkatkan perfusi
koroner pada pembuluh yang terobstruksi
Antikoagulan
• Antikoagulan digunakan untuk menghambat
pembentukan thrombin
• Mengurangi angka kejadian yang berhubungan
dengan thrombus
1. Unfractionated heparin (UFH)
• Diberikan secara intravena
• Bolus awal dengan 60–70 IU/kg sampai dosis
maksimum 5000 IU diikuti dengan infus, 12–15
IU/kg/jam sampai maksimum 1000 IU/jam
2.Low molecular weight heparin (LMWH)
Yang sering digunakan adalah enoxaparin, 1 mg/kg
diberikan secara subkutan dua kali sehari

3. Fondaparinux
- Penghambat faktor Xa selektif
- Dosis yang direkomendasikan 2.5 mg/hari
Strategi Invasif
Indikasi fibrinolisis pada STEMI

• Tujuan utama reperfusi adalah untuk meminimalkan


jangka waktu tersumbatnya arteri koroner yang
terkena (culprit coronary artery).
• Selain itu untuk mencegah reoklusi setelah fibrinolisis
berhasil dilakukan.
• Waktu terapi < 12 jam
Kriteria Risiko yang memerlukan Strategi
Invasif
Risiko Sangat Tinggi
❖Hemodinamik tak stabil atau syok kardiogenik
❖Angina refrakter rekuren atau sedang berlangsung
saat terapi
❖Adanya aritmia mengancam nyawa atau henti
jantung
❖Komplikasi mekanis karena MI
❖Gagal jantung akut

Kriteria Risiko Tinggi


❖Peningkatan troponin kardiak
❖Perubahan ST atau gelombang T yang dinamis
❖Skor GRACE > 140
Kriteria Risiko yang memerlukan Strategi
Invasif

Kriteria Risiko Intermediate


❖Diabetes mellitus
❖Insufisiensi renal dengan eGFR <60mL/min
❖Angina pasca infark
❖Baru saja menjalani PCI
❖Baru saja menjalani CABG
❖Skor GRACE >109 and <140

Kriteria Risiko Rendah


❖Selain di atas
Syok Kardiogenik
Definisi
• Syok kardiogenik
- TDS < 90mmHg paling tidak selama 30 menit
- Efek sekunder dari disfungsi kardiak
Cardiac Index ( CI) < 2.2 l/min/m2
Pulmonary capillary wedge pressure ( PCWP) >
18mmHg
Berhubungan dengan tanda-tanda hipoperfusi
seperti penurunan urine output, perubahan
kesadaran, vasokonstriksi perifer, akral dingin,
pucat
Patofisiologi
• Ketika LV (ventrikel kiri) gagal memompa, maka
terjadi penurunan SV (volume sekuncup) dan CO
(cardiac output)
• Perfusi miokardium dan koroner akan terganggu
dan menyebabkan takikardia dan hipotensi
• Peningkatan LVEDP akan semakin mengurangi
perfusi koroner
• Peningakatan stress pada dinding LV akan
meningkatkan kebutuhan oksigen
• Terjadi metabolisme anaerob yang meningkatkan
produksi laktat, dan memperburuk performa
miokardium
Syok Kardiogenik pasca STEMI
• 6 – 10% (menurun di era intervensi PCI)
• 50% syok terjadi pada onset 6 jam pertama, dan 75% dalam 24 jam
• Prognosis buruk – kira-kira 50% mortalitas dalam 1 tahun
• Disfungsi LV adalah prediktor kuat terjadinya mortalitas pasca STEMI
Syaok kardiogenik pasca STEMI
• Kegagalan pompa
• Ruptur muskulus papilaris dan MR severe
• VSD akut
• Complete heart block
• Infark RV dengan kegagalan RV akut
• VT menetap/rekuren
• Tamponade jantung – Ruptur dinding LV atau RV
• Perikarditis Dressler dengan efusi perikardium
Pilihan obat
Dopamine
Dobutamine
Milrinone
Enoximone
Levosimedan
Norepinephrine
Gagal jantung dan syok kardiogenik

• TDS menentukan pilihan obat inotropik


• Jika HF dan TDS < 90mmHg : Dopamine
• Jika HF dan TDS > 90mmHg : dobutamine atau
levosimedan
• Noradrenaline dapat dipertimbangkan untuk syok
kardiogenik
Terapi Gagal Jantung Akut
Menilai kongesti
Mengatasi kongesti dengan diuretik
Menggunakan inotropik
Adanya nyeri dada
Goal pada Terapi ADHF

Mengurangi gejala sesak pada


pasien
Menurunkan mortalitias
Mengurangi angka rehospitalisasi
Suggested initial triage in patients with suspected AHF syndromes
Suggested treatment algorithm for patients with hypertensive AHF
syndromes.
Suggested treatment algorithm for patients with normotensive AHF
syndromes .
Suggested treatment algorithm for patients with hypotensive AHF
syndromes.
Curriculum Vitae
• Education & Training
- 2020 - PhD in Medicine – University of Adelaide, South
Australia, Australia
- 2019-2020 - FRACP – cardiology training – Lyell McEwin
Hospital, South Australia, Australia
- 2015-2019 - Fellowship on Electrophysiology and Cardiac
Devices – Royal Adelaide Hospital, South Australia, Australia
- 2013-2014 – Fellowship on Interventional Cardiology,
Binawaluya Cardiac Centre, Jakarta, Indonesia
- 2009-2013 – Cardiology training, National Cardiac Centre,
Harapan Kita, Jakarta, Indonesia

• Position
- Lecturer – Department of Cardiology & Vascular Medicine,
Faculty of Medicine, University of Indonesia

• Award
- Awardee and Research scholarship from “Indonesian
Endowment Fund for Education”, Ministry of Finance, Republic
of Indonesia

Anda mungkin juga menyukai