Diktat Fisika Statistik
Diktat Fisika Statistik
Pendahuluan
Statistical Mechanics, the branch of physics that seeks to predict the average properties of
systems which consist of a very large number of particles. Statistical mechanics
employs principles of statistics to predict and describe particle motion
(Microsoft®Encarta®99 Encyclopedia)
Termodinamika
Fisika Statistik
Fisika Statistik
Chaos
Fisika Atom
Magnetisme
Radiasi Zat Padat
Sebagai tinjauan awal kita perhatikan seseorang yang berjalan ngalor-ngidul (random
walk) tanpa tujuan.
Untuk penyederhanaan masalah, tinjau jalan random hanya satu dimensi dan jarak tiap
langkah (= l) dianggap sama.
Anggap orang tersebut mulai melangkah di bawah lampu dan bergerak ke kanan atau ke
kiri secara random.
Lampu
Stop press!!
Sebelum kita lanjutkan ke diskusi jalan random ngalor-ngidul kita lihat dulu apa
relevansinya ke Fisika. Berikut contoh kasus:
a) Magnetisme: Sebuah atom memiliki spin ½ dan momen magnetik μ; sesuai dengan
kaidah mekanika kuantum spin dapat “up” atau “down”. Jika kedua kemungkinan
ini sama berapa momen magnetik total untuk N atom?
b) Difusi molekul dalam gas: suatu molekul dapat bergerak dalam tiga dimensi dengan
jarak rata-rata l pada tumbukan antar molekul. Berapa jauh molekul ini setelah N
tumbukan?
c) Problem intensitas oleh N sumber tidak koheren
Sekarang kita hitung kemungkinan PN(m) untuk menemukan partikel (orang!!) dalam posisi
x = ml setelah langkah ke N:
maka
N = n1 + n2
sedangkan pergeseran:
m = n1 – n2
selanjutnya
m = n1 – (N – n1) = 2 n1 – N
3 0 3
2 1 1
1 2 -1
3 0 -3
Sekarang tinjau:
p Æ kemungkinan melangkah ke kanan
q = 1 – p Æ kemungkinan melangkah ke kiri
Jadi kemungkinan pada suatu kejadian n1 step melangkah ke kanan dan n2 step melangkah
ke kiri:
pp ....… p qqq ...… q = pn 1 qn 2
n1 kali n2 kali
Namun ada sejumlah cara berbeda pada N langkah:
N!
n1!n2!
Jadi seluruh kemungkinan menjadi:
N!
WN(n1) = pn 1 qn 2
n1!n2!
(Kemungkinan pada langkah total N terdapat n1 langkah ke kanan dan n2 langkah ke kiri)
Distribusi semacam ini disebut distribusi binomial karena serupa dengan persamaan:
N N!
(p + q)N = ∑ pnqN-n
n = 0 n!( N − n)!
Dari diskusi sebelumnya jelas terlihat bahwa kemungkinan partikel PN(m) ditemukan pada
posisi m setelah langkah ke N adalah WN(n1). Dengan perkataan lain:
PN(m) = WN(n1)
Sehingga:
N!
PN(m) = P(N + m)/2(1 – p)(N – m )/2
[( N + m) / 2]![( N − m) / 2]!
N
N! ⎛1⎞
PN(m) = ⎜ ⎟
[( N + m) / 2]![( N − m) / 2]! ⎝ 2 ⎠
sehingga:
M
f (u ) = ∑ P (ui ) f (ui )
i =1
Sehingga:
f (u ) + g (u ) = f (u ) + g (u ) (sifat aditif)
Namun demikian simpangan dari harga rata-rata juga menunjukkan karakteristik sampel.
Sekarang kita tinjau besaran lain yang mampu menunjukkan simpangan dari rata-rata tetapi
tidak berharga nol.
Kita definisikan:
M
(Δu ) 2 = (u − u ) 2 ≡ ∑ P(ui )(ui − u ) 2
i =1
Bukti sederhana:
(u − u ) 2 = (u 2 − 2uu + u 2 ) = u 2 − 2u u + u 2
(u − u ) 2 = u 2 − u 2
Karena u 2 ≥ u 2 maka (Δu ) 2 ≥ 0.
Hal lain dapat didefinisikan (Δu) n “momen ke-n dari u pada sekitar harga rata-ratanya”,
namun jarang digunakan.
Kembali ke jalan random, probabilitas dalam langkah total N membuat n1 langkah ke kanan
(yakni N – n1= n2 ke kiri) adalah:
N!
W (n1) = p n1 q N − n1
n1!( N − n1)!
Kalau dinormalisasikan:
N
∑ W (n1) = 1
n1 = 0
Maka
N N!
∑ p n1 q N − n1 = ( p + q ) N
n1 = 0 n1!( N − n1)!
= 1N = 1 karena q ≡ 1 − p
Yang tentu saja sudah dapat diduga sebelumnya.
Karena kita sudah mengetahui harga n12 , maka kita hitung n12 .
N
n12 = ∑ W (n1)n12
n1 = 0
N N!
= ∑ p n1 q N − n1 n12
n1 = 0 n1!( N − n1 )!
2
⎛ ∂ ⎞ n1 ⎛ ∂ ⎞
Karena n1 p = n1⎜⎜ p ⎟⎟( p ) = ⎜⎜ p ⎟⎟ ( p n1 ) , maka sumasi tersebut dapat ditulis:
2 n1
⎝ ∂p ⎠ ⎝ ∂p ⎠
Δ∗n1 1
Khususnya untuk p = q Æ =
n1 N
Apa makna fisisnya?
Δ∗n1 dapat diartikan sebagai “kesalahan” terhadap rata-rata
Æ pengambilan sampling dalam jumlah besar akan mengakibatkan kesalahan relatif
mengecil.
Kondisi khusus p = q = ½
( Δm ) 2 = N
Bila N sangat besar, distribusi binomial W(n1) menunjukkan maksimum yang sangat jelas
pada nilai n1 = n~1 dan menjadi berkurang ketika n1 jauh dari n~1 .
W(n1)
P(m) Contoh:
N = 20
0.20 p=q=½
0.18
0.16
0.14
0.12
0.10
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 n1
-20–18-16-14-12-10-8-6 -4 –2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 m
Bila N sangat besar maka n1 juga besar sehingga perubahan W sangat kecil:
N!
Sekarang kita cari berapa nilai |B2|, dari W (n1) = p n1 q N − n1
n1!( N − n1)!
diperoleh:
ln W (n1) = ln N !− ln n1!− ln( N − n1)!+ n1 ln p + ( N − n1) ln q
N ∞
∑ W (n1) ≈ ∫ W (n1 + η~ )dη = 1
n1 = 0 −∞
~ −1 B2 η 2 ~ 2π
W ∫−∞∞ e 2 dn = W =1
B2
Akhirnya
B2 − 12 B2 ( n1 − n~1 ) 2
W (n1) = e
2π
Disebut distribusi Gaussian yang merupakan hal yang umum dan sering ditemui di alam.
Pada kasus distribusi binomial, kita kembalikan harga-harga B2 dan n~1 yang sesuai,
diperoleh:
−1 ⎡ (n − Np ) 2 ⎤
W (n1 ) = (2πNpq ) 2 exp ⎢− 1 ⎥
⎢⎣ 2 Npq ⎥⎦
P(m)
m
2l dx x = ml
Dari hal itu P(m) dapat dianggap sebagai fungsi kontinu dari x.
Seterusnya:
e −( x − μ ) / 2σ dx
1 2 2
℘(x) dx =
2π σ
disini telah digunakan penyingkatan:
μ ≡ (p – q) Nl
σ ≡ 2 Npql
Dengan menggunakan persamaan terakhir ini kita dapat secara umum menghitung
harga rata-rata x dan ( x − x ) 2
Selanjutnya
( x − μ )2 = ∫−∞∞ ( x − μ ) 2℘( x)dx
1 ∞ 2 − y 2 / 2σ 2
= ∫−∞ y e dy
2π σ
1 ⎡ π 2 2⎤
3
= ⎢ ( 2σ ) ⎥
2π σ ⎣ 2 ⎦
=σ2
Jadi
(Δx) 2 = ( x − μ ) 2 = σ 2
Pelajari sendiri mengenai gerak jalan random secara umum dalam 2 dimensi.
1.1. Apabila tiga dadu dilemparkan sekaligus, berapa kemungkinan mendapatkan nilai total
enam atau kurang?
1.2. Dalam pelemparan dua dadu pada saat bersamaan, hitung peluang untuk
mendapatkan setidaknya satu angka lima keluar.
1.3. Perhatikan suatu permainan dengan 6 buah dadu bersisi 6 digunakan (dengan biji 1
s/d 6). Hitung kemungkinan mendapatkan:
(a). Semuanya berbiji 1
(b). Setidaknya satu dadu berbiji 1
1.4. Pada gerak random walk sebuah partikel (ke kanan dan ke kiri), dilakukan 6 langkah
total dengan kemungkinan melangkah ke kanan sebesar ¾. Tiap langkah berjarak 2
cm. Hitung kemungkinan mendapatkan partikel ini pada posisi akhir 4 cm di kanan
titik asal.
1.5. Tinjau No molekul gas yang tidak berinteraksi berada pada bejana tertutup dengan
volume Vo. Perhatikan pada sebarang sub-volume V yang ada dalam bejana terdapat N
molekul. Setiap molekul memiliki peluang yang sama berada dimana saja dalam bejana,
sehingga kemungkinan sebuah molekul berada dalam sub-volume V secara sederhana
dapat dinyatakan sebagai V/Vo.
(a). Hitung jumlah rata-rata N molekul yang berada di V? Nyatakan jawaban dalam Vo,
Vo, dan V.
(b). Hitunglah dispersi relatif ( N − N ) 2 / N 2 dalam jumlah molekul yang berada di V.
Nyatakan jawaban dalam N , V, dan Vo.
(c). Anggap sub-volume V dangat kecil sehingga 0 << V/Vo << 1, hitung kemungkinan
jumlah molekul dalam volume ini antara N dan N + dN.
1.6. Probabilitas W(n) yang menunjukkan karakteristik suatu kemungkinan p terjadi n kali
pada N kali adalah sbb:
N!
W(n) = pn(1 – p)N – n
n!( N − n)!
Tinjau situasi ketika p sangat kecil (p << 1) dan ketika n << N. Beberapa
penyederhanaan dapat dilakukan:
(a). Gunakan pendekatan ln (1 – p) ≈ – p, tunjukkan bahwa (1 – p)N-n ≈ e- Np
(b). Tunjukkan bahwa N!/(N-n)! ≈ Nn
λn
(c). Dari hal tersebut, tunjukkan W(n) = e- λ
n!
Distribusi semacam ini disebut “distribusi Poisson” dengan λ=Np merupakan
jumlah kejadian.
(d). Tunjukkan bahwa distribusi Poisson ini ternormalisasi!
(e). Hitung n dan (Δn) 2 = (n − n ) 2 pada distribusi Poisson!
1.8. Perhatikan kasus jalan random satu dimensi, kemungkinan pergeseran antara s dan
s+ds adalah:
w(s) ds = (2πσ 2 ) − e− ( s −l ) / 2σ ds setelah N langkah.
1 2 2
2
1.9. Perhatikan jalan random untuk sebuah partikel dalam satu dimensi. Anggab bahwa
setiap langkah selalu positif dan mempunyai peluang yang sama dalam jangkauan l-b
and l+b dengan b<l. Setelah N langkah hitunglah
(a). pergeseran rata-rata dari origin x ?
(b). dispersi ( x − x ) 2 ? b
l
1.10. Tinjau problem jalan random dengan p=q dan kita simbolkan m = n1-n2 merupakan
jumlah pergeseran (net) langkah ke kanan. Setelah N langkah hitunglah harga rata-
rata berikut: m , m 2 , m3 dan m 4
1.11. Tinjau problem gerak jalan random dalam satu dimensi dan anggap kemungkinan
pergesaran tunggal antara s dan s + ds adalah
1 1
w( s )ds = ds
π b + s2
2
• Formulasi statistik
• Interaksi antara sistem makroskopis
Urutan langkah:
1. Spesifikasi keadaan sistem
2. Ensemble statistik
3. Postulat dasar
4. Perhitungan probabilitas
Apa sebenarnya yang ingin diketahui dalam proses pelemparan dadu?Æ kondisi
awal? kondisi akhir?
2. Ensemble statistik
Proses mendetail
vs.
ensemble statistik
3. Postulat dasar
Pada kasus dadu Æ tidak ada preferensial antara satu muka dengan muka yang
lain.
4. Perhitungan probabilitas
Contoh 1:
Sistem yang terdiri dari partikel tunggal dengan posisi tetap tetapi memiliki spin ½ (yakni
momentum angular intrinsik ½ h )
Æ
Dalam deskripsi mekanika kuantum, keadaan partikel ini dispesifikasi oleh proyeksi spin
pada sumbu tetap (misal z)
Keadaan kuantum
m=½ m = -½
‘up’ ‘down’
Contoh 2:
(m bisa ½ atau -½ )
Suatu sistem yang terdiri dari harmonik osilator sederhana satu dimensi.
disini n = 0,1,2,3,4,….
Contoh 4:
E= π ⎜ 2 + 2 + 2⎟
2m ⎝ Lx Ly Lz ⎠
Æ Keadaan partikel dapat dispesifikasi oleh tiga bilangan kuantum.
→ sistem dapat dijelaskan secara komplit kalau diketahui posisi dan momentumnya (q
dan p).
(Ide ini tidak benar dipandang dari Mekanika Kuantum karena adanya ketidakpastian
Heisenberg)
Misal skala q dapat dibagi-bagi menjadi skala terkecil δq, sedangkan skala p terkecil δp.
Sehingga area terkecil dua dimensi:
δq δp = ho
Keadaan sistem dapat dijelaskan dengan koordinat ruang yang berada dalam interval q
dan q + dq dan momentum antara p dan p+dp.
Hal ini dapat diperumum dengan f koordinat ruang q1, q2, q3, …. qf dan f momentum p1,
p2, p3, …. pf
Secara kuantum:
Hitung dengan suatu cara yang mudah semua keadaan kuantum yang mungkin, beri label
r =1,2,3,.....
Keadaan sistem dapat dideskripsikan dengan melihat kondisi yang diinginkan (misal
keadaan khusus r).
Disini kita tidak berfokus pada satu sistem (atau partikel) terisolasi tetapi pada sejumlah
besar sistem identik. Tujuan bahasan ini untuk meramalkan kemungkinan yang terjadi
secara keseluruhan (ensemble).
Contoh:
Partikel memiliki energi –μH untuk spin “up” dan +μH untuk spin “down” (Mengapa
terbalik??).
1 + + + 3μ –3μH
2 + + – μ –μH
3 + – + μ –μH
4 – + + μ –μH
5 + – – –μ μH
6 – + – –μ μH
7 – – + –μ μH
8 – – – –3μ 3μH
Biasanya pengetahuan parsial tentang sistem dapat diketahui. Seperti misalnya energi
total atau volume gas.
Pada kasus di atas, seandainya ada informasi bahwa sistem memiliki energi –μH, maka
keadaan yang mungkin adalah salah satu diantara:
(+ + –); (+ – +) atau (– + +)
Tentu saja kita tidak tahu keadaan mana yang sesungguhnya.
3. Postulat dasar
Dibutuhkan postulat dasar sekitar probabilitas relatif untuk menemukan sistem dalam
keadaan yang dapat dijangkau (accessible state).
Postulat fundamental:
Suatu sistem terisolasi dalam keadaan keseimbangan memiliki peluang sama berada
dalam accessible states.
Contoh kembali untuk E = –μH, maka sistem berpeluang sama berada dalam keadaan
(+ + –); (+ – +) atau (– + +)
p
E+δE dx
Ω(E)
yk
Ω(E;yk)
Contoh:
Untuk E = –μH, maka sistem berpeluang sama berada dalam keadaan (+ + –); (+ – +)
atau (– + +)
Energi sistem:
E = Ek + U + Eintra
gerakan intramolekular Æ 0 (monatomik)
potensial
kinetik
1 N 2
Ek = Ek ( p1, p2 , p3 ,.... p N ) =
∑ pi
2m i =1
U = U(r1, r2, r3,… rN) Æ 0 untuk gas ideal
E + δE
Ω( E ) ∝ ∫ ......∫ d 3r1....d 3rN d 3 p1.....d 3 p N
E
∫ d r = V , maka
3
Jelas bahwa i
Ω(E) ∝ V χ(E) N
dengan
E + δE
χ ( E ) = ∫ ......∫ d 3 p1.....d 3 pN Æ independen dari V.
E
Kalau sekarang digunakan:
N 3
2mE = ∑∑ pi2α
i =1 α =1
diperoleh:
χ(E) = E3N/2 (proof it as exercise)
Seperti:
• Kerja pada suatu proses dengan volume berubah:
d′W = P dV
• Proses Quasi-statik
• Diferensial eksak
Soal-soal Latihan.
2.1. Tinjau osilator harmonis klassik yang terdiri dari massa m dan konstanta pegas k
memiliki energi total E. Carilah fungsi kerapatan probabilitas P(x), bila P(x)dx
merupakan kemungkinan menemukan massa pada interval x dan x+dx.
2.2. Sejumlah besar N partikel terlokalisir berada dalam pengaruh medan magnet luar H
(arah z). Setiap partikel memiliki spin ½. Carilah jumlah keadaan yang dapat
dijangkau (accessible states) pada sistem sebagai fungsi Ms (jumlah total spin pada
komponen z). Tentukan nilai Ms sehingga jumlah keadaan adalah maksimum!
2.3. Gunakan fungsi gamma, tunjukkan secara eksplisit bahwa χ(E) = E3N/2
Pada bagian ini akan dibahas pemanfaatan postulat statistik yang berdasarkan sistem dalam
keadaan keseimbangan untuk menjelaskan besaran makroskopis. Disiplin ini disebut
“Mekanika Statistik Keseimbangan” atau juga “Termodinamika Statistik”.
Sekarang kita lihat sistem terisolasi dengan energi yang dispesifikasi berada pada
jangkauan sempit:
disini δE <<<
Parameter y1, y2, y3,…. yn merupakan besaran makroskopis seperti energi, volume,
tekanan, suhu dll.
Contoh 1:
Partisi Æ Konstrain
Keadaan yang dapat diakses hanya untuk molekul-molekul yang mempunyai koordinat di
sebelah kiri.
Mungkinkah setelah konstrain ditiadakan, kondisi kembali ke asalnya? Kita lihat pada
kasus contoh 1.
Kemungkinan partikel berada di kiri atau di kanan adalah ½, setelah partisi dicabut
berapa kemungkinan terjadi keadaan final semua partikel di kiri?
Pi = (½)N
Pi ≈ ()
1
2
6×10 23
≈ (10) − 2×10
23
Ω(y)
~
y y1 y
Perumusan dapat diberikan sbb:
“Bila beberapa konstrain dari suatu sistem terisolasi dihilangkan, maka parameter-
parameter sistem akan menyesuaikan dirinya sehingga Ω(y1, y2, y3,…. yn) mendekati
maksimum”
Secara simbolik:
Ω(y1, y2, y3,…. yn) Æ maksimum
Catatan pada kasus contoh 1: pengembalian konstrain tidak otomatis menjadi keadaan
seperti semula.
A, E A′, E′
Ω(E) Ω′(E′)
(Sampai disini kita belum definisikan apa itu temperatur dari pandangan Fisika Statistik)
P(E) = CΩ(0)(E)
Jadi:
Ω(0)(E) = Ω(E) Ω′( E(0) – E)
atau
P(E) = C Ω(E) Ω′( E(0) – E)
P(E)
~
E E
ΔE
Kondisi ekstrim terjadi kalau (pure mathematics) turunan pertama sama dengan nol:
∂ ln P 1 ∂P
= =0
∂E P ∂E
Karena
ln P(E) = ln C + ln Ω(E) + ln Ω′(E′)
Mekanika Statistik mendiktekan bahwa pada kondisi keseimbangan entropi akan mencapai
maksimum dan parameter T = T ′ (Æ suhu).
Sampai disini ada sinkronisasi antara definisi suhu secara termodinamika dan secara
mekanika statistik.
d’Q = d’W + dU
Apabila xα adalah volume (V) maka X% α merupakan semacam “gaya”, dalam kasus ini
berupa tekanan:
Terlihat bahwa persamaan keadaan dapat “secara murni” diperoleh dari argumentasi
Termodinamika Statistik.
Review kembali besaran makroskopis kerja, energi, panas, suhu mutlak, kapasitas panas,
entropi beserta cara pengukurannya.
Soal-soal Latihan
3.1. Tuliskan kembali definisi temperatur menurut Termodinamika dan menurut Fisika
Statistik!
3.2. Sebuah sistem terdiri dari N1 molekul tipe 1 dan N2 molekul tipe 2 berada dalam
volume V. Molekul-molekul berinteraksi sangat lemah sehingga assumsi gas ideal
dapat digunakan.
(a) Bagaimana ketergantu/ngan jumlah keadaan total Ω(E) pada daerah E dan
E+δE tergantung pada volume? Lakukan perhitungan secara klassik
(b) Carilah persamaan keadaan, yakni ketergantungan tekanan rata-rata sebagai
fungsi volume dan temperatur.
Sistem terisolasi:
Ada N partikel
berada dalam volume:V
energi antara E dan E + δE
Pada situasi keseimbangan, sistem dapat ditemukan dengan peluang sama pada setiap
accessible states. Kemungkinan menemukan sistem dalam keadaan r (dengan energi Er):
⎧C bila E < Er < E + δ E
Pr = ⎨
⎩ 0 pada kondisi lain
Nilai C dapat ditentukan dengan normalisasi.
A A′ (reservoir)
Sekarang kita anggap bahwa A jauh lebih kecil dari A′, sehingga Er<< E(0), oleh karena
itu:
⎡ ∂ ln Ω ' ⎤
ln Ω '( E (0) − Er ) = ln Ω '( E (0) ) − ⎢ ⎥ Er ....
⎣ ∂E ' ⎦ 0
dengan menuliskan:
⎡ ∂ ln Ω ' ⎤
⎢⎣ ∂E ' ⎥⎦ ≡ β → karakteristik reservoir A′
0
maka:
ln Ω′(E(0) – Er) = ln Ω′(E(0)) – βEr
atau
Ω '( E (0) − Er ) = Ω '( E (0) )e− β Er
Faktor eksponensial e − βEr disebut faktor Boltzmann dan distribusi Pr = Ce− β Er disebut
“distribusi kanonik”.
Sekarang probabilitas P(E) untuk menemukan A memiliki energi antara E dan E+δE
P ( E ) = ∑ Pr
r
disini E<Er<E+δE.
∑e β r
− Er
4.2.1. Paramagnetisme
Energi:
E = − μ•H
Jadi:
E+ = − μH
E- = + μH
Probabilitas Pi = Ce − β Ei
Æ P+ = C e-βE
P− = C eβE
μH = ∑ r r = +
Pμ P μ + P− (− μ )
∑ Pr P+ + P−
⎛ μH ⎞
= μ tanh ⎜ ⎟
⎝ kT ⎠
Jadi untuk
μH μ 2H
<< 1 → μ H =
kT kT
μH
>> 1 → μ H = μ
kT
Kalau kita definisikan χ : suseptibilitas magnetik
M=χH
M : magnetisasi ≡ N 0 μ H
N0μ 2 μH
⇒ χ= untuk <<< 1
kT kT
μH
Untuk >>> 1 diperoleh Mo → Noμ
kT
M Mmaks
N0μ
M∝ H
μH
kT
p2
Ek = ½ mv2 =
2m
Posisi: r dan r + dr
Momentum: p dan p + dp
p2
E= + mgz
2m
⎛ p2 ⎞
⎛ 3 3 ⎞ − β ⎜⎜ + mgz ⎟
d rd p 2m ⎟
P ( r , p ) d 3 rd 3 p ∝ ⎜ ⎟ e ⎝ ⎠
⎜ h3 ⎟
⎝ 0 ⎠
Untuk momentum saja:
p2
−β
P ( p)d 3 p = Ce 2m d 3 p
menghasilkan:
P ( z )dz = C ' e− mgz / kT dz
⇒ P ( z )dz = P(0)e− mgz / kT dz (law of atmosphere)
Σ ar Er = konstan
Dispersi E:
(ΔE )2 = E 2 − E 2
∂E ∂ 2 ln Z
=− =
∂β ∂β 2
(Proof this!, if you can’t do it, please consult Reif p. 213)
Kerja:
~
d 'W = Xdx
~ ∂E
disini: X = −
∂x
seterusnya dapat ditunjukkan:
Bandingkan dengan
d 'Q
dS =
T
dapat disimpulkan:
S = (ln Z + β E )k
1
apabila digunakan β = diperoleh:
kT
TS = kT ln Z + E
A A’
Sekarang kita tinjau jenis sistem lain, disini bukan hanya energi yang dipertukarkan tetapi
partikel juga diperbolehkan berpindah:
A A’
Maka pada sistem A(0) = A + A′: bukan hanya terjadi konservasi energi, tetapi jumlah
partikel pada kombinasi sistem ini juga tetap:
E + E′ = E(0) = konstan
N + N′ = N0) = konstan
Seperti yang lalu β merupakan parameter temperatur, disini α dapat dikaitkan dengan
“potensial kimia”:
μ = –kTα
Contoh-contoh soal:
1. Suatu sistem dua level dengan N = n1+n2 partikel berenergi masing-masing E1 dan E2.
Sistem ini berada dalam kontak dengan suatu reservoir panas bersuhu T. Bila ada
suatu emisi kuantum terjadi menuju ke reservoir, terjadi perubahan populasi sistem n2
Æ n2 - 1 dan n1 Æ n1 + 1. (Anggap n1 dan n2 sangat besar) Hitung perubahan entropi:
(a) pada sistem dua level
(b) pada reservoir
(c) dari (a) dan (b) formulasikan rasio n2/n1
n2 T
n1 reservoir
2. Perhatikan idealisasi suatu kristal yang memiliki N buah titik kisi juga N posisi
interstisial (posisi antar titik kisi dimana atom juga dapat menempati). Misalkan ε
merupakan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan atom dari posisi titik kisi ke
interstisial dan n merupakan jumlah atom-atom yang menempati posisi interstisial
dalam keadaan keseimbangan
(a) Hitung energi internal sistem! (misalkan Uo merupakan energi internal bila semua
atom menempati titik kisinya)
(b) Berapa entropi S? berikan formulasi asimtotik bila n>>>1?
(c) Nyatakan populasi n dalam suhu keseimbangan T!
(Qualifying Exam in Princeton University)
Jawab:
(a) Karena ada n atom menempati posisi interstisial maka energi dalam menjadi:
E = Uo + nε
(b) Kombinasi:
N!
CnN =
n !( N − n)!
ada CnN cara n atom menempati posisi kisi dan ada CnN cara pula n atom menempati
posisi interstisial, jadi jumlah keadaan mikroskopik:
( )
2
Ω = CnN , sehingga:
N!
S = 2k ln
n !( N − n)!
(c) Pada keseimbangan, suhu dan volume tetap, maka energi bebas F minimum:
F = E − TS = Uo + nε − T2k [N ln N − n ln n − (N−n) ln (N−n)]
∂F N
= 0 , diperoleh: n =
∂n e E / 2 kT
+1
5. 1. Fungsi Partisi
Prosedur untuk mengetahui sifat-sifat makroskopik dengan mekanika statistik tidaklah begitu sukar.
Yang harus dilakukan hanyalah menghitung fungsi partisi Z.
Secara prinsip tidak ada kesulitan untuk memformulasikan problem, bagaimana pun kompleksnya.
Æ Kesulitan yang muncul ada pada penyelesaian matematik untuk problem yang telah
diformulasikan.
Sangat mudah untuk mencari keadaan kuantum dan fungsi partisi gas ideal tidak berinteraksi, tetapi
merupakan tugas yang sangat berat untuk melakukan hal yang sama pada suatu liquid yang dalam
hal ini semua molekul saling berinteraksi kuat satu sama lain.
Ruang fase dapat dibagi kecil-kecil oleh sel dengan volume h0f,
Æ fungsi partisi dalam persamaan (5.1) dapat dihitung pertama-tama dengan sumasi jumlah
(dq1dq2...dqfdp1dp2...dpf)/h0f pada titik (q1,q2,...qf,p1,p2,...pf)
Hal yang sama, semua gaya diperumum (dalam persamaan keadaan) tidak berubah, karena
besaran-besaran hanya tergantung dari derivatif ln Z terhadap suatu parameter eksternal.
Hal kedua, pada dekomposisi fungsi partisi sistem A yang terdiri dari A' dan A" yang
berinteraksi lemah satu sama lain. Apabila keadaan A' dan A" masing-masing diberi label r dan s,
maka energi Ers (pada sistem A) merupakan jumlah masing-masing energi:
E rs = E r '+ E s " (5.4)
hal yang cukup penting disini, fungsi partisi sistem total A merupakan adisi semua keadaan dengan
label rs.
⎛ ⎞⎛ ⎞
Z = ∑ e - β ( E r ′+ E r") = ∑ e - β E r ′ e - β E r" = ⎜ ∑e - β E r ′ ⎟ ⎜ ∑e - β E r" ⎟
r,s r,s ⎝r ⎠⎝ r ⎠
jadi Z = Z ′Z" (5.5)
dengan Z' dan Z" masing-masing merupakan fungsi partisi A' dan A".
Æ Fungsi partisi total merupakan hasil perkalian sederhana masing-masing fungsi partisi
komponennya.
Kita tinjau suatu gas terdiri dari N molekul monatomik identik dengan massa m berada pada
volume V. Energi total gas ini:
N P2
E = ∑ i +U (r1, r 2 ,K , r N ) (5.7)
i=1 2m
Bila U mendekati 0, kita temui kondisi gas ideal.
⎧ ⎡ 1 ⎤ ⎫ d r1K d r N d p1K d p N
3 3 3 3
Z ′ = ∫ exp ⎨-β ⎢ ( p12 +K+ p 2N )+U( r1,K , r N )⎥ ⎬ (5.8)
⎩ ⎣ 2m ⎦⎭ h30N
atau
1
∫ e-( β / 2m) p 1 d 3 p1K ∫ e -( β / 2m) p N d 3 p N ∫ e - β U( r 1,K,r N )d 3r1K d 3r N
2 2
Z ′= (5.9)
h03 N
Karena energi kinetik merupakan suatu jumlah dari suku-suku, satu untuk tiap-tiap molekul,
maka fungsi partisinya merupakan perkalian N integral:
-∞
Sedangkan bagian U tidak merupakan penjumlahan sederhana. Disinilah penyebab perhitungan gas
non-ideal sangat susah.
Tetapi apabila gas cukup renggang, kondisi ideal dapat dipenuhi, U=0, integral menjadi:
∫ d 3r1d 3r 2 K d 3r N = ∫ d 3r1 ∫ d 3r 2 K ∫ d 3r N = V N
Sehingga Z ′ merupakan multiplikasi sederhana:
Z ′= ξ N
atau ln Z ′ = N ln ξ (5.10)
V ∞ -( β / 2m) p 2 3
dengan ξ ≡ ∫ e d p (fungsi partisi sebuah molekul). Evaluasi integral ini
h03 -∞
3
⎛ 2πm ⎞ 2
menghasilkan ξ = V ⎜ ⎟ , sehingga:
⎜ h 2β ⎟
⎝ 0 ⎠
⎡ 3 3 ⎛ 2πm ⎞ ⎤
ln Z ′ = N ⎢ ln V - ln β + ln ⎜ ⎟⎥ (5.11)
⎢⎣ 2 2 ⎜⎝ h 02 ⎟⎠ ⎥
⎦
Dari fungsi partisi ini, besaran-besaran fisika yang lain dapat dihitung. Tekanan gas
diberikan oleh persamaan:
1 ∂ ln Z ′ 1 N
p= =
β ∂V βV
sehingga
pV = NkT (5.12)
yang merupakan persamaan keadaan gas ideal yang sudah kita kenal.
Energi rata-rata gas:
∂ 3N
E =− ln Z ′ = = Nε (5.13)
∂β 2β
3
dengan ε = kT merupakan energi rata-rata per molekul.
2
Panas jenis gas pada volume konstant dapat dihitung:
⎛ ∂E ⎞ 3 3
CV = ⎜ ⎟ = Nk = R (5.14)
⎝ ∂ T ⎠V 2 2
Entropi juga dapat dihitung:
⎛ 3 3 ⎛ 2πm ⎞ 3 ⎞
S = k( ln Z ′ + β E ) = Nk ⎜ ln V - ln β + ln ⎜ ⎟+ ⎟
⎜ 2 2 ⎜⎝ h 02 ⎟⎠ 2 ⎟
⎝ ⎠
M. Hikam, Fisika Statistik, Applikasi Sederhana Mekanika Statistik 50
3
atau S = Nk ( ln V + ln T + σ ) (5.15)
2
3 ⎛ 2π mk ⎞ 3
dengan σ = ln ⎜ ⎟ + merupakan konstanta yang tidak tergantung T, V atau N.
2 ⎜⎝ h 02 ⎟⎠ 2
Persamaan entropi (5.15) tidak sepenuhnya benar karena terlihat entropi tidak berprilaku
seperti besaran ekstensif.
Persamaan (5.15) tidak menunjukkan penjumlahan sederhana yang diperlukan oleh (5.16). Æ Bukti
untuk kasus penyekat membagi sama.
Paradoks semacam ini pertama-tama diamati oleh Gibbs, sehingga sering disebut "paradoks
Gibbs".
Paradoks ini muncul karena dalam penurunan rumus (5.15) kita menganggap bahwa partikel-partikel
semuanya dapat dibedakan.
Æ fungsi partisi harus mengandung faktor N! permutasi antar molekul.
Z′ ξ N
Z= = (5.17)
N! N!
Koreksi ini akan menghasilkan entropi yang bersifat seperti besaran ekstensif:
3
S = kN( ln V + ln T + σ) + k (-N ln N + N )
2
atau
V 3
S = kN (ln + ln T + σ o ) (5.18)
N 2
3 ⎛ 2πmk ⎞ 5
dengan σ 0 = σ + 1 = ln ⎜ ⎟+
2 ⎜⎝ h 02 ⎟⎠ 2
Dalam mekanika klassik kita kenal teorema equipartisi yang sangat berguna untuk berbagai
penyederhanaan perhitungan. Energi suatu sistem:
E = E (q1, q 2 ,K , q f , p1,K , p f ) (5.19)
Situasi berikut ini sering dijumpai:
a) Energi total dapat dipisah secara aditif:
E = εi(pi) + E′(q1, q2, ....,pf) (5.20)
Teorema ini dapat digunakan pada gas ideal. Energi kinetik sebuah molekul:
1
Ek = ( p 2 + p 2y + p 2z ) (5.23)
2m x
secara cepat dapat kita ketahui energi kinetik rata-rata:
E k = kT
3 (5.24)
2
Kalau ada Na molekul per-mole, energi menjadi:
3 3
E = N a ( kT) = RT
2 2
dari sini panas jenis molar dapat dihitung:
⎛ ∂E ⎞ 3
cv = ⎜ ⎟ =2R (5.25)
⎝ ∂T ⎠v
Dari hal ini kecepatan kuadrat rata-rata molekul dapat dihitung:
1 2 1 kT
mv x = kT atau v 2x =
2 2 m
Teorema yang sama juga dapat digunakan untuk membahas gerak osilator harmonis satu
dimensi:
p2 1 2
E= + kx (5.26)
2m 2
1 2 1
Harga rata-rata energi kinetik = p = k BT
2m 2
1 2 1
Harga rata-rata energi potensial = k x = k BT
2 2
Jadi harga rata-rata energi total:
E = kT (5.27)
Sekarang kita tinjau secara mekanika kuantum pada kasus yang sama untuk melihat batas validitas
mekanika klassik.
Level-level energi sesuai dengan osilator harmonik:
E n = (n + 12 )hω (5.28)
∑e β − En
En
∂ ln Z
E= n =0
=− (5.29)
∞
∂β
∑e
n =0
− β En
disini
∞ ∞
= ∑ e − βEn = ∑ e
− β ( n + 12 ) hω
Z
n =0 n =0
∞
∑e
− 12 βhω − nβhω
=e
n =0
− 1 β hω
= e 2 (1 + e− β hω + e−2 β hω + e−3β hω + ....)
− 12 β hω 1
=e
− β hω
1− e
sehingga:
ln Z = − 1 β hω − ln(1 − e− β hω ) (5.30)
2
seterusnya:
∂ ln Z ⎛ 1 e − β hwhω ⎞
E=− = − ⎜ − hω − ⎟
∂β ⎜ 2 − e − β hω ⎟
⎝ 1 ⎠
atau
⎛1 1 ⎞
E = hω ⎜ + ⎟ (5.31)
β h ω
⎝2 e −1 ⎠
Sekarang kita lihat pada kondisi-kondisi ekstrim:
hω
Kalau β hω = <<< 1
kT
(yakni kalau suhu sangat tinggi, sehingga energi termal jauh lebih tinggi daripada separasi h ω antar
level)
Didapat:
⎛1 1 ⎞ ⎛1 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞
E = hω ⎜ + ⎟ ≈ hω ⎜ + ⎟ ≈ hω ⎜ ⎟
⎝ 2 (1 + β hω + ....) − 1 ⎠ ⎝ 2 β hω ⎠ ⎝ β hω ⎠
atau
⎛1⎞
E = ⎜ ⎟ = kT jadi sesuai dengan hasil klassik.
⎝β ⎠
Sebaliknya pada suhu rendah:
M. Hikam, Fisika Statistik, Applikasi Sederhana Mekanika Statistik 53
hω
β hω = >>> 1
kT
didapat karena e β hω sangat besar:
E = hω ( 1 + e − β hω )
2
terlihat bahwa hasil ini SANGAT BERBEDA dengan teorema equipartisi. Nilai E akan mendekati
2 hω (ground state) ketika T → 0.
1
Suatu molekul m berada bersama-sama molekul-molekul yang lain membentuk gas. Bila gaya luar
tidak ada (seperti gravitasi), energi molekul menjadi:
p2
ε= + ε (intermol)
2m
seterusnya:
Ps (r , p)d 3rd 3 p ∝ e− β [ p / 2m +ε s ]d 3rd 3 p ∝ e− β p / 2m e− βε s d 3rd 3 p
2 (int) 2 (int)
e− βε s
(int)
adalah konstanta, sehingga:
Ps (r , p)d 3rd 3 p ∝ e − β p / 2m d 3rd 3 p
2
Arti fisis persamaan terakhir: kemungkinan menemukan molekul dengan pusat massa dalam
jangkauan (r ; dr) dan (p ; dp).
Apabila persamaan ini dikalikan dengan N (jumlah keseluruhan molekul) maka hasilnya
menunjukkan nilai rata-rata jumlah molekul pada jangkauan posisi dan momentum tersebut.
Persamaan terakhir ini kalau diterjemahkan “dalam bahasa” kecepatan, mengingat v = p/2m akan
menjadi:
f (r, v) d3r d3v yang berarti jumlah molekul yang memiliki pusat massa antara r dan r+ dr dengan
kecepatan antara v dan v+ dv
3
N ⎛ βm ⎞ 2 N
Setelah dinormalisasi menghasilkan C = ⎜ ⎟ , tulis n = , maka:
V ⎝ 2π ⎠ V
Sekarang kalau kita lihat besar kecepatan saja (tanpa melihat arah).
Jumlah partikel (dNv) yang memiliki besar kecepatan antara v dan v + Δv.
Fv dv = 4πv2 f (v) dv
atau:
4n ⎛ m ⎞
3/ 2 ⎛ mv 2 ⎞
dN v = Fv dv = ⎜ ⎟ v 2 exp ⎜ − ⎟ dv
π ⎝ 2kT ⎠ ⎜ 2kT ⎟
⎝ ⎠
FV
area = ΔN =FvΔv
Δv laju,v
Gbr.: Distribusi kecepatan
Dari persamaan ini dapat dicari jumlah partikel yang memiliki daerah kecepatan tertentu.
Diantara ketiga jenis kecepatan tersebut, mana yang mempunyai arti fisis?
Feature lain:
T
FV
T
T1 < T2 < T3
laju, v
2. (Reif 7.19) A gas of molecules, each of mass m, is in thermal equilibrium at the absolute
temperature T. Denote the velocity of a molecule by v, its three Cartesian components by vx, vy,
and vz and its speed. What are the following mean values:
(a) v x (d) v x3 v x
(b) v x2 (e) (v x + bv y ) 2
(c) v 2 v x (f) v x2 v y2
Namun situasi Fisika yang real tentu saja lebih kompleks dari itu.
Æ Multifasa, multikomponen atau multikomponen multifasa.
Uap air
Es
Air
Hal ini berarti bahwa bila entropi berkisar jauh dari harga S=Smax maka perubahan entropi
dari posisi stabil:
ΔmS ≡ S – Smax ≤ 0
Kita pandang Ω(y) sebagai jumlah keadaan yang aksesible antara y dan y + δy
Æ S(y) = k ln Ω(y).
Dengan cara yang serupa dapat dibuktikan bahwa kondisi kesetimbangan untuk sistem yang
kontak dengan reservoir pada suhu tetap adalah:
F = minimum
dengan F merupakan energi bebas
F = E − TS (6.6)
Adapun untuk kesetimbangan pada sistem yang kontak dengan reservoir pada suhu tetap
dan tekanan tetap:
G = minimum
G = E − TS + pV (6.7)
Resumé:
Kondisi kesetimbangan yang sudah dibicarakan sebelum bagian ini terjadi pada
sistem dengan temperatur dan tekanan tetap:
atau CV ≥ 0
Æ Hal ini merupakan kondisi intrinsik untuk menjamin kestabilan pada setiap fasa.
Sejalan dengan "prinsip le Châtelier": Apabila suatu sistem dalam kondisi stabil, maka
setiap perubahan parameter akan menghasilkan proses yang dapat mengembalikan ke
kondisi kesetimbangan.
⎛ ∂ G0 ⎞ 1 ⎛ ∂ 2 G0 ⎞
Δ m G0 = G0 − Gmin = ⎜ ⎟ ΔV + ⎜⎜ ⎟ (ΔV ) 2 + ....
2 ⎟
(6.11)
⎝ ∂V ⎠T 2 ⎝ ∂V ⎠T
P r (V)dV ∝ e G0
- (V)/kT
dV (6.14)
disini vi merupakan jumlah mole pada fasa i. Karena jumlah mole zat konstant maka:
v1 + v2 = v = konstan (6.20)
sehingga salah satu parameter jumlah mole dapat diambil sebagai variabel bebas.
dG = g 1 d ν 1 + g 2 d ν 2 = 0
atau transfer dalam mole satu satu fase ke fase yang lain tidak berubah.
Seterusnya kalau kita definikan "panas latent transformasi", L, sebagai panas yang
diabsorbsi pada suatu perubahan fasa, maka:
ΔS = S 2 − S1 = L12 (6.23)
T
Persamaan terakhir ini kita kenal dengan persamaan Clausius-Clapeyron:
dp ΔS
= = L12 (6.24)
dT ΔV TΔV
Sekarang kita lihat sistem dengan komponen tunggal. Andaikata persamaan keadaan
dapat diketahui (secara teori atau eksperimen):
p = p(v,T) (6.25)
Contoh persamaan gas Van der Waals:
⎛ a⎞
⎜ p + 2 ⎟(v - b) = RT
⎝ v ⎠
T1 <T2<T3<T4
p
T4
T3
T2
T1
v
Gbr.: Diagram PV gas Vander Wals
p
R
P2 M N
B
PA A D K
P1 I v
v1 v2
Pada tekanan rendah (p<p1) kita lihat satu harga p berkorespondensi dengan satu harga v,
jelas kita lihat adanya fasa tunggal. Kondisi kestabilan ∂p/∂v ≤ 0 jelas dipenuhi.
Namun pada kondisi intermediare p1<p<p2 ada tiga kemungkinan harga v untuk p yang
sama. Kita jumpai pada segmen kurva IN harga slope positif, ini jelas bertentangan dengan
kondisi kestabilan.
Untuk melihat kestabilan, kita lihat fungsi Gibbs. Dari persamaan dasar
Tds = dε + pdv
kita dapatkan:
g - g 0 = ∫ v dp
p0
Kita pandang sistem homogen dengan energi E dan volume V yang terdiri dari
molekul tipe k. Ambil Ni sebagai jumlah molekul tipe ke-i, maka entropi merupakan fungsi
sbb:
⎛ ∂S ⎞ ⎛ ∂S ⎞ k
⎛ ∂S ⎞
Æ dS = ⎜ ⎟ dE + ⎜ ⎟ dV + ∑ ⎜⎜ ⎟⎟ dN i (6.28)
⎝ ∂E ⎠V,N ⎝ ∂V ⎠ E,N i=1 ⎝ ∂ N i ⎠ E,V, N
Persamaan di atas adalah pernyataan matematik murni, tetapi pada kasus sederhana
ketika semua jumlah Ni dibuat tetap, hukum termodinamika dasar mengharuskan:
dQ dE + pdV
dS = =
T T
Pada kondisi ini kita lihat:
⎛ ∂S ⎞ 1
⎜ ⎟ =
⎝ ∂E ⎠V,N T
(6.29)
⎛ ∂S ⎞ p
⎜ ⎟ =
⎝ ∂V ⎠ E,N T
Sekarang kita definisikan:
⎛ ∂S ⎞
μ j ≡ - T ⎜⎜ ⎟
⎟ (6.30)
⎝ ∂ N j ⎠ E,V,N
besaran ini disebut dengan 'potensial kimia per-mole' dari tipe jenis kimia ke j.
Kita tinjau suatu sistem homogen (terdiri dari satu fasa) yang berisi m macam
molekul.
Misalkan simbol kimia molekul-molekul ini B1, B2, B3,... Bm (dengan koefisien reaksi b1, b2,
b3,... bm), dan reaksi kimia dimungkinkan. Transformasi kimia ini harus konsisten dengan
konservasi jumlah atom tiap jenis.
Contoh reaksi semacam ini:
2H2 + O2 Æ H2O
yang dapat ditulis sebagai:
- 2H2 - O2 + H2O = 0
Secara umum persamaan reaksi kimia dapat ditulis:
m
∑b B = 0
i=1
i i (6.36)
∑μ
i=1
i dN i = 0 (6.39)
∑b μ =0
i=1
i i (6.40)
Perhatikan reaksi kimia pada persamaan (6.36) dapat terjadi pada m tipe molekul yang
berbeda. Oleh karena itu kita pandang fungsi energi bebas:
disini
dapat diungkap:
⎛ ⎞⎛ ⎞⎛ ⎞
Z ' = ⎜⎜ ∑ e − βε1 ( s1 ) ⎟⎟⎜⎜ ∑ e − βε 2 ( s2 ) ⎟⎟⎜⎜ ∑ e − βε 3 ( s3 ) ⎟⎟....
⎝ s1 ⎠⎝ s2 ⎠⎝ s3 ⎠
Sekarang kita koreksi bahwa molekul tidak dapat dibedakan (paradoks Gibbs):
ξ1N ξ 2N ξ 3N
1 2 3
ξ mN m
Z= .....
N 1! N 2 ! N 3 ! N m!
seterusnya:
F = −kT ln Z = −kT ∑ ( N i ln ξ i − ln N i !)
i
didapat:
⎛
∂F ⎟ ⎞
μ j = ⎜⎜ = −kT (ln ξ j − ln N j )
∂N j ⎟
⎝ ⎠V ,T , N
atau
ξj
μ j = −kT ln
Nj
Panas laten penguapan air sekitar 2,44×106 J/kg dan kerapan uap air adalah 0,598 kg/m3
pada 100oC. Carilah nilai perubahan temperatur penguapan terhadap ketinggian di atas
level laut dalam oC/km. Anggap temperatur udara 300 K, kerapatan udara pada suhu 0oC
dan tekanan 1 atm adalah 1,29 kg/m3 dan kerapatan air 1000 kg/m3.(Wisconsin)
Jawab:
Distribusi Boltzmann untuk tekanan p(z) terhadap ketinggian z:
mgz
p( z ) = p(0) exp(− )
kT
(dapat diturunkan dengan mudah dengan distribusi mikrokanonik)
dengan ρ1 = 1000 kg/m3, ρ2 = 0,598 kg/m3, dan L/M = 2,44×106 J/kg, didapatkan:
Lρ1 ρ 2
α= == 1,40 × 10 6 J / m 3
M ( ρ1 − ρ 2 )
Sehingga perubahan titik didih sebagai fungsi ketinggian:
dT dT dp T ⎛ − mg ⎞
= = ⎜ ⎟ p( z )
dz dp dz α ⎜⎝ kT0 ⎟⎠
ρkT0
Gunakan persamaan untuk gas ideal p = , diperoleh pada level laut:
m
dT
= − ρgT (0) / α
dz
dengan memasukkan kerapatan udara ρ = 1,29 kg/m3, g = 9,8 m/s2 dan T(0) = 100oC,
didapat:
dT
= −0,87 o C / km
dz
Pada bagian ini akan didiskusikan pembahasan sistem dengan interaksi antar molekul
lemah (‘gas ideal’) secara mekanika kuantum.
• Formulasi problem statistik
• Fungsi distribusi kuantum
• Klasifikasi Sistem Partikel
• Fermion dan Boson pada Fisika Partikel
• Statistik Maxwell-Boltzmann
• Statistik foton
• Statistik Bose-Einstein
• Statistik Fermi-Dirac
• Radiasi benda hitam
• Konduksi elektron dalam metal
Sebut:
Qi koordinat gabungan (posisi dan spin) partikel ke-i
si keadaan kuantum partikel ke-i
Beberapa kasus:
Karena keadaan simetri ini, keadaan kuantum erat hubungannya dengan spin partikel:
(a) Spin bulat (integral spin)
(b) Spin setengah (half integral spin)
¾ Setiap partikel memiliki momentum angular spin total (diukur dalam unit h )
bilangan bulat: 0, 1, 2, 3, 4,...
¾ Fungsi gelombang total bersifat simetri, yakni
¾ Setiap partikel memiliki momentum angular spin total (diukur dalam unit h )
kelipatan ½ yakni 1 2 , 3 2 ,....
¾ Fungsi gelombang total bersifat antisimetri, yakni
Ψ(. . . Qj . . . Qi . . .) = − Ψ(. . . Qi . . .Qj. . . )
→ Karena sifat antisimetri dan partikel indistinguishable maka dua atau lebih partikel
tidak mungkin pada keadaan yang sama.
→ Prinsip eksklusi Pauli
Klassik Kuantum
Maxwell-Boltzmann Bose-Einstein Fermi-Dirac
Distinguishable indistinguishable, indistinguishable
spin: 0,1,2,3,4,... spin: 1 2 , 3 2 ,....
Tak ada simetri Simetri antisimetri
Tak ada batasan jumlah Tak ada batasan jumlah Prinsip eksklusi Pauli
menempati satu keadaan menempati satu keadaan
contoh: contoh:
Foton, He4 Elektron, He3
Dalam perkembangan lebih lanjut generalisasi dari fermion dan boson dinamakan
anyon, disini spin tidak selalu kelipatan ganjil atau genap dari 1/2. Fenomena
ini teramati cukup jelas di condensed matter, namun tidak akan dibahas di
kuliah Fisika Statistik.
Dalam kaitan dengan Fisika Partikel, Boson (dari Bose-Einstein) adalah partikel interaksi
–yakni pembawa interaksi/gaya menurut teori Medan Kuantum– , sementara Fermion
(dari Fermi-Dirac) adalah partikel materi, Fermion lebih ‘padat’.
Model Standar Fisika partikel meramalkan adanya lima Boson fundamental yaitu
- Foton
- Gluon (ada 8 tipe)
- Boson-Z
- Boson-W (ada dua macam yakni W- dan W+)
- Boson Higgs (terkonfirmasi 99,9999% pada tanggal 4 juli 2012 di CERN)
Tanggal 4 Juli 2012: partikel Higgs dijumpai pada tingkat 5 sigma di wilayah massa
sekitar 126 GeV. Itu berarti kepastian penemuan partikel baru mencapai 99,9999%. "Ini
memang partikel baru. Kami tahu itu boson dan itu boson terberat yang pernah
ditemukan," kata Joe Candela, jurubicara CERN
Boson-boson komposit dapat juga terjadi; hal ini terbentuk dengan kombinasi jumlah
genap beberapa fermion. Contoh, atom carbon-12 terdiri dari 6 proton dan 6 netron,
semuanya fermion. Inti atom carbon-12, oleh karena itu, merupakan boson komposit.
Meson, di lain pihak, adalah partikel yang terbuat secara eksak dari 2 quark, oleh karena
itu meson juga boson komposit.
Terdapat dua famili partikel-materi fundamental yang merupakan fermion yaitu quark
dan lepton, keduanya merupakan partikel elementer yang tidak bisa dipecah (sejauh yang
diketahui oleh saintis) menjadi partikel lebih kecil. Elektron merupakan lepton, namun
Model Standar Fisika Partikel menunjukkan adanya tiga generasi partikel, masing-masing
lebih berat dari sebelumnya. (Tiga generasi partikel ini diprediksi dengan teori sebelum
mereka ditemukan dengan eksperimen, ini contoh yang sangat bagus bagaimana teori
meramalkan eksperimen dalam teori medan kuantum.)
Pada tiap generasi terdapat dua flavor quark. Tabel berikut menunjukkan 12 tipe fermion
fundamental, semuanya telah dapat diobservasi.
Quarks Leptons
First Up Quark Down Quark Electron Electron
Generation 3 MeV 7 MeV Neutrino 0.5 MeV
Second Charm Quark Strange Quark Muon Neutrino Muon
Generation 1.2 GeV 120 MeV 106 MeV
Third Top Quark Bottom Quark Tau Neutrino Tau
Generation 174 GeV 4.3 GeV 1.8 GeV
Catatan: neutrion mempunyai massa kecil sekali (praktis tidak punya massa).
Tentu saja terdapat fermion komposit terbuat dari jumlah ganjil fermion menjadikan
partikel baru, seperti proton dan neutron.
Pada perkembangan Model Standar Fisika Partikel, telah menjadi jelas bahwa gaya-gaya
(Fisikawan lebih suka dengan istilah interaksi) dalam Fisika dapat dipecah menjadi empat
fundamental:
¾ Electromagnetism
¾ Gravity
Gaya elektromagnetik dan interaksi inti lemah pada tahun 1960 disatukan oleh Sheldon
Lee Glashow, Abdus Salam, dan Steven Weinberg menjadi gaya tunggal disebut
electroweak force. Gaya ini dikombinasi dengan quantum chromodynamics (yang
mendefinisikan gaya inti kuat) adalah yang dimaksud oleh para Fisikawan ketika
berbicara tentang Model Standar Fisika Partikel.
Salah satu elemen kunci Model Standar Fisika Partikel adalah gauge theory yang berarti
terdapat tipe-tipe simetri yang inherent berada dalam teori; dengan perkataan lain
dinamika sistem tetap sama pada suatu tipe transformasi. Suatu gaya berkerja melalui
medan gauge ditransmisi dengan suatu gauge boson. Berikut ini gauge boson yang telah
diamati untuk tiga tipe gaya di alam:
➜ Electromagnetism — photon
➜ Strong nuclear force — gluon
➜ Weak nuclear force — Z, W+, and W– bosons
Lebih lanjut, gravitasi juga dapat dituliskan dalam suatu gauge theory, yang berarti harus
ada gauge boson yang menjadi perantara gravitasi. Nama teoritis gauge boson ini adalah
graviton.
Catatan tentang spin: foton, gluon, Z, dan W mempunyai spin 1, Higgs boson berspin 0,
sementara partikel-partikel fermion (quark, lepton, neutrino) semua berspinnya
1/2.Graviton -jika terdeteksi- akan berspin 2. Standard Model tidak memiliki partikel
fundamental dengan spin 3/2
Sekarang kembali ke Fisika Statistik, supaya jelas tinjau kasus 2 partikel dengan keadaan
kuantum yang mungkin ada tiga s = 1, 2, 3.
Maxwell-Boltzman:
1 2 3
AB ... ...
... AB ...
... ... AB
A B ...
B A ...
A ... B
B ... A
... A B
... B A
1 2 3
AA ... ...
... AA ...
... ... AA
A A ...
A ... A
... A A
Fermi Dirac:
1 2 3
A A ...
A ... A
... A A
Bila didefinisikan:
probabilitas menemukan partikel pada keadaan sama
ξ=
probabilitas menemukan partikel pada keadaan berbeda
Maka:
3 1 3 0
ξ MB = = ; ξ BE = = 1 ; ξ FD = = 0
6 2 3 3
Arti fisis?
Partikel BE memiliki tendensi lebih besar untuk berada pada keadaan yang sama
dibandingkan partikel klassik. Partikel FD memiliki tendensi untuk berbeda satu sama
lain.
Perhitungan dispersi:
(Δns ) 2 = (ns − ns ) 2 = ns − ns
2 2
∑n e β ε 2 − ( n1
s
1 + n 2 ε 2+....)
ns2 = R
∑e β ε R
− ( n1 1 + n2ε 2 + ....)
sehingga:
1 1 ∂ 1 ∂ − β ( n1ε 1 + n2ε 2 +...)
ns2 =
Z
∑ (−
β ∂ε s
)(−
β ∂ε s
)e
1 1 ∂ 2
= (− ) Z
Z β ∂ε s
atau
1 ∂2Z
ns2 =
β 2 Z ∂ε s 2
1 ⎡ ∂ ⎛ 1 ∂Z ⎞ 1 ⎛ ∂Z ⎞ ⎤
2
n = 2⎢
2
⎜ ⎟+ ⎜ ⎟ ⎥
s
β ⎢ ∂ε s ⎜⎝ Z ∂ε s ⎟⎠ Z 2 ⎜⎝ ∂ε s ⎟⎠ ⎥
⎣ ⎦
1 ⎡ ∂ ⎛ ∂ ln Z ⎞ ⎤
= ⎢ ⎜⎜ ⎟⎟ + β 2 ns 2 ⎥
β 2 ⎣ ∂ε s ⎝ ∂ε s ⎠ ⎦
seterusnya:
1 ∂ 2 ln Z
(Δns ) 2 =
β 2 ∂ε s 2
dapat juga ditulis:
1 ∂ns
(Δns ) 2 = −
β ∂ε s
ns =
∑e β ε
n1 , n 2 ,...
− ( n1 1 + n2ε 2 + ...+ n s ε s +...)
dapat ditulis:
∑n e β ε ∑
ns
s
− ns s (s)
n1 , n 2 ,...
e − β ( n1ε 1 + n2ε 2+......)
ns =
∑e β ε ∑
ns
− ns s (s)
n1 , n 2 ,...
e − β ( n1ε 1 + n2ε 2 +.....)
∑n e β ε
ns
s
− ns s
ns =
∑e β ε
ns
− ns s
∂
(−1 / β )
∂β n s
∑ e − βn s ε s
1 ∂
ns = =− ln(e − βn s ε s )
∑ e
ns
− βn s ε s
β ∂ε s
atau ln Z = N ln ∑ e − βε r
r
seterusnya:
1 ∂ ln Z 1 − βe − βε r e − βε r
ns = − =− N = N
β ∂ε s β ∑ e − βε r ∑ e −βε r
r r
− βε r
e
Persamaan terakhir n s = N disebut sebagai “distribusi Maxwell-Boltzmann”
∑ e βε
r
− r
ln Z(N) = αN + ln Z
ln Z = αN − ∑ ln(1 − e −α − βε r ) ;
r
1
∑ eα
r
+ βε r
−1
=N
dan
1
ns = α + βε r
e −1
∂F ∂ ln Z
μ= = − kT = − kTα
∂N ∂N
atau α = −βμ
dan
1
ns = α + βε r
e +1
Resume:
f. partisi ln Z = ln Z = ln Z = αN ln Z = αN +
N ln ∑ e − βε r − ∑ ln (1− e − βε r ) − ∑ ln(1 − e −α − βε r ) ∑ ln(1 + e−α − βε r )
r r r r
e-
Core tetap berada di tempatnya, sedangkan elektron terluar menjadi ‘elektron bebas’.
Æ Untuk pendekatan pertama, perilaku elektron ini dapat dipandang seperti gas ideal
(berarti tidak ada interaksi dari luar atau sesamanya).
Namun karena konsentrasi elektron cukup tinggi, maka tidak dapat digunakan statistik
klassik.
besaran ini disebut “Energi Fermi” suatu sistem (terlihat bahwa besaran ini sama dengan
μ, potensial kimia gas).
Pada suhu tinggi atau kondisi βεF << 1, maka e β (ε −ε F ) >>> 1 fungsi distribusi F akan
menjadi distribusi Maxwell-Boltzmann.
Pada kasus ini kita lebih tertarik pada kondisi sebaliknya, yakni
βε F = εkTF >> 1
(makna fisis: bisa pada suhu rendah atau pada suhu kamar namun energi Fermi jauh lebih
besar dibandingkan energi termal)
1
F (ε ) ≡
β (ε − ε F )
e +1
Disini masih ada tiga kasus ekstrim:
(a) Bila ε <<εF maka β(ε−εF) <<0 sehingga F(ε) = 1
(b) Bila ε >>εF maka β(ε−εF) >>0 Æ F(ε) berperilaku seperti distribusi Boltzmann
(c) Bila ε = εF maka F(ε) = ½
F(ε)
1
F (ε ) ≡
e β (ε −ε F ) + 1
1
εF ε
Bila pada suhu ekstrim rendah TÆ0 dengan perkataan lain βÆ∞. kondisi dapat
digambarkan:
εF ε
Jadi karena prinsip eksklusi Pauli, gas Fermi-Dirac memiliki energi rata-rata cukup besar
meskipun pada suhu nol mutlak.
ky
kF
εF
kx
kz
i(k x x + k y y + k z z )
ψ = e ik • r = e
2π 2π 2π
kx = nx ; k y = ny ; kz = nz
Lx Ly Lz
Oleh karena itu jumlah keadaan translasi untuk bilangan gelombang antara k dan k + dk
adalah:
Seterusnya:
1/ 3
⎛ N⎞
k F = ⎜ 3π 2 ⎟
⎝ V⎠
jadi
1/ 3
2π ⎛ 1 V⎞
λF = = 2π ⎜⎜ ⎟⎟
kF ⎝ 3π 2 N ⎠
Apa manfaat besaran ini? adakah besaran makroskopis terukur yang dapat dikaitkan
dengan besaran ini?
Æ satu diantaranya: kapasitas panas elektronik zat padat.
⎛ ∂E ⎞
CV = ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ ∂T ⎠V
dengan demikian
∂E 2π 2 2
CV = = k ρ 0 (ε F 0 )T
∂T 3
Hasil ini berbeda dengan perumusan klassik (MB) yang menunjukkan bahwa CV konstan.
Kalau dimasukkan:
3
V ⎛ dk ⎞ V (2m) 2 13
ρ (ε )dε = ⎜ 4πk 2 dε ⎟ = ε dε
(2π ) 3 ⎝ dε ⎠ 4π 2 h 3
diperoleh:
π2 kT
CV = kN
2 ε F0
∞ ε
Perumusan ini dapat diperoleh dengan evaluasi integral ∫
β (ε − ε F )
ρ (ε )dε tanpa
0e +1
pendekatan kT <<1.
Contoh soal:
Hitunglah besar panjang gelombang Fermi untuk 4,2x1021 elektron yang berada dalam
kotak 1 cm3! Hitung energi Fermi! Bila elektron diganti netron, hitung panjang
gelombang dan energi Fermi! (dalam kasus terakhir, anggap momentum tetap sama)
Jawab:
⎛4 V⎞
Jumlah total partikel adalah: N = 2 × ⎜ πk F3 ⎟
(2π ) 3 ⎝ 3 ⎠
sehingga bilangan gelombang Fermi:
1/ 3
⎛ N⎞
k F = ⎜ 3π 2 ⎟
⎝ V⎠
dan panjang gelombang Fermi:
Soal-soal Latihan:
7.1. Untuk atom Natrium yang memiliki sekitar 2,6x1022 elektron konduksi per cm3,
carilah energi Fermi Natrium dan perkirakan kapasitas panas elektronik pada suhu
kamar.
7.2. The three lowest energy levels of a certain molecule are E1 = 0, E2 = ε, dan E3 = 10ε.
Show that at sufficiently low temperature (how low?) only level E1 dan E2 are
populated. Find the average energy E of the molecule at temperature T. Find the
contribution of these levels to the specific heat per-mole, Cv, and sketch Cv as
function of T. (Anggap partikel memenuhi statistika Boltzmann)
7.3 Suatu sistem gas terdiri dari N molekul identik yang tidak berinteraksi dalam suatu
wadah bervolume V pada suhu T. Setiap molekul memiliki 4 kemungkinan keadaan
internal yakni satu keadaan dasar dan tiga keadaan tereksitasi yang memiliki besar
energi yang sama (terdegenerasi 3). Pada keadaan dasar energi internal molekul
adalah εint = 0, sementara pada keadaan eksitasi memiliki εint = ε1. Energi total untuk
r2
p
satu molekul dapat ditulis sebagai ε = + ε int
2m
a) Cari fungsi partisi sistem, Z!
b) Cari energi rata-rata untuk satu molekul gas, ε !
c) Cari kapasitas panas CV dan buat sketsa CV terhadap T!
Pada kondisi real yang lain, banyak dijumpai partikel-partikel dalam sistem akan
berinteraksi.
• Zat padat
• Gas klassik non-ideal
• Ferromagnetisme
ξ iα = xiα − xi(α0 )
setimbang
xi(α0)
xiα
Maka energi kinetik vibrasi:
1 N 3 1 N 3
∑ ∑ mi x&iα = ∑ ∑ miξ&iα
2 2
Ek =
2 i =1α =1 2 i =1α =1
∂V
Kalau dalam keseimbangan V minimum, maka =0.
∂xiα
∂ 2V
Kalau disingkat = Aiα , jγ dan abaikan suku-suku tinggi, maka:
∂xiα ∂x jγ
1
V = V0 + ∑ Aiα , jγ ξ iα ξ jγ
2 iα , jγ
Kinetik
Potensial
1 N 3 &2 1
H = V0 + ∑ ∑ miξ iα + ∑ Aiα , jγ ξ iα ξ jγ
2 i =1α =1 2 iα , jγ
Pada bagian potensial Æ atom saling berinteraksi, jadi tidak saling independen.
Energi total:
3N
E n1 ,n 2 ,n 3 ,....., n3 N = V0 + ∑ (nr + 1 )hω r
2
r =1
3N
dengan − Nη = V0 + 1 ∑ hω r Æ konstan tidak tergantung nr
2
r =1
Terlihat bahwa −Nη energi terkecil yang mungkin.
3N
Kita tahu bahwa 1 ∑ hω r adalah “energi titik nol”.
2
r =1
− β ( − Nη + n1hω1 + n 2 hω 2 + ......n3 N hω 3 N )
Z = ∑e
n1 , n 2 ,.....
⎛ ∞ ⎞⎛ ∞ ⎞ ⎛ ∞ ⎞
= e βNη ⎜ ∑ e − β ( n1hω1 ) ⎟⎜ ∑ e − β ( n2 hω 2 ) ⎟.....⎜ ∑ e − β ( n3 N hω3 N ) ⎟
⎜ n =0 ⎟⎜ n = 0 ⎟ ⎜ n =0 ⎟
⎝ 1 ⎠⎝ 2 ⎠ ⎝ 3N ⎠
⎛ ⎞⎛ ⎞ ⎛ ⎞
= e βNη ⎜⎜
1 1 1
⎟⎟⎜⎜ ⎟⎟.....⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 1 − e − βhω1 ⎠⎝ 1 − e − βhω 2 ⎠ ⎝ 1 − e − βhω 3 N ⎠
atau
3N
ln Z = βNη − ∑ ln(1 − e − βhω r )
r =1
Frekuensi mode normal yang mungkin ωr bernilai berdekatan, sehingga cukup
menguntungkan kalau didefinisikan besaran
σ(ω) dω ≡ jumlah mode normal dengan frekuensi angular antara ω dan ω + dω.
Seterusnya:
∞
ln Z = βNη − ∫ ln(1 − e − βhω )σ (ω )dω
0
Terlihat disini bahwa problem statistik sangat sederhana. Yang terlihat sulit adalah
transformasi Hamiltonian, yakni problem mekanika untuk mencari frekuensi mode
normal.
∞
e β hω
CV = k ∫ βhω
( β hω ) 2 σ (ω )dω
0
( e − 1) 2
⎧σ (ω ) untuk ω < ω D
σ D (ω ) = ⎨ D
⎩ 0 untuk ω > ω D
∫σ
0
D (ω )dω = ∫ σ c (ω )dω = 3 N
0
V
kalau dimasukkan σ c (ω )dω = 3 ω 2 dω , akan diperoleh:
2π c2 3
s
1
⎛ N⎞ 3
ω D = c s ⎜ 6π 2
⎟
⎝ V⎠
apabila dihitung secara numerik, didapat ωD ≈ 1014 det-1 (pada daerah inframerah).
∞
e β hω 3V
CV = k ∫ β hω
( β hω ) 2 ω 2 dω
0
(e − 1) 2
2π c s
2 3
dapat ditulis:
θD
CV = 3Nkf D ( )
T
3Nk
CV
Sekarang kita lihat apabila interaksi ini dimasukkan dalam perhitungan (gas klassik non-
ideal).
3
1
4
2
U = u1,2 + u1,3 + u1,4 ….+ u2,3 + u2,4 +…..+ uN-1, N
atau
N N N N
U= ∑ ∑ ujk = ½ ∑ ∑ ujk
j =1 k =1 j =1 k =1
j<k j ≠k
Secara umum hubungan antara energi potensial dan jarak terlihat pada gambar berikut:
u(R)
Ro R
(Pada limit gas ideal U → 0 atau pada suhu tinggi β→0 dengan mudah dilihat bahwa ZU
= VN).
Apabila kerapatan gas n tidak begitu besar, prosedur pendekatan secara sistematik untuk
mencari ZU dapat dilakukan.
sehingga:
β
ln ZU (β) = N ln V − ∫ U (β’) dβ’
0
U = ½ N(N−1) u ≈ ½ N2 u
u = ∫ e − βu ud 3 R
=−
∂
ln ∫ e − βu d 3 R
∫ ∂β
− βu 3
e d R
Integral dapat ditulis dalam bentuk:
⎛ I⎞
∫e d 3 R = ∫ [1 + (e − βu − 1)]d 3 R = V + I = V ⎜1 + ⎟
− βu
⎝ V⎠
dengan
∞
I(β) = ∫ (e − βu
− 1)d R = ∫ (e − βu − 1) 4πR2dR yang bernilai cukup kecil
3
Ingat kembali:
Pada gas ideal ZU = VN
N
Sehingga persamaan keadaan menjadi p = atau p V = NkT
βV
n = N/V
Tampak bahwa:
∞
B2(T) = −½ I = −2π ∫ (e − βu − 1) R2dR
0
Pada pendekatan suhu cukup tinggi e − βu ≈ 1 − βu, persamaan keadaan akan mendekati
persamaan gas Van der Waals:
a
( p + 2 )(v−b) = RT
v
(See complete proof in Reif page 424-427)
8.3. Ferromagnetisme
Ferromagnet :
Material yang masih memperlihatkan gejala magnetisme meskipun medan luar sudah
tidak ada.
Hamiltonian total:
H’ = H’o + H’′
dua dimensi. Untuk problem tiga dimensi, sampai saat ini belum ada solusi yang
memuaskan.
Tetapi beberapa pendekatan sederhana dapat dilakukan seperti dengan teori medan
molekular dari Pierre Weiss.
Pada model ini perhatian utama pada suatu atom tertentu j (sebut saja sebagai ‘atom
pusat’).
Ho
Dari hal ini, kita dapat menghitung spin rata-rata pada komponen z
dari atom tersebut:
S jz = SBs (η )
dengan
η = βgμo(Ho + Hm)
Pada persamaan S jz = SBs (η ) terlihat ada satu parameter Hm yang tidak diketahui.
Untuk penyelesaiannya digunakan cara konsistensi-diri (self-consistent) dengan
mengingat kedudukan atom-atom adalah setara (tidak ada atom pusat).
n
Supaya self-consistent maka persamaan 2 J ∑ S kz = gμ0 H m menjadi:
k =1
2J n S Bs(η) = gμoHm
Kita masukkan definisi η = βgμo(Ho + Hm) diperoleh:
kT ⎛ gμ H ⎞
Bs (η ) = ⎜η − o o ⎟
2nJS ⎝ kT ⎠
yang menentukan η dan juga Hm
y = Bs(η)
kT
η’ η
2nJS
gμo H o
kT
Kalau parameter medan molekular dapat ditentukan, maka momen magnetik total
juga dapat dicari:
M = gμo ∑ S jz = Ngμo S Bs(η)
j
Kalau medan luar Ho = 0, maka η = 0 merupakan salah satu solusi. sehingga Hm juga
tidak ada.
disini:
2nJS ( S + 1)
kTc ≡
3
T < Tc
Fisis??
Dimungkinan terjadi fenomena ferromagnetisme pada suhu di bawah Tc (temperatur
Curie).
Keadaan ferromagnet ini terjadi karena interaksi mutual antar spin sehingga keadaan spin
paralel memiliki energi paling rendah.
Sekarang kita lihat suseptibilitas magnetik untuk solid yang mengalami medan
magnet luar kecil di atas Tc.
Karena η kecil maka:
kT ⎛ gμ H ⎞
3 (S + 1)η = ⎜η − o o ⎟
1
2nJS ⎝ kT ⎠
Hukum Curie-Weiss berbeda dengan hukum Curie dengan adanya faktor Tc pada
penyebut.
Secara eksperimen, hukum Curie-Weiss ini terekam dengan baik di atas suhu Curie.
Namun tidak begitu tepat pada saat material menjadi ferromagnetik pada suhu Curie.
The attraction between the unlike poles of two iron bar magnets is a consequence of the
interaction of the magnetic moments of the atoms in each magnet with the field produced
by atoms in the other magnet. The bar magnet, or horseshoe magnet, has the property of
permanent magnetism and is an example of ferromagnetism.
Pada temperatur rendah, beberapa fenomena fisika yang menarik dapat diamati, seperti misalnya:
(1) Superkonduktivitas
(2) Superfluida (‘frictionless fluid’)
(3) High order magnetisme
(4) Transformasi fasa
→ Bidang LTP (Low temperature physics) merupakan bidang aktif pada riset saat ini.
Interaksi magnetik cukup penting untuk mempelajari materi pada suhu rendah. Hal ini bukan hanya
karena fenomena magnetisme teramati dengan baik, tetapi juga karena kerja magnetik dapat
menghasilkan temperatur rendah.
Æ dewar
Yakni konstruksi dinding isolator berganda, dengan vakum antara dua dinding. Biasanya dari glass,
metal atau keramik.
M.Hikam, Magnetisme dan suhu rendah 102
(Termos air panas, merupakan salah satu contoh dewar sederhana)
⎝ ∂x ⎠ (9.4)
(m)
dW r = dE r = - M r dH
M.Hikam, Magnetisme dan suhu rendah 103
∂ Er
jadi momen magnetik: Mr=- (9.5)
∂H
merupakan “gaya diperumum”.
Selanjutnya:
(m)
dW = - M dH (9.6)
Secara mekanik:
isolasi
Pendinginan magnetik:
S( T j , H f ) = S( T i , H i ) (9.9)
M.Hikam, Magnetisme dan suhu rendah 104
Hf
S( ) = S( H i )
Tf Ti (9.10)
Sehingga
Hf
= Hi
Tf Ti
atau
Tf H
= f
Ti Hi
T f Hm
= (9.11)
Ti Hi
⎛ ∂S ⎞ ⎛ ∂S ⎞
dS = ⎜ ⎟ dT + ⎜ ⎟ dH = 0 (9.12)
⎝ ∂T ⎠H ⎝ ∂H ⎠T
⎛ ∂S ⎞
⎜ ⎟
dT ⎛ ∂T ⎞ ⎝ ∂H ⎠T
atau =⎜ ⎟ =− (9.13)
dH ⎝ ∂H ⎠S ⎛ ∂S ⎞
⎜ ⎟
⎝ ∂T ⎠H
Soal Latihan:
Sebuah material terdiri dari n partikel independen dan dalam pengaruh medan magnet lemah H.
Setiap partikel dapat mempunyai momen magnet mμ sejajar medan magnet, dengan m=J,J-1,J-
2,….,-J+1,-J . Disini J merupakan bilangan bulat dan μ merupakan konstanta. Temperatur sistem
adalah T.
(a) Carilah fungsi partisi sistem
(b) Hitung magnetisasi rata-rata, M , dari material
(c) Untuk T yang besar, carilah ekspresi asimtotik M .