MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin 2
Disusun oleh:
Dosen Pengampu,
Fardin Hasibuan, ST., MT
Puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt., atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai tepat pada waktunya.
Tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Brake.”
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
kelebihannya. Tetap saja, itu rem tromol adalah rakitan yang rumit
dibandingkan dengan rem cakram.
Mobil balap, baik itu formula 1 atau off-road, membutuhkan rakitan rem
berkinerja tinggi. Kebutuhan ini dibenarkan oleh fakta bahwa kendaraan ini perlu
berkinerja pada kondisi yang ekstrem dan karenanya, komponen harus tahan lama
dan kuat. Oleh karena itu, sistem dirancang untuk tahan pada kinerja yang lebih
tinggi dan penyesuaian terhadap keselamatan standar yang ditetapkan oleh badan
pengatur keselamatan. Akibatnya, sistem rem harus menggunakan bahan yang
bermutu lebih tinggi dari mobil biasa dan kesesuaian kualitas bahkan lebih besar
dari yang biasanya diperlukan.
Rotor khusus diperkenalkan dalam sistem rem untuk mengurangi bobot
dan mencapai output yang dibutuhkan, dengan mengorbankan antara keduanya
kinerja dan nilai ekonomis sistem. Mereka memberikan manfaat ukuran sesuai
spesifikasi desainer terhadap rotor OEM, yang membatasi ruang lingkup
perancang dari ukuran disk. Desain rotor rem berkaitan dengan mengembangkan
cakram yang mampu menahan torsi pengereman, gaya penjepitan tinggi, keausan
tinggi, dan suhu ekstrem.
Rotor tipe cakram sangat efisien dalam hal menghilangkan panas. Gesekan
tersebut menghasilkan panas yang sangat besar, yang mana meningkatkan suhu
disk itu sendiri bersama dengan bantalan kaliper. Kenaikan suhu tidak diinginkan
karena dapat menyebabkan pemanasan pada material cakram. Dampak buruk
lainnya dari suhu adalah pemanasan minyak rem, yang penting untuk dicegah.
Sebuah disk memiliki area kontak yang lebih besar dengan sekitarnya. Itu juga
dilengkapi dengan baling-baling atau lubang untuk meningkatkan turbulensi di
sepanjang medium disekitarnya. Peningkatan turbulensi ini menyebabkan
peningkatan perpindahan panas koefisien, yang pada gilirannya membantu
mendinginkan disk lebih cepat. Dengan cara ini, rotor tipe cakram memiliki
keunggulan termal yang lebih baik disipasi melalui pengaturan tipe drum.
3
1.3 Tujuan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang disampaikan di
atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yang terdiri atas:
1. Menjelaskan tentang pertimbangan dalam mendesain cakram rem
2. Menjelaskan tentang memilih bahan cakram rem
3. Menjelaskan tentang menghitung jarak pengereman
4. Menjelaskan tentang menghitung heat flux
5. Menjelaskan menganalisa stres termal dan mekanik
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis sendiri diharapkan agar dapat menambah ilmu serta wawasan
yang lebih luas lagi, sehingga dapat dijadikan masukan dalam melihat
perbedaan ilmu teori dengan praktik di lapangan.
2. Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi atau pembanding untuk
penulisan selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Temperature
45 min per 1/2 Inch thickness
975 ˚C
Oil Quenching
2 Hours
250 ˚C
Air Cooling
Time
Gambar-2.1 Siklus perlakuan panas untuk rem cakram.
Beberapa contoh material lain yang dipakai dalam pembuatan cakram rem:
A. Grey Cast Iron
Besi cor kelabu (GCI) adalah bahan cakram rem otomotif yang populer
karena titik lelehnya yang tinggi serta kemampuan penyimpanan dan redaman
panas yang sangat baik. GCI juga menarik karena kemampuan pengecoran dan
kemampuan mesinnya yang baik, dikombinasikan dengan efektivitas biayanya.
Meskipun beberapa paduan ringan telah dieksplorasi sebagai alternatif dalam
upaya untuk mencapai pengurangan berat, penggunaannya secara luas dibatasi
oleh titik leleh yang rendah dan biaya inheren yang tinggi. Oleh karena itu, GCI
masih menjadi material pilihan untuk rem cakram karena performanya yang kokoh.
Namun, ketahanan terhadap korosi yang buruk dan keausan material
cakram rem yang berlebihan selama servis tetap menjadi perhatian, dan hal ini
menyebabkan emisi rem dalam bentuk debu dan partikel yang berdampak buruk
pada kesehatan manusia. Dengan semakin ketatnya standar emisi gas buang, maka
penting untuk mengatasi masalah keausan cakram rem tanpa mengurangi kinerja
pengereman material. Perlakuan permukaan cakram rem GCI dalam bentuk
lapisan yang sesuai merupakan solusi yang menjanjikan untuk masalah ini.
Makalah ini mengulas berbagai teknologi dan bahan pelapis yang telah digunakan
secara tradisional dan mengkaji prospek beberapa teknologi semprotan termal
yang muncul, serta implikasi industri dari penerapannya untuk aplikasi cakram
rem.
Tabel-2.1 Sifat-sifat Besi Cor Kelabu
Property Value Units (SI)
Shear Modulus 50000 N/mm²
Mass density 7200 Kg/m³
Tensile strength 151.658 N/mm²
Compressive strength 572.165 N/mm²
Yield strength N/mm²
Thermal expansion coefficient 1.2e0.5 /K
Thermal conductivity 45 W/(M.K)
9
B. Copper
Tembaga memberikan pengalaman pengereman yang mulus, memindahkan
panas secara efisien, dan membantu efektivitas rem dalam cuaca dingin. Tembaga
juga memiliki khasiat yang membantu mencegah rem berdecit dan bergetar saat
digunakan. Saat ini, kualitas tembaga yang unik akan membuat sulit untuk ditiru
dengan bahan lain.
Alasan utama penggunaan tembaga adalah untuk meningkatkan
konduktivitas termal dan menghilangkan pemudaran termal pada bantalan rem.
Tabel-2.2 Sifat-sifat Tembaga
Property Value Units (SI)
Poisson’s ratio 0.37 N/A
Shear Modulus 40000 N/mm²
Mass density 8900 Kg/m³
Tensile strength 394.38 N/mm²
Compressive strength N/mm²
Yield strength 258.646 N/mm²
Thermal expansion coefficient 1.2e0.5 /K
Thermal conductivity 390 W/(M.K)
Specific heat 390 J/(kg.K)
C. Brass
Penambahan partikel kuningan dalam formulasi material bantalan rem
mempengaruhi sifat termal secara menguntungkan. Komposit matriks organik
yang memiliki lebih banyak kuningan dalam formulasinya dapat menghilangkan
lebih banyak panas yang dihasilkan oleh gesekan sehingga menghasilkan
ketahanan pudar yang lebih tinggi.
Tabel-2.3 Sifat-sifat Kuningan
Property Value Units (SI)
10
D. Ductile Iron
Tabel-2.3 Sifat-sifat Besi Ulet
Property Value Units (SI)
Poisson’s ratio 0.31 N/A
Shear Modulus 77000 N/mm²
Mass density 7100 Kg/m³
Tensile strength 861.695 N/mm²
Compressive strength N/mm²
Yield strength 551.485 N/mm²
Thermal expansion coefficient 1.8e0.5 /K
Thermal conductivity 75 W/(M.K)
Specific heat 450 J/(kg.K)
E. Silicon
Komposit karbon/silikon-karbida atau karbon/karbon-silikon-karbida yang
umumnya dihasilkan dari komposit karbon/karbon yang diresapi silikon cair
melalui proses infiltrasi silikon cair (LSI). Dalam karya ini, material gesekan
komposit matriks keramik baru untuk cakram rem dikembangkan yang
menggabungkan ketangguhan patah yang tinggi dengan ketahanan oksidasi dan
abrasi yang baik, konduktivitas termal yang baik, dan karakteristik gesekan yang
11
F. Magnesium Alloy
Invensi ini berhubungan dengan cakram rem paduan magnesium, dan
khususnya berhubungan dengan bahan komposit dasar magnesium yang diperkuat
serat karbon untuk cakram rem dan metode pembuatan bahan komposit tersebut.
Bahan komposit dasar magnesium yang diperkuat serat karbon untuk cakram rem
dibuat dengan mengambil paduan dasar magnesium seri magnesium-aluminium-
seng-mangan sebagai matriks dan serat karbon skala mikro-nano sebagai fase
penguat matriks paduan magnesium, dan membawa keluar metode pencetakan
sintesis-kompresi leleh. Dibandingkan dengan penemuan sebelumnya, melalui
penguatan serat karbon, ketahanan lelah dan ketahanan aus dari bahan paduan
dasar magnesium ditingkatkan, dan bahan tersebut memiliki faktor gesekan yang
tinggi, efek pengereman yang baik dan masa pakai yang lama serta dapat
diaplikasikan pada rem cakram berbagai kendaraan bermotor.
Tabel-2.5 Sifat-sifat Paduan Magnesium
12
G. Steel
Baja memiliki ketahanan korosi yang baik dan dapat dikeraskan untuk
mendapatkan ketahanan aus yang baik yang diperlukan untuk rem cakram.
Tabel-2.6 Sifat-sifat Baja
Property Value Units (SI)
Poisson’s ratio 0.28 N/A
Shear Modulus 79000 N/mm²
Mass density 7700 Kg/m³
Tensile strength 723.8256 N/mm²
Compressive strength N/mm²
Yield strength 620.422 N/mm²
Thermal expansion coefficient 1.3e0.5 /K
Thermal conductivity 50 W/(M.K)
Specific heat 460 J/(kg.K)
4
BAB III
PEMBAHASAN
Fc = Fd * M.L * H.L * 2
Dimana:
Fc : Kekuatan penjepitan total
Fd : Gaya yang diberikan oleh pengemudi
M.L : Pengungkit mekanis
H.L : Pengungkit hidrolik
g : Gravitasi
Area = Vtr * tr
Area = Vtr * ts
2
Time
tr ts
Gambar-3.1 Jarak berhenti dan jangka waktu yang disederhanakan
Dimana:
Vtr : Kecepatan awal kendaraan
tr : Waktu reaksi pengemudi
ta : Waktu penerapan sistem rem
ts : Waktu pengereman
a : Perlambatan
Sekarang,
16
Vtr : 40 km/hr
tr : 1 Sec
ta : 0.25 Sec
ts : 0.3 Sec
a : μ * g = 0.7 * 9.81
Oleh karena itu,
11.11²
������ = 11.11 +
2 ∗ 6.867
������ = 20.097 m
ts Vtr
Totalwaktu = tr + ta + 2
+ 2 ∗ amax
A. Perhitungan Heat fluks untuk rotor rem cakram Stainless Steel 410 ketebalan
1.5 mm :
B. Perhitungan Heat fluks untuk rotor rem cakram Stainless Steel 410 ketebalan
2 mm :
C. Perhitungan Heat fluks untuk rotor rem cakram Stainless Steel 410 ketebalan
3 mm :
5
21
Tabel-3.4 Gambar suhu maksimum yang dicatat untuk setiap desain cakram rem
selama analisis termal transien.
Maximum Temperature Under Heavy Braking (˚C)
Design Stainless Steel 410
1 199
2 160
3 164
4 166
5 194
6 178
cakram rem yang bekerja pada bidang kontak bantalan rem, yaitu pada kedua sisi
cakram. Hasil studi termal telah diterapkan, hasilnya diambil dari jangka waktu
tiga detik (panas maksimum yang dihasilkan). Cakram tersebut disambung dalam
bentuk tiga dimensi, hingga menjadi jaring halus. Hal ini memungkinkan analisis
yang lebih akurat terhadap area tegangan dan regangan.
Tabel-3.5 Gambar hasil tegangan mekanis terbesar dan terkecil untuk keenam
desain.
Design Stainless Steel 410
1
3
23
Tabel-3.4 Hasil Stres Mekanik (Von Mises) untuk semua desain cakram rem.
Maximum Temperature Under Heavy Braking (˚C)
Design Stainless Steel 410
1 878
2 425
3 675
4 773
5 895
6 824
24
DAFTAR PUSTAKA