Disusun oleh :
1
Topik : Kekerasan seksual pada remaja
A. LATAR BELAKANG
2
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
C. SASARAN
Remaja kelas VI SD
D. GARIS BESAR MATERI
1. Definisi kekerasan seksual pada anak remaja
2. Bentuk-bentuk kekerasan seksual.
3. Faktor pendukung terjadinya kekerasan seksual.
4. Dampak kekerasan seksual pada anak remaja.
5. Penanggulangan dan pencegahan kekerasan seksual pada anak
remaja.
E. PELAKSANAAN KEGIATAN
3
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 10 menit Pembukaan - Menyampaikan salam
- Perkenalan diri
- Menjelaskan tujuan
- Apersepsi
2 15 menit Pelaksanaan - Menjelaskan dan
menguraikan materi
- Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya
- Menjawab pertanyaan
peserta yang belum jelas
3 10 menit Evaluasi - Feedback
- Memberikan reward
4 5 menit Terminasi - Menyimpulkan hasil
peyuluhan
- Mengakhiri kegiatan
(salam)
F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
G. MEDIA
1. Leaflat
2. Vidio
H. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
1. Moderator : Stevani Oktavia Ratu
2. Penyaji : Muhammad sidqi taslim
3. Notulen : Ni Luh putu wulandari,patria izawati
4. Observer : Denisya,kadek mega mutiara,hardiana sabariah,raodatul jannah
4
I. SETTING TEMPAT
P M
a a N
a a
a a a
Keterangan:
P : penyaji
M : moderator
N : notulen
O : observer
a : audience
J. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap
digunakan. Media yang akan digunakan adalah leaflet dan vidio.
b. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah siap dipakai. Alat yang dipakai yaitu
leaflet.
c. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dalam bentuk
makalah dan akan disajikan dalam bentuk leaflet untuk mempermudah
penyampaian.
5
d. Undangan atau Peserta
Dalam penyuluhan ini yang diundang yakni remaja.
2. Proses Penyuluhan
a. Kehadiran 80% dari seluruh undangan
b. 60% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
c. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan
peserta.
d. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan.
e. 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.
3. Hasil penyuluhan
a. Jangka Pendek
60% dari peserta Mampu Menjelaskan Definisi kekerasan
seksual pada anak remaja
60% dari peserta Mampu Menjelaskan bentuk-bentuk kekerasan
seksual.
60% dari peserta Mampu Menjelaskan faktor pendukung terjadinya
kekerasan seksual
60% peserta Mampu menjelaskan dampak kekerasan seksual pada
anak remaja
60% dari peserta Mampu Menjelaskan penanggulangan dan
pencegahan kekerasan seksual
b. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai pentingnya bahaya kekerasan
seksual.
6
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi Kekerasan Seksual Pada Anak Remaja.
Menurut UNESCO (2019), kekerasan seksual adalah segala macam
bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal
seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh
orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negative,
seperti malu, marah, benci, tersinggung, dan sebagainya pada diri
individu yang menjadi korban pelecehan tersebut. Rentang
pelecehan seksual ini sangat luas, yakni meliputi: main mata,
siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau gender, humor porno,
cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu,
gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan
berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan
hubungan seksual hingga perkosaan.
Kekerasan seksual pada remaja merupakan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang dalam konteks seksual yang dialami oleh
seorang remaja. Remaja sangat retan mengalami kekerasan seksual,
karena pada masa ini, merupakan masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa. Menurut WHO(2014), usia anak berkisar
antara 0-18 tahun. Sedangkan batasan usia remaja antara 10-24
tahun (IPPF, 2014).
B. Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual Pada Remaja
1) Perkosaan
Perkosaan adalah serangan yang diarahkan pada bagian seksual dan
7
seksualitas seseorang dengan menggunakan organ seksual (penis) ke
organ seksual (vagina), anus atau mulut, atau dengan menggunakan
bagian tubuh lainnya yang bukan organ seksual atau pun benda-
benda lainnya. Serangan itu dilakukan dengan kekerasan, dengan
ancaman kekerasan ataupun dengan pemaksaan sehingga
mengakibatkan rasa takut akan kekerasan, dibawah paksaan,
penahanan, tekanan psikologis atau penyalahgunaan kekuasaan atau
dengan mengambil kesempatan dari lingkungan yang koersif, atau
serangan atas seseorang yang tidak mampu memberikan
persetujuan yang sesungguhnya.
2) Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual
Perdagangan perempuan adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau
manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam
negara maupun antar negara, untuk tujuan prostitusi ataupun
eksploitasi seksual lainnya.
3) Pelecehan seksual
Merujuk pada tindakan bernuansa seksual yang disampaikan melalui
kontak fisik maupun non fisik yang menyasar pada bagian tubuh
seksual atau seksualitas seseorang, termasuk dengan menggunakan
siulan, main mata, komentar atau ucapan bernuansa seksual,
mempertunjukan materi-materi pornografi dan keinginan seksual,
colekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang
bersifat seksual sehingga mengakibatkan rasa tidak
nyaman, tersinggung merasa direndahkan martabatnya, dan
mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan.
4) Penyiksaan seksual
8
Penyiksaan seksual adalah perbuatan yang secara khusus menyerang
organ dan seksualitas perempuan yang dilakukan dengan sengaja,
sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik
jasmani, rohani maupun seksual, pada seseorang untuk memperoleh
pengakuan atau keterangan darinya, atau dari orang ketiga, dengan
menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah atau diduga telah
dilakukan olehnya ataupun oleh orang ketiga, untuk mengancam atau
memaksanya atau orang ketiga, dan untuk suatu alasan yang
didasarkan pada diskriminasi atas alasan apapun, apabila rasa
sakit dan penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan
dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan pejabat publik.
5) Eksploitasi seksual
Merujuk pada aksi atau percobaan penyalahgunaan kekuatan yang
berbeda atau kepercayaan, untuk tujuan seksual tapi tidak
terbatas pada memperoleh keuntungan dalam bentuk uang, sosial
maupun politik dari eksploitasi seksual terhadap orang lain.
Termasuk di dalamnya adalah tindakan mengiming-imingi perkawinan
untuk memperoleh layanan seksual dari perempuan, yang kerap
disebut oleh lembaga pengada layanan bagi perempuan korban
kekerasan sebagai kasus “ingkar janji”. Iming-iming ini
menggunakan cara pikir dalam masyarakat yang mengaitkan posisi
perempuan dengan status perkawinannya sehingga perempuan merasa
tidak memiliki daya tawar, kecuali dengan mengikuti kehendak
pelaku, agar ia dinikahi.
6) Perbudakan seksual
Perbudakan seksual adalah sebuah tindakan penggunaan sebagian
atau segenap kekuasaan yang melekat pada “hak kepemilikan”
terhadap seseorang, termasuk akses seksual melalui pemerkosaan
atau bentuk-bentuk lain kekerasan seksual.Perbudakan seksual juga
mencakup situasi-situasi dimana perempuan dewasa dan anak-anak
dipaksa untuk menikah, memberikan pelayanan rumah tangga atau
9
bentuk kerja paksa yang pada akhirnya melibatkan kegiatan seksual
paksa termasuk perkosaan oleh penyekapnya.
7) Intimidasi/ serangan bernuansa seksual
Itimidasi bernuansa seksual adalah tindakan yang menyerang
seksualitas untuk menimbulkan rasa takut atau penderitaan psikis
pada perempuan. Serangan dan intimidasi seksual disampaikan
secara langsung maupun tidak langsung melalui surat, sms, email,
dan lain-lain.
8) Kontrol seksual
Kotrol seksual termasuk pemaksaan busana dan kriminalisasi
perempuan lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan
agama mencakup berbagai tindak kekerasan secara langsung maupun
tidak langsung, dan tidak hanya melalui kontak fisik, yang
dilakukan untuk mengancam atau memaksakan perempuan mengenakan
busana tertentu atau dinyatakan melanggar hukum karena cara ia
berbusana atau berelasi sosial dengan lawan jenisnya. Termasuk di
dalamnya adalah kekerasan yang timbul akibat aturan tentang
pornografi yang melandaskan diri lebih pada persoalan moralitas
daripada kekerasan seksual.
9) Pemaksaan abors
Pemaksaan aborsi adalah pengguguran kandungan yang dilakukan
karena adanya tekanan, ancaman, maupun paksaan dari pihak lain.
10) Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual
Penguhukuman tidak manusia dan bernuansa seksual adalah cara
menghukum yang menyebabkan penderitaan, kesakitan, ketakutan,
atau rasa malu yang luar biasa yang tidak bisa tidak termasuk
dalam penyiksaan. Termasuk dalam penghukuman tidak manusiawi
adalah hukuman cambuk dan hukuman-hukuman yang merendahkan
martabat manusia yang ditujukan bagi mereka yang dituduh
melanggar norma-norma kesusilaan.
11) Pemaksaan perkawinan
10
Pemaksaan perkawinan adalah situasi dimana perempuan terikat
perkawinan di luar kehendaknya sendiri, termasuk di dalamnya
situasi dimana perempuan merasa tidak memiliki pilihan lain
kecuali mengikuti kehendak orang tuanya agar ia menikah,
sekalipun bukan dengan orang yang ia inginkan atau dengan orang
yang tidak ia kenali, untuk tujuan mengurangi beban ekonomi
keluarga maupun tujuan lainnya
C. Faktor pendukung terjadinya kekerasan seksual.
a. Lhgtkr Cnternhi
Dalam hal ini anak mengalami cacat mental atau mengalami
suatu penyakit disfungsi penginderaan yang menyebabkan anak
menjadi gampang untuk dilecehkan.
b. Lhgtkr Egsternhi
1. Berupa faktor lingkungan, usia anak, dan keluarga.
11
6. Rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku.
1. Dampak Fisik
Dampak fisik dari perlakuan kekerasan seksual pada remaja
merupakan hal yang sepele dan mudah dilihat.Jika kita melihat
telah terjadi kerusakan fisik, baik luka-luka, memar, atau
mutilasi, lebih mudah bagi kita untuk memperhatikan luka- luka
tersebut dan mengambil tindakan medis yang diperlukan.
(Purnianti, 2003).
Berapapun, dalam kasus kekerasan seksual memang sering kali
terjadi kekerasan fisik, dari yang sepele hingga yang parah.
Saat penis seorang pria dewasa dipaksakan masuk ke dalam
vagina, atau mulut, atau anus seorang anak (pada umumnya
wanita), anak tersebut mungkin akan mengalami perobekan
keperawanan, pendarahan, serta bekas luka yang permanen.
Pengalaman hubungan oral seks yang dilakukan secara paksa
dapat mengembangkan respons penolakan spontan dari seorang
anak. Dalam banyak kasus, luka-luka fisik akibat kekerasan
seksual sering kali tersembunyi karena organ kelamin yang
terluka tersebut pada tempat- tempat yang tertutup/
2. Dampak Psikologis
12
2003)
Depresi merupakan dampak psikologis yang sering dialami
oleh remaja yang mengalami kekerasan. (Heise et al, 1999 : 262
— 280 ), Koss (1990). Gejala yang timbul dari depresi
bermacam-macam. Menurut Sartorius (1990) dan Marsela (1995)
dalam Fishbach (1997: 1169) menyebutkan bahwa tanda-tanda orang
mengalami depresi meliputi kesedihan, kecemasan, lemah,
menurunnya kesenangan, menurunnya konsentrasi, merasa tidak
berharga dan adanya ide untuk melakukan bunuh diri.
3. Dampak Sosial
13
(Deklarasi Hak-Hak Anak). Kemudian instrumen internasional dalam
perlindungan anak yang termasuk dalam instrumen HAM yang diakui oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah UN Rules for The Protection of
JuνenilesDespriνed of Their Liberty, UN Standard MinimumRules for Non-
Custodial Measures (Tokyo Rules), UN Guidelines for The Preνention of
Juνenile Delinquency (The Riyadh Guidelines).
15
kapan mempunyai anak.
9. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan, Setiap
individu mempunyai hak atas informasi, keterjangkauan,
pilihan, keamanan, kerahasiaan, kepercayaan, harga
diri, kenyamanan, dan kesinambungan pelayanan.
10. Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu
pengetahuan Setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi dengan
teknologi mutakhir yang aman dan dapat diterima.
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam
politik Setiap individu mempunyai hak untuk mendesak
pemerintah agar memprioritaskan kebijakan yang
berkaitan dengan hak-hak kesehatan seksual dan
reproduksi.
12. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk
Termasuk hak-hak perlindungan anak dari eksploitasi
dan penganiayaan seksual.Setiap individu mempunyai hak
untuk dilindungi dari perkosaan, kekerasan,
penyiksaan, dan pelecehan seksual.
F. Pencegahan
16
masyarakat untuk melaporkan kejadian kekerasan seksual yang
terjadi pada keluarganya Dengan demikian kesadaran masyarakat
untuk berani melaporkan kejadian tersebut merupakan lampu
hijau bagi promosi kesehatan artinya masyarakat dapat berperan
serta dalam program prevensi dini.
Masyarakat bersama pemerintah (Depkes dan Diknas) merancang
strategi untuk mereduksi faktor risiko dan memperkuat faktor
perlindungan.Meskipun pengetahuan ilmiah tentang efektivitas
beberapa strategi berasal dari negara berpenghasilan tinggi,
pemahaman bagaimana intervensi bertentangan dengan penyebab dan
faktor risiko dapat membantu dalam merancang intervensi untuk
negara berpenghasilan rendah dan negara berpenghasilan menengah
(WHO, 2006).
17
Referensi
http://eprints.undip.ac.id/46263/3/
Etna_Irianti_Putri_22010111110154_Lap.KTI_B
ab2.pdf[diakses 23 Februari 2020].
http://www.psikologmalang.com/2013/03/bentuk-bentuk-
kekerasan.html[diakses 2
18
Februari 2020].
19