Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM


MENGHADAPI PERMASALAHAN KASUS KEKERASAN TERHADAP P
EREMPUAN DAN ANAK DI DESA PAYUNGSARI

Oleh :
Jian heryanto (E2214401042)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kekerasan Pada Anak dan Perempuan


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian kekerasan pada anak dan perempuan
2. Penyebab kekerasan pada anak dan perempuan
3. Bentuk – bentuk Kekerasan pada Anak dan Perempuan
4. Tanda dan gejala atau alasan kekerasan pada anak dan
perempuan
5. Dampak Kekerasan pada Anak dan Perempuan
6. Cara penanganan kekerasan pada anak dan perempuan
7. Kontribusi tenaga Kesehatan terhadap kekerasan pada
anak dan perempuan

Sasaran : Para Ibu – ibu dan Remaja Putri Desa Payungsari


Hari/tanggal : Senin, 26 Juni 2023
Tempat : Ruang Aula Desa Payungsari
Waktu : 60 menit
Penyuluh : Adisti Sa’diyah
Alisya Julieta Freestya Karyana
Erina Nurmuslimawati Mansyur
Muhammad Iqbal Fajar Setiawan

A. Analisis Situasi
1. Latar Belakang
Kekerasan sering terjadi di masa sekarang menjadi perhatian semu
a negara. Kekerasan terhadap anak dan perempuan secara klinis didefinisi
kan sebagai perilaku yang dilakukan seseorang kepada orang lain yang m
enyebabkan kerugian fisik dan mental. mental. Negara-negara paling keja
m di dunia adalah negaranegara miskin dan berkembang, terutama Afrika
dan India. Pada tahun 1993, Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi A
nti Kekerasan terhadap Perempuan yang dirumuskan oleh Komisi Status
Perempuan pada tahun 1992. Tingginya angka kekerasan terhadap peremp
uan dan anak menuntut pemerintah untuk merespon dalam hal melindungi
perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan.
PBB, dimana dalam pasal 1 disebutkan bahwa, kekerasan terhadap
perempuan, mencakup setiap perbuatan kekerasan atas dasar perbedaan ke
lamin, yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan kerugian atau pend
eritaan terhadap perempuan baik fisik, seksual maupun psikis, termasuk a
ncaman kekuatan tersebut, paksaan dan perampasan kemerdekaan secara s
ewenang wenang, baik yang terjadi dalam kehidupan yang bersifat publik
maupun privat. Secara jelas pengertian kekerasan ini kemudian dapat dilih
at dalam konvensi tentang penyiksaan dan perlakuan kejam, tak berperike
manusiaan dan merendahkan. Di Indonesia, kekerasan terhadap anak dan
perempuan merupakan masalah yang mengkhawatirkan. Padahal, peremp
uan dan anak harus dilindungi oleh seluruh anggota masyarakat karena ter
golong orang yang lebih lemah dan sering menjadi korban kekerasan.
Berbicara mengenai perlindungan dan hak anak, bangsa Indonesia
sendiri sebenarnya telah menaruh perhatian khusus terhadap anak sejak ta
hun 1945 dalam Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal
28B ayat 2, yang mengamanatkan bahwa setiap anak memiliki hak untuk
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari keker
asan dan diskriminasi.

Peningkatan kesejahteraan sosial merupakan salah satu indikator k


eberhasilan pembangunan suatu daerah yang artinya permasalahan-perma
salahan sosial yang ada di masyarakat dapat tertangani dengan baik. Nam
un permasalahan sosial yang lebih bersifat personal terkadang diabaikan o
leh pemerintah daerah padahal hal tersebut sangatlah penting karena meny
angkut harkat dan martabat seseorang. Dalam perkembangannya persoala
n kekerasan tidaklah bersifat personal dan berdiri sendiri, melainkan meru
pakan masalah sosial yang mempunyai banyak aspek dan faktor yang mel
ingkupinya. Permasalahan sosial mengenai anak-anak yang menjadi korba
n kekerasan seakan tertutupi dari publik karena masih minimnya kepeduli
an dan rendahnya pengetahuan tentang kekerasan. Dalam Undang-Undan
g No. 35 tahun 2014 sebagai perubahan undang-undang sebelumnya tenta
ng Perlindungan Anak menyebutkan secara jelas bahwa perlindungan Ana
k adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-h
aknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara o
ptimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat pe
rlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Melihat hal tersebut maka seb
agai golongan rentan seharusnya anak-anak lebih dilindungi di dalam mas
yarakat namun yang terjadi mereka dijadikan korban produktif bagi para p
elaku penyimpangan seksual yang biasanya dilakukan oleh orang-orang di
sekitaran korban karena peluangnya sangat tinggi.
Perlakuan kekerasan dalam rumah tangga dapat menyebabkan trau
ma. Korban kekerasan dalam rumah tangga dapat mengalami trauma fisik,
psikologis (mental) dan psikososial antara lain: 10 a. fisik berupa luka fisi
k, kerusakan saraf, pingsan, cacat permanen, gugur kandungan, kehamilan,
gangguan organ reproduksi (infeksi), penyakit kelamin dan kematian. b.
psikologis/mental berupa kehilangan nafsu makan, gangguan tidur (insom
nia, mimpi buruk), cemas, takut, tidak percaya diri, hilang inisiatif/tidak b
erdaya, tidak percaya dengan apa yang terjadi, mudah curiga/paranoid, ke
hilangan akal sehat, depresi berat. Seringkali akibat dari tindakan kekeras
an dalam rumah tangga tidak hanya menimpa korban secara langsung, teta
pi juga anggota lain dalam rumah tangga secara tidak langsung.
B. Diagnosa Keperawatan
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu – ibu dan remaja putri sasaran
terhadap penanganan kekerasan pada anak dan perempuan.

C. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu – ibu dan remaja putri di
Desa Payungsari mampu mengatasi cara penanganan kekerasan pada anak
dan perempuan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Ibu – ibu dan remaja putri mengetahui pengertian kekerasan pada
anak dan perempuan
b. Ibu – ibu dan remaja putri mengetahui penyebab kekerasan pada anak
dan perempuan
c. Ibu – ibu dan remaja putri mengetahui bentuk – bentuk kekerasan
pada anak dan perempuan
d. Ibu – ibu dan remaja putri mengetahui tanda dan gejala kekerasan
pada anak dan perempuan
e. Ibu – ibu dan remaja putri mengetahui dampak kekerasan pada anak
dan perempuan
f. Ibu – ibu dan remaja putri mengetahui cara penanganan kekerasan
pada anak dan perempuan
g. Ibu – ibu dan remaja putri mengetahui kontribusi tenaga Kesehatan
terhadap kekerasan pada anak dan perempuan
D. Materi
1. Pengertian kekerasan pada anak dan perempuan
2. Penyebab kekerasan pada anak dan perempuan
3. Bentuk – bentuk Kekerasan pada Anak dan Perempuan
4. Tanda dan gejala atau alasan kekerasan pada anak dan perempuan
5. Dampak Kekerasan pada Anak dan Perempuan
6. Cara penanganan kekerasan pada anak dan perempuan
7. Kontribusi tenaga Kesehatan terhadap kekerasan pada anak dan
perempuan

E. Media
1. Leafleat
2. Laptop
3. Proyektor (Power point)
F. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi Tanya Jawab
G. Kegiatan penyuluhan

No Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan audien Waktu Media


1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 5 menit
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Kontrak waktu dan
4. Menjelaskan tujuan mendengarkan
3. Memperhatikan
dan
mendengarkan

2 Pembahasan 1. Menjelaskan pengertian 1. Memperhatikan 30 Leaflet


kekerasan pada anak dan menit dan
dan perempuan mendengarkan Power
2. Menjelaskan penyebab 2. Memperhatikan point
kekerasan pada anak dan
dan perempuan mendengarkan
3. Menjelaskan bentuk - 3. Memperhatikan
bentuk kekerasan pada dan
anak dan perempuan mendengarkan
4. Menjelaskan tanda dan 4. Memperhatikan
gejala kekerasan pada dan
anak dan perempuan mendengarkan

5. Menjelaskan dampak
kekerasan pada anak
dan perempuan
6. Menjelaskan
cara penanganan
kekerasan pada anak
dan perempuan
7. Menjelaskan kontribusi
tenaga Kesehatan
terhadap kekerasan
pada anak dan
perempuan

3 Diskusi 1. Mempersilahkan audien 1. Bertanya 20 Leaflet


untuk bertanya 2. Memperhatikan menit dan
2. Memberikan dan mendengarkan Power
kesimpulan point
4 Penutup Salam penutup Menjawab salam 5 menit

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. Sasaran hadir di tempat penyuluhan sesuai waktu yang dijadwalkan
b. Penyelenggaraan dilaksanakan di Aula Desa Payungsari
c. Ruang kondusif untuk kegiatan
d. Peralatan memadai dan berfungsi
e. SDM memadai
2. Evaluasi Proses
a. Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan yang diberikan
b. Tidak ada sasaran yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai ac
ara berakhir
c. Sasaran mengajukan pertanyaan dan dapat menyimpulkan hasil peny
uluhan
3. Evaluasi Hasil
Kegiatan penyuluhan berlangsung pada hari Senin 05 Juni 2023 di
Aula Desa Payungsari. Kegiatan ini adalah Penyuluhan kesehatan yang
bertemakan “Kekerasan pada anak dan perempuan” dengan responden k
urang lebih sejumlah 30 orang. Para ibu – ibu dan remaja putri Desa Pa
yungsari dapat bertambah ilmu pengetahuannya dan dapat mempraktek
an untuk kehidupan sehari-hari baik disekolah maupun di rumah terlihat
pada ibu – ibu dan remaja putri Desa Payungsari yang semangat dan ant
usias dalam memberikan pertanyaan pada saat penyuluhan berlangsung.

Materi Penyuluhan
A. Pengertian Kekerasan
Menurut pasal 89 KUHP melakukan kekerasan adalah
mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara yang
tidak sah misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam
senjata, menepak, menendang dsb.
Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah.
Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah
penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan
terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat
yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan
memar/trauma,kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau
perampasan hak.
Awal mulanya istilah tindak kekerasan pada anak atau child abuse
dan neglect dikenal dari dunia kedokteran.
Sekitar tahun 1946, Caffey-seorang radiologist melaporkan kasus
cedera yang berupa gejala-gejala klinik seperti patah tulang panjang yang
majemuk (multiple fractures) pada anak-anak atau bayi disertai
pendarahan subdural tanpa mengetahui sebabnya (unrecognized trauma).
Dalam dunia kedokteran, istilah ini dikenal dengan istilah Caffey
Syndrome (Ranuh, 1999).
Barker (dalam Huraerah, 2007) mendefinisikan child abuse
merupakan tindakan melukai berulang-ulang secara fisik dan emosional
terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan hasrat, hukuman
badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen atau
kekerasan seksual.

B. Penyebab Kekerasan Pada Anak dan Perempuan


1. Penyebab Kekerasan pada Perempuan (KDRT)
a. Perselisihan tentang ekonomi.
b. Cemburu pada pasangan.
c. Pasangan mempunyai selingkuhan.
d. Adanya problema seksual (misalnya: impotensi, frigid,
hiperseks).
e. Pengaruh kebiasaan minum alkohol, drugs abusedInfeksi virus,
infeksi virus merupakan penyebab demam terbanyak, virusini
menyebabkan banyak penyakit seperti pilek, batuk, flu, diare, dll.
f. Permasalahan dengan anak.
g. Kehilangan pekerjaan/PHK/menganggur/belum mempunyai
pekerjaan.
h. Istri ingin melanjutkan studi/ingin bekerja.
i. Kehamilan tidak diinginkan atau infertilitas.
2. Gelles Richard.J (1982) mengemukakan bahwa kekerasan
terhadap anak (child abuse) terjadi akibat kombinasi dari
berbagai faktor, yaitu:
a. Pewarisan Kekerasan Antar Generasi (intergenerational
transmission of violance)
Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari orangtuanya
dan ketika tumbuh menjadi dewasa mereka melakukan tindakan
kekerasan kepada anaknya.
b. Stres Sosial (social stress)
Stres yang ditimbulkan oleh berbagai kondisi sosial
meningkatkan risiko kekerasan terhadap anak dalam keluarga.
mencakup: pengangguran (unemployment), penyakit (illness),
kondisi perumahan buruk (poor housing conditions), ukuran
keluarga besar dari rata-rata (a larger than average family size),
kelahiran bayi baru (the presence of a new baby), orang cacat
(disabled person) di rumah, dan kematian (the death) seorang
anggota keluarga.
c. Isolasi Sosial dan Keterlibatan Masyarakat Bawah
Orangtua dan pengganti orangtua yang melakukan tindakan
kekerasan terhadap anak cenderung terisolasi secara sosial.
d. Struktur Keluarga
Tipe-tipe keluarga tertentu memiliki risiko yang meningkat
untuk melakukan tindakan kekerasan dan pengabaian kepada anak.
Misalnya, orangtua tunggal lebih memungkinkan melakukan
tindakan kekerasan terhadap anak dibandingkan dengan orangtua
utuh.
C. Bentuk – bentuk Kekerasan pada Anak dan Perempuan
1. Terry E. Lawson (dalam Huraerah, 2007), psikiater internasional
yang merumuskan definisi tentang child abuse, menyebut ada
empat macam abuse, yaitu
a. Kekerasan secara Fisik (physical abuse)
Physical abuse, terjadi ketika orang tua/pengasuh dan
pelindung anak memukul anak (ketika anak sebenarnya
memerlukan perhatian).
b. Kekerasan Emosional (emotional abuse)
Emotional abuse terjadi ketika orang tua/pengasuh dan
pelindung anak setelah mengetahui anaknya meminta perhatian,
mengabaikan anak itu.
c. Kekerasan secara Verbal (verbal abuse)
Biasanya berupa perilaku verbal dimana pelaku melakukan
pola komunikasi yang berisi penghinaan, ataupun kata-kata yang
melecehkan anak.
d. Kekerasan Seksual (sexual abuse)
Sexual abuse meliputi pemaksaan hubungan seksual yang
dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah
tangga tersebut (seperti istri, anak dan pekerja rumah tangga).
2. Bentuk – bentuk kekerasan pada perempuan
a. Kekerasan psikis.
Misalnya: mencemooh, mencerca, menghina, memaki,
mengancam, melarang berhubungan dengan keluarga atau kawan
dekat / masyarakat, intimidasi, isolasi, melarang istri bekerja.
b. Kekerasan fisik.
Misalnya memukul, membakar, menendang, melempar
sesuatu, menarik rambut, mencekik, dll.
c. Kekerasan Ekonomi
Misalnya: Tidak memberi nafkah, memaksa pasangan
untuk prostitusi, memaksa anak untuk mengemis,mengetatkan istri
dalam keuangan rumah tangga, dan lain-lain.
d. Kekerasan Seksual
Misalnya: perkosaan, pencabulan, pemaksaan kehendak
atau melakukan penyerangan seksual, berhubungan seksual dengan
istri tetapi istri tidak menginginkannya.
D. Tanda dan gejala atau alasan kekerasan pada anak dan perempuan
1. Alasan Pria melakukan kekerasan pada perempuan
a. Tindakan kekerasan dapat mencapai suatu tujuan.
1) Bila terjadi konflik, tanpa harus musyawarah kekerasan
merupakan cara cepat penyelesaian masalah.
2) Dengan melakukan perbuatan kekerasan, pria merasa hidup
lebih berarti karena dengan berkelahi maka pria merasa
menjadi lebih didaya.
3) Pada saat melakukan kekerasan pria merasa memperoleh
`kemenangan' dan mendapatkan apa yang dia harapkan, maka
korban akan menghindari pada konflik berikutnya karena untuk
menghindari rasa sakit.
b. Pria merasa berkuasa atas wanita. Bila pria merasa mempunyai istri
‘kuat' maka dia berusaha untuk melemahkan wanita agar merasa
tergantung padanya atau membutuhkannya.
c. Ketidaktahuan pria. Bila latar belakang pria dari keluarga yang
selalu mengandalkan kekerasan sebagai satu-satunya jalan
menyelesaikan masalah dan tidak mengerti cara lain maka
kekerasan merupakan jalan pertama dan utama baginya sebagai
cara yang jitu setiap ada kesulitan atau tertekan karena memang dia
tidak pernah belajar cara lain untuk bersikap.
2. Alasan tanda gejala anak mengalami kekerasan
a. Anak menghindari orang tertentu
Orangtua perlu bertanya-tanya ketika anak bersikeras menghindar
dari orang tertentu tanpa alasan yang jelas. Itu merupakan isyarat p
ertama yang ditunjukkan oleh anak.
b. Sering menangis tanpa alasan
Anak selalu menangis ketika dibawa ke tempat penitipan anak, rum
ah teman Anda, sekolah, atau suatu tempat lainnya. Ia pun bisa me
njadi lebih rewel dibanding biasanya. Orangtua harus segera meng
ajak bicara anak dan menanyakan apa yang terjadi.
c. Tubuh memar
Jangan anggap sepele ketika Anda menemukan tubuh anak memar
ketika pulang ke rumah. Memar merupakan tanda kekerasan yang
mudah dikenali.
d. Perilaku mendadak berubah
Anak yang tadinya ceria, lemah lembut, kemudian berubah menjad
i pemarah, tidak peduli, agresivitas, perlu Anda curigai mengalami
kekerasan.
e. Gejala aneh
Anak yang mengalami kekerasan juga bisa mengalami perubahan k
ebiasaan, seperti susah tidur, hilang napsu makan, hingga menjadi t
erlalu protektif terhadap anak-anak di sekitarnya. Atau kadang ia m
enjadi penakut dan bersikap kekanak-kanakan.
f. Menyendiri
Anda juga perlu curiga jika anak tiba-tiba ingin selalu sendirian da
n terlihat menyembunyikan sesuatu. Kekerasan bisa membuat anak
menjadi lebih takut bertemu orang lain.
g. Nyeri saat berjalan
Jika anak mendapat pelecehan seksual, ia bisa mengalami pendarah
an, alat kelamin terasa gatal dan memar. Ketika anak merasa nyeri
saat duduk maupun berjalan dan sulit melakukan aktivitas fisik sep
erti biasa, itu bisa menjadi tanda anak mengalami kekerasan.
h. Akrab dengan informasi seksual
Pada kasus pelecehan seksual, bisa membuat anak menjadi sangat a
krab dengan informasi seksual untuk orang dewasa. Muncul rasa in
gin tahu yang melampaui usia mereka.
i. Anak selalu waspada
Tanda lain yang diamati pada anak-anak yang mengalami peleceha
n adalah mereka menjadi selalu lebih waspada. Mereka bisa terlihat
ketakutan dan cemas tentang sesuatu hal buruk yang akan terjadi.
E. Dampak Kekerasan pada Anak dan Perempuan
1. Efek kekerasan pada anak
a. Kebanyakan korban perkosaan merasakan kriteria psychological
disorder yang disebut post-traumatic stress disorder (PTSD),
simtom-simtomnya berupa ketakutan yang intens terjadi,
kecemasan yang tinggi, emosi yang kaku setelah peristiwa
traumatis.
b. Beitch-man et al (dalam Tower, 2002), korban yang mengalami
kekerasan membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun untuk
terbuka pada orang lain.
c. Finkelhor dan Browne (dalam Tower, 2002) menggagas empat
jenis dari efek trauma akibat kekerasan seksual, yaitu:
1) Betrayal (penghianatan)
Kepercayaan merupakan dasar utama bagi korban kekerasan
seksual.
2) Traumatic sexualization (trauma secara seksual)
Russel (dalam Tower, 2002) menemukan bahwa perempuan
yang mengalami kekerasan seksual cenderung menolak
hubungan seksual, dan sebagai konsekuensinya menjadi korban
kekerasan seksual dalam rumah tangga.
3) Powerlessness (merasa tidak berdaya)
Rasa takut menembus kehidupan korban. Mimpi buruk, fobia,
dan kecemasan dialami oleh korban disertai dengan rasa sakit.
Perasaan tidak berdaya mengakibatkan individu merasa lemah.
4) Stigmatization
Korban kekerasan seksual merasa bersalah, malu, memiliki
gambaran diri yang buruk. Korban sering merasa berbeda
dengan orang lain, dan beberapa korban marah pada tubuhnya
akibat penganiayaan yang dialami. Korban lainnya
menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk menghukum
tubuhnya, menumpulkan inderanya, atau berusaha menghindari
memori kejadian tersebut (Gelinas, Kinzl dan Biebl dalam
Tower, 2002).
2. Efek kekerasan pada perempuan
a. Kurang bersemangat atau kurang percaya diri.
b. Gangguan psikologi sampai timbul gangguan system dalam
tubuh(psikosomatik), seperti: cemas, tertekan, stress, anoreksia
(kurang nafsu makan), insomnia (susah tidur, sering mimpi jelek,
jantung terasa berdebar-debar, keringat dingin, mual, gastritis,
nyeri perut, pusing, nyeri kepala.
c. Cidera ringan sampai berat, seperti: lecet, memar, luka terkena
benda tajam, patah tulang, luka bakar.
d. Masalah seksual, ketakutan hubungan seksual, nyeri saat hubungan
seksual, tidak ada hasrat seksual, frigid.
e. Bila perempuan korban kekerasan sedang hamil dapat terjadi
abortus/ keguguran.
F. Cara penanganan kekerasan pada anak dan perempuan
1. Langkah – Langkah penanganan kekerasan pada anak
a. Belajar cara melidungi anak
b. Memaksimalkan peran diberbagai tempat
c. Belajar ilmu bela diri
d. Komunikasi Bersama keluarga besar
e. Tetaplah berpikiran positif
f. Pendidikan akhlak dan budi pekerti
g. Membagi masalah akan membantumu
h. Tetaplah menjadi orang baik, sebab kamu orang baik
i. Jadikan ini semua pelajaran
j. Jaga privasimu
k. Berkonsultasi dengan pihah psikolog
l. Mencari keluarga sambung
m. Temukan komunitas dan passionmu
n. Jika masih terjadi terus segera lapor ke polisi
2. Langkah – Langkah penanganan kekerasan pada perempuan
a. Menceritakan kejadian kepada orang lain, seperti teman dekat,
kerabat, lembaga-lembaga pelayanan/konsultasi
b. Melaporkan ke polisi
c. Mencari jalan keluar dengan konsultasi psikologis maupun
konsultasi hukum
d. Mempersiapkan perlindungan diri, seperti uang, tabungan, surat-
surat penting untuk kebutuhan pribadi dan anak
e. Pergi ke dokter untuk mengobati luka-luka yang dialami, dan
meminta dokter membuat visum.
Pada perempuan korban kekerasan (survivor), ada karakteristik khusus
yang biasa terjadi pada mereka, antara lain yaitu :
a. Merasa bersalah
b. Merasa tidak berdaya (Powerless)
c. Kemarahan yang mendalam
d. Malu
e. Cemas
f. Gangguan tidur
g. Perasaan-perasaan di atas seringkali muncul berupa sikap “malas”,
badan terasa capek gelisah, tegang, atau bahkan tersenyum tetapi
tidak ‘lepas’, atau sikap menutup diri dari dunia luar.
Undang-undang republik indonesia nomor 23 tahun 2004 tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
a. BAB III LARANGAN KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA (Pasal 5)
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga
terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:
1) kekerasan fisik;
2) kekerasan psikis;
3) kekerasan seksual; atau
4) penelantaran rumah tangga.
b. BAB VI PERLINDUNGAN (Pasal 17)
Dalam memberikan perlindungan sementara, kepolisian dapat
bekerja sama dengan tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan
pendamping, dan/atau pembimbing rohani untuk mendampingi
korban.
c. Pasal 21
1) Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga
kesehatan harus:
a) Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar
profesinya;
b) Membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban
dan visum et repertum atas permintaan penyidik kepolisian
atau surat keterangan medis yang memiliki kekuatan hukum
yang sama sebagai alat bukti.
2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di sarana kesehatan milik pemerintah, pemerintah
daerah, atau masyarakat.
d. Pasal 21
1) Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga
kesehatan harus:
a) Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesinya;
b) Membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban
dan visum et repertum atas permintaan penyidik kepolisian
atau surat keterangan medis yang memiliki kekuatan hukum
yang sama sebagai alat bukti.
2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di sarana kesehatan milik pemerintah, pemerintah
daerah, atau masyarakat.
G. Kontribusi tenaga Kesehatan terhadap kekerasan pada anak dan
perempuan
Untuk membantu anak dan perempuan korban kekerasan, seseorang harus
memahami prinsip-prinsip dasar berikut :

1. Perempuan dan anak korban kekerasan tidaklah dipersalahkan atas


kejadian yang menimpanya
2. Pelaku kekerasan adalah orang yang bertanggung jawab atas tindakan
kekerasannya
3. Masyarakat dan berbagai institusi di masyarakat adalah pihak yang
bertanggung jawab secara tidak langsung atas masalah kekerasan
terhadap perempuan
4. Solusi atas masalah kekerasan terletak pada kombinasi antara aksi
pribadi dan sosial, dan didukung oleh sistem hukum yang memadai
5. Tujuan bekerja membantu perempuan dan anak korban kekerasan
adalah memberdayakan mereka untuk membuat keputusan sendiri dan
mandiri dalam hidupnya dan tentram sehingga anak bisa bertumbuh
kembang dengan baik dan ibu dan anak bisa berkontribusi dalam
perkembangan negeri ini.
H. Referensi
Diakses melalui :
15 Cara Mengatasi Kekerasan Orangtua Terhadap Anaknya - KOSNGOS
AN
Diakses melalui :

9 Tanda Anak Alami Kekerasan Halaman 2 - Kompas.com

Pasalbessy, J. D. (2010). Dampak tindak kekerasan terhadap perempuan d


an anak serta solusinya. Jurnal Sasi, 16(3).

Andhini, A. S. D., & Arifin, R. (2019). Analisis Perlindungan Hukum Ter


hadap Tindak Kekerasan pada Anak di Indonesia.

Wahid, Abdul. 2011. Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual.


Bandung: Refika Aditama

Muhammad Ishar Helmi, Gagasan Pengadilan Khusus KDRT, Yogyakarta:


Budi Utama, 2017.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang perlindungan anak.

Anda mungkin juga menyukai